Anda di halaman 1dari 30

Esofagitis Korosif

Yolanda Satriani Putri


H1A013063
dr.
Pendahuluan
Esofagitis korosif adalah peradangan di daerah esofagus yang
disebabkan oleh luka bakar karena tertelannya zat kimia yang
bersifat korosif misalnya asam kuat, basa kuat, dan zat
organik. Zat kimia yang tertelan dapat bersifat toksik atau
korosif.
Sebanyak 70% dari kasus esofagitis korosif disebabkan oleh
basa kuat, 20 % oleh asam kuat karena sifat dari basa kuat
yang tidak berasa di lidah, sedangkan asam mempunyai rasa
yang pahit dan menyebabkan lidah rasa terbakar.
Pendahuluan
Sekitar 80% kasus ini terjadi pada anak-anak, dan 50% di
antaranya terjadi pada anak usia kurang dari 4 tahun.
Kasus ini juga terjadi pada orang dewasa yang mencoba
bunuh diri dengan cara meminum zat zat korosif dan
biasanya tingkat kerusakan yang ditimbulkan lebih serius
karena adanya unsur kesengajaan, jumlah zat yang masuk
lebih banyak dan jenisnya lebih berbahaya.
Pendahuluan
Basa kuat adalah zat-zat yang mempunyai pH lebih dari 12
seperti natrium karbonat, natrium metasilikat, amonia, sodium
hidroksida, dan potassium hidroksida, zat ini dapat dijumpai
sehari-hari diantaranya pada sabun pencuci piring, sabun
pencuci kain, dan pembersih lantai.
Asam kuat adalah zat-zat yang mempunyai pH kurang dari 2,
seperti asam nitrat, asam hidroklorat, merkuri, asam sulfat,
perak nitrat, fenol, natrium hipoklorit zat-zat tersebut terdapat
pada pemutih pakaian, pembersih toilet, pembersih saluran
air, pembersih karat, kaporit, dan sebagainya.5,6
Tinjauan Pustaka
Anatomi Esofagus
Esofagus merupakan lapisan otot yang berbentuk seperti
tabung yang memanjang, mulai dari vertebra servikal 6 sampai
torakal 11, atau dari hipofaring sampai ke lambung, dengan
panjang lebih kurang 23 sampai 25 cm
Secara umum esofagus dapat dibagi dalam 3 lokasi anatomi
yaitu :
Daerah leher, belakang laring dan trakea
Daerah thorakal belakang percabangan trakea
Bagian abdominal
Ada 4 daerah penyempitan normal pada esofagus yaitu :
Pada pharingo-esophagal junction yang terdiri dari otot sfingter
cricopharingeal, kira-kira setinggi vertebra servikal 6.
Pada arkus aorta, kira-kira setinggi vertebra torakal 4.
Pada percabangan bronkus kiri, kira-kira setinggi vertebra
torakal 5.
Pada saat melewati diafragma, kira-kira setinggi vertebra torakal
10.
Secara histologi esofagus tidak memiliki lapisan serosa, 3
lapisan esofagus dari luar ke dalam yaitu :
Lapisan otot longitudinal dan sirkuler
Lapisan submukosa
Lapisan mukosa
Fisiolofi esofagus
Aktivitas yang terkoordinasi dari sfingter esofagus atas
(upper esophageal sphingter), badan esofagus, dan
sfingter esofagus bawah (lower esophageal sphingter)
penting untuk fungsi motorik esofagus dalam
mengantarkan makanan masuk ke lambung.
Definisi Esofagitis Korosif
Esofagitis korosif adalah peradangan esofagus yang
disebabkan oleh luka bakar karena zat kimia yang bersifat
korosif, misalnya asam kuat, basa kuat dan zat organik.
Zat kimia yang bersifat korosif akan menimbulkan kerusakan
pada saluran yang dilaluinya, sedangkan zat kimia yang
bersifat toksik hanya menimbulkan gejala keracunan bila telah
diserap oleh darah. Esofagitis ini disebut juga esofagitis
kaustik karena disebabkan oleh zat kimia kaustik.
Epidemiologi
Angka kejadian esofagitis korosif tertelan asam kuat, basa
kuat, cairan pemutih diperkirakan sekitar 3-5 % dari kasus
kecelakaan dan bunuh diri atau sekitar 5.000-10.000 kasus
pertahun di Amerika Serikat.
Anak di bawah 5 tahun dilaporkan sering tertelan zat yang
bersifat korosif akibat ketidaksengajaan dan kelalaian.
