Anda di halaman 1dari 69

Referat

MENGENAL CIRI KEPRIBADIAN SERTA BERBAGAI TEORI


KEPRIBADIAN GUNA MEMAHAMI GANGGUAN JIWA

Disusun Oleh:

Dokter Muda Stase Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa


Periode 8 Oktober – 26 Oktober 2020

Oleh :
Dorothy Juliana 04054822022114
Imaniar Kesuma 04054822022074

Pembimbing:
dr. Zainie Hassan, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA ERNALDI BAHAR


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul

Referat

MENGENAL CIRI KEPRIBADIAN SERTA BERBAGAI TEORI


KEPRIBADIAN GUNA MEMAHAMI GANGGUAN JIWA
Oleh:

Dorothy Juliana 04054822022114


Imaniar Kesuma 04054822022074

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Jiwa Ernaldi
Bahar Palembang, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang Periode 8
Oktober – 26 Oktober 2020

Palembang, Oktober 2020

dr. Zainie Hassan, Sp.KJ

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Mengenal
Ciri Kepribadian Serta Berbagai Teori Kepribadian Guna Memahami
Gangguan Jiwa”. Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit
Jiwa Ernaldi Bahar Palembang, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Zainie Hassan, Sp.KJ selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan
referat ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan referat ini di masa yang akan datang. Semoga referat ini dapat
memberi manfaat bagi pembaca.

Palembang, Oktober 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 2
2.1. Definisi Kepribadian................................................................................ 2
2.2. Faktor yang Memengaruhi Kepribadian.................................................... 2
2.3. Ciri Kepribadian ...................................................................................... 4
2.4. Tipe Kepribadian..................................................................................... 5
2.5. Teori Kepribadian ................................................................................... 7
2.6.Hubungan Kepribadian dengan Gangguan Jiwa ....................................... 55
BAB III KESIMPULAN.................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 64

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Menurut Larsen & Buss, ciri-ciri kepribadian adalah kumpulan sifat


psikologis dalam diri individu yang diorganisasikan, relatif bertahan, mempengaruhi
interaksi dan adaptasi individu dengan lingkungan, meliputi: lingkungan intrafisik,
fisik, dan sosial. Model ciri-ciri kepribadian dikenal dengan nama Big Five
Personality yang terdiri dari extraversion, agreeableness, conscientiousness,
emotional stability, dan intellect atau imagination.1
Pemahaman kepribadian sangat dipengaruhi oleh paradigma yang menjadi
acuan dalam pengembangan teori psikologi kepribadian. Para ahli kepribadian
memiliki paradigma masing-masing yang dapat mempengaruhi pola pikirnya tentang
kepribadian manusia secara sistemik. Teori-teori kepribadian dapat dikelompokkan
pada empat paradigma yang menjadi acuan dasar. Adapun paradigma yang paling
banyak berkembang di masyarakat adalah paradigma psikoanalisis dengan teori
psikoanalisis klasik yang dicetuskan oleh Sigmund Freud. Meskipun ada banyak
perdebatan tentang definisi kepribadian, dua tema utama telah merasuki hampir
semua upaya di domain berteori kepribadian: sifat manusia dan perbedaan individu.2
Pentingnya kepribadian untuk kesehatan mental memerlukan definisi yang
akurat tentang kepribadian dan kesehatan mental. Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) kesehatan didefinisikan sebagai “keadaan kesejahteraan fisik, mental
dan sosial yang lengkap dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan.3
Kepribadian sehat merupakan proses yang berlangsung terus-menerus dalam
kehidupan manusia, sehingga kualitasnya dapat menurun atau naik. Hal inilah yang
akan mempengaruhi kondisi kesehatan mental individu tersebut. Memahami peran
kepribadian dapat membantu kita memahami kesehatan mental dan oleh karena itu
pada bagian ini dibahas hubungan antara kepribadian dan psikopatologi. Pentingnya
kepribadian untuk psikopatologi telah diakui sejak awal kedokteran.4

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Definisi Kepribadian
Kepribadian didefinisikan sebagai gaya karakteristik individu dalam berperilaku,
berpikir, dan merasa.5 Meskipun telah terjadi banyak perdebatan tentang definisi
kepribadian, ada dua tema utama telah meresapi hampir semua upaya di bidang teori
kepribadian: sifat manusia dan perbedaan individu.2 Cara kita berpikir, merasa dan
berperilaku dan individualitas unik kita memiliki kontribusi yang signifikan dalam
kesehatan mental kita seperti dalam psikopatologi kita.
Beberapa individu lebih rentan terhadap penyakit mental dan psikopatologi
karena karakteristik dan ciri kepribadian mereka,6 sedangkan beberapa yang lain
mengalami tingkat kesehatan mental yang lebih tinggi karena sifat dan karakter
kepribadian mereka. Oleh karena itu, tampaknya beberapa individu lebih mudah
terserang penyakit jiwa sehingga mengancam kesehatan jiwa mereka.

2. 2 Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian


Karena kepribadian dikembangkan dalam kerangka sosial, dengan demikian,
banyak faktor yang berkontribusi padanya pengembangan. Untuk memudahkan
pemahaman, faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian diklasifikasikan menjadi
dua kelompok:
(i) Faktor Biologis
(ii) Faktor Lingkungan

Faktor Biologis:
Faktor biologis bersifat biogenik dan termasuk faktor keturunan, kelenjar
endokrin, fisik dan kondisi fisik, sistem saraf, dan lain-lain. Penjelasan yang jelas
tentang ini diberikan di bawah ini:
1. Keturunan.

2
Faktor keturunan memang merupakan faktor penting dalam perkembangan
kepribadian. Hampir setiap bentuk kepribadian telah dikaitkan dengan faktor
keturunan. Menurut Mendel, gen adalah pembawa keturunan ciri-ciri dalam arti
bahwa mereka memelihara integritas, konstitusi tertentu dan sifat-sifat dalam
keadaan tidak berubah terbentuk dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Misalnya, anak mewarisi corak, fisik, kecerdasan, dll. dari orang tuanya.
2. Fisik.
Fisik mengacu pada riasan biologis dan kewajiban yang relatif tahan lama dari
seorang individu yang dihasilkan dari pengaruh genetik dan lingkungan yang
menentukan potensi reaktifnya.
3. Kelenjar Endokrin.
Kelenjar endokrin ditandai untuk interaksi dan saling ketergantungan. Kelenjar ini
mengeluarkan hormon. Setiap aktivitas berlebih atau aktivitas yang kurang dari
kelenjar ini dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan harmone yang
mengakibatkan gangguan kepribadian.
4. Sistem Saraf.
Sistem saraf juga mempengaruhi perkembangan kepribadian. Kemampuan
mental, sensorik- keterampilan motorik juga ditentukan oleh sistem saraf. Sistem
saraf otonom dan sistem saraf pusat bertanggung jawab untuk perkembangan
kepribadian.

Faktor Lingkungan:
Lingkungan adalah segala sesuatu yang mempengaruhi individu kecuali gennya.
Lingkungan sebuah individu terdiri dari jumlah total rangsangan yang ia terima
dari konsepsi hingga kelahiran. Sebagai faktanya, faktor lingkungan berikut harus
dipertimbangkan.

3
2. 3 Ciri Kepribadian
Pada tahun-tahun terakhir periset telah mengidentifikasi lima ciri fundamental
yang khususnya relevan pada organisasi. Ciri tersebut sekarang umum disebut dengan
“lima besar” ciri-ciri kepribadian (“Big Five” Personality Traits). Yaitu:
a. Keramahan (Agreeableness)
Merujuk pada kemampuan seseorang untuk bergaul dengan orang lain.
Keramahan menyebabkan sejumlah orang bersikap ramah, kooperatif, mudah
memaafkan, pengertian dan bersikap baik dalam berurusan dengan orang lain.
Periset belum sepenuhnya menyelidiki pengaruh keramahan, tetapi tampaknya
orang-orang dengan keramahan tinggi lebih baik dalam mengembangkan
hubungan kerja yang baik dengan rekan kerja, bawahan, dan manajer dengan
tingkat lebih tinggi, dimana orang-orang yang kurang ramah kemungkinan tidak
memiliki hubungan kerja yang baik.
b. Kehati-hatian (Conscientiousness)
Merujuk pada jumlah sasaran yang difokuskan oleh seseorang. Orang yang
berfokus pada relatif sedikit sasaran waktu lebih berkemungkinan untuk
terorganisasi, sistematis, berhati-hati, menyeluruh, bertanggung jawab, dan
disiplin. Penelitian telah menemukan bahwa orang-orang yang lebih berhati-hati
cenderung berkinerja lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang kurang
berhati-hati dalam berbagai pekerjaan yang berbeda.
c. Emosionalitas Negatif (Negative Emotionality)
Orang yang memiliki lebih sedikit emosionalitas negative, maka relatif
seimbang, tenang, tabah dan merasa aman. Orang dengan lebih banyak
emosionalitas negative bersifat lebih mudah tergugah, merasa tidak aman, reaktif,
dan merupakan subjek suasanan hati yang ekstrem. Orang-orang dengan lebih
sedikit emosionalitas negative dapat diharapkan untuk lebih baik dalam
menangani stres pekerjaan, tekanan, dan ketegangan. Stabilitas mereka juga dapat
membuat mereka dipandang lebih andal dibandingkan dengan rekan mereka yang
mempunyai emosi kurang stabil.

4
d. Ekstraversi (Extraversion)
Mencerminkan tingkat kenyamanan seseorang dengan hubungan. Ekstrover
bersifat suka bergaul, pandai berbicara, tegas dan terbuka untuk menjalin
hubungan baru. Sedangkan introver tidak suka bergaul, tidak pandai berbicara,
tidak tegas, dan lebih enggan untuk memulai hubungan baru. Penelitian
menyatakan bahwa ektrover cenderung berkinerja lebih tinggi pada keseluruhan
pekerjaan dibandingkan dengan introver.
e. Keterbukaan (Openness)
Mencerminkan kekakuan seseorang atas keyakinan dan luasnya ketertarikan.
Orang dengan keterbukaan tinggi bersedia untuk mendengarkan ide-ide baru dan
mengubah ide, keyakinan dan sikap mereka sendiri sebagai respon terhadap
adanya informasi baru. Mereka cenderung mempunyai ketertarikan luas dan
keingintahuan, imajinatif, dan kreatif. Sebaliknya, orang-orang dengan tingkat
keterbukaan rendah cenderung kurang dapat menerima ide-ide baru dan kurang
bersedia untuk mengubah pikiran mereka. Lebih jauh, mereka cenderung
mempunyai ketertarikan yang lebih sedikit dan lebih sempit serta kurang ingin
tahu dan kurang kreatif. Orang dengan keterbukaan lebih besar dapat diharapkan
berkinerja lebih baik karena fleksibilitas mereka dan kemungkinan bahwa mereka
akan diterima secara lebih baik oleh orang lain dalam organisasi. 7

2. 4 Tipe Kepribadian
Menurut Carl Gustav Jung, manusia memiliki dua tipe kepribadian yakni
ekstrovert dan introvert. 8 Selain itu Jung juga mengemukakan pendapat tentang empat
fungsi kepribadian manusia yakni sensing (fungsi pengindera), intuition (fungsi
ntuitif), thinking (fungsi berfikir), dan feeling (fungsi perasa) atau lebih dikenal
sebagai Tipe Kepribadian Jung. Berdasarkan Tipe Kepribadian Jung tersebut, Isabel
Myers dan ibunya, Katharine C. Briggs membuat instrumentes kepribadian yang
kemudian dinamakan Myers-Briggs Type Indicator (MBTI). MBTI ini bersandar
kepada empat kecenderungan skala yang saling bertolak belakang yakni extrovert vs
introvert, sensing vs intuition, thinking vs feeling dan perceiving vs judging. Hal yang

5
perlu diperhatikan dari tes MBTI adalah tidak adanya jawaban “benar” dan “salah”
serta tidak ada tipe kepribadian yang lebih daripada tipe kepribadian yang lainnya
karena setiap orang memiliki keunikan tersendiri dalam kepribadiannya.

1. Extrovert vs Introvert (E vs I)
Dimensi EI melihat sumber energi seseorang berasal dari luar atau dalam
(dirinya). Ekstrovert merupakan tipe kepribadian yang menyukai dunia luar.
Mereka senang bergaul, berinteraksi sosial, beraktifitas dengan orang lain, serta
berfokus pada dunia luar. Sebaliknya, dimensi introvert menyukai dunia dalam
(diri sendiri). Introvert senang menyendiri, merenung, membaca dan tidak begitu
suka bergaul dengan banyak orang, mampu bekerja sendiri, penuh konsentrasi
serta fokus.
2. Sensing vs Intuition (S vs N)
Dimensi SN melihat cara individu memproses data. Tipe sensing memproses
data berdasar fakta yang konkrit, praktis, realistis dan melihat data apa adanya.
Mereka menggunakan pedoman pengalaman dan data konkrit serta memilih cara-
cara yang sudah terbukti. Tipe sensing berfokus pada masa kini. Sementara tipe
intuition memproses data dengan melihat pola dan hubungan, pemikir abstrak,
konseptual serta melihat berbagai kemungkinan yang dapat terjadi. Mereka
berpedoman imajinasi, memilih cara unik, dan berfokus pada masa depan. Tipe
intuition sangat inovatif, penuh inspirasi dan ide unik.
3. Thinking vs Feeling (T vs F)
Dimensi ketiga melihat bagaimana orang mengambil keputusan. Thinking
adalah mereka yang selalu menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk
mengambil keputusan. Mereka cenderung berorientasi pada tugas dan objektif,
terkesan kaku dan keras kepala. Tipe thinking menerapkan prinsip dengan
konsisten. Sementara feeling adalah mereka yang melibatkan perasaan, empati
serta nilai-nilai yang diyakini ketika hendak mengambil keputusan. Mereka
berorientasi pada hubungan dan subjektif. Tipe feeling sering terkesan memihak,
mereka empatik dan menginginkan harmoni.

6
4. Perceiving vs Judging (P vs J)
Dimensi terakhir melihat derajat fleksibilitas seseorang. Judging di sini bukan
berarti judgemental (menghakimi). Judging diartikan sebagai tipe orang yang
selalu bertumpu pada rencana yang sistematis, serta senantiasa berpikir dan
bertindak teratur (tidak melompat-lompat). Mereka tidak suka hal-hal mendadak
dan di luar perencanaan. Tipe judging ingin merencanakan pekerjaan dan
mengikuti rencana itu. Orang dengan dimensi judging bagus dalam penjadwalan,
penetapan struktur dan perencanaan step by step. Sementara tipe perceiving
adalah mereka yang bersikap fleksibel, spontan, adaptif, dan bertindak secara
acak untuk melihat beragam peluang yang muncul. Perubahan mendadak tidak
masalah dan ketidakpastian membuat mereka bergairah. Orang dengan dimensi
perceiving bagus dalam menghadapi perubahan dan situasi mendadak.

