Anda di halaman 1dari 12

TATALAKSANA

NEPHROLITHIAIS

OLEH:
Nanda Hikma Lestari
N 111 15 022
PENDAHULUAN

Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal,


dimana ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal
dan matriks organik yang merupakan penyebab terbanyak
kelainan saluran kemih.
 Batu ginjal dapat terbentuk dari kalsium, batu oksalat,
kalsium oksalat, atau kalsium fosfat. Namun yang paling
sering terjadi pada batu ginjal adalah batu kalsium.
 Penyebab pasti yang membentuk batu ginjal belum diketahui,
oleh karena banyak faktor yang dilibatkannya.
 Di Indonesia sendiri, penyakit ginjal yang paling
sering ditemui adalah gagal ginjal dan nefrolitiasis.
Prevalensi tertinggi penyakit nefrolitiasis yaitu di
daerah DI Yogyakarta (1,2%), diikuti Aceh
(0,9%), Jawa Barat, Jawa Tengah , dan Sulawesi
Tengah masing-masing (0,8%).
Tandadan Gejala
 Penderita nefrolitiasis sering mendapatkan keluhan rasa nyeri
pada pinggang ke arah bawah dan depan. Nyeri dapat bersifat
kolik atau non kolik. Nyeri dapat menetap dan terasa sangat
hebat. Mual dan muntah sering hadir, namun demam jarang
di jumpai pada penderita. Dapat juga muncul adanya bruto
atau mikrohematuria
Tatalaksana
 ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
 PNCL(Percutaneus Nephro Litholapaxy)
 Bedah terbuka
Pembedahan terbuka itu antara lain pielolitotomi atau
nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran
ginjal.
 Terapi Konservatif atau Terapi Ekspulsif Medikamentosa (TEM)
Terapi dengan mengunakan medikamentosa ini ditujukan pada kasus
dengan batu yang ukuranya masih kurang dari 5mm, dapat juga
diberikan pada pasien yang belum memiliki indikasi pengeluaran batu
secara aktif. Terapi konservatif terdiri dari peningkatan asupan
minum dan pemberian diuretik; pemberian nifedipin atau agen alfa-
blocker, seperti tamsulosin; manajemen rasa nyeri pasien, khusunya
pada kolik, dapat dilakukan dengan pemberian simpatolitik, atau
antiprostaglandin, analgesik; pemantauan berkala setiap 1- 14 hari
sekali selama 6 minggu untuk menilai posisi batu dan derajat
hidronefrosis
Komplikasi
1). Komplikasi Akut Kematian, kehilangan fungsi ginjal,
kebutuhan transfusi dan tambahan invensi sekunder yang tidak
direncanakan.
2). Komplikasi Jangka Panjang Striktura, obstruksi,
hidronefrotis, berlanjut dangan atau tanpa pionefrosis, dan
berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena.
Kesimpulan
 Nefrolitiasis merupakan salah satu penyakit ginjal, yaitu
ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan
matriks organik. Nefrolitiasis berdasarkan komposisinya, Batu
kalsium merupakan kejadian yang paling banyak terjadi.
 Penatalaksanakan kasus ini dapat dilakukan dengan metode
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), PCNL
(Percutaneus Nephro Litholapaxy), bedah terbuka dan terapi
konservatif atau terapi ekspulsif medikamentosa (TEM).
Daftar Pustaka
 Hanley JM, Saigal CS, Scales CD, Smith AC. Prevalences of kidney stone in the United States. Journal European Association of
Urology[internet]. 2012[diakses tanggal 28 Oktober 2015]; 62(1):160-5.Tersedia dari: http://journal.unnes.ac.id/index.php/kem as
 HTAI. Penggunaan extracorporeal shockwave lithotripsy pada batu saluran kemih. Jakarta: Health Technology Assasement Indonesia; 2005.
 Depkes. Laporan riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia;2013.
 Krisna DNP. Faktor risiko kejadian penyakit batu ginjal di wilayah kerja Puskesmas Margasari kabupaten Tegal tahun 2010 [skripsi]. Semarang:
Universitas Negeri Semarang; 2011.
 Basuki B. Dasar-dasar urologi.Malang: Sagung seto; 2015.hlm.93-100.
 Hasiana L, Chaidir A. Batu saluran kemih. Dalam: Chris T, Frans L, Sonia H, Eka A, Editor. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi keempat jilid
I.Jakarta: Media Aesculapius; 2014.hlm. 277-280.
 Mochammad S. Batu saluran kemih. Dalam: Aru W, Bambang S,Idrus A, Marcellus S, Siti S, editors. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima jilid II.
Jakarta: Interna Publishing; 2014. hlm. 1025-1027.
 Martha.E.B.T. Angka kejadian batu ginjal di RSUP Prof Dr.R.D. Kandou Manado periode januari 2010-desember 2012. E- clinic [internet].
2014 [diakses tanggal 26 oktober 2015]. Tersedia dari: http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ecli nic/article/view/3722
 David S. Goldfarb,MD.In the clinic nephrolithiasis.American College of Physicians [internet]. 2009 [diakses tanggal 27 oktober 2015]. Tersedia
dari: https://www.med.unc.edu/medselect/resources/course%20reading/ITC%20nephrol ithiasis.full.pdf
 Margaret Sue, David S, Dean G, Gary Curhan, Cynthia J, Brian R, et al. Medical management of kidney stone: AUA guideline [internet]. USA:
American Urological Association; 2014 [diakses tanggal 28 Oktober 2015]. Tersedia dari: https://www.auanet.org/common/pdf/ed
ucation/clinical-guidance/Medical-Management-of-Kidney-Stones.pdf
 Anisa M, Yogesh S, Deepashri R. Salivary gland lithotripsy: a non-invasive alternative. Department of Oral & Maxillofacial Surgery,Modern
Dental& researh Centre [internet].2009[diakses tanggal 28 Oktober 2015]. Tersedia dari: http://www.pjsr.org/Jan09_pdf/Dr.%20An
isha%20Maria%20-%2010.pdf
 Mohammed H, ahmed R. El-Nahas, Nasr El-Tabey.Percutaneus nephrolitothomi vs extracorporeal shockwave lithrotripsy for treating a 20-20
mm single renal pelvic stone. Arab journal of Urology[internet]. 2015 [diakses tanggal 28 Oktober 2015]; 13(3):212-216. Tersedia
dari:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar ticles/PMC4563020/

Anda mungkin juga menyukai