Sedangkan pada remaja dan dewasa dilaporkan kasus cukup
sering pada remaja sebagai percobaan bunuh diri. Tidak ada
perbedaan jenis kelamin dan ras yang mempengaruhi
terjadinya esofagitis korosif.
Etiologi
Esofagitis korosif paling sering ditimbulkan oleh
tertelannya zat pembersih rumah tangga, biasanya oleh
anak-anak. Zat yang paling merusak adalah natrium
hidroksida, atau yang menyebabkan lisisnya jaringan
serta seringkali menembus dinding esofagus.
Zat kimia khususnya yang menyebabkan esofagitis
korosif berat adalah larutan pembersih atau disinfektan.
Patofisiologi esofagitis korosif
Basa kuat
Tertelan basa kuat menyebabkan jaringan nekrosis mencair
(liquefactum necrosis), sebuah proses yang melibatkan saponifikasi
lemak dan melarutkan protein. Kematian sel disebabkan oleh
emulsifikasi dan perusakan struktur membran sel.
Ion hidroksi (OH-) yang berasal dari zat basa bereaksi dengan
jaringan kolagen sehingga menyebabkan terjadinya bengkak
dan pemendekan jaringan (kontraktur), trombosis pada
pembuluh darah kapiler, dan produksi panas oleh jaringan.
Basa kuat
Jaringan yang paling sering terkena pada kontak pertama oleh
basa kuat adalah lapisan epitel squamosa orofaring, hipofaring,
dan esofagus. Esofagus merupakan organ yang paling sering
terkena dan paling parah tingkat kerusakannya saat tertelan
basa kuat dibandingkan dengan lambung, Dalam 48 jam terjadi
udem jaringan yang bisa menyebabkan obstruksi jalan nafas,
selanjutnya dalam 2-4 minggu dapat terbentuk striktur.
Asam kuat
Kerusakan jaringan akibat tertelan asam kuat bersifat nekrosis
menggumpal (coagulation necrosis), terjadi proses denaturasi protein
superfisial yang akan menimbulkan bekuan, krusta atau keropeng
yang dapat melindungi jaringan di bawahnya dari kerusakan.
Lambung merupakan organ yang paling sering terkena pada kasus
tertelan asam kuat, pada 20% kasus usus kecil juga dapat terkena.
Keropeng dan bekuan protein yang terbentuk mengelupas dalam
3-4 hari digantikan oleh jaringan granulasi, perforasi jaringan dapat
terjadi pada proses ini.
Gambaran klinis
Esofagitis korosif menurut derajat luka bakar yang ditimbulkan dapat dibagi menjadi bentuk klinis yaitu :
Esofagitis korosif tanpa ulserasi
Pasien mengalami gangguan menelan ringan. Pada esofagoskopi tampak mukosa hiperemis tanpa ulserasi.
Esofagitis korosif dengan ulserasi ringan
Pasien mengeluh disfagia ringan, pada esofagoskopi tampak ulkus yang tidak dalam, terbatas pada lapisan mukosa
saja.
Esofagitis korosif ulseratif sedang
Ulkus sudah mengenai lapisan otot, biasanya ditemukan satu ulkus atau multipel.
Esofagitis korosif ulserasi berat tanpa komplikasi
Terdapat pengelupasan mukosa serta nekrosis yang letaknya dalam, dan telah mengenai seluruh lapisan esofagus.
Keadaan ini jika dibiarkan akan menimbulkan striktur esofagus.
Esofagitis korosif ulseratif berat dengan komplikasi
Terdapat perforasi esofagus yang dapat menimbulkan mediastinitis dan peritonitis. Kadang-kadang ditemui tanda-
tanda obstruksi saluran pernafasan atas dan gangguan keseimbangan asam basa.
Gambaran Klinis
Ada juga yang membaginya menjadi 3 derajat yaitu :4
Derajat pertama mengenai lapisan mukosa saja sehingga terbentuk
udem dan eritem. Lapisan mukosa ini selanjutnya akan mengelupas
dan sembuh tanpa striktur dan jaringan parut.
Derajat kedua kerusakan menembus lapisan mukosa, submukosa
dan muskularis yang dalam 1-2 minggu akan membentuk jaringan
granulasi dan ulserasi. Reaksi fibroblas dimulai pada minggu ke-3
dan dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan akan terjadi
penciutan kolagen dan pembentukan striktur.
