Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Kelengkapan Penilaian Dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat
DISUSUN OLEH :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas kasih dan
karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian Ilmu Kesehatan Masyarakat
dengan baik.
Penulisan pada penelitian ini merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik pada bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon. Penulis juga
tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis dalam menyusun penelitian ini, guna menambah pengetahuan dan
kemampuan penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan penelitian ini, masih banyak terdapat
kekurangan.Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangatlah penulis harapkan demi perbaikan
penelitian ini.Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis sendiri maupun pembaca umumnya.
Penulis
PREVALENSI PENDERITA ISPA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut yang berlangsung
selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian dan atau
lebih dari saluran pernapasan, mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga, dan pleura. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa data rekam medik. yang bertujuan untuk
mengetahui prevalensi penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Hutumuri tahun 2020.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh penderita ISPA yang terdiagnosa di
Puskesmas Hutumuri Ambon selama periode Januari 2020 - Desember 2020 yang diambil
dengan teknik total sampling. Dari total responden sebanyak 2.404 orang diperoleh responden
dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami ISPA sebanyak 1.373 responden
(57,11%) dibandingkan laki-laki sebanyak 1.031 (42,89%). Serta responden pada kelompok usia
15-44 lebih banyak mengalami ISPA sebanyak 570 pasien (23,71%) dibandingkan kelompok
usia lainnya
Kata Kunci : Penderita ISPA, Usia 15-44 tahun, Jenis Kelamin Perempuan, Puskesmas
Hutumuri.
iii
PREVALENCE OF ACUTE RESPIRATORY INFECTION SUFFERERS IN THE
HUTUMURI COMMUNITY HEALTH CENTER WORK AREA IN 2020
ABSTRACT
Acute Respiratory Infection is an acute infection process that lasts for 14 days, which is
caused by microorganisms and attacks one part and or more of the respiratory tract, from the
nose to the alveoli including adnexal tissues such as sinuses, ear cavities, and pleura. This
research is a retrospective descriptive study using secondary data in the form of medical record
data. which aims to determine the prevalence of Acute Respiratory Infection sufferers in the
working area of the Hutumuri Health Center in 2020. The samples taken in this study were all
Acute Respiratory Infectin patients diagnosed at the Hutumuri Health Center Ambon during the
period January 2020 - December 2020 which were taken using a total sampling technique.
From a total of 2,404 respondents, it was found that female respondents experienced Acute
Respiratory Infection more as many as 1,373 respondents (57.11%) compared to 1,031 men
(42.89%). And respondents in the age group 15-44 experienced more ARI as many as 570
patients (23.71%) compared to other age groups.
Keywords: Acute respiratory infection,female, age 15-44 years, Hutumuri publik health
center.
iv
DAFTAR ISI
v
3.9 Pengumpulan Data................................................................................................................. 22
3.10 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................................ 22
3.11 Alur Penelitian .................................................................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 24
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................................................. 24
4.2 Deskripsi Umum Subjek Penelitian....................................................................................... 24
4.3 Hasil Penelitian ..................................................................................................................... 25
BAB V PENUTUP..................................................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 28
5.2 Saran ..................................................................................................................................... 28
DAFTARPUSTAKA..................................................................................................................29
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Gambaran data pasien ISPA berdasarkan jenis kelamin …………………………26
vii
BAB I
PENDAHULUAN
yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA termasuk Air Bone Disease
yang penularan penyakitnya melalui udara. Menurut WHO tahun 2007, ISPA
menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di
dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98% nya
berisiko adalah balita, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara
salah satu penyebab kunjungan pasien ke Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit
(15%-30%). Kasus ISPA terbanyak terjadi di India 43 juta kasus, China 21 kasus,
kasus. Semua kasus ISPA yang terjadi di masyarakat, 7-13% merupakan kasus
25,0% dengan prevalensi ISPA tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun
yaitu sebesar 25,8%. Prevalensi menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-
Kasus ISPA di Indonesia pada tiga tahun terakhir menempati urutan pertama
penyebab kematian bayi yaitu sebesar 24,46% (2013), 29,47% (2014) dan 63,45%
(2015). Tahun 2016 didapatkan sebanyak 5,6 juta anak dibawah lima tahun
merupakan salah satu manifestasi dari ISPA. Selain itu, penyakit ISPA juga sering
berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Terdapat lima Provinsi
dengan ISPA tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh
(30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Karakteristik
