Anda di halaman 1dari 32

CAIRAN OTAK

Dr. JENNY RIA SIHOMBING Sp.PK


Pendahuluan
Cairan Otak dibentuk oleh sekresi aktif
koroideus dan ultrafiltrasi dari plasma
sehingga kadar beberapa zat dalam cairan
otak (CO) dipengaruhi kadarnya dalam darah
Pada orang dewasa normal, volume cairan
otak berkisar 90-150 ml
Pada neonatus antara 10-60 ml
Cairan Otak
Cairan otak adalah jernih, tidak berwarna, dan
tidak membeku bila didiamkan
Bila ada 300 600 sel/ L (Lekosit) maka
terjadi kekeruhan ringan
Lebih dari 600 sel/ L akan memberikan
kekeruhan yang jelas atau menyerupai pus
(nanah)
Pemeriksaan cairan otak dilakukan dengan
pungsi lumbal (L3-L4)
Indikasi pemeriksaan (sebagai tindakan
diagnostik) :
1. Infeksi (meningitis, ensefalitis, abses)
2. Perdarahan (subarakhnoid, intraserebral)
3. Sindroma Guillain-Barre (acute febrile
polyneuritis)
4. Keganasan darah (metastase leukemia akut,
limfoma)
5. Tumor (otak, saraf tulang belakang)
Kontra indikasi pungsi lumbal
1. Infeksi pada tempat pungsi
2. Septikemia atau infeksi sistemik
CARA PENGAMBILAN
Perhatikan tindakan harus secara asepsis
dan steril
Penampungan dilakukan dengan botol
penampung yang sebaiknya steril
Tetesan pertama dibuang, karena mungkin
terkontaminasi darah perifer akibat pungsi
Cara Pengambilan
(sambungan)
Botol pertama: untuk pemeriksaan makroskopik,
kimia, imunologi
Botol kedua : yang telah diberi antikoagulan
(natrium sitrat 20%) disiapkan bila
diperkirakan akan terjadi bekuan (kadar protein
tinggi, perdarahan hebat akibat trauma pungsi)
Botol ketiga : dipakai untuk pemeriksaan hitung
sel dan hitung jenis sel yang harus dilakukan
segera dalam waktu 30 menit
Botol ke empat (steril) untuk pemeriksaan
bakteriologi
Pemeriksaan Laboratorium
Cairan Otak
A. Makroskopis
1. Warna.
Dalam keadaan normal, cairan otak jernih
dan tidak berwarna. Warna kemerahan
menandakan adanya darah yang dapat
terjadi pada perdarahan subarakhnoid,
perdarahan intraserebral, infark otak akibat
trauma pungsi
Trauma pungsi dibedakan dengan
cara:
- Makin berkurangnya jumlah darah pada
tabung berikutnya
- Cairan atas berwarna jernih setelah
pemusingan dan sering terjadi bekuan darah
Cairan otak yang bercampur darah tidak
membeku bila didiamkan dan semua tabung
memberikan warna merah yang sama
Bila pada tabung pertama perdarahan jelas
dan pada tabung-tabung berikutnya
berkurang atau menghilang menandakan
perdarahan disebabkan oleh trauma jarum
punksi (salah teknik)
Pada Perdarahan Subarakhnoid :
- Jumlah darah tetap sama pada semua tabung
- Cairan atas berwarna xanthochromic (kuning
kemerahan)
terjadi akibat pecahnya eritrosit kemudian
dilepaskannya oksiHb dan terbentuknya
bilirubin
- Tidak terbentuk bekuan
- Xantokromia juga dijumpai pada Ikterus, Kadar
Protein > 150 mg/dL, Melanoma meningeal
Xanthochromic
Warna Xanthochromic dapat memberi kesan:
- ada perdarahan yang lebih lama
atau
- adanya pigmen empedu
2. Kekeruhan
Untuk menguji kekeruhan dibandingkan
terhadap aquades
Umumnya kekeruhan disebabkan oleh krn:
- jumlah Lekosit > 300/l (Pleositosis)
- eritrosit > 400/ l
- adanya mikroorganisme
- protein kadar tinggi

Pleositosis tanpa kekeruhan dijumpai pada:
- Meningitis tbc
- Meningitis sifilitika
- Ensefalitis atau poliomielitis

Pleositosis disertai kekeruhan yang sangat
dapat dijumpai pada meningitis purulenta
(bakterial)
3. Sedimen
Pada keadaan normal tidak dijumpai
Bila ada sedimen, umumnya sesuai dengan
kekeruhan yang terjadi
4. Bekuan
Cairan otak normal tidak akan membeku
karena tidak mengandung fibrinogen
Bekuan (kasar atau halus sebagai selaput)
memberi kesan adanya fibrinogen atau fibrin
Bekuan akan terbentuk apabila kadar protein
tinggi atau bila terdapat darah
Bekuan halus sebagai selaput dijumpai pada
meningitis tbc
Bekuan (sambungan)
Bekuan besar dan kasar meningitis
purulenta
Bekuan dan massa sindroma Froin (Protein
kadar tinggi, Xantokromi, Pleositosis limfositik)
atau perdarahan hebat trauma pungsi
Sebaliknya pada Poliomielitis dan Ensefalitis
tidak dijumpai bekuan
B. Mikroskopis
1. Jumlah sel
Hitung jumlah lekosit harus segera dilakukan
karena lekosit dalam cairan otak cepat lisis
- Pada orang dewasa normal
jumlah lekosit 0-8/ l
- Pada anak bisa mencapai 30/l
- Jumlah > 10/ l pd orang dewasa abnormal
Jumlah yang normal atau meningkat ringan
dijumpai pada meningitis, tumor otak atau
sklerosis multipel.
Pleositosis ringan sampai 300/l didapat pada
poliomielitis, ensefalitis, meningitis tbc atau
meningitis sifilitika
Pleositosis > 600/l dijumpai pada meningitis
purulenta akut

