PIELONEFRITIS
Simpatik
• Vasokonstiksi menghambat aliran darah ke ginjal
Parasimpatik
• Ginjal diduga tidak mendapatkan persarafan parasimpatik.
Impuls sensorik dari ginjal berjalan menuju korda spinalis segmen T10-11,
dan memberikan signal sesuai dengan level dermatomnya.
FISIOLOGI
• Mengontrol sekresi hormon aldosteron dan ADH (Anti Diuretic Hormone).
• Mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D.
• Menghasilkan beberapa hormon, antara lain :
Eritropoetin
Renin
Prostaglandin
pielonefritis
Pielonefritis :
• Pielonefritis akut
• Pielonefritis kronik
• Pielonefritis emfisematosa
PIELONEFRITIS AKUT
PIELONEFRITIS KRONIS
ETIOLOGI
Terdapat dua rute yang dapat ditempuh bakteri untuk mencapai ginjal :
melalui aliran darah (hematogen) dan dari saluran kemih bawah (asendens).
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan Laboratorium
• Darah Rutin
• Urin
Pemeriksaan Radiologi
• USG
• CT-Scan dengan kontras
• DMSA
GAMBARAN CT-SCAN
Pielonefritis Akut
Pielonefritis Kronis dengan Menggunakan DMSA Scan
Pielonefritis Emfisematosa
Penatalaksanaan
• Terapi ditujukan untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih yang lebih
parah dan memperbaiki kondisi pasien, yaitu berupa terapi suportif dan
pemberian antibiotik.
• Terapinya terdiri atas penanganan syok, bakterimia,dan penyebab sepsis.
• Pada umumnya pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk memelihara
status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral minimal selama 48 jam. IV
sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui mikroorganisme
penyebabnya.
a) Fluorokuinolon
b) Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
c) Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.
DIAGNOSIS BANDING
Resiko kematian lebih tinggi pada pasien berusia lebih dari 65 tahun.
Beresiko tinggi juga pada pasien dengan syok septik dan pasien dengan
immunosupressan.
T E R I M A_K A S I H