penduduk dengan ISPA yang tertinggi berdasarkan umur terjadi pada kelompok
umur 1- 4 tahun (25,8%). Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok
Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah berapa pravalensi
3. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi untuk mengenali tanda dan gejala dari ISPA,
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernapasan, mulai dari
hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga,
dan pleura.3
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan akut
yang meliputi saluran pernapasan bagian atas seperti rhinitis, faringitis, dan otitis
dan pneumonia, yang dapat berlangsung selama 14 hari. Batas waktu 14 hari
terjadi pada anak. Hal ini disebabkan oleh daya tahan tubuh anak masih belum
kuat. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per
maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun
dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak
terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan Bangladesh,
Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi
Bidan) maupun gejala yang pernah dialami tertinggi pada Provinsi Jawa Barat
dengan 186.809 kasus dan yang terendah ada pada Provinsi Kalimantan Utara
dengan 2.733 kasus. Sedangkan Maluku dengan 6.801 kasus. Indonesia secara
Provinsi Maluku yaitu Kota Ambon dengan 4.925 kasus dan terendah ada pada
Buru Selatan dengan 668 kasus. Maluku secara keseluruhan untuk ISPA
bronchioli dan paru. Tanda dan gejala penyakit ISPA pada anak bermacam-
macam seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan
sakit telinga.6
Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk
dan pilek tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun sebagian anak
akan menderita radang paru (pneumonia) bila infeksi paru ini tidak diobati dengan
A. Tanda dan gejala ISPA dibagi menjadi dua yaitu golongan umur 2 bulan
1) Tanda dan gejala ISPA untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun
a) Pneumonia berat, bila disertai napas sesak yaitu ada tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa
b) Pneumonia, bila disertai napas cepat, batas napas cepat adalah untuk umur 2
bulan sampai < 12 bulan sama dengan 50 kali permenit atau lebih, untuk umur
c) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa), bila tidak ditemukan tarikan dinding
2) Tanda dan gejala ISPA untuk golongan umur kurang dari 2 bulan
a) Pneumonia berat, bila disertai tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau napas cepat. Atas napas cepat untuk golongan umur kurang dari 2 bulan
b) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa), bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA
a) Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur
kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan kelompok
umur 2 bulan - <5 tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 –
<12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan – <5 tahun.
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala ISPA
ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
4. Cara Diagnosis
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah,
sebagai penyebab pnemonia, hanya biakan spesimen fungsi atau aspirasi paru
jenis bakteri penyebab pnemonia pada balita, namun disisi lain dianggap prosedur
yang berbahaya dan bertentangan dengan etika (terutama jika semata untuk tujuan
kesukaran bernafas disertai peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat) sesuai umur.
a. Pada anak usia kurang 2 bulan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per
b. Pada anak usia 2 bulan - <1 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali per
c. Pada anak usia 1 tahun - <5 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 40 kali per
dengan adanya nafas cepat, yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit
atau lebih, atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke
dalam. Rujukan penderita pnemonia berat dilakukan dengan gejala batuk atau
kesukaran bernafas yang disertai adanya gejala tidak sadar dan tidak dapat
minum. Pada klasifikasi bukan pneumonia maka diagnosisnya adalah batuk pilek
lainnya.11
yang sesuai dengan tanda dan gejala ISPA, disertai pemeriksaan penunjang.12
Tanda dan gejala penyakit ISPA antara lain:12
trakea yang kemudian menimbulkan batuk. Batuk juga bisa terjadi karena iritasi
pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (nonproduktif) kemudian
b) Kesulitan bernafas
c) Sakit tenggorokan
tenggorokan.
d) Demam
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise,
mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan
Tanda-tanda bahaya12
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan Bila semakin berat dapat jatuh
dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam
meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang
ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
cardiac arrest.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
Tanda-tanda laboratoris
hypoxemia,
hypercapnia dan
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan
tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa
dan dingin.
Pemeriksaan penunjang
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga cara pemeriksaan yang
a. Biakan Virus
Bahan berasal dari sekret hidung atau hapusan dinding belakang faring
kemudian dikirim dalam media gelatin, lactalbumine dan ekstrak yeast (GLY)
dalam suhu 40 derajat celcius. Untuk enterovirus dan adenovirus selain bahan
diambil dari dua tempat dapat juga diambil dari tinja dan hapusan rektum. Untuk
electron juga dipergunakan pada pemeriksaan virus corona. Selain itu, dapat juga
deilakukan dengan cara yang lebih sederhana yaitu pemeriksaan darah tepi,
jumlah leukosit dan hitung jenis. Leukositosis dengan peningkatan sel PMN di
dalam darah maupun sputum menandakan ada infeksi sehunder oleh karena
bakteri. Jarang terjadi leokositosis yang paling sering jumlah leukosit atau rendah.