2. 5 Teori Kepribadian
2.4.1 Teori Sigmund Freud

Pemahaman Freud tentang kepribadian manusia didasarkan pada pengalamannya


dengan pasien, analisis mengenai mimpinya sendiri, dan bacaannya yang luas dalam
berbagai sains dan humaniora. Pengalaman ini memberikan data dasar untuk evolusi
teorinya. Kontribusi terbesar Freud terhadap teori kepribadian adalah penjelajahannya
atas alam bawah sadar dan desakannya bahwa orang-orang dimotivasi terutama oleh
dorongan yang sedikit atau tidak mereka sadari. Bagi Freud, kehidupan mental dibagi
menjadi dua tingkatan, alam bawah sadar dan kesadaran. Alam bawah sadar memiliki
dua tingkatan yang berbeda, alam bawah sadar yang sebenarnya dan prasadar. Dalam
psikologi Freudian, tiga tingkat kehidupan mental digunakan untuk menunjukkan
proses dan lokasi. 9

1) Teori Psikoanalitik Klasik


 Alam bawah sadar

Alam bawah sadar mengandung semua dorongan, keinginan, atau naluri yang
berada di luar kesadaran kita, tetapi tetap memotivasi sebagian besar kata-kata,

7
perasaan, dan tindakan kita. Meskipun kita mungkin sadar akan perilaku terbuka
kita, sering kali kita tidak menyadari proses mental yang ada di belakangnya.
Sebagai contoh, seorang pria mungkin mengetahui bahwa dirinya tertarik dengan
seorang wanita, tetapi tidak sepenuhnya mengerti alasan dari ketertarikan
tersebut.9

Menurut Freud, alam bawah sadar merupakan penjelasan terhadap makna di


balik mimpi, ucapan, dan jenis lupa tertentu, yang disebut represi. Misalnya,
Freud percaya bahwa pengalaman masa kecil dapat muncul dalam mimpi orang
dewasa meskipun si pemimpi tidak memiliki ingatan sadar akan pengalaman ini.
Proses bawah sadar sering kali masuk ke dalam kesadaran tetapi hanya setelah
disamarkan atau cukup terdistorsi untuk menghindari sensor.9

Tidak sadar bukan berarti tidak aktif atau dorman. Kekuatan di alam bawah
sadar terus-menerus berusaha untuk menjadi sadar, dan banyak diantaranya yang
berhasil meskipun kekuatan itu mungkin tidak lagi muncul dalam bentuk aslinya.
Misalnya, kebencian seorang anak laki-laki terhadap ayahnya mungkin terlihat
sebagai bentuk kasih sayang yang mencolok. Dalam bentuk yang tidak
disamarkan, kebencian akan menimbulkan kecemasan yang berlebihan bagi sang
anak. Oleh karena itu, pikiran bawah sadarnya memotivasi dia untuk
mengekspresikan kebencian secara tidak langsung dengan cara menunjukkan
kasih sayang dan pujian yang berlebihan. 9

 Prasadar

Tingkat prasadar dari pikiran mengandung semua elemen yang tidak disadari
tetapi dapat menjadi sadar dengan mudah atau bahkan disertai beberapa kesulitan.
Isi alam bawah sadar berasal dari dua sumber, yang pertama adalah persepsi
sadar. Apa yang dirasakan seseorang hanya disadari untuk periode sementara, hal
tersebut dengan cepat masuk ke prasadar ketika fokus perhatian bergeser ke ide
lain. Ide-ide yang bergantian dengan mudah antara menjadi sadar dan prasadar

8
sebagian besar terbebas dari kecemasan dan dalam kenyataannya jauh lebih mirip
dengan gambaran sadar daripada keinginan tidak sadar. 9

Sumber kedua dari gambaran prasadar adalah alam bawah sadar. Freud
percaya bahwa ide bisa lolos dari sensor yang waspada dan masuk ke alam sadar
dalam bentuk terselubung. Gambaran lain dari alam bawah sadar memang masuk
ke dalam kesadaran, tetapi hanya karena sifat asli mereka secara cerdik
disamarkan melalui proses mimpi, kesalahan ucapan, atau tindakan defensif yang
rumit.9

 Kesadaran

Kesadaran, yang memainkan peran yang relatif kecil dalam teori


psikoanalitik, dapat didefinisikan sebagai elemen-elemen mental dalam kesadaran
pada suatu titik waktu tertentu. Kesadaran adalah satu-satunya tingkat kehidupan
mental yang tersedia secara langsung bagi kita. Ide dapat mencapai kesadaran dari
dua arah yang berbeda. Yang pertama adalah dari sistem kesadaran perseptual,
yang diarahkan ke dunia luar dan bertindak sebagai media untuk persepsi
rangsangan eksternal. Dengan kata lain, apa yang kita rasakan melalui organ
indera kita, jika tidak terlalu mengancam, akan masuk ke dalam kesadaran.9

Sumber kedua dari elemen-elemen sadar berasal dari dalam struktur mental
dan mencakup gagasan-gagasan yang tidak mengancam dari prasadar serta
gambaran yang menakutkan tetapi disamarkan dengan baik dari alam bawah
sadar. Gambaran terakhir ini lolos ke alam bawah sadar dengan menyelubungi
diri mereka sendiri sebagai elemen yang tidak berbahaya dan menghindari sensor
utama. Begitu berada di alam bawah sadar, mereka menghindari sensor terakhir
dan berada di bawah mata kesadaran. Pada saat mereka mencapai sistem
kesadaran, gambar-gambar ini sangat terdistorsi dan disamarkan, seringkali dalam
bentuk perilaku defensif atau elemen mimpi. 9

9
2) Teori Struktur Kepribadian

Menurut Freud, kepribadian tersusun dari tiga sistem pokok, yaitu id, ego, dan,
superego. Bagian paling primitif dari pikiran adalah das Es, atau "itu", yang hampir
selalu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai Id; bagian kedua adalah das
Ich, atau "Aku", yang diterjemahkan sebagai ego; dan bagian terakhir adalah das
Uber-Ich, atau "over-I," yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai
superego. Mereka berinteraksi dengan tiga tingkat kehidupan mental sehingga ego
melintasi berbagai tingkat topografi dan memiliki komponen sadar, prasadar, dan
tidak sadar, sedangkan superego adalah prasadar dan tidak sadar dan id sama sekali
tidak sadar.9

 Id

Pada inti dari kepribadian dan sepenuhnya tidak disadari adalah wilayah
psikis yang disebut id. Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana
ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan
sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya insting. Id tidak memiliki
organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya. Id
tidak memiliki kontak dengan realita, namun ia terus berusaha untuk mengurangi
ketegangan dengan memuaskan keinginan dasar. Karena fungsi satu-satunya
untuk mencari kesenangan, dapat dikatakan bahwa id melayani prinsip
kesenangan.9,10

Karena id tidak memiliki kontak langsung dengan realita, id tidak diubah oleh
perjalanan waktu atau oleh pengalaman orang tersebut. Id berisikan segala sesuatu
yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir, termasuk insting-
insting. Id adalah sesuatu yang primitif, kacau, tidak dapat diakses oleh
kesadaran, tidak dapat diubah, amoral, tidak logis, tidak terorganisir, dan terisi
dengan energi yang diterima dari dorongan dasar dan dilepaskan untuk kepuasan
prinsip kesenangan.9

10
 Ego

Ego, atau aku, adalah satu-satunya wilayah pikiran yang berhubungan dengan
realita. Ego tumbuh dari id selama masa bayi dan menjadi satu-satunya sumber
komunikasi seseorang dengan dunia luar. Hal ini diatur oleh prinsip realita, yang
mencoba menggantikan prinsip kesenangan id. Sebagai satu-satunya wilayah
pikiran yang berhubungan dengan dunia luar, ego berperan sebagai pengambil
keputusan atau cabang eksekutif kepribadian. Namun, karena ego sebagian sadar,
sebagian prasadar, dan sebagian tidak sadar, ego dapat membuat keputusan pada
masing-masing dari tiga tingkat ini. 9

Ketika anak-anak mulai mendapatkan penghargaan dan hukuman orang tua,


mereka belajar apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan kesenangan dan
menghindari rasa sakit. Pada usia muda ini, kesenangan dan rasa sakit adalah
fungsi ego karena anak-anak belum mengembangkan hati nurani dan ego-ideal:
yaitu superego. Ketika anak-anak mencapai usia 5 atau 6 tahun, mereka
mengidentifikasi diri dengan orang tua mereka dan mulai mempelajari apa yang
harus dan tidak boleh mereka lakukan. Inilah asal mula superego. 9

 Superego

Dalam psikologi Freudian, superego, atau over-I, mewakili aspek moral dan
ideal dari kepribadian dan dipandu oleh prinsip moralistik dan idealistik yang
bertentangan dengan prinsip kesenangan id dan prinsip ego yang realistis.
Superego tumbuh dari ego, dan seperti ego, ia tidak memiliki energi sendiri.
Namun, superego berbeda dari ego dalam satu hal penting, ia tidak memiliki
kontak dengan dunia luar dan karena itu tidak realistis dalam tuntutannya untuk
kesempurnaan.9

Superego memiliki dua subsistem, yaitu hati nurani dan ego-ideal. Freud tidak
secara jelas membedakan kedua fungsi ini, tetapi, secara umum, hati nurani
dihasilkan dari pengalaman dengan hukuman untuk perilaku yang tidak pantas
dan memberi tahu kita apa yang tidak boleh kita lakukan, sedangkan ego-ideal

11
berkembang dari pengalaman dengan penghargaan untuk perilaku yang tepat dan
memberi tahu kita apa yang harus kita lakukan. 9

Superego mengawasi ego dengan cermat, menilai tindakan dan niatnya. Rasa
bersalah adalah hasil ketika ego bertindak, bertentangan dengan standar moral
superego. Perasaan rendah diri muncul ketika ego tidak mampu memenuhi
standar kesempurnaan superego. Rasa bersalah adalah fungsi dari hati nurani,
sedangkan perasaan rendah diri berasal dari ego-ideal.9

Perkembangan ketiga divisi tersebut sangat bervariasi pada individu yang


berbeda. Bagi sebagian orang, superego tidak tumbuh setelah masa kanak-kanak; bagi
yang lain, superego mungkin mendominasi kepribadian dengan mengorbankan
perasaan bersalah dan rendah diri. Bagi orang lain, ego dan superego mungkin
bergiliran mengendalikan kepribadian, yang menghasilkan fluktuasi mood yang
ekstrim dan perubahan siklus kepercayaan diri dan penghinaan diri. Pada individu
yang sehat, id dan superego diintegrasikan ke dalam ego yang berfungsi mulus dan
beroperasi secara harmonis dan dengan konflik minimum.9

3) Dinamika Kepribadian
 Insting

Insting adalah suatu representasi mental dari kebutuhan fisik atau tubuh.
Dengan demikian, insting dapat didefinisikan sebagai perwujudan psikologis dari
sumber rangsangan somatik dalam yang dibawa sejak lahir. Terdapat empat ciri
khas insting, yaitu:10

1) Impetus (pressure), yaitu daya atau kekuatan yang ditentukan oleh


intensitas kebutuhan yang mendasarinya.
2) Sumber, yakni asal dari insting yang harus dicari pada proses-proses kimia
dan fisika pada tubuh.
3) Tujuan, yaitu dorongan-dorongan insting tertuju pada satu tujuan berupa
kepuasan atau reduksi tegangan.

12
4) Objek, yaitu seluruh kegiatan yang menjembatani antara munculnya suatu
hasrat dan pemenuhannya.
 Kecemasan (Anxiety)

Anxiety menurut Freud adalah perasaan tidak menyenangkan disertai sensasi


tubuh yang memberikan tanda pada seseorang akan adanya bahaya. Hanya ego
yang merasakan anxiety, namun id, superego dan dunia nyata masing-masing
menciptakan anxiety yang berbeda, yaitu:10

1) Neurotic anxiety yang bersumber dari id, rasa cemas terhadap sesuatu yang
tidak jelas atau rasa takut kalau-kalau insting akan keluar jalur dan
menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum.
2) Moral anxiety bersumber dari superego, rasa cemas akibat tidak mampu
memenuhi standar moral/kesempurnaan tertentu atau rasa takut terhadap hati
nuraninya sendiri.
3) Realistic anxiety bersumber dari dunia luar yang nyata, mendekati rasa takut
akibat penghayatan akan kejadian nyata atau rasa takut akan bahaya yang
datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung
kepada ancaman nyata.

Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena


kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya.

 Defense Mechanism

Untuk menghadapi tekanan kecemasan yang berlebihan, sistem ego terpaksa


mengambil tindakan ekstrim untuk menghilangkan tekanan tersebut. Tindakan
yang demikian itu, disebut mekanisme pertahanan, sebab tujuannya adalah untuk
mempertahankan ego terhadap tekanan kecemasan. Dalam teori Freud, bentuk-
bentuk mekanisme pertahanan yang penting antara lain adalah:9,10

a) Represi, merupakan mekanisme pertahanan yang paling dasar. Kapanpun ego


terancam oleh impuls id yang tidak diinginkan, ia melindungi dirinya sendiri

13
dengan menekan impuls tersebut; yaitu memaksa perasaan mengancam ke
alam bawah sadar. Dalam banyak kasus, represi terus berlanjut seumur hidup.
b) Reaction formation, menciptakan perilaku tersamar yang bentuknya
berlawanan dengan dorongan aslinya. Individu mungkin menyembunyikan
kebencian dengan kepura-puraan cinta, atau menutupi kekejaman dengan
keramahan yang berlebihan.
c) Displacement, salah satu cara menghadapi ansietas adalah dengan
memindahkannya dari objek yang mengancam kepada objek "yang lebih
aman". Misalnya orang penakut yang tidak kuasa melawan atasannya
melampiaskan hostilitasnya di rumah kepada anak-anaknya.
d) Fixation, kelekatan libido secara permanen pada tahap perkembangan yang
lebih awal/primitif. Seperti mekanisme pertahanan lainnya, fiksasi bersifat
universal. Orang yang terus-menerus memperoleh kesenangan dari makan,
merokok, atau berbicara mungkin memiliki fiksasi oral, sedangkan orang
yang terobsesi dengan kerapian dan keteraturan mungkin memiliki fiksasi
anal.
e) Regression, yaitu beberapa orang kembali kepada bentuk tingkah laku yang
sudah ditinggalkan. Di bawah tekanan ekstrim, satu orang dewasa dapat
mengambil posisi janin, yang lain mungkin kembali ke rumah kepada ibunya,
dan yang lain mungkin bereaksi dengan tetap berada di tempat tidur sepanjang
hari, terlindung dengan baik dari dunia yang dingin dan mengancam. Perilaku
regresif mirip dengan perilaku fiksasi karena bersifat kaku dan kekanak-
kanakan. Regresi, bagaimanapun, biasanya bersifat sementara, sedangkan
fiksasi menuntut pengeluaran energi psikis yang kurang lebih permanen.
f) Projection, yaitu melihat perasaan-perasaan atau kecenderungan-
kecenderungan yang tidak diterima pada orang lain (yang sebetulnya ada
dalam diri), atau memantulkan sesuatu yang sebenarnya terdapat dalam diri
kita sendiri ke dunia luar. Ketika dorongan internal memicu banyak
kecemasan, ego akan mengurangi kecemasan tersebut dengan

14
menghubungkan dorongan yang tidak diinginkan ke objek eksternal, biasanya
orang lain.
g) Introjection, ketika proyeksi melibatkan penempatan impuls yang tidak
diinginkan ke objek eksternal, introyeksi adalah mekanisme pertahanan di
mana orang memasukkan kualitas positif orang lain ke dalam ego mereka
sendiri. Misalnya, seorang remaja mungkin memperkenalkan atau
mengadopsi tingkah laku, nilai, atau gaya hidup seorang bintang film.
Introjeksi seperti itu membuat remaja tersebut memiliki rasa harga diri yang
meningkat dan meminimalkan perasaan rendah diri. Orang-orang
memperkenalkan karakteristik yang mereka anggap berharga dan yang akan
membuat mereka merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.
h) Sublimation, mencari bentuk-bentuk tujuan pengganti yang bersifat
kultural/sosial atau suatu cara untuk mengalihkan energi seksual kesaluran
lain, yang secara sosial umumnya bisa diterima, bahkan ada yang dikagumi.

4) Tahap perkembangan kepribadian

Meskipun Freud memiliki sedikit pengalaman langsung dengan anak-anak


(termasuk miliknya), teori perkembangannya hampir secara eksklusif membahas
mengenai anak usia dini. Bagi Freud, 4 atau 5 tahun pertama kehidupan, atau tahap
kekanak-kanakan, adalah masa yang paling penting untuk pembentukan kepribadian.
Tahap ini diikuti oleh periode latensi 6 atau 7 tahun di mana waktu pertumbuhan
seksual hanya sedikit terjadi atau tidak ada sama sekali. Kemudian pada masa
pubertas, pertumbuhan kehidupan seksual terjadi, dan tahap genital dimulai.
Perkembangan psikoseksual akhirnya mencapai puncaknya pada kedewasaan. 9

Salah satu asumsi Freud yang paling penting adalah bayi memiliki kehidupan
seksual dan mengalami periode perkembangan seksual pragenital selama 4 atau 5
tahun pertama setelah lahir. Seksualitas masa kanak-kanak berbeda dengan
seksualitas dewasa karena tidak mampu bereproduksi dan secara eksklusif bersifat
autoerotik. Baik pada anak-anak maupun orang dewasa impuls seksual dapat

15
dipuaskan melalui organ selain alat kelamin. Mulut dan anus sangat sensitif terhadap
stimulasi sensitif seksual. Freud membagi tahap kekanak-kanakan menjadi tiga fase.
Fase oral dimulai pertama dan diikuti secara berurutan oleh fase anal dan fase falus. 9

1. Fase oral

Karena mulut adalah organ pertama yang memberikan kesenangan kepada


bayi, tahap perkembangan kekanak-kanakan yang pertama adalah fase oral. Bayi
mendapatkan makanan melalui rongga mulut, tetapi di luar itu, mereka juga
mendapatkan kesenangan melalui tindakan menghisap. Tujuan seksual dari
aktivitas oral awal adalah untuk memasukkan atau menerima objek pilihan ke
dalam tubuh seseorang, yaitu puting susu ibu. Selama fase reseptif-oral ini, bayi
tidak merasakan ambivalensi terhadap objek yang menyenangkan dan kebutuhan
mereka biasanya dipenuhi dengan sedikit rasa frustrasi dan kecemasan. Namun,
seiring bertambahnya usia, mereka lebih cenderung mengalami perasaan frustrasi
dan kecemasan sebagai akibat dari pemberian makan yang dijadwalkan,
peningkatan selang waktu antara menyusui, dan akhirnya disapih. 9

Pertahanan bayi terhadap lingkungan sangat terbantu dengan munculnya gigi.