Derajat tiga terjadi perforasi seluruh dinding esofagus.7
Gambaran klinis
Bersadasarkan perjalanan penyakit ada 3 fase:
1. Fase akut
Keadaan ini berlangsung selama 1-3 hari, pada anamnesa ditemukan dispnea,
disfagia, rasa nyeri dan terbakar pada rongga mulut, odinofagia, nyeri dada dan
perut, mual dan muntah, dan hematemesis. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
:
Luka bakar pada daerah mulut, bibir, dan faring yang kadang-kadang disertai perdarahan.
Tanda-tanda akan terjadinya obstruksi jalan nafas seperti : stidor, suara serak, disfoni atau
afonia, takipnu, hiperpnu, batuk.
Tanda-tanda lain seperti demam, drooling, adanya membran putih pada palatum, udem
laring, spasme laring, tanda-tanda peritonitis.
Gambaran klinis
2. Fase laten
Berlangsung selama 2-6 minggu, pada fase ini keluhan pasien berkurang,
suhu badan menurun, pasien merasa telah sembuh, sudah dapat menelan
dengan baik, akan tetapi sebenarnya proses masih berjalan dengan
membentuk jaringan parut (sikatriks).

3. Fase kronis
Setelah 1-3 tahun akan terjadi disfagia lagi oleh karena telah terbentuk
jaringan parut, sehingga terjadi striktur esofagus. Gejala lain yang bisa
timbul adalah fistula, hipomotilitas saluran cerna, dan peningkatan resiko
kanker saluran cerna.
Diagnosis
Anamnesis
Berdasarkan anamnesis ditegakkan dengan adanya riwayat tertelan zat korosif atau zat
organik, serta ditunjukkan dengan keluhan utama pasien rasa terbakar pada daerah
kerongkongan, rasa nyeri yang hebat, serta bisa juga mengeluhkan susah menelan
Pemeriksaan fisik
Masuknya zat korosif melalui mulut dapat diketahui dengan bau mulut ataupun muntahan.
Adanya luka bakar keputihan pada mukosa mulut atau keabuan pada bibir dan dagu
menunjukkan akibat bahan kaustik atau korosif baik yang bersifat asam kuat maupun basa
kuat.
. Perbedaaan pada dampak luka bakarnya yaitu nekrosis koagulatif akibat paparan asam
kuat sedangkan basa kuat mengakibatkan nekrosis likuitaktif
Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan laboratorium,
radiologik,
esofagoskopi
Tatalaksana
Perawatan prehospital, terdiri dari :
Mengidentifikasi produk, konsentrasi dari komposisi aktif, dan berapa
jumlah zat yang tertelan.
Jangan menetralisir dengan cara meminumkan asam atau basa lemah
karena akan menghasilkan reaksi eksotermik yang akan memperparah luka
bakar dan menginduksi muntah.
Pada kasus tertelah basa kuat tipe bubuk atau padat, pemberian susu atau
air dalam jumlah yang sedikit sebelum waktu 30 menit akan membantu
untuk menghilangkan zat-zat yang masih menempel pada mukosa mulut
atau esofagus. Sedangkan pada kasus asam kuat atau basa kuat cair
pemberian susu atau air ditakutkan akan merangsang muntah sehingga
dapat menyebabkan perforasi dinding esofagus.
Perawatan instalasi gawat darurat
Monitoring tanda-tanda vital, jalan nafas, jantung, dan pemasangan
IVFD, pemberian CaCl2 pada pasien yang tertelan zat hidrogen
florida dapat mencegah cardiac arrest oleh karena hipokalsemia.
Pengendalian jalan nafas, karena dapat terjadi udem pada jalan
nafas, maka monitoring harus sesegera mungkin, peralatan untuk
intubasi maupun trakeostomi harus siap.
Pengosongan lambung dan dekontaminasi
Pembedahan segera jika terdapat perforasi mediastinitis atau
peritonitis
Terapi medikamentosa
Antibiotik golongan sefalosporin seperti ceftriakson mempunyai
spektrum antibakteri yang luas terhadap gram positif dan gram
negatif.
Preparat penghambat pompa proton seperti omeprazol dan
pantoprazol dapat mengurangi paparan zat asam lambung ke
esofagus yang dapat mengurangi resiko terjadinya striktur.
Penggunaan kortikosteroid sebaiknya dipertimbangkan karena
penelitian menunjukkan bahwa pembentukan striktur terjadi
berdasarkan derajat kerusakan jaringan.