2. Hitung Jenis
Dilakukan terhadap cairan otak yang telah
dipusing
Kemudian dibuat sediaan apus dan diwarnai
dengan Wright/ Giemsa
Pada hitung jenis dibedakan sel berinti 1
(limfosit, monosit) dengan sel berinti banyak
(Polimorfonuklear/ PMN: segmen)
Dalam keadaan Normal orang dewasa 60-
80% Limfosit, 30-45% Monosit dan selebihnya
segmen
Pada infeksi ringan atau kronik sel yang
meningkat terutama Limfosit (meningitis tbc,
meningitis sifilitika)
Sebaliknya pada infeksi berat atau akut yang
meningkat adalah Segmen (meningitis
bakterial, abses)
Pemeriksaan Kimia
1. PROTEIN
Protein Kualitatif (tes Busa, Nonne, Pandy)
umumnya merupakan tes sederhana sehingga
dapat dilakukan langsung disamping pasien
Pemeriksaan Protein
Globulin
Tes dari Nonne-Apelt untuk pemeriksaan
kualitatif, diperlukan cairan otak yang jernih
Adanya darah dalam cairan mengganggu
penilaian tes ini
Cara: cairan otak dituangkan ke larutan
Amonium sulfat 50% jenuh
Interpretasi Hasil
Bila ada Globulin dalam cairan otak akan
terbentuk cincin pada perbatasan kedua
cairan tersebut
Derajat kekeruhan cincin adalah proporsional
dengan jumlah Globulin
Pemeriksaan Protein Total
Pemeriksaan kualitatif dapat dilakukan dengan
menggunakan reagens Pandy (larutan Fenol
jenuh) lebih kurang 1 ml
Bila jumlah protein meninggi akan terbentuk
awan putih
Hasil dilaporkan sebagai berikut: negatif, 1+,
2+, 3+, 4+, berdasarkan kekeruhan &
ketebalan awan
Pemeriksaan Protein total kuantitatif :
dilakukan dengan asam sulfosaliil 3% sebanyak
3 ml dicampur dengan 1 ml cairan otak.
Kekeruhan yang timbul dibandingkan dengan
tabung-tabung berisi kadar yang sudah diketahui
atau dibaca dengan spektrofotometri
Normal kadar protein di daerah lumbal 15-45
mg/dL < 1% kadar dalam plasma
Pada anak-anak kadar normal mencapai 90
mg/dL
Usia lanjut 30-60 mg/dL
Peningkatan umumnya sesuai kerusakan dan
menandakan adanya inflamasi, proses
degeneratif, tumor atau perdarahan
Kadar protein tinggi tanpa Pleoisitosis
pada penderita Sindroma Guillan Barre,
Arteriosklerosis, Tumor otak
2. GLUKOSA
Normal kadar Glukosa di daerah Lumbal: 50-
80 mg/dL atau sekitar 60-70% kadar glukosa
plasma (lebih kurang setengah kadar dalam
darah)
Kadar Glukosa Normal: Infeksi Virus,
Neurosifilis
Kadar Glukosa : Hiperglikemia
Kadar Glukosa : Hipoglikemia, Meningitis
bakterial/ TBC, Jamur, Keganasan karena
Glukosa dipakai oleh Mikroorganisme
3. KLORIDA (NaCl)
Dalam keadaan Normal : 720-750 mg/dL
Penurunan Klorida < 680 mg/dL menyokong
suatu Meningitis akut
Meningitis TBC (< 600 mg/dL)
4. ENZIM
Aktivitas enzim (LDH, AST, Kolinesterase)
kadang dapat membantu menemukan
kelainan neurologik
Karena tidak ada gambaran aktivitas enzim
yang spesifik untuk kelainan neurologik
tertentu maka penetapan aktivitas enzim
belum begitu bermanfaat
Peningkatan enzim ada kerusakan pada
sawar darah otak
TEST SEROLOGIK
Terutama ditujukan untuk menemukan kelainan
Neuro-Sifilis, antara lain : pemeriksaan VDRL,
TPHA

TEST LATEKS
Dilakukan untuk mendeteksi Antigen Bakteri
secara cepat dan mudah langsung dari cairan otak
Walaupun demikian Diagnosis tetap dilakukan
bersama-sama hasil biakan kuman

Anda mungkin juga menyukai