Pada titik ini, mereka memasuki fase oral kedua, yang oleh Freud disebut sebagai
periode oral-sadistic. Selama fase ini, bayi merespons orang lain dengan
menggigit, menangis, menutup mulut, tersenyum, dan menangis. Pengalaman
autoerotik pertama mereka adalah mengisap jempol, pertahanan terhadap
kecemasan yang memuaskan kebutuhan seksual mereka tetapi bukan kebutuhan
nutrisinya.9

Seiring bertambahnya usia anak-anak, mulut terus menjadi zona sensitif


seksual, dan pada saat mereka menjadi dewasa, mereka mampu memuaskan
kebutuhan oral mereka dalam berbagai cara, termasuk mengisap permen,
mengunyah permen karet, menggigit pensil, makan berlebihan, merokok, dan
membuat kata-kata sarkastik.9

16
2. Fase anal

Dorongan agresif, yang selama tahun pertama kehidupan mengambil bentuk


sadisme oral, mencapai perkembangan yang lebih lengkap selama tahun kedua
ketika anus muncul sebagai zona kenikmatan seksual. Karena periode ini ditandai
dengan kepuasan yang diperoleh melalui perilaku agresif dan melalui fungsi
ekskresi, Freud menyebutnya fase sadistik-anal atau, lebih singkatnya, fase
perkembangan anal. Fase ini dibagi menjadi dua subfase, anal dini dan anal
akhir.9

Selama periode awal, anak menerima kepuasan dengan menghancurkan atau


kehilangan benda. Pada saat ini, sifat destruktif dari dorongan sadis lebih kuat
daripada dorongan erotis, dan anak-anak sering berperilaku agresif terhadap orang
tua karena membuat mereka frustrasi dengan pelatihan toilet. 9

Freud berhipotesis bahwa orang yang tumbuh menjadi karakter anal, sebagai
anak-anak, terlalu resisten terhadap toilet training, seringkali menahan feses
mereka dan memperpanjang waktu pelatihan melebihi yang biasanya dibutuhkan.
Erotisme anal ini menjelma menjadi trias anal yang teratur, pelit, dan keras kepala
yang menjadi ciri karakter anal dewasa. Selama tahap oral dan anal, tidak ada
perbedaan mendasar antara pertumbuhan psikoseksual pria dan wanita. Anak-
anak dari kedua jenis kelamin dapat mengembangkan orientasi aktif atau pasif.
Sikap aktif sering dicirikan oleh apa yang dianggap Freud sebagai kualitas
maskulin dari dominasi dan sadisme, sedangkan orientasi pasif biasanya ditandai
dengan kualitas feminin voyeurisme dan masokisme. Namun, salah satu orientasi,
atau kombinasi keduanya, dapat berkembang baik pada anak perempuan maupun
laki-laki.9

3. Fase Falik

Pada usia sekitar 3 atau 4 tahun, akan dimulai tahap ketiga perkembangan
kekanak-kanakan, fase falus, saat area genital menjadi zona sensitif seksual
utama. Tahap ini untuk pertama kalinya ditandai oleh dikotomi antara

17
perkembangan laki-laki dan perempuan, perbedaan yang diyakini Freud karena
perbedaan anatomis antara jenis kelamin. Hal ini mendasari keyakinan Freud
bahwa perbedaan fisik antara pria dan wanita menyebabkan banyak perbedaan
psikologis yang penting. Pengalaman dengan kompleks Oedipus memainkan
peran yang lebih penting dalam perkembangan kepribadian anak.9

Freud menggambarkan ini sebagai hubungan segitiga antara anak-ibu-ayah.


Pada awalnya cinta anak laki-laki adalah kepada ibunya dan ayahnya dianggap
sebagai saingannya dalam memperebutkan ibunya tetapi akhirnya anak kalah
bersaing dengan ayahnya bahkan justru ingin meniru ayahnya dengan identifikasi.
Bila dalam membesarkan anak dilakukan ibu sendiri dan anak menjadi dekat
dengan ibunya sehingga kelak anak akan mencari pacar atau isteri yang mirip
dengan ibunya/sama dengan figur ibunya. 9

Freud percaya bahwa sifat biseksual anak (dari kedua jenis kelamin)
memperumit gambaran ini. Sebelum seorang anak laki-laki memasuki tahap
Oedipus, ia mengembangkan sejumlah watak feminin. Oleh karena itu, selama
periode Oedipal, sifat femininnya dapat menuntunnya untuk menunjukkan kasih
sayang kepada ayahnya dan mengungkapkan kebencian terhadap ibunya,
sementara pada saat yang sama kecenderungan maskulinnya mengarahkannya ke
arah kebencian terhadap ayah dan nafsu kepada ibu. Selama kondisi ambivalen
ini, yang dikenal sebagai kompleks Oedipus lengkap, kasih sayang dan kebencian
hidup berdampingan karena salah satu atau kedua perasaan mungkin tidak
disadari.9

4. Fase Laten

Freud percaya bahwa, dari tahun ke-4 atau ke-5 hingga masa pubertas, baik
laki-laki maupun perempuan biasanya mengalami periode perkembangan
psikoseksual yang tidak aktif. Tahap latensi ini sebagian disebabkan oleh upaya
orang tua untuk menghukum atau mencegah aktivitas seksual pada anak kecil
mereka. Jika penekanan orang tua berhasil, anak-anak akan menekan dorongan

18
seksual mereka dan mengarahkan energi psikis mereka ke sekolah, persahabatan,
hobi, dan aktivitas nonseksual lainnya. Latensi berkelanjutan diperkuat melalui
penekanan terus-menerus oleh orang tua dan guru dan oleh perasaan internal
malu, bersalah, dan moralitas. Dorongan seksual, tentu saja, masih ada selama
masa laten, tetapi tujuannya telah dihambat. 9

5. Fase Genital

Pubertas menandakan kebangkitan kembali tujuan seksual dan awal periode


genital. Pada masa pubertas, kehidupan seksual difasik seseorang memasuki tahap
kedua, yang memiliki perbedaan mendasar dengan masa kanak-kanak. Pertama,
remaja melepaskan autoeroticism dan mengarahkan energi seksual mereka ke
orang lain, bukan ke diri mereka sendiri. Kedua, pada masa ini dapat terjaadi
reproduksi. Ketiga, meskipun kecemburuan pada penis dapat terus berlanjut pada
anak perempuan, vagina akhirnya mendapatkan status yang sama bagi mereka
yang dimiliki penis selama masa bayi. Sejalan dengan hal ini, anak laki-laki
sekarang melihat organ perempuan sebagai objek yang dicari daripada sumber
trauma. Keempat, seluruh dorongan seksual mengambil pengaturan yang lebih
lengkap, dan dorongan komponen yang telah beroperasi agak independen selama
periode masa kanak-kanak awal memperoleh semacam sintesis selama masa
remaja; dengan demikian, mulut, anus, dan area penghasil kesenangan lainnya
mengambil posisi tambahan ke alat kelamin, yang sekarang mencapai supremasi
sebagai zona sensitif seksual. 9

6. Tahap Dewasa

Meskipun Freud tidak pernah sepenuhnya mengkonseptualisasikan gagasan


psikologis yang matur, kita dapat menggambar sketsa individu yang matang
secara psikoanalisis. Orang-orang seperti itu akan memiliki keseimbangan antara
struktur pikiran, dengan ego mereka mengendalikan id dan superego mereka
tetapi pada saat yang sama memungkinkan untuk keinginan dan tuntutan yang
masuk akal. Oleh karena itu, impuls id mereka akan diungkapkan secara jujur dan

19
sadar tanpa jejak rasa malu atau rasa bersalah, dan superego mereka akan
bergerak melampaui identifikasi dan kendali orang tua tanpa sisa-sisa
antagonisme atau inses.9

Ego-ideal mereka akan realistis dan sama dengan ego mereka, dan pada
kenyataannya, batas antara superego dan ego mereka hampir tidak terlihat.
Kesadaran akan memainkan peran yang lebih penting dalam perilaku orang
dewasa, yang hanya memiliki sedikit kebutuhan untuk menekan dorongan seksual
dan agresif. Singkatnya, orang dewasa secara psikologis akan datang melalui
pengalaman masa kanak-kanak dan remaja dalam mengendalikan energi psikis
mereka dan dengan ego mereka berfungsi di pusat dunia kesadaran yang terus
berkembang.9

2.4.2 Teori Alfred Adler

Terdapat beberapan perbedaan antara teori kepribadian Adler dengan teori


kepribadian Freud. Pertama, Freud mereduksi semua motivasi menjadi seks dan
agresi, sedangkan Adler melihat orang-orang sebagian besar termotivasi oleh
pengaruh sosial dan oleh perjuangan mereka untuk superioritas atau kesuksesan;
kedua, Freud berasumsi bahwa orang memiliki sedikit atau tidak ada pilihan dalam
membentuk kepribadian mereka, sedangkan Adler percaya bahwa orang-orang
sebagian besar bertanggung jawab atas diri mereka; ketiga, asumsi Freud bahwa
perilaku saat ini disebabkan oleh pengalaman masa lalu secara langsung bertentangan
dengan gagasan Adler bahwa perilaku saat ini dibentuk oleh pandangan orang tentang
masa depan; dan keempat, berbeda dengan Freud, yang sangat menekankan pada
komponen perilaku yang tidak disadari, Adler percaya bahwa orang yang sehat secara
psikologis biasanya sadar akan apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka
melakukannya.9

20
Teori Adlerian

Meskipun tulisannya mengungkapkan wawasan yang luar biasa mengenai


kedalaman dan kompleksitas kepribadian manusia, Adler mengembangkan teori yang
pada dasarnya sederhana. Bagi Adler, orang dilahirkan dengan tubuh yang lemah dan
inferior, suatu kondisi yang mengarah pada perasaan rendah diri dan akibatnya
bergantung pada orang lain. Oleh karena itu, perasaan bersatu dengan orang lain
(kepentingan sosial) melekat pada diri orang-orang dan merupakan standar tertinggi
untuk kesehatan psikologis. Lebih khusus lagi, prinsip-prinsip utama teori Adlerian
dapat dinyatakan dalam bentuk garis besar. Berikut ini diadaptasi dari daftar yang
mewakili pernyataan akhir dari psikologi individu Adler:9

1. Satu kekuatan dinamis di balik perilaku seseorang adalah perjuangan


untuk keberhasilan atau superioritas.
2. Persepsi subjektif seseorang membentuk perilaku dan kepribadian mereka.
3. Kepribadian itu bersatu dan konsisten.
4. Nilai segala aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang
kepentingan sosial.
5. Struktur kepribadian yang konsisten pada diri sendiri berkembang menjadi
gaya hidup seseorang.
6. Gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif manusia.

1) Perjuangan Untuk Meraih Keberhasilan atau Superioritas

Prinsip pertama teori Adlerian adalah: Satu kekuatan dinamis di balik perilaku
orang adalah perjuangan untuk keberhasilan atau superioritas. Adler mereduksi
semua motivasi menjadi satu dorongan, yaitu perjuangan untuk sukses atau
superioritas. Masa kecil Adler sendiri ditandai dengan kekurangan fisik dan
perasaan kompetitif yang kuat dengan kakak laki-lakinya. Psikologi individu
menyatakan bahwa setiap orang memulai hidup dengan kekurangan fisik yang
mengaktifkan perasaan rendah diri, perasaan yang memotivasi seseorang untuk

21
berjuang mencapai superioritas atau keberhasilan. Individu yang tidak sehat
secara psikologis berjuang untuk keunggulan pribadi, sedangkan orang yang sehat
secara psikologis mencari kesuksesan untuk seluruh umat manusia. Terlepas dari
motivasi untuk berjuang, setiap individu dipandu oleh tujuan akhir. 9,12

 Tujuan Akhir

Menurut Adler, orang berjuang menuju tujuan akhir baik keunggulan pribadi
atau tujuan sukses untuk semua umat manusia. Dalam kedua kasus tersebut,
tujuan akhirnya adalah fiksi dan tidak memiliki keberadaan yang obyektif. Namun
demikian, tujuan akhir memiliki arti penting karena menyatukan kepribadian dan
membuat semua perilaku dapat dipahami. Setiap orang memiliki kekuatan untuk
menciptakan tujuan fiksi yang dipersonalisasi, yang dibangun dari bahan mentah
yang disediakan oleh faktor keturunan dan lingkungan. 9

Namun, tujuannya tidak ditentukan secara genetik maupun lingkungan.


Sebaliknya, hal tersebut merupakan hasil dari kekuatan kreatif, yaitu kemampuan
orang untuk dengan bebas membentuk perilaku mereka dan menciptakan
kepribadian mereka sendiri. Pada saat anak-anak mencapai usia 4 atau 5 tahun,
kekuatan kreatif mereka telah berkembang hingga mereka dapat menetapkan
tujuan akhir mereka. Bahkan bayi memiliki dorongan bawaan menuju
pertumbuhan, penyelesaian, atau kesuksesan. Karena bayi kecil, tidak lengkap,
dan lemah, mereka merasa rendah diri dan tidak berdaya. Untuk mengimbangi
kekurangan ini, mereka menetapkan tujuan fiksi menjadi besar, lengkap, dan kuat.
Dengan demikian, tujuan akhir seseorang mengurangi rasa sakit terhadap
perasaan rendah diri dan mengarahkan orang itu ke arah superioritas atau
kesuksesan.9

Dalam memperjuangkan tujuan akhir mereka, orang membuat dan mengejar


banyak tujuan awal. Sub-tujuan ini seringkali disadari, tetapi hubungan antara
mereka dan tujuan akhir biasanya tetap tidak diketahui. Lebih jauh, hubungan

22
antara tujuan awal jarang disadari. Namun, dari sudut pandang tujuan akhir,
mereka cocok bersama dalam pola yang konsisten dengan diri sendiri. 9

 Daya Juang Sebagai Kompensasi

Orang-orang berjuang untuk keunggulan atau kesuksesan sebagai sarana


kompensasi atas perasaan rendah diri atau lemah. Adler percaya bahwa semua
manusia “diberkati” saat lahir dengan tubuh yang kecil, lemah, dan inferior.
Kekurangan fisik ini menyulut perasaan rendah diri hanya karena orang, pada
dasarnya, memiliki kecenderungan bawaan untuk mencapai penyelesaian atau
keutuhan. Orang terus-menerus didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi
perasaan rendah diri dan ditarik oleh keinginan untuk menyelesaikannya. 9

Kekuatan perjuangan itu sendiri merupakan suatu bawaan, tetapi sifat dan
arahnya disebabkan oleh perasaan rendah diri dan tujuan superioritas. Tanpa
gerakan bawaan menuju kesempurnaan, anak-anak tidak akan pernah merasa
rendah diri; tetapi tanpa perasaan rendah diri, mereka tidak akan pernah
menetapkan tujuan superioritas atau kesuksesan. Tujuannya, kemudian,
ditetapkan sebagai kompensasi untuk perasaan defisit, tetapi perasaan defisit tidak
akan ada kecuali seorang anak memiliki kecenderungan dasar menuju
penyelesaian.9,12