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain :
Udem dan obstruksi jalan nafas.
Perforasi gastroesofageal.
Mediastinitis, perikarditis, pleuritis, fistel trakeoesofageal, fistel esofagealaorta, and
peritonitis.
Pembentukan striktur dalam 2-4 minggu.
Obstruksi saluran lambung ke duodenum.
Pardarahan saluran cerna.
Gejala keracunan sistemik akibat terserapnya zat ke dalam darah.
Cardiac arrest oleh karena hipokalsimia akibat hidrogen florida.
Karsinoma sel skuamosa, dapat terjadi dalam 40 tahun setelah paparan.
Prognosis
Prognosa tergantung dari derajat luka bakar yang dialami
pasien, serta jenis zat yang tertelan, lama paparan, Ph, volume,
konsentrasi, kemampuannya menembus jaringan, serta jumlah
kerusakan jaringan yang diperlukan untuk menetralisir zat
yang masuk
Angka kematian berkisar 1-4% karena tekhnik pembedahan,
anastesi, antibiotik, dan nutrisi yang efektif, kematian pada
umunya disebabkan oleh mediastinitis, peritonitis, sepsis,
malnutrisi, aspirasi, dan kegagalan fungsi multiorgan.
Kesimpulan
Esofagitis korosif ialah peradangan di esofagus yang disebabkan
oleh luka bakar karena zat kimia bersifat korosif. Penyebab
esofagitis korosif adalah asam kuat, basa kuat dan zat organik.
Keluhan dan gejala yang timbul akibat tertelan zat korosif
tergantung pada jenis zat korosif, konsentrasi zat korosif, jumlah zat
korosif, lamanya kontak dengan dinding esofagus, sengaja diminum
atau tidak dan dimuntahkan atau tidak.
Diagnosis ditegakkan dari adanya riwayat tertelan zat korosif atau
zat organik, pemeriksaan fisik, bukti-buki yang diperoleh ditempat
kejadian, pemeriksaan radiologik, pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan esofagoskopi.
Kesimpulan
Penatalaksanaan esofagitis korosif bertujuan untuk mencegah
pembentukan striktur. Terapi esofagitis korosif dibagi dalam fase akut
dan fase kronik. Pada fase akut, dilakukan perawatan umum dan terapi
khusus berupa terapi medik dan esofagoskopi. Fase kronik telah terjadi
striktur, sehingga dilakukan dilatasi dengan bantuan esofagoskop.
Komplikasi esofagitis korosif dapat berupa syok, koma, edema laring,
pneumonia aspirasi, perforasi esofagus, mediastinitis, dan kematian.
Prognosis tergantung dari derajat luka bakar yang dialami pasien, serta
jenis zat yang tertelan, lama paparan, pH, volume, konsentrasi,
kemampuannya menembus jaringan, serta jumlah kerusakan jaringan
yang diperlukan untuk menetralisir zat yang masuk.
Daftar Pustaka
Soepardi, Eflaty A, Iskandar, N. Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi Kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2003
Lionte C, et all. Unusual Presentation and Complication of Caustic Ingestion; Case Report. 2007. Available at :
http://www.jgld.ro/12007/12007_17.pdf
Wen, Jessica. Esophagitis. 2008. Available at: http://www.emedicine.com/ped/TOPIC714.HTM
Contini S and Scarpignato C., Caustic Injury to the Upper Gastrointestinal Tract. World Journal of Gastroenterology. 2013. Vol: 19
(25): page 3918-39030 Available at : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3703178/
Kardon, EM., Toxicity, Caustic Ingestion. 2008. Available at : http://www.emedicine.com/EMERG/topic86.htm
Laluani, AK. Current Diagnosis & Treatment Otolaryngology Head and Neck Surgery. United State of America : The
McGraw-Hill Companies Inc. 2008.
Bailey, Byron J., Head and Neck Surgery-Otolaryngology Second Edition. Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher. 1998.
650.
Kumar, S. Audiologi In : Fundamentals Of Ear, Nose & Throat Disease an Head-Neck Surgery 6th Edition. Calcutta : The New
Book Stall. 1996. 358.
Muhletaler, CA. et all. Acid Corrosive Esophagitis : Radiographic Findings. AJR. 2004 Available at :
http://www.ajronline.org/cgi/reprint/134/6/1137.pdf
Sjamsuhidayat, R.. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong, Edisi 3, EGC, Jakarta. 2010.

Anda mungkin juga menyukai