2.5 Komplikasi13
1. Otitis media
2. Sinusitis
3. Bronchitis
4. Bronkopneumonia
5. Pleuritis
2.6 Tatalaksana
antibiotik, ISPA yang disebabkan oleh virus tidak memerlukan terapi antibiotik,
umumnya merupakan obat bebas yang bisa didapat di apotek, dengan berbagai
a. Terapi Antibiotik
Penggunaan antibiotik pada terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri,
Penggunaan antibiotik tanpa adanya landasan atau bukti adanya infeksi dapat
menyebabkan resistensi terhadap suatu antibiotik. Bukti infeksi dapat dilihat dari
1. Penisilin
dengan mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri yang mencakup
alternatif bagi pasien yang tidak dapat mentoleransi alternative lain setelah
2. Sefalosporin
Sefalosporin termasuk golongan antibiotika betalaktam dan menajdi
antibiotika pilihan kedua pada beberapa infeksi. Seperti antibiotik betalaktam lain,
kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi spektrum masing- masing
kedua memiliki stabilitas lebih baik, dan aktivitas terhadap bakteri gram negatif
memiliki spektrum yang lebih luas dan lebih resisten terhadap enzim β- laktamase
seftazidim. Generasi keempat memiliki aktivitas lebih baik terhadap bakteri gram
3. Kotrimoksasol
sintesis asam folat. Aktivitas yang dimiliki kotrimoksasol meliputi bakteri gram
4. Kloramfenikol
protrein bakteri. Diabsorbsi di usus dengan cepat, difusi ke semua jaringan dan
rongga tubuh sangat baik, diubah menjadi metabolit yang tidak aktif
inaktif.14
5. Makrolida
kali tahun 1952. Komponen lain golongan makrolida merupakan derivat sintetik
lebih poten terhadap gram-negatif, volume distribusi yang lebih luas serta waktu
paruh yang lebih panjang. Klaritromisin memiliki waktu paruh plasma lebih
b. Terapi Suportif
Terapi suportif merupakan terapi yang bertujuan untuk mendukung
pengobatan utama, dalam kasus ini yaitu pengbatan ISPA. Obat-obat yang biasa
2.7 Edukasi
Pada pasien ISPA, hal yang harus diedukasi adalah untuk menghindari
penularan kepada orang lain. Minta pasien untuk menutup hidung dan mulut
ketika bersin, kemudian segera membuang tisu yang sudah dipakai. Setelah itu,
pasien harus mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir. Saat berada di
Vaksin difteri, pertusis, dan Hib sudah termasuk ke dalam vaksinasi wajib
untuk diberikan pada saat usia anak 2, 3, dan 4 bulan dalam bentuk kombinasi
saluran pernapasan. Efek protektif vitamin D ini terutama tampak signifikan pada
BAB III
METODE PENELITIAN
2021.
3.3 Populasi
a. Populasi target
penelitian. Dalam penelitian ini, populasi target adalah semua data rekam medis
2020.
b. Populasi terjangkau
tempat dan waktu. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh data
rekam medis pasien ISPA di wilayah kerja Puskesmas Hutumuri Ambon selama
3.4 Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh penderita ISPA
Desember 2020 yang diambil dengan teknik total sampling. Teknik total sampling
merupakan keseluruhan pasien yang diambil dari populasi dan memenuhi kriteria
inklusi.
Penderita ISPA dengan data rekam medik yang tidak lengkap untuk
Ambon.
Variabel utama yang digunakan pada penelitian ini adalah ISPA dan
USIA
ISPA
JENIS KELAMIN
Keterangan:
: Variabel Terikat
: Variabel Bebas
berdasarkan perbedaan
perempuan.
Analisa data dilakukan dengan cara data yang telah terkumpul akan diolah
menggunakan grafik.
Populasi
Penentuan sampel
Kriteria inklusi
Pengumpulan data
Analisis data
Penyajian data
Penyajian data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kota Ambon yang berjarak ± 26 Km dari pusat kota dan terletak dalam wilayah
Desa Halong, Sebelah Selatan Laut Banda, Sebelah Timur, Desa Passo,
Sebelah Barat Desa Hukurila, dan saat ini puskesmas Hutumuri dipimpin oleh
puskesmas hutumuri dan dengan Infeksi akut Saluran Pernapasan Bag. Atas.
Pasien ISPA.
Karakteristik
No. N Persentase (%)
Responden
Usia Responden
Berdasarkan grafik dapat terlihat bahwa pada usia 15-44 lebih banyak
mengalami ISPA sebanyak 570 pasien (23,71%) dibandingkan usia lainnya yang
menderita ISPA.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
1. Pada tahun 2020 kunjungan tertinggi untuk kasus ISPA ada pada bulan
Januari dengan jumlah total 444 kunjungan dimana berdasarkan jenis kelamin,
5.2. Saran
ISPA dalam upaya promotif dan preventif sehingga lebih banyak masyarakat
yang mengerti tentang faktor resiko terjadinya ISPA dan mencegah terjadinya
hipertensi.
kuratif dan rehabilitasi, agar komplikasi yang berpotensi terjadi dapat dicegah
sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.who.int/csr/resources/publications/csrpublications/en/index7.html
5. KIFRAN Rudan et al. Bulletin of the World Health Organization. 86 (5) May
2008
Jakarta: Kemenkes.
2021)
10. WHO. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang.
infection
12. Maneghetii A, Upper Respiratory Infections. [Internet]. 2018; [cited 2021 August
13. Simoes EAF, Cherian T, Chow J, Salles SAS, Laxminarayan R, John TJ. Acute
Developing Countries.p.483-499.
https://www.who.int/csr/resources/publications/WHO_CDS_EPR_2007_8BahasaI
.pdf.