Meskipun berjuang untuk sukses merupakan suatu bawaan, hal tersebut harus
dikembangkan. Saat lahir itu ada sebagai potensi, bukan aktualitas; setiap orang
harus mengaktualisasikan potensi ini dengan caranya sendiri. Pada sekitar usia 4
atau 5 tahun, anak-anak memulai proses ini dengan menetapkan arah pada daya
juang dan dengan menetapkan tujuan superioritas pribadi atau kesuksesan sosial.
Tujuan memberikan pedoman untuk motivasi, membentuk perkembangan
psikologis dan memberikan sasaran. Dalam teori terakhirnya, Adler
mengidentifikasi dua jalan umum untuk berjuang. Yang pertama adalah upaya
nonproduktif secara sosial untuk mendapatkan keunggulan pribadi; yang kedua

23
melibatkan minat sosial dan ditujukan untuk kesuksesan atau kesempurnaan bagi
semua orang.9

 Berjuang untuk Meraih Superioritas Pribadi

Beberapa orang berjuang untuk keunggulan dengan sedikit atau tanpa


perhatian pada orang lain. Tujuan mereka adalah tujuan pribadi, dan perjuangan
mereka sebagian besar dimotivasi oleh perasaan inferioritas pribadi yang
berlebihan, atau munculnya inferiority complex. Pembunuh, pencuri, dan penipu
adalah contoh nyata dari orang-orang yang berjuang untuk keuntungan pribadi.
Beberapa orang menciptakan penyamaran yang cerdik untuk usaha pribadi
mereka dan mungkin secara sadar atau tidak sadar menyembunyikan keegoisan
mereka di balik jubah kepedulian sosial. 9,12

 Berjuang untuk Kesuksesan

Berbeda dengan orang-orang yang memperjuangkan keuntungan pribadi yaitu


orang-orang yang sehat secara psikologis yang dimotivasi oleh minat sosial dan
kesuksesan seluruh umat manusia. Individu yang sehat ini peduli dengan tujuan di
luar dirinya, mampu membantu orang lain tanpa menuntut atau mengharapkan
imbalan pribadi, dan mampu melihat orang lain bukan sebagai lawan tetapi
sebagai orang yang dapat bekerja sama untuk kepentingan sosial. Keberhasilan
mereka sendiri tidak diperoleh dengan mengorbankan orang lain tetapi merupakan
kecenderungan alami untuk bergerak menuju penyelesaian atau kesempurnaan. 9

Orang yang berjuang untuk sukses daripada keunggulan pribadi, tentu saja
mempertahankan rasa diri, tetapi mereka melihat masalah sehari-hari dari sudut
pandang perkembangan masyarakat daripada dari sudut pandang pribadi yang
ketat. Rasa nilai pribadi mereka terkait erat dengan kontribusi mereka terhadap
masyarakat. Kemajuan sosial bagi mereka lebih penting daripada reputasi
pribadi.9

24
2) Persepsi Subjektif

Prinsip kedua Adler adalah: Persepsi subjektif orang-orang membentuk


perilaku dan kepribadian mereka. Orang-orang berjuang untuk keunggulan atau
kesuksesan untuk mengimbangi perasaan rendah diri, tetapi cara mereka berjuang
tidak dibentuk oleh kenyataan melainkan oleh persepsi subjektif mereka tentang
realita, yaitu oleh fiksi mereka, atau harapan masa depan. 9

 Fiksionalisme

Fiksi individu yang paling penting adalah tujuan keunggulan atau kesuksesan,
tujuan yang kita ciptakan di awal kehidupan dan mungkin tidak dipahami dengan
jelas. Tujuan akhir yang fiksional dan subjektif ini menuntun gaya hidup kita,
memberi kesatuan pada kepribadian kita. Penekanan Adler pada fiksi konsisten
dengan pandangan teleologisnya yang kuat tentang motivasi. Teleologi adalah
penjelasan mengenai perilaku dalam kaitannya dengan maksud atau tujuan
akhirnya. Hal ini bertentangan dengan kausalitas, yang menganggap perilaku
muncul dari sebab tertentu. 9,11,12

Teleologi biasanya berkaitan dengan tujuan atau tujuan masa depan,


sedangkan kausalitas biasanya berkaitan dengan pengalaman masa lalu yang
menghasilkan beberapa pengaruh pada saat ini. Pandangan Freud tentang
motivasi pada dasarnya adalah kausal; ia percaya bahwa orang-orang didorong
oleh peristiwa masa lalu yang mengaktifkan perilaku saat ini. Sebaliknya, Adler
mengadopsi pandangan teleologis, di mana orang dimotivasi oleh persepsi masa
depan saat ini. Sebagai fiksi, persepsi ini tidak perlu disadari atau dipahami.
Namun demikian, mereka memberikan tujuan pada semua tindakan orang dan
bertanggung jawab atas pola konsisten yang berjalan sepanjang hidup mereka. 9

 Kekurangan Fisik

Karena orang memulai hidup dari kecil, lemah, dan inferior, mereka
mengembangkan sistem fiksi atau kepercayaan tentang bagaimana mengatasi

25
kekurangan fisik ini dan menjadi besar, kuat, dan superior. Tetapi bahkan setelah
mereka mencapai ukuran, kekuatan, dan keunggulan, mereka mungkin bertindak
seolah-olah mereka masih kecil, lemah, dan inferior. 9

Adler menegaskan bahwa seluruh umat manusia "diberkati" dengan


kelemahan organ. Cacat fisik ini memiliki sedikit kepentingan atau tidak penting
untuk dirinya sendiri, tetapi menjadi bermakna ketika mereka merangsang
perasaan subjektif rendah diri, yang berfungsi sebagai pendorong menuju
kesempurnaan atau penyelesaian. Beberapa orang mengimbangi perasaan rendah
diri ini dengan bergerak menuju kesehatan psikologis dan gaya hidup yang
berguna, sedangkan yang lain memberi kompensasi berlebihan dan termotivasi
untuk menaklukkan atau mundur dari orang lain. 9

Adler menekankan bahwa kekurangan fisik saja tidak menyebabkan gaya


hidup tertentu; mereka hanya memberikan motivasi saat ini untuk mencapai
tujuan masa depan. Motivasi seperti itu, seperti semua aspek kepribadian,
menyatu dan konsisten. 9

3) Kesatuan dan Self-Consistency dari Kepribadian

Prinsip ketiga teori Adlerian adalah: Kepribadian bersatu dan konsisten pada
diri sendiri. Dalam memilih istilah psikologi individu, Adler ingin menekankan
keyakinannya bahwa setiap orang itu unik dan tidak terpisahkan. Dengan
demikian, psikologi individu menekankan pada kesatuan dasar kepribadian dan
gagasan bahwa perilaku yang tidak konsisten tidak ada. Pikiran, perasaan, dan
tindakan semuanya diarahkan ke satu tujuan dan melayani satu tujuan. 9,12

Ketika orang berperilaku tidak menentu atau tidak terduga, perilaku mereka
memaksa orang lain untuk bersikap defensif, waspada agar tidak bingung dengan
tindakan yang berubah-ubah. Meskipun perilaku mungkin tampak tidak konsisten,
ketika dilihat dari perspektif tujuan akhir, mereka tampak sebagai upaya yang
cerdas tetapi mungkin tidak disadari untuk membingungkan dan menundukkan

26
orang lain. Perilaku yang membingungkan dan tampaknya tidak konsisten ini
memberi keunggulan dalam hubungan interpersonal. 9

Meskipun orang yang tidak menentu sering kali berhasil dalam upayanya
untuk mendapatkan keunggulan atas orang lain, mereka biasanya tetap tidak
menyadari motif yang mendasarinya dan mungkin dengan keras kepala menolak
saran apa pun bahwa mereka menginginkan keunggulan atas orang lain. Adler
mengenali beberapa cara di mana seluruh orang beroperasi dengan persatuan dan
konsistensi diri. Yang pertama disebutnya bahasa organ, atau dialek organ. 9

 Dialek Organ

Dialek organ menurut Adler, keseluruhan pribadi berusaha dengan cara yang
konsisten terhadap satu tujuan, dan semua tindakan dan fungsi yang terpisah
hanya dapat dipahami sebagai bagian dari tujuan ini. Gangguan pada satu bagian
tubuh tidak dapat dilihat dalam isolasi; itu mempengaruhi keseluruhan seseorang.
Faktanya, organ yang kekurangan mengekspresikan arah tujuan individu, suatu
kondisi yang dikenal sebagai dialek organ. Melalui dialek organ, organ tubuh
“berbicara dalam bahasa yang biasanya lebih ekspresif dan mengungkapkan
pendapat individu dengan lebih jelas daripada yang dapat diungkapkan dengan
kata-kata”.9,12

 Kesadaran dan Ketidaksadaran

Contoh kedua dari kepribadian yang bersatu adalah harmoni antara tindakan
sadar dan tidak sadar. Adler mendefinisikan ketidaksadaran sebagai bagian dari
tujuan yang tidak dirumuskan dengan jelas atau dipahami sepenuhnya oleh
individu. Dengan definisi ini, Adler menghindari dikotomi antara alam bawah
sadar dan alam sadar, yang ia lihat sebagai dua bagian yang bekerja sama dari
sistem terpadu yang sama. Pikiran sadar adalah pikiran yang dipahami dan
dianggap oleh individu sebagai membantu dalam berjuang untuk sukses,
sedangkan pikiran bawah sadar adalah pikiran yang tidak membantu. Apakah

27
perilaku seseorang mengarah pada gaya hidup yang sehat atau tidak, tergantung
pada tingkat minat sosial yang mereka kembangkan selama masa kanak-kanak.9

4) Minat Sosial

Prinsip keempat Adler adalah: Nilai semua aktivitas manusia harus dilihat dari
sudut pandang kepentingan sosial. Minat sosial adalah terjemahan Adler yang
agak menyesatkan dari istilah Jerman aslinya, Gemeinschaftsgefühl. Terjemahan
yang lebih baik mungkin adalah "perasaan sosial" atau "perasaan komunitas,"
tetapi Gemeinschaftsgefühl sebenarnya memiliki arti yang tidak sepenuhnya
diungkapkan oleh kata atau frasa bahasa Inggris mana pun. Secara kasar, itu
berarti perasaan kesatuan dengan seluruh umat manusia; itu menyiratkan
keanggotaan dalam komunitas sosial semua orang. 9

Seseorang dengan Gemeinschaftsgefühl yang berkembang dengan baik


berjuang bukan untuk keunggulan pribadi tetapi untuk kesempurnaan bagi semua
orang dalam komunitas yang ideal. Kepentingan sosial dapat diartikan sebagai
sikap keterkaitan dengan kemanusiaan secara umum serta empati bagi setiap
anggota komunitas manusia. Hal terserbut memanifestasikan dirinya sebagai kerja
sama dengan orang lain untuk kemajuan sosial daripada untuk keuntungan
pribadi.9,12

 Asal Usul Kepentingan Sosial

Kepentingan sosial berakar sebagai potensi dalam diri setiap orang, tetapi
harus dikembangkan sebelum dapat berkontribusi pada gaya hidup yang
bermanfaat. Ini berasal dari hubungan ibu-anak selama bulan-bulan awal masa
bayi. Setiap orang yang selamat dari masa kanak-kanak dipertahankan hidup oleh
seorang ibu yang memiliki sejumlah kepentingan sosial. Dengan demikian, setiap
orang telah memiliki benih minat sosial yang disemai selama bulan-bulan awal
tersebut.9

28
Adler percaya bahwa pernikahan dan menjadi orang tua adalah tugas untuk
dua orang. Namun, kedua orang tua dapat memengaruhi minat sosial anak dengan
cara yang agak berbeda. Tugas ibu adalah mengembangkan ikatan yang
mendorong minat sosial anak yang dewasa dan menumbuhkan rasa kerja sama.
Ayah adalah orang penting kedua dalam lingkungan sosial seorang anak. Ia harus
menunjukkan sikap kepedulian terhadap istrinya serta orang lain. Ayah ideal
bekerja sama sejajar dengan ibu dalam merawat anak dan memperlakukan anak
sebagai manusia. Menurut standar Adler, seorang ayah yang sukses menghindari
kesalahan dari pelepasan emosi dan otoritarianisme ayah. Kesalahan ini mungkin
mewakili dua sikap, tetapi sering ditemukan pada ayah yang sama. Keduanya
mencegah tumbuh dan berkembangnya minat sosial pada anak. 9

Pendirian teguh emosional seorang ayah dapat memengaruhi anak untuk


mengembangkan rasa minat sosial yang menyesatkan, perasaan diabaikan, dan
mungkin keterikatan yang merugikan pada ibu. Seorang anak yang mengalami
pelepasan dari pihak ayah menciptakan tujuan superioritas pribadi daripada
berdasarkan kepentingan sosial. Kesalahan kedua, otoritarianisme ayah, juga
dapat menyebabkan gaya hidup yang tidak sehat. Seorang anak yang melihat
ayahnya sebagai tiran belajar untuk memperjuangkan kekuasaan dan keunggulan
pribadi. Adler mempercayai bahwa pengaruh awal dari lingkungan sosial sangat
penting.9

5) Gaya Hidup

Prinsip kelima Adler adalah: Struktur kepribadian yang konsisten dengan diri
sendiri berkembang menjadi gaya hidup seseorang. Gaya hidup adalah istilah
yang digunakan Adler untuk merujuk pada cita rasa kehidupan seseorang. Hal ini
mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan terhadap orang lain, dan sikap
terhadap dunia. Hal ini merupakan hasil dari interaksi keturunan, lingkungan, dan
kekuatan kreatif seseorang.9

29
Gaya hidup seseorang sudah cukup terbentuk pada usia 4 atau 5. Setelah itu,
semua tindakan kita berputar di sekitar gaya hidup kita yang bersatu. Meskipun
tujuan akhirnya tunggal, gaya hidup tidak perlu sempit atau kaku. Individu yang
secara psikologis tidak sehat sering menjalani kehidupan yang agak tidak
fleksibel yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk memilih cara baru dalam
bereaksi terhadap lingkungannya. 9

Sebaliknya, orang yang sehat secara psikologis berperilaku beragam dan


fleksibel dengan gaya hidup yang kompleks, diperkaya, dan berubah. Orang sehat
melihat banyak cara untuk berjuang untuk sukses dan terus mencari pilihan baru
untuk diri mereka sendiri. Meskipun tujuan akhir mereka tetap, cara mereka
memandangnya terus berubah. Dengan demikian, mereka dapat memilih opsi baru
kapan saja dalam hidup. Orang dengan gaya hidup yang sehat dan berguna secara
sosial mengekspresikan minat sosial mereka melalui tindakan. Mereka secara
aktif berjuang untuk memecahkan apa yang Adler anggap sebagai tiga masalah
utama kehidupan dan mereka melakukannya melalui kerja sama, keberanian
pribadi, dan kesediaan untuk memberikan kontribusi bagi kesejahteraan orang
lain.9

6) Kekuatan Kreatif

Prinsip terakhir dari teori Adlerian adalah: Gaya hidup dibentuk oleh kekuatan
kreatif orang. Setiap orang, menurut Adler, diberdayakan dengan kebebasan
untuk menciptakan gaya hidupnya sendiri. Pada akhirnya, semua orang
bertanggung jawab atas siapa mereka dan bagaimana mereka berperilaku.
Kekuatan kreatif mereka menempatkan mereka dalam kendali atas kehidupan
mereka sendiri, bertanggung jawab atas tujuan akhir mereka, menentukan metode
mereka dalam memperjuangkan tujuan tersebut, dan berkontribusi pada
pengembangan kepentingan sosial. Singkatnya, daya kreatif membuat setiap
orang menjadi individu yang bebas. 9,11,12

30
Kekuatan kreatif adalah konsep dinamis yang menyiratkan gerakan, dan
gerakan ini adalah karakteristik kehidupan yang paling menonjol. Semua
kehidupan psikis melibatkan gerakan menuju suatu tujuan, gerakan dengan arah.
Adler percaya bahwa orang adalah apa yang mereka buat dari diri mereka sendiri.
Kekuatan kreatif memberi manusia, dalam batas-batas tertentu, dengan kebebasan
untuk menjadi sehat secara psikologis atau tidak sehat dan mengikuti gaya hidup
yang berguna atau tidak berguna.9

7) Ketidakmampuan Menyesuaikan Diri

Menurut Adler, salah satu faktor yang mendasari semua jenis ketidaksesuaian
adalah ketertarikan sosial yang terbelakang. Selain kurang memiliki minat sosial,
neurotik cenderung untuk (1) menetapkan tujuan terlalu tinggi, (2) hidup di dunia
pribadinya sendiri, dan (3) memiliki gaya hidup yang kaku dan dogmatis. Ketiga
karakteristik ini tak terelakkan mengikuti dari kurangnya minat sosial.
Singkatnya, orang menjadi gagal dalam hidup karena mereka terlalu
mementingkan diri sendiri dan sedikit peduli pada orang lain. Orang yang tidak
bisa menyesuaikan diri menetapkan tujuan yang berlebihan sebagai kompensasi
yang berlebihan untuk perasaan rendah diri yang berlebihan.9

 Kekurangan Fisik yang Berlebihan

Kekurangan fisik yang berlebihan, baik bawaan atau akibat cedera atau
penyakit, tidak cukup untuk menyebabkan ketidaksesuaian. Mereka harus disertai
dengan perasaan rendah diri yang ditekankan. Perasaan subyektif ini mungkin
sangat didorong oleh tubuh yang cacat, tetapi mereka merupakan keturunan dari
kekuatan kreatif.9

Setiap orang datang ke dunia dengan "diberkati" dengan kekurangan fisik, dan
kekurangan ini menyebabkan perasaan rendah diri. Orang dengan kekurangan
fisik yang berlebihan terkadang mengembangkan perasaan rendah diri yang
berlebihan karena mereka mengkompensasi kekurangan mereka secara
berlebihan. Mereka cenderung terlalu mementingkan diri sendiri dan kurang

31
mempertimbangkan orang lain. Mereka merasa seolah-olah hidup di negara
musuh, takut kalah lebih dari yang mereka inginkan untuk sukses, dan yakin
bahwa masalah utama dalam hidup hanya dapat diselesaikan dengan cara yang
egois.9

 Gaya Hidup Manja

Orang yang dimanjakan memiliki minat sosial yang lemah tetapi keinginan
yang kuat untuk melangsungkan hubungan merugikan yang dimanjakan dengan
salah satu atau kedua orang tua mereka. Mereka mengharapkan orang lain untuk
menjaga mereka, melindungi mereka secara berlebihan, dan memuaskan
kebutuhan mereka. Mereka dicirikan oleh keputusasaan yang ekstrim, keraguan,
kepekaan yang berlebihan, ketidaksabaran, dan emosi yang berlebihan, terutama
kecemasan. Mereka melihat dunia dengan visi pribadi dan percaya bahwa mereka
berhak menjadi yang pertama dalam segala hal. Anak-anak yang dimanjakan
belum menerima terlalu banyak kasih sayang; sebaliknya, mereka merasa tidak
dicintai. Orang tua mereka telah menunjukkan kurangnya cinta dengan
melakukan terlalu banyak untuk mereka dan dengan memperlakukan mereka
seolah-olah mereka tidak mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri. 9

 Gaya Hidup Terabaikan

Faktor eksternal ketiga yang menyebabkan ketidaksesuaian adalah


pengabaian. Pengabaian adalah konsep yang relatif. Tidak ada yang merasa
benar-benar diabaikan atau sama sekali tidak diinginkan. Anak-anak yang
dianiaya dan diabaikan mengembangkan sedikit minat sosial dan cenderung
menciptakan gaya hidup yang terabaikan. Mereka kurang percaya diri dan
cenderung melebih-lebihkan kesulitan yang berhubungan dengan masalah utama
dalam hidup. Mereka tidak percaya pada orang lain dan tidak dapat bekerja sama
untuk kesejahteraan bersama. 9

32
8) Kecenderungan untuk Melindungi

Adler percaya bahwa orang menciptakan pola perilaku untuk melindungi rasa
harga diri mereka yang berlebihan dari aib publik. Alat pelindung ini, yang
disebut kecenderungan menjaga, memungkinkan orang menyembunyikan citra
diri mereka yang meningkat dan mempertahankan gaya hidup mereka saat ini.
Alasan, agresi, dan penarikan diri adalah tiga kecenderungan perlindungan yang
umum, masing-masing dirancang untuk melindungi gaya hidup seseorang saat ini
dan untuk mempertahankan rasa mementingkan diri yang bersifat fiksi. 9

2.4.3 Teori Erik Erikson

Tidak seperti ahli teori psikodinamik sebelumnya yang memutuskan hampir


semua hubungan dengan psikoanalisis Freudian, Erikson bermaksud agar teorinya
tentang kepribadian dapat lebih luas daripada menolak asumsi Freud dan
menawarkan cara pandang baru. Teori pasca-Freudnya memperluas tahap
perkembangan kekanak-kanakan Freud menjadi remaja, dewasa, dan tua. Erikson
menyarankan bahwa pada setiap tahap perjuangan psikososial tertentu berkontribusi
pada pembentukan kepribadian. Sejak masa remaja, perjuangan itu berbentuk krisis
identitas, titik balik dalam kehidupan seseorang yang dapat memperkuat atau
melemahkan kepribadian. Erikson menganggap teori pasca-Freudnya sebagai
perpanjangan dari psikoanalisis, sesuatu yang mungkin dilakukan Freud pada
waktunya. Meskipun ia menggunakan teori Freud sebagai dasar untuk pendekatan
siklus hidupnya terhadap kepribadian, Erikson berbeda dari Freud dalam beberapa
hal.9

Selain menguraikan tahapan psikoseksual setelah masa kanak-kanak, Erikson


lebih menekankan pada pengaruh sosial dan historis. Teori pasca-Freud Erikson,
seperti teori kepribadian lainnya, adalah cerminan dari latar belakangnya, latar
belakang yang mencakup seni, perjalanan ekstensif, pengalaman dengan berbagai
budaya, dan pencarian seumur hidup untuk identitasnya sendiri.9

33
Freud percaya bahwa, untuk orang yang sehat secara psikologis, ego cukup
berkembang untuk mengendalikan id, meskipun kendalinya masih lemah dan impuls
id mungkin meletus dan membanjiri ego kapan saja. Sebaliknya, Erikson berpendapat
bahwa ego kita adalah kekuatan positif yang menciptakan identitas diri, rasa "saya".
Sebagai pusat kepribadian kita, ego membantu kita beradaptasi dengan berbagai
konflik dan krisis kehidupan dan menjaga kita dari kehilangan individualitas. Selama
masa kanak-kanak, ego bersifat lemah, fleksibel, dan rapuh; tetapi pada masa remaja,
hal itu harus mulai terbentuk dan mendapatkan kekuatan. Erikson melihat ego sebagai
agen pengatur sebagian yang tidak disadari yang mensintesis pengalaman kita saat ini
dengan identitas diri masa lalu dan juga dengan gambaran diri yang diantisipasi. Dia
mendefinisikan ego sebagai kemampuan seseorang untuk menyatukan pengalaman
dan tindakan secara adaptif. 9,13

1) Struktur Kepribadian

Erikson menyatakan bahwa struktur kepribadian manusia dibagi menjadi tiga


bagian, yaitu:13

 Ego Kreatif

Ego kreatif adalah ego yang dapat menemukan pemecahan kreativitas atas
masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Apabila menemukan hambatan atau
konflik pada suatu fase, ego tidak menyerah tetapi bereaksi dengan
menggunakan kombinasi antara kesiapan batin dan kesempatan yang disediakan
lingkungan. Ego yg sempurna memiliki 3 dimensi, yaitu faktualisasi,
universalitas dan aktualitas.

1. Faktualisasi adalah kumpulan sumber data dan fakta serta metode yang
dapat dicocokkan atau diverifikasi dengan metode yang sedang
digunakan pada suatu peristiwa. Dalam hal ini, ego berisikan kumpulan
hasil interaksi individu dengan lingkungannya yang dikemas dalam
bentuk data dan fakta.

34
2. Universalitas adalah dimensi yang mirip dengan prinsip realita yang
dikemukakan oleh Freud. Dimensi ini berkaitan dengan sense of
reality yang menggabungkan pandangan semesta/alam dengan sesuatu
yang dianggap konkrit dan praktis.
3. Aktualitas adalah metode baru yang digunakan oleh individu untuk
berhubungan dengan orang lain demi mencapai tujuan bersama. Dalam
hal ini, ego merupakan realitas masa kini yang berusaha
mengembangankan cara baru untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapi, menjadi lebih efektif, progresif, dan prospektif.

Erikson mengidentifikasi tiga aspek ego yang saling terkait: body ego, ego
ideal, dan ego identity. Body ego mengacu pada pengalaman dengan tubuh kita;
cara melihat diri fisik kita berbeda dari orang lain. Kita mungkin puas atau tidak
puas dengan penampilan dan fungsi tubuh kita, tetapi kita menyadari bahwa itulah
satu-satunya tubuh yang pernah kita miliki. Ego ideal mewakili citra yang kita
miliki tentang diri kita sendiri dibandingkan dengan cita-cita yang mapan; itu
bertanggung jawab atas kepuasan atau ketidakpuasan kita tidak hanya dengan diri
fisik kita tetapi dengan seluruh identitas pribadi kita. Ego identity adalah citra
yang kita miliki tentang diri kita sendiri dalam berbagai peran sosial yang kita
mainkan. Meskipun masa remaja biasanya adalah masa ketika ketiga komponen
ini berubah paling cepat, perubahan dalam ego tubuh, ego ideal, dan identitas ego
dapat dan memang terjadi pada setiap tahap kehidupan.9,13
 Ego Otonomi Fungsional
Ego otonomi fungsional adalah ego yang berfokus pada penyesuaian ego
terhadap realita. Contohnya yaitu hubungan ibu dan anak. Meskipun Erikson
sependapat dengan Freud mengenai hubungan ibu dan anak mampu
memengaruhi serta menjadi hal terpenting dari perkembangan kepribadian anak,
tetapi Erikson tidak membatasi teori teori hubungan id-ego dalam bentuk usaha
memuaskan kebutuhan id oleh ego. Erikson menganggap bahwa proses

35
pemberian makanan pada bayi merupakan model interaksi sosial antara bayi
dengan lingkungan sosialnya.

Lapar adalah menifestasi biologis, dan konsekuensinya akan menimbulkan


kesan terhadap dunia luar bayi ketika mendapat pemuasan id yang dilakukan
oleh ibu. Bayi belajar untuk mengantisipasi interaksi dalam bentuk basic
trust pada saat diberi makan oleh ibunya. Basic trust yang dimaksud yaitu suatu
kepercayaan dasar anak yang memandang kontak dengan manusia dan dunia luar
adalah hal yang sangat menyenangkan karena pada masa lalu (bayi) hubungan
tersebut menimbulkan rasa aman dan menyenangkan terhadap dirinya.

 Pengaruh Masyarakat
Pengaruh masyarakat adalah pembentuk bagian tersebesar ego, meskipun
kapasitas yang dibawa sejak lahir oleh individu juga penting dalam
perkembangan kepribadian. Erikson mengemukakan faktor yang memengaruhi
kepribadian yang berbeda dengan Freud. Meskipun Freud menyatakan bahwa
kepribadian dipengaruhi oleh biologikal, Erikson memandang kepribadian
dipengaruhi oleh faktor sosial dan historikal. Erikson menyatakan bahwa potensi
yang dimiliki individu adalah ego yang muncul bersama kelahiran dan harus
ditegakkan dalam lingkungan budaya. Anak yang diasuh dalam budaya
masyakarat berbeda, cenderung akan membentuk kepribadian yang sesuai
dengan nilai-nilai dan kebutuhan budaya sendiri.

2) Tahap Perkembangan
Teori psikososial dari Erik Erikson meliputi delapan tahap yang saling
berurutan sepanjang hidup. Hasil dari tiap tahap bergantung pada hasil tahapan
sebelumnya, dan resolusi yang sukses dari tiap krisis ego adalah pentingnya bagi
individu untuk dapat tumbuh secara optimal. Ego harus mengembangkan
kesanggupan yang berbeda untuk mengatasi tiap tuntutan penyesuaian dari
masyarakat. Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial menurut
Erik Erikson:9,13
1. Tahap I : Trust versus Mistrust (0-1 tahun)

36
Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan pengasuhan dan
kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan anaknya, sang anak akan
mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan mengembangkan asa
(hope). Jika krisis ego ini tidak pernah terselesaikan, individu tersebut akan
mengalami kesulitan dalam membentuk rasa percaya dengan orang lain sepanjang
hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa orang lain berusaha mengambil
keuntungan dari dirinya.
2. Tahap II: Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun)
Dalam tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas
tubuhnya. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian
(otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Apabila
dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat suatu
sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian. Namun,
sebaliknya jika orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap salah, maka anak
dalam perkembangannya akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu. Pada usia ini
menurut Erikson bayi mulai belajar untuk mengontrol tubuhnya, sehingga melalui
masa ini akan nampak suatu usaha atau perjuangan anak terhadap
pengalamanpengalaman baru yang berorientasi pada suatu tindakan/kegiatan yang
dapat menyebabkan adanya sikap untuk mengontrol diri sendiri dan juga untuk
menerima control dari orang lain.
3. Tahap III : Initiative versus Guilt (3-6 tahun)
Pada periode inilah anak belajar bagaimana merencanakan dan melaksanakan
tindakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan ini akan membuat sang
anak takut mengambil inisiatif atau membuat keputusan karena takut berbuat
salah. Anak memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau
mengembangkan harapan-harapan ketika ia dewasa. Bila anak berhasil melewati
masa ini dengan baik, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah memiliki
tujuan dalam hidupnya.

37
4. Tahap IV: Industry versus Inferiority (6-12 tahun)
Pada saat ini, anak-anak belajar untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan
dari menyelesaikan tugas khususnya tugas-tugas akademik. Penyelesaian yang
sukses pada tahapan ini akan menciptakan anak yang dapat memecahkan masalah
dan bangga akan prestasi yang diperoleh. Keterampilan ego yang diperoleh adalah
kompetensi. Di sisi lain, anak yang tidak mampu untuk menemukan solusi positif
dan tidak mampu mencapai apa yang diraih teman-teman sebaya akan merasa
inferior.
5. Tahap V : Identity versus Identity Confusion (12-20 tahun)
Pada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti
orang dewasa sehingga tampak adanya kontraindikasi bahwa di lain pihak anak
dianggap dewasa tetapi di sisi lain dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan
masa stansarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur
dan kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan nilai utama mulai
menurun. Adapun peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Apabila anak tidak
sukses pada fase ini, maka akan membuat anak mengalami krisis identitas,
begitupun sebaliknya.
6. Tahap VI: Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda, 20-30 tahun)
Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan
orang lain secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan
sosial yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila individu berhasil
mengatasi krisis ini, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta.
7. Tahap VII: Generativity versus Stagnation (masa dewasa menengah, 30-65
tahun)
Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai balasan
dari apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan sesuatu yang
dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan.
Ketidakmampuan untuk memiliki pandangan generatif akan menciptakan
perasaan bahwa hidup ini tidak berharga dan membosankan. Bila individu
berhasil mengatasi krisis pada masa ini maka ketrampilan ego yang dimiliki

38
adalah perhatian, sedangkan bila individu tidak sukses melewatinya maka akan
merasa bahwa hidupnya tidak berarti.
8. Tahap VIII: Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir, 65 tahun
ke atas)
Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat kembali masa lalu
dan melihat makna, ketentraman dan integritas. Refleksi ke masa lalu itu terasa
menyenangkan dan pencarian saat ini adalah untuk mengintegrasikan tujuan
hidup yang telah dikejar selama bertahun-tahun. Apabila individu sukses
melewati fase ini maka akan timbul perasaan puas akan diri, sedangkan apabila
mengalami kegagalan dalam melewati tahapan ini akan menyebabkan munculnya
rasa putus asa.

2.4.4 Teori Gordon Allport

Lebih dari ahli teori kepribadian lainnya, Gordon Allport menekankan keunikan
individu. Dia percaya bahwa upaya untuk menggambarkan orang dalam istilah sifat
umum merampas individualitas unik mereka. Untuk alasan ini, Allport menolak teori
sifat dan faktor yang cenderung mereduksi perilaku individu menjadi sifat umum. Dia
bersikeras, misalnya, bahwa sifat keras kepala seseorang berbeda dari sifat keras
kepala orang lain dan cara sikap keras kepala seseorang berinteraksi dengan sifat
ekstraversi dan kreativitasnya tidak diduplikasi oleh orang lain.9

Konsisten dengan penekanan Allport pada keunikan setiap orang adalah


kesediaannya untuk belajar secara mendalam tentang satu individu. Dia menyebut
studi tentang ilmu morfogenik individu dan membandingkannya dengan metode
nomothetic yang digunakan oleh kebanyakan psikolog lain. Metode morfogenik
adalah metode yang mengumpulkan data pada satu individu, sedangkan metode
nomothetic mengumpulkan data pada sekelompok orang. Allport juga menganjurkan
pendekatan eklektik untuk membangun teori. 9,11

39
1) Definisi Kepribadian

Definisi komprehensif Allport tentang kepribadian menunjukkan bahwa


manusia adalah produk dan proses; orang memiliki beberapa struktur yang
terorganisir sementara, pada saat yang sama, mereka memiliki kemampuan untuk
berubah. Singkatnya, kepribadian adalah fisik dan psikologis, mencakup perilaku
terbuka dan pikiran terselubung. Kepribadian adalah substansi dan perubahan,
baik produk maupun proses, baik struktur maupun pertumbuhan. 9

2) Peran Motivasi Sadar

Lebih dari ahli teori kepribadian lainnya, Allport menekankan pentingnya


motivasi sadar. Orang dewasa yang sehat umumnya sadar akan apa yang mereka
lakukan dan alasan mereka melakukannya. Namun, Allport tidak mengabaikan
keberadaan atau pentingnya proses bawah sadar. Dia menyadari fakta bahwa
beberapa motivasi didorong oleh dorongan tersembunyi dan dorongan sublimasi.
Dia percaya, misalnya, bahwa kebanyakan perilaku kompulsif adalah
pengulangan otomatis, biasanya merugikan diri sendiri, dan dimotivasi oleh
kecenderungan yang tidak disadari yang berasal dari masa kanak-kanak dan
mempertahankan rasa kekanak-kanakan hingga dewasa. 9,11

3) Karakteristik Kesehatan Psikologis


Allport mengidentifikasi enam kriteria untuk kepribadian yang dewasa,
yaitu:9,10
 Perluasan dari konsep diri.
 Adanya hubungan hangat dengan orang lain.
 Mampu menerima diri atau emosi yang stabil.
 Memiliki persepsi yang realistis terhadap lingkungan.
 Insight (kedalaman wawasan) dan humor.
 Konsep yang jelas mengenai tujuan hidup.

40
4) Struktur kepribadian

Bagi Allport, struktur yang paling penting adalah struktur yang


memungkinkan penggambaran orang dalam kaitannya dengan karakteristik
individu, dan ia menyebut karakteristik individu ini disposisi pribadi. 9

 Disposisi pribadi

Ciri-ciri umum adalah ciri-ciri umum yang dimiliki oleh banyak orang. Ciri-
ciri umum menyediakan sarana di mana orang-orang dalam budaya tertentu dapat
dibandingkan satu sama lain. Allport mendefinisikan disposisi pribadi sebagai
"struktur neuropsikis umum (khas individu), dengan kapasitas untuk membuat
banyak rangsangan setara secara fungsional, dan untuk memulai dan memandu
bentuk yang konsisten (setara) dari perilaku adaptif dan gaya". Disposisi pribadi
adalah individu; ciri-ciri umum dimiliki oleh beberapa orang. 9

 Tingkatan disposisi pribadi

Allport menempatkan disposisi pribadi pada kontinum dari yang paling


sentral hingga kepentingan perifer bagi seseorang. 9

a. Cardinal Dispositions

Beberapa orang memiliki karakteristik yang menonjol atau hasrat


penguasa yang begitu menonjol sehingga mendominasi hidup mereka. Allport
menyebut disposisi pribadi ini sebagai disposisi kardinal. Hal ini begitu jelas
sehingga tidak bisa disembunyikan, hampir setiap tindakan dalam kehidupan
seseorang berputar di sekitar satu watak utama ini. Kebanyakan orang tidak
memiliki watak utama, tetapi beberapa orang yang memilikinya sering kali
dikenal dengan karakteristik tersebut.9

b. Sentral Dispositions

Hanya sedikit orang yang memiliki disposisi utama, tetapi setiap orang
memiliki beberapa disposisi sentral, yang mencakup 5 hingga 10 karakteristik

41
paling menonjol yang menjadi fokus kehidupan seseorang. Allport percaya
bahwa sebagian besar individu memiliki 5 hingga 10 disposisi utama yang
akan disetujui oleh teman dekat mereka untuk menggambarkan individu
tersebut.9

c. Secondary Dispositions

Tidak terlalu mencolok tetapi jauh lebih besar jumlahnya daripada


disposisi sentral adalah disposisi sekunder. Setiap orang memiliki banyak
disposisi sekunder yang tidak terpusat pada kepribadian namun muncul
dengan keteraturan dan bertanggung jawab atas banyak perilaku spesifik
seseorang.9

Tiga tingkat disposisi pribadi, tentu saja, merupakan poin yang berubah-ubah
dalam skala yang berkelanjutan dari yang paling sesuai hingga yang paling tidak
sesuai. Disposisi kardinal, yang sangat menonjol dalam diri seseorang,
membayangi disposisi sentral, yang kurang mendominasi tetapi bagaimanapun,
menandai orang tersebut sebagai unik. Disposisi sentral, yang memandu sebagian
besar perilaku adaptif dan gaya seseorang, berbaur menjadi disposisi sekunder,
yang kurang deskriptif tentang individu tersebut. Namun, kita tidak dapat
mengatakan bahwa disposisi sekunder satu orang kurang kuat daripada disposisi
sentral orang lain. Perbandingan antarpribadi tidak pantas untuk disposisi pribadi,
dan setiap upaya untuk membuat perbandingan tersebut mengubah disposisi
pribadi menjadi ciri-ciri umum.9

d. Motivational and Stylistic Dispositions

Semua disposisi pribadi adalah dinamis dalam arti bahwa mereka


memiliki kekuatan motivasi. Namun demikian, beberapa lebih dirasakan kuat
daripada yang lain, dan Allport menyebut disposisi yang sangat
berpengalaman ini sebagai disposisi motivasi. Disposisi yang sangat terasa ini
menerima motivasi mereka dari kebutuhan dan dorongan dasar. 9

42
Disposisi gaya memandu tindakan, sedangkan disposisi motivasi memulai
tindakan. Contoh disposisi gaya mungkin adalah penampilan pribadi yang rapi
dan sempurna. Orang-orang termotivasi untuk berpakaian karena kebutuhan
dasar untuk tetap hangat, tetapi cara mereka berpakaian ditentukan oleh
disposisi gaya pribadi mereka. 9

5) Proprium

Allport menggunakan istilah proprium untuk merujuk pada perilaku dan


karakteristik yang orang anggap hangat, sentral, dan penting dalam hidup mereka.
Proprium bukanlah keseluruhan kepribadian, karena banyak karakteristik dan
perilaku seseorang yang tidak hangat dan sentral; sebaliknya, mereka ada di
pinggir kepribadian. Perilaku tidak pantas ini mencakup dorongan dan kebutuhan
dasar yang biasanya dipenuhi dan dipenuhi tanpa banyak kesulitan, adat istiadat
suku seperti mengenakan pakaian, mengucapkan “halo” kepada orang-orang, dan
mengemudi di sisi kanan jalan, dan perilaku kebiasaan, seperti merokok atau
menggosok gigi, yang dilakukan secara otomatis dan tidak penting bagi perasaan
diri orang tersebut.9,10

Sebagai pusat kepribadian yang hangat, proprium mencakup aspek-aspek


kehidupan yang dianggap penting oleh seseorang untuk rasa identitas diri dan
peningkatan diri. Proprium mencakup nilai-nilai seseorang serta bagian dari hati
nurani yang bersifat pribadi dan konsisten dengan kepercayaan orang dewasa. 9,14

6) Motivasi

Allport percaya bahwa sebagian besar individu termotivasi oleh dorongan saat
ini daripada peristiwa masa lalu dan menyadari apa yang mereka lakukan dan
memiliki pemahaman mengapa mereka melakukannya. Dia juga berpendapat
bahwa teori motivasi harus mempertimbangkan perbedaan antara motif perifer
dan usaha yang tepat. Motif perifer adalah motif yang mengurangi kebutuhan,
sedangkan usaha yang tepat berusaha mempertahankan ketegangan dan

43
ketidakseimbangan. Perilaku orang dewasa bersifat reaktif dan proaktif, dan teori
motivasi yang memadai harus dapat menjelaskan keduanya. 9,14

2.4.5 Teori Erich Fromm

Tesis dasar Erich Fromm adalah bahwa orang-orang zaman modern telah
dipisahkan dari persatuan prasejarah mereka dengan alam dan juga dengan satu sama
lain, namun mereka memiliki kekuatan penalaran, pandangan terhadap masa depan,
dan imajinasi. Kesadaran diri berkontribusi pada perasaan kesepian, isolasi, dan
tunawisma. Untuk melepaskan diri dari perasaan ini, individu berusaha untuk bersatu
kembali dengan alam dan dengan sesama manusia. Psikoanalisis humanistiknya
mengasumsikan bahwa keterpisahan manusia dari alam telah menghasilkan perasaan
kesepian dan terisolasi, suatu kondisi yang disebut kecemasan dasar.9

Fromm percaya bahwa manusia tidak memiliki naluri yang kuat untuk beradaptasi
dengan dunia yang terus berubah; sebaliknya, mereka memperoleh fasilitas untuk
bernalar, sebuah kondisi yang disebut dilema manusia. Orang mengalami dilema
dasar ini karena mereka telah terpisah dari alam namun memiliki kapasitas untuk
menyadari diri mereka sendiri sebagai makhluk yang terisolasi. Di satu sisi, hal
tersebut memungkinkan orang untuk bertahan hidup, tetapi di sisi lain mereka
terpaksa untuk mencoba memecahkan dikotomi dasar yang tidak dapat dipecahkan.
Fromm menyebut ini sebagai "dikotomi eksistensial" karena hal ini berakar pada
keberadaan manusia. Manusia tidak dapat menyingkirkan dikotomi eksistensial ini;
mereka hanya dapat bereaksi terhadap dikotomi-dikotomi ini yang berhubungan
dengan budaya dan kepribadian individu mereka. 9

Dikotomi pertama dan paling mendasar adalah antara hidup dan mati. Kesadaran
diri dan akal budi memberi tahu kita bahwa kita akan mati, tetapi kita mencoba
meniadakan dikotomi ini dengan mendalilkan kehidupan setelah kematian, upaya
yang tidak mengubah fakta bahwa hidup kita berakhir dengan kematian. Dikotomi
eksistensial kedua adalah bahwa manusia mampu mengkonseptualisasikan tujuan

44
realisasi diri yang lengkap, tetapi juga menyadari bahwa hidup terlalu singkat untuk
mencapai tujuan itu.9

Dikotomi eksistensial ketiga adalah bahwa orang pada akhirnya sendirian, namun
kita tidak dapat mentolerir isolasi. Mereka menyadari diri mereka sendiri sebagai
individu yang terpisah, dan pada saat yang sama, mereka percaya bahwa kebahagiaan
mereka bergantung pada persatuan dengan sesama manusia. Meskipun orang tidak
dapat sepenuhnya menyelesaikan masalah kesendirian versus persatuan, mereka harus
berusaha atau menghadapi risiko kegilaan. 9

1) Kebutuhan manusia

Manusia dimotivasi oleh kebutuhan fisiologis seperti kelaparan, seks, dan


keamanan, tetapi mereka tidak pernah dapat menyelesaikan dilema manusia dengan
memenuhi kebutuhan hewani ini. Hanya kebutuhan khas manusia yang dapat
menggerakkan orang untuk bersatu kembali dengan alam. Kebutuhan eksistensial ini
muncul selama evolusi budaya manusia, tumbuh dari upaya mereka untuk
menemukan jawaban atas keberadaan mereka dan untuk menghindari menjadi gila.
Fromm berpendapat bahwa satu perbedaan penting antara individu yang sehat secara
mental dan yang neurotik atau gila adalah bahwa orang yang sehat menemukan
jawaban atas keberadaan mereka. Dengan kata lain, individu yang sehat lebih mampu
menemukan cara untuk bersatu kembali dengan dunia dengan secara produktif
menyelesaikan kebutuhan manusia akan relatedness, transcendence, rootedness,
sense of identity, dan frame of orientation.

 Relatedness

Kebutuhan manusia pertama, atau eksistensial, adalah keterkaitan, dorongan


untuk bersatu dengan orang lain atau orang lain. Fromm mendalilkan tiga cara dasar
di mana seseorang dapat berhubungan dengan dunia: (1) penyerahan, (2) kekuatan,
dan (3) cinta. Fromm percaya bahwa cinta adalah satu-satunya jalan di mana
seseorang dapat bersatu dengan dunia dan, pada saat yang sama, mencapai
individualitas dan integritas. Seseorang yang mencintai orang lain menanggapi

45
kebutuhan fisik dan psikologis mereka, menghormati mereka apa adanya, dan
menghindari godaan untuk mencoba mengubahnya. Tetapi orang bisa menghormati
orang lain hanya jika mereka memiliki pengetahuan tentang mereka. Mengenal orang
lain berarti melihat mereka dari sudut pandang mereka sendiri. Dengan demikian,
perhatian, tanggung jawab, rasa hormat, dan pengetahuan semuanya terjalin dalam
hubungan cinta.9

 Transcendence

Manusia didorong oleh kebutuhan akan transendensi, yang didefinisikan sebagai


dorongan untuk bangkit dari keberadaan pasif dan tidak disengaja dan masuk ke
“alam tujuan dan kebebasan”. Sama seperti keterkaitan yang dapat dikejar baik
melalui metode produktif atau nonproduktif, transendensi dapat dicari baik melalui
pendekatan positif atau negatif. Orang dapat mengatasi sifat pasif mereka dengan
menciptakan kehidupan atau dengan menghancurkannya. 9

 Rootedness

Kebutuhan eksistensial ketiga adalah untuk berakar, atau kebutuhan untuk


membangun akar atau merasa nyaman di dunia. Ketika manusia berevolusi sebagai
spesies terpisah, mereka kehilangan rumah di alam. Pada saat yang sama,
kemampuan berpikir mereka memungkinkan mereka untuk menyadari bahwa mereka
tanpa rumah, tanpa akar. Perasaan terisolasi dan tidak berdaya yang diakibatkannya
menjadi tak tertahankan. Akar juga dapat dicari dalam strategi produktif atau non-
produktif.9

 Sense of identity

Kebutuhan keempat manusia adalah rasa identitas, atau kapasitas untuk


menyadari diri kita sendiri sebagai entitas yang terpisah. Karena kita telah tercerai-
berai dari alam, kita perlu membentuk konsep diri kita, untuk dapat mengatakan,
"Aku adalah aku," atau "Aku adalah subjek dari tindakanku." Tanpa rasa identitas,
orang tidak dapat mempertahankan kewarasan mereka, dan ancaman ini memberikan

46
motivasi yang kuat untuk melakukan hampir semua hal untuk memperoleh rasa
identitas.9

 Frame of orientation

Kebutuhan manusia yang terakhir adalah kerangka orientasi. Karena terpisah dari
alam, manusia membutuhkan peta, kerangka orientasi, untuk melihat dunia. Kerangka
orientasi memungkinkan orang untuk mengatur berbagai rangsangan yang menimpa
mereka. Orang yang memiliki kerangka orientasi yang kuat dapat memahami
peristiwa dan fenomena ini, tetapi mereka yang tidak memiliki kerangka orientasi
yang dapat diandalkan akan berusaha untuk menempatkan peristiwa-peristiwa ini ke
dalam semacam kerangka kerja untuk memahaminya. Setiap orang memiliki filosofi,
cara yang konsisten dalam memandang sesuatu. Peta jalan tanpa tujuan atau tujuan
tidak ada gunanya. Manusia memiliki kapasitas mental untuk membayangkan banyak
jalan alternatif untuk diikuti. Namun, agar tidak menjadi gila, mereka membutuhkan
tujuan akhir atau "objek pengabdian”. Menurut Fromm, tujuan atau objek pengabdian
ini memfokuskan energi orang ke satu arah, memungkinkan kita untuk melampaui
keberadaan kita yang terisolasi, dan memberi makna pada hidup kita. 9

2) Mekanisme Melarikan Diri dari Kebebasan

Tesis utama dari tulisan Fromm adalah bahwa manusia telah dicabut dari
alam, namun mereka tetap menjadi bagian dari dunia alam, tunduk pada batasan fisik
yang sama seperti hewan lainnya. Karena kecemasan dasar menghasilkan perasaan
terisolasi dan kesepian yang menakutkan, orang berusaha melarikan diri dari
kebebasan melalui berbagai mekanisme pelarian. 9

 Otoritarianisme (Authoritarianism)

Fromm mendefinisikan otoritarianisme sebagai “kecenderungan untuk


melepaskan kemandirian diri sendiri dan menggabungkan diri dengan seseorang atau
sesuatu di luar dirinya, untuk mendapatkan kekuatan yang kurang dimiliki individu”.
Kebutuhan untuk bersatu dengan pasangan yang kuat ini dapat mengambil salah satu

47
dari dua bentuk, masokisme atau sadisme. Masokisme dihasilkan dari perasaan dasar
ketidakberdayaan, kelemahan, dan inferioritas dan ditujukan untuk menggabungkan
diri dengan orang atau institusi yang lebih kuat. Perjuangan masokis sering kali
disamarkan sebagai cinta atau kesetiaan, tetapi tidak seperti cinta dan kesetiaan,
mereka tidak pernah dapat berkontribusi secara positif pada kemandirian dan
keaslian.9

Dibandingkan dengan masokisme, sadisme lebih bersifat neurotik dan lebih


berbahaya secara sosial. Seperti masokisme, sadisme ditujukan untuk mengurangi
kecemasan dasar melalui persatuan dengan orang lain. Fromm mengidentifikasi tiga
jenis tendensi sadis. Yang pertama adalah kebutuhan untuk membuat orang lain
bergantung pada diri sendiri dan untuk mendapatkan kekuasaan atas mereka yang
lemah. Yang kedua adalah paksaan untuk mengeksploitasi orang lain, memanfaatkan
mereka, dan menggunakannya untuk keuntungan atau kesenangan seseorang.
Kecenderungan sadis ketiga adalah keinginan untuk melihat orang lain menderita,
baik secara fisik maupun psikologis. 9

 Perusakan (Destructiveness)

Seperti otoritarianisme, kehancuran berakar pada perasaan kesepian, isolasi, dan


tidak berdaya. Tidak seperti sadisme dan masokisme, sifat merusak. tidak bergantung
pada hubungan yang berkelanjutan dengan orang lain; sebaliknya, ia berusaha
menyingkirkan orang lain. Dengan menghancurkan orang dan benda, seseorang atau
suatu bangsa berusaha memulihkan perasaan kehilangan kekuasaan. Namun, dengan
menghancurkan orang atau negara lain, orang yang merusak menghilangkan sebagian
besar dunia luar dan dengan demikian memperoleh jenis isolasi yang menyimpang. 9

 Penyesuaian (Conformity)

Cara melarikan diri ketiga adalah kesesuaian. Orang yang menyesuaikan diri
mencoba melepaskan diri dari rasa kesendirian dan keterasingan dengan melepaskan
individualitas mereka dan menjadi apa pun yang diinginkan orang lain. Dengan
demikian, mereka menjadi seperti robot, bereaksi secara terduga dan mekanis

48
terhadap keinginan orang lain. Mereka jarang mengungkapkan pendapat mereka
sendiri, berpegang teguh pada standar perilaku yang diharapkan, dan sering kali
tampak kaku dan otomatis. 9

3) Orientasi Karakter

Dalam teori Fromm, kepribadian tercermin dalam orientasi karakter


seseorang, yaitu cara seseorang yang relatif permanen dalam berhubungan dengan
orang dan benda. Fromm mendefinisikan kepribadian sebagai "totalitas kualitas psikis
yang diwariskan dan diperoleh yang merupakan karakteristik dari satu individu dan
yang membuat individu tersebut unik". Kualitas terpenting dari kepribadian yang
diperoleh adalah karakter. Fromm percaya bahwa karakter adalah pengganti naluri.
Alih-alih bertindak menurut naluri mereka, orang bertindak sesuai dengan karakter
mereka.9

Jika mereka harus berhenti dan memikirkan konsekuensi dari perilaku


mereka, tindakan mereka akan menjadi sangat tidak efisien dan tidak konsisten.
Dengan bertindak sesuai dengan karakternya, manusia dapat berperilaku secara
efisien dan konsisten. Orang berhubungan dengan dunia dalam dua cara, dengan
memperoleh dan menggunakan sesuatu (asimilasi) dan dengan berhubungan dengan
diri sendiri dan orang lain (sosialisasi). Secara umum, orang dapat berhubungan
dengan berbagai hal dan dengan orang baik secara non-produktif maupun produktif.9

 Orientasi non-produktif

Orang dapat memperoleh sesuatu melalui salah satu dari empat orientasi non-
produktif: (1) menerima sesuatu secara pasif, (2) mengeksploitasi, atau mengambil
sesuatu dengan paksa, (3) menimbun objek, dan (4) memasarkan atau menukar
barang. Fromm menggunakan istilah "non-produktif" untuk menyarankan strategi
yang gagal membawa orang lebih dekat ke kebebasan positif dan realisasi diri. 9

49
a. Reseptif

Karakter reseptif merasa bahwa sumber dari semua kebaikan berada di luar
diri mereka sendiri dan bahwa satu-satunya cara mereka dapat berhubungan dengan
dunia adalah dengan menerima hal-hal, termasuk cinta, pengetahuan, dan
kepemilikan materi. Mereka lebih mementingkan menerima daripada memberi, dan
mereka ingin orang lain menghujani mereka dengan cinta, ide, dan hadiah. Kualitas
negatif dari orang yang reseptif termasuk pasif, tunduk, dan kurangnya kepercayaan
diri. Sifat positif mereka adalah kesetiaan, penerimaan, dan kepercayaan. 9

b. Eksploitatif

Seperti orang yang reseptif, karakter eksploitatif percaya bahwa sumber


semua kebaikan ada di luar dirinya. Tidak seperti orang reseptif, bagaimanapun,
mereka secara agresif mengambil apa yang mereka inginkan daripada menerimanya
secara pasif. Dalam hubungan sosial mereka cenderung menggunakan kelicikan atau
kekuatan untuk mengambil pasangan, ide, atau properti orang lain. Dalam ranah ide,
orang yang eksploitatif lebih memilih mencuri atau menjiplak daripada menciptakan.
Tidak seperti karakter reseptif, mereka mau mengungkapkan pendapat, tetapi
biasanya pendapat yang telah dicuri. Di sisi negatif, karakter eksploitatif adalah
egosentris, sombong, sombong, dan menggoda. Sisi positifnya, mereka impulsif,
bangga, menawan, dan percaya diri. 9

c. Hoarding

Daripada menilai hal-hal di luar diri mereka sendiri, penimbun karakter


berusaha untuk menyelamatkan apa yang telah mereka peroleh. Mereka menahan
segala sesuatu di dalam dan tidak melepaskan apapun. Mereka menyimpan uang,
perasaan, dan pikiran untuk diri mereka sendiri. Mereka cenderung hidup di masa lalu
dan menolak sesuatu yang baru. Mereka mirip dengan karakter anal Freud karena
mereka sangat teratur, keras kepala, dan kikir. Ciri-ciri negatif dari kepribadian
penimbun termasuk kekakuan, kemandulan, ketegaran, kompulsif, dan kurangnya

50
kreativitas. Karakteristik positifnya adalah ketertiban, kebersihan, dan ketepatan
waktu.9

d. Marketing

Sejalan dengan tuntutan perdagangan modern, karakter marketing


memandang dirinya sebagai komoditas, yang nilai pribadinya bergantung pada nilai
tukarnya, yaitu kemampuan menjual diri. Orang pemasaran tidak memiliki masa lalu
atau masa depan dan tidak memiliki prinsip atau nilai permanen. Mereka memiliki
lebih sedikit sifat positif daripada orientasi lain karena pada dasarnya mereka adalah
wadah kosong yang menunggu untuk diisi dengan karakteristik apa pun yang paling
dapat dipasarkan. Sifat negatif dari karakter pemasaran adalah ketidakberdayaan,
oportunisme, inkonsistensi, dan pemborosan. Beberapa kualitas positif mereka
termasuk kemampuan berubah, keterbukaan, kemampuan beradaptasi, dan
kemurahan hati.9

 Orientasi Produktif

Orientasi produktif tunggal memiliki tiga dimensi, yaitu bekerja, mencintai, dan
bernalar. Karena orang yang produktif bekerja menuju kebebasan positif dan realisasi
potensi mereka yang berkelanjutan, mereka adalah yang paling sehat dari semua tipe
karakter. Hanya melalui aktivitas produktif orang dapat memecahkan dilema dasar
manusia, yaitu bersatu dengan dunia dan dengan orang lain sambil tetap
mempertahankan keunikan dan individualitas. 9

Orang sehat menghargai pekerjaan bukan sebagai tujuan itu sendiri, tetapi sebagai
alat ekspresi diri yang kreatif. Mereka tidak bekerja untuk mengeksploitasi orang lain,
memasarkan diri mereka sendiri, menarik diri dari orang lain, atau mengumpulkan
harta benda yang tidak perlu. Mereka tidak malas atau aktif secara kompulsif, tetapi
menggunakan pekerjaan sebagai alat untuk menghasilkan kebutuhan hidup. Fromm
percaya bahwa orang yang sehat bergantung pada beberapa kombinasi dari kelima
orientasi karakter. Kelangsungan hidup mereka sebagai individu yang sehat
bergantung pada kemampuan mereka untuk menerima sesuatu dari orang lain, untuk

51
mengambil sesuatu pada saat yang tepat, untuk melestarikan sesuatu, untuk bertukar
barang, dan untuk bekerja, mencintai, dan berpikir secara produktif. 9

2.4.6 Teori Frankl

Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan


akan arti. Frankl berpendapat bahwa manusia harus dapat menemukan makna
hidupnya sendiri dan kemudian mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap
kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus
dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl yang
dinamakan Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni kebebasan
berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup. 9,15

Istilah tema utama logoterapi adalah karakteristik eksistensi manusia, dengan


makna hidup sebagai inti teori. Menurut Frankl yang paling dicari dan diinginkan
manusia dalam hidupnya adalah makna, yaitu makna yang didapat dari pengalaman
hidupnya baik dalam keadaan senang maupun dalam penderitaan. Konsep keinginan
kepada makna (the will to meaning) inilah yang menjadi motivasi utama kepribadian
manusia. Sebutan the will to meaning sengaja dibedakan Frankl dengan sebutan the
drive to meaning karena makna dan nilai-nilai hidup tidak mendorong (to push, to
drive) tetapi seakan-akan menarik (to pull) dan menawari (to offer) manusia untuk
memenuhi kenyataan hidup, yang menurutnya pula tidaklah menyediakan
keseimbangan tanpa tegangan, tetapi justru menawarkan suatu tegangan khusus. Di
antara kedua hal itulah proses pengembangan pribadi berlangsung. 9,15

1) Konsep kebebasan berkeinginan

Konsep kebebasan berkeinginan (freedom of will), mengacu pada kebebasan


manusia untuk menentukan sikap (freedom to take a stand) terhadap kondisi-
kondisi biologis, psikologi, dan sosiokultural. Kualitas ini adalah khas insani yang
bukan saja merupakan kemampuan untuk mengambil jarak (to detach) terhadap
berbagai kondisi lingkungan, melainkan juga kondisi diri sendiri (self-

52
detachment). Dalam pandangan logoterapi, kebebasan disini adalah kebebasan
yang bertanggung jawab agar tidak berkembang menjadi kesewenangan. 15

Adapun konsep makna hidup, yaitu hal-hal yang memberikan arti khusus bagi
seseorang yang apabila berhasil dipenuhi, akan menyebabkan kehidupannya
dirasakan berarti dan berharga, sehingga akan menimbulkan penghayatan bahagia
(happiness). Makna yang kita cari memerlukan tanggung jawab pribadi. Bukan
orang lain atau sesuatu yang lain, bukan orang tua, teman, atau bangsa yang dapat
memberi kita pengertian tentang arti dan maksud dalam hidup kita. 15

Kekurangan makna hidup, bagi Frankl, merupakan suatu neourosis (noögenic


neurosis), suatu keadaan yang bercirikan tanpa arti, tanpa maksud, tanpa tujuan
dan hampa. Karena tidak merasa kehidupan yang penuh dan gairah, maka orang
semacam itu berada dalam kekosongan eksistensial, suatu kondisi yang menurut
keyakinan Frankl adalah lumrah dalam masa yang sudah modern ini. 9,15

Banyak di antara kita menderita noögenic neurosis sebagai akibat dari dua
kondisi. Pertama, ketika manusia berkembang dari binatang yang lebih rendah,
mereka kehilangan dorongan-dorongan dan insting-insting alamiah yang
menghubungkan mereka dengan alam. Karena hal ini telah membebaskan kita
dari tekanan-tekanan tertentu, ini berarti bahwa tingkah laku tidak di bimbing
oleh insting-insting kita; kita harus secara aktif memilih apa yang harus kita
lakukan.9,15

2) Keinginan Akan Makna

Upaya manusia untuk mencari makna hidup merupakan motivator utama


dalam hidupnya, dan bukan “rasionalisasi sekunder” yang muncul karena
dorongan-dorongan naluriahnya. Makna hidup ini merupakan sesuatu yang unik
dan khusus, artinya ia hanya bisa dipenuhi oleh yang bersangkutan; hanya dengan
cara itulah ia bisa memiliki arti yang bisa memuaskan keinginan orang tersebut
untuk mencari makna hidup. Keinginan untuk mencari makna hidup, sangat
berbeda dengan pleasure principle (prinsip kesengan atau lazim dikenal dengan

53
keinginan untuk mencari kesenangan) yang merupakan dasar dari aliran
psikoanalisis Freud dan juga berbeda dengan will to power (keinginan untuk
mencari kekuasaan), dasar dari aliran psikologi Adler yang memusatkan perhatian
pada striving for superiority (perjuangan untuk mencari keunggulan). 16

3) Makna Hidup

Yang dimaksud dengan makna oleh logoterapi adalah makna yang terkandung
dan tersembunyi dalam setiap situasi yang dihadapi seseorang sepanjang hidup
mereka. Sedangkan arti dari makna hidup menurut Frankl adalah makna tersendiri
dari sebuah situasi yang konkrit. Dan dia lebih mengartikan makna hidup sebagai
kesadaran akan adanya suatu kesempatan atau kemungkinan yang dilatar
belakangi oleh realitas, atau dalam kalimat yang sederhana, menyadari apa yang
bisa dilakukan di dalam situasi tertentu. Dengan menyatakan bahwa manusia
bertanggung jawab dan harus mewujudkan berbagai potensi makna hidup, Frankl
ingin menekankan bahwa makna hidup yang sebenarnya harus ditemukan di
dalam dunia dan bukan di dalam batin atau jiwa orang tersebut. 16

4) Hakikat manusia

Frankl percaya bahwa hakikat dari eksistensi manusia terdiri dari tiga faktor,
yaitu spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab. Spiritualitas adalah suatu
konsep yang sulit dirumuskan. Tidak dapat direduksikan. Tidak dapat diterangkan
dengan istilah-istilah material. Meskipun spiritualitas dapat dipengaruhi oleh
dunia material, namun tidak disebabkan atau dihasilkan oleh dunia material itu.
Mungkin yang paling baik kita dapat memikirkannya sebagai roh dan jiwa/ Kita
tidak didikte oleh faktor-faktor non-spiritual, oleh insting, warisan kita yang
khusus, atau kondisi-kondisi dari lingkungan kita. Kita memiliki dan harus
menggunakan kebebasan kita untuk memilih bagaimana kita akan bertingkah laku
jika kita menjadi sehat secara psikologis. Akhirnya, tidak cukup merasa bebas
unuk memilih tetapi kita harus juga menerima tanggung jawab terhadap pilihan.
Logoterapi memperingatkan kita akan tanggung jawab kita dengan cara ini. 15

54
2. 6 Hubungan Kepribadian dengan Gangguan Jiwa
Gangguan mental adalah sindrom yang ditandai dengan gangguan yang signifikan
secara klinis pada kognisi, regulasi emosi, atau perilaku individu yang mencerminkan
disfungsi dalam proses psikologis, biologis, atau perkembangan yang mendasari
fungsi mental. Gangguan mental biasanya dikaitkan dengan tekanan atau kecacatan
yang signifikan dalam kegiatan sosial, pekerjaan, atau aktivitas penting lainnya.
Respons yang diharapkan atau disetujui secara budaya terhadap stres atau kehilangan
yang umum, seperti kematian orang yang dicintai, bukanlah gangguan mental.
Perilaku menyimpang secara sosial (misalnya, politik, agama, atau seksual) dan
konflik yang terutama antara individu dan masyarakat bukanlah gangguan mental
kecuali penyimpangan atau konflik tersebut diakibatkan oleh disfungsi pada
individu.17

Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang kaku dan mengalahkan diri
sendiri, sehingga memengaruhi fungsinya dan bahkan menyebabkan gejala psikiatrik,
menyebabkan penderitaan pada pasien atau orang lain atau keduanya dan
menimbulkan maladaptasi sosial (teman, keluarga, pekerjaan). Kepribadian demikian
nampak tidak seimbang, tanpa koordinasi perilaku yang harmonis. 18
a. Gangguan Kepribadian Paranoid19
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
 Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan
 Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk
memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil
 Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan
pengalaman yang menyalah-artikan tindakan orang lain yang netral atau
bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan
 Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan
situasi yang ada
 Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan seksual dari
pasangannya

55
 Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang
bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri
 Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak
substansif dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri
maupun dunia pada umumnya.
b. Gangguan Kepribadian Skizoid19
Gangguan kepribadian yang memenuhi deskripsi berikut:
 Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan
 Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli
 Kurang mampu untuk menekspresikan kehangatan, kelembutan atau
kemarahan terhadap orang lain
 Tampak nyata ketidakpedulian baik terhadap pujian maupun kecaman
 Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain
 Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
 Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan
 Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab dan tidak
ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu
 Sangat tidak sensitive terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku.
c. Gangguan Kepribadian Disosial19
Gangguan kepribadian ini biasanya menjadi perhatian disebabkan adanya
perbedaan yang besar antara perilaku dan norma sosial yang berlaku, dan ditandai
oleh:
 Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
 Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus,
serta tidak peduli terhadap norma, peraturan, dan kewajiban sosial
 Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama,
meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya
 Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk
melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan

56
 Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari
pengalaman, khususnya dari hukuman
 Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi
yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan
masyarakat.
d. Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil19
 Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsive
tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, bersamaan dengan
ketidakstabilan emosional
 Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan
kekurangan pengendalian diri.
e. Gangguan Kepribadian Histrionik 19
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
 Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self-dramatization), seperti
bersandiwara (theatricality), yang dibesar-besarkan (exaggerated)
 Bersuat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan
 Keadaan afektif yang dangkal dan labil
 Terus menerus mencari kegairahan (excitement), penghargaan
(appreciation) dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat
perhatian
 Penampilan atau perilaku “merangsang” (seductive) yang tidak memadai
 Terlalu peduli dengan daya tarik fisik
f. Gangguan Kepribadian Anankastik 19
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
 Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan
 Preokupasi dengan hal-hal yang rinci, peraturan, daftar, urutan, organisasi
atau jadwal
 Perfeksionisme yang memengaruhi penyelesaian tugas

57
 Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan keterikatan yang tidak
semestinya pada produktivitas sampai mengabaikan kepuasan dan
hubungan interpersonal
 Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial
 Kaku dan keras kepala
 Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya
mengerjakan sesuatu, atau keengganan yang tak beralasan untuk
mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu
 Mencampur-adukan pikiran atau dorongan yang memaksa dan yang
enggan.
g. Gangguan Kepribadian Cemas (Menghindar) 19
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
 Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasive
 Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang
lain
 Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi
sosial
 Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan
disukai
 Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan kecaman fisik
 Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan
kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
h. Gangguan Kepribadian Dependen19
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
 Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar
keputusan penting untuk dirinya
 Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia
bergantung, dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan
mereka

58
 Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang
dimana tempat ia bergantung
 Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan
yang dibesar-besarkan tentang ketisakmampuan mengurus diri sendiri
 Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat
dengannya, dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri
 Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.
Pendekatan dimensi untuk kepribadian yang dianggap paling relevan untuk
memahami gangguan kepribadian adalah The Big Five Factors. The Big Five Factors
adalah neuroticism vs stability, extraversion vs introversion, agreeableness vs
antagonism, conscientiousness vs lack of self discipline, dan openness to experience
vs rigidity.20,21
 Neuroticism vs Stability

Neuroticism adalah dimensi kepribadian yang menilai kemampuan seseorang


dalam menahan tekanan atau stress. Karakteristik positif dari neuroticism disebut
dengan emotional stability, individu dengan emosional yang stabil cenderung
tenang saat menghadapi masalah, percaya diri, dan memiliki pendirian yang
teguh. Sedangkan karakteristik kepribadian neuroticism adalah mudah gugup,
depresi, tidak percaya diri dan mudah berubah pikiran. 20,21

 Extraversion vs Intraversion
Dimensi kepribadian extraversion berkaitan dengan tingkat kenyamanan
seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Karakteristik positif individu
extraversion adalah senang bergaul, mudah bersosialisasi, hidup berkelompok,
dan tegas. Sebaliknya, individu yang introversion adalah individu yang pemalu,
suka menyendiri, penakut, dan pendiam. 20,21
 Agreeableness vs Antagonism
Individu dengan dimensi agreeableness cenderung lebih patuh dengan
individu lainnya dan memiliki kepribadian yang ingin menghindari konflik.

59
Karakteristik positifnya adalah kooperatif, penuh kepercayaan, bersifat baik,
hangat, berhati lembut, dan suka membantu. Kebalikannya adalah individu yang
tidak mudah bersepakat dengan individu lain karena suka menentang, bersifat
dingin, dan tidak ramah.20,21
 Conscientiousness vs Lack Of Self Discipline

Individu dengan kepribadian conscientiousness biasanya cenderung lebih


berhati-hati dalam melakukan sesuatu atau melakukan sesuatu dengan penuh
pertimbangan.20,21

 Openness To Experience vs Rigidity

Dimensi kepribadian openness to experience mengelompokkan individu


berdasarkan ketertarikannya terhadap hal-hal baru dan keinginan untuk
mengetahui serta mempelajari sesuatu yang baru. Karakteristik positif individu ini
cenderung lebih kreatif, imajinatif, intelektual, penasaran, dan berpikiran luas.
Kebalikannya adalah individu yang cenderung konvensional dan nyaman
terhadap hal-hal yang telah ada serta akan menimbulkan kegelisahan jika
diberikan tugas-tugas baru.20,21

Kelima faktor ini diyakini mewakili kecenderungan dasar yang diturunkan secara
biologis, yang berperan penting dalam membentuk sikap, tujuan, hubungan, dan
konsep diri, serta memengaruhi interaksi individu dengan lingkungan sosial dan
fisik.20,21
Menurut penelitian Wehner, dkk., stabilitas emosi secara signifikan memprediksi
kesehatan mental di masa remaja dan dewasa. Ekstraversi tampaknya juga menjadi
prediktor penting lainnya untuk kesehatan mental pada semua usia. Hal ini
menunjukkan peran penting interaksi sosial untuk kesehatan mental. Berdasarkan
intervensi pemecahan masalah perilaku kognitif dan sosial yang dirancang untuk
mengurangi dan mencegah gejala depresi di kalangan anak perempuan, penelitian
Chaplin menemukan bahwa efek positif yang signifikan mungkin timbul karena

60
adanya interaksi sosial antar peserta, yang terkait dengan persahabatan dan pertukaran
tentang pemikiran yang merusak, masalah dan cara mengatasinya. 22
Kombinasi yang paling bermasalah sehubungan dengan dua ciri kepribadian
adalah stabilitas emosi yang rendah dan kehati-hatian yang rendah pada semua usia
baik untuk wanita maupun pria. Skor rendah pada stabilitas emosional dan kehati-
hatian berkaitan dengan peningkatan kesehatan mental yang buruk. Oleh karena itu,
individu yang mendapat skor rendah dalam stabilitas emosional dan kehati-hatian
lebih cenderung memiliki persepsi dan kemampuan pemecahan masalah yang kurang
dalam menghadapi masalah. Hal ini mungkin terkait dengan perasaan stres yang
berkelanjutan, peningkatan kecemasan dan hasil yang lebih buruk karena tantangan
mental terus berlanjut. Dalam jangka panjang, gangguan mental bisa muncul dan
bertahan.22
Individu dengan gangguan kepribadian memiliki risiko untuk mengalami berbagai
gangguan jiwa, termasuk depresi, ansietas, bunuh diri, dan penyalahgunaan alkohol
maupun obat-obatan lainnya. Individu dengan kepribadian skizotipal memiliki risiko
yang tinggi untuk menalami skizofrenia dan orang dengan kepribadian anankastik
memiliki risiko untuk mengalami gangguan obsesif kompulsif. 23

61
BAB III
KESIMPULAN

Kepribadian didefinisikan sebagai gaya karakteristik individu dalam


berperilaku, berpikir, dan merasa. Beberapa individu lebih rentan terhadap penyakit
mental dan psikopatologi karena karakteristik dan ciri kepribadian mereka, sedangkan
beberapa yang lain mengalami tingkat kesehatan mental yang lebih tinggi karena sifat
dan karakter kepribadian mereka. Oleh karena itu, tampaknya beberapa individu lebih
mudah terserang penyakit jiwa sehingga mengancam kesehatan jiwa mereka.
Lima ciri kepribadian yang dianggap relevan antara lain adalah keramahan,
kehati-hatian, emosionalitas negatif, ekstraversi, dan keterbukaan. Hingga saat ini
telah banyak teori-teori kepribadian yang diungkapkan oleh berbagai ahli. Menurut
Freud, kepribadian tersusun dari tiga sistem pokok, yaitu id, ego, dan, superego.
Mereka berinteraksi dengan tiga tingkat kehidupan mental sehingga ego melintasi
berbagai tingkat topografi dan memiliki komponen sadar, prasadar, dan tidak sadar,
sedangkan superego adalah prasadar dan tidak sadar dan id sama sekali tidak sadar.
Prinsip-prinsip kepribadian menurut Adler adalah satu kekuatan dinamis di
balik perilaku seseorang adalah perjuangan untuk keberhasilan atau superioritas,
persepsi subjektif seseorang membentuk perilaku dan kepribadian mereka,
kepribadian itu bersatu dan konsisten, nilai segala aktivitas manusia harus dilihat dari
sudut pandang kepentingan sosial, struktur kepribadian yang konsisten pada diri
sendiri berkembang menjadi gaya hidup seseorang, dan gaya hidup dibentuk oleh
daya kreatif manusia.
Teori Erikson menyatakan bahwa struktur kepribadian manusia dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu ego kreatif, ego otonomi fungsional, dan pengaruh
masyarakat. Tahapan perkembangan kepribadian menurut Erikson terdiri dari 8
tahapan dimulai dari masa kecil hingga dewasa. Bagi Allport, struktur yang paling
penting adalah struktur yang memungkinkan penggambaran orang dalam kaitannya
dengan karakteristik individu, dan ia menyebut karakteristik individu ini disposisi

62
pribadi yang dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu disposisi cardinal, disposisi sentral,
dan disposisi sekunder.
Tesis dasar Erich Fromm adalah bahwa orang-orang zaman modern telah
dipisahkan dari persatuan prasejarah mereka dengan alam dan juga dengan satu sama
lain, namun mereka memiliki kekuatan penalaran, pandangan terhadap masa depan,
dan imajinasi. Kesadaran diri berkontribusi pada perasaan kesepian, isolasi, dan
tunawisma. Untuk melepaskan diri dari perasaan ini, individu berusaha untuk bersatu
kembali dengan alam dan dengan sesama manusia. Psikoanalisis humanistiknya
mengasumsikan bahwa keterpisahan manusia dari alam telah menghasilkan perasaan
kesepian dan terisolasi, suatu kondisi yang disebut kecemasan dasar.
Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya
kemauan akan arti. Frankl berpendapat bahwa manusia harus dapat menemukan
makna hidupnya sendiri dan kemudian mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl
setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang
harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl yang
dinamakan Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni kebebasan
berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup.
Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang kaku dan mengalahkan
diri sendiri, sehingga memengaruhi fungsinya dan bahkan menyebabkan gejala
psikiatrik, menyebabkan penderitaan pada pasien atau orang lain atau keduanya dan
menimbulkan maladaptasi sosial (teman, keluarga, pekerjaan). Individu dengan
gangguan kepribadian memiliki risiko untuk mengalami berbagai gangguan jiwa,
termasuk depresi, ansietas, bunuh diri, dan penyalahgunaan alkohol maupun obat-
obatan lainnya.

63
DAFTAR PUSTAKA

1. Goldberg, L.R., Johnson, J.A., Eber, H.W., Hogan, R., Ashton, M.C.,
Cloninger, C.R., dan Gough, H.G. The international personality item pool and
the future of public domain personality measures. Journal of Research in
Personality. 2006;40:84-96.
2. Buss, D. M. Human Nature and Individual Differences. In O. P. John, & R.
W. Robins, & L. A. Pervin (Eds.), Handbook of personality. New York:
Guilford. 2008:29-60.
3. WHO. Mental Health: New Understanding, New Hope. Geneva: World
Health Organization. 2001.
4. Widiger, T. A., & Smith , G. T. Personality and Psychopathology. In O. P.
John, & R. W. Robins, & L. A. Pervin (Eds.), Handbook of personality. New
York: Guilford. 2008:743-769.
5. Schacter, D. L., Gilbert, D. T., & Wegner, D. M. Psychology. New York:
Worth Publishers. 2009.
6. Hampson, S. E., & Friedman, H. S. Personality and Health. In O. P. John, &
R. W. Robins, & L. A. Pervin (Eds.), Handbook of personality. New York:
Guilford. 2008:770-794.
7. Gregory Mooorhead, Ricky W. Griffin, Perilaku Organisasi: Manajemen
sumber Daya Manusia dan Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. 2013:64.
8. Naisaban, L. Psikologi Jung. Jakarta: Grasindo. 2003.
9. Feist, Jess, Gregory J. Feist, dan Tomi-Ann Roberts. Theories of Personality.
New York: McGraw-Hill Education. 2018.
10. Rosyidi, Hamim. Psikologi Kepribadian: Paradigma Psikoanalisa. Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 2012.
11. Hidayat, Dede Rahmat. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam
Konseling. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. 2015.
12. Sidiq, Zulfikli. Psikologi Individual Alfred Adler. Universitas Pendidikan
Indonesia. 2012.

64
13. Lestari, Mutiara Anggita. Erik H. Erikson – Post Freudian Theory.
Psikopedia. 2017.
14. Susilawati, Luh Kadek Pande Ary, dan Tience Debora Valentina. Psikologi
Kepribadian II. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. 2010.
15. Lisa, Warda. Teori Viktor Emil Frankl. Universitas Gunadarma. 2010.
16. Anonim. Viktor E. Frankl dan Logoterapi. Perpustakaan Pusat UIN
Walisongo Semarang. 2015.
17. Sadock, Benjamin James, Virginia Alcott Sadock, dan Pedro Ruiz. Kaplan &
Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Wolters Kluwer. 2017.
18. Idrus, Faisal. Gangguan Kepribadian. Universitas Hasanuddin. 2016.
19. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 2013.
20. Arianty, Meity. Kepribadian dan Gangguan Kepribadian. Universitas
Gunadarma. 2017.
21. Alwin, Nic, Ron Blackburn, Kate Davidson, Maggie Hilton, Caroline Logan,
dan John Shine. Understanding Personality Disorder: A Report by the British
Psychological Society. The British Psychological Society. 2006.
22. Wehner, Caroline, Trudie Schils, Lex Borghans. Personality and Mental
Health: The Role and Substitution Effect of Emotional Stability and
Conscientiousness. IZA Discussion Paper. 2016.
23. Kendell, R.E. The Distinction between Personality Disorder and Mental
Illness. British Journal of Psychiatry. 2002;180:110-115.

65

Anda mungkin juga menyukai