Anda di halaman 1dari 39

Spinal Cord Injuries

NAMA : MUHAMMAD IQBAL RAHMANSYAH

Pembimbing : dr.Muh.Ardi Munir SpOT,FICS, MH


PENDAHULUAN

• Penyebab kematian pada kasus ini biasanya


cedera otak atau cedera kardiovaskular yang
hebat di mana upaya penanggulangannya tidak
banyak membantu
• Cedera kolumna vertebralis, dengan atau
tanpa defisit neurologis, harus selalu
dipikirkan pada pasien trauma multiple.
• 5 % pasien dengan cedera kepala juga
mengalami cedera spinal,
• 25 % pasien dengan cedera spinal mengalami
setidaknya dengan cedera kepala ringan.
• 55% trauma spinal terjadi pada regio servikal,
15% di regio thorakal, 15 % diregio sendi
thorakolumbal dan 15 % lumbosakral
• Insidensi kejadian spinal cord injury di negara
berkembang bervariasi , kecelakaan lalulintas
merupakan angka kejadian teratas penyebab
spinal cord injury .
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

• Trauma medula spinalis (TMS) meliputi


kerusakan medula spinalis karena trauma
langsung atau tak langsung yang
mengakibatkan gangguan fungsi utamanya,
seperti fungsi motorik, sensorik, autonomik,
dan refleks, baik komplet ataupun inkomplet
ANATOMY
ANATOMY
• Tractus Spinal cord
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI SPINAL CORD INJURY

• Cedera Cervical
• Cedera Thoracolumbar
• Cedera Sacral
• Skala Spinal cord injury (ASIA)
Cedera Cervical
Dislokasi Atlanto Oksipital

Cedera terputusnya atlantooksipital cukup


jarang dan terjadi akibat distraksi dan fleksi
traumatic yang hebat. Kebanyakan pasien
akan meninggal akibat destruksi batang otak
dan apneu atau mendapat gangguan neurologis
(trgantung pada ventilator dan tetraplegi)
Fraktur atlas (C1)

• Tulang atlas tipis, berbentuk cincin dengna


permukaan sendi yang luas. Fraktur atlas
tejadi 5% dari fraktur tulang servikal akut.
Kira-kira 40% fraktur atlas berhubungan
dengan fraktur aksis (C2). Fraktur tersering
C1 adalah burst fracture (Fraktur Jefferson)
Subluksasi rotasi C1

• Subluksasi rotasi C1 paling sering dijumpai


pada anak-anak. Dapat terjadi spontan setelah
trauma, dengan infeksi saluran napas atas atau
dengan rheumatoid arthritis. Pasien datang
dengan rotasi kepala persisten. Cedera ini
paling baik juga dilihat dengan open mouth
odontoid view
Fraktur Aksis C2

• Fraktur C2 kira-kira terjadi pada 18% dari


semua cedera servikal. Type Fraktur aksis C2
• Fraktur Odontoid
• Fraktur Hangman
Fraktur Odontoid

• Kira-kira 60% dari fraktur C2 terjadi pada


prossesus odontoid, tonjolan tulang seperti
pasak yang menonjol ke atas dan dalam
keadaan normal berhubungan dengan arkus
anterior C1. Prossesus odontoid terikat
ditempatnya oleh ligamentum transversum
Fraktur Hangman

• Hangman’s fracture terjadi pada elemen


posterior C2 yang merupakan pars interkularis
• Fraktur hangman jarang menimulkan deficit
neurologis mengingat fraktur menimbulkan
pemisahan antara korpus C2 dengan elemen
posterior
• Hangman dibedakan menjadi Dua tipe.
• Tipe I merupakan fraktur yang stabil, dimana
pergeseran atau angulasi di sini hanya minimal saja
serta cukup diterapi dengan pemasangan collar
neck.
• Tipe II menunjukkan angulasi dan translasi yang
bermakna dan penanganannya adalah pemasangan
jaket Halo
Cedera Thoracolumbar

• Pada kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan


tinggi dan tenaga besar sering didapatkan
berbagai macam kombinasi gaya, yaitu fleksi,
rotasi, maupun ekstensi sehingga tipe
frakturnya adalah fraktur dislokasi
Skala Spinal Cord Injury (ASIA)
• Komplit spinal cord injury (ASIA-A)
• Unilevel
• Multilevel
• Inkomplit spinal cord injury (ASIA B,C,D)
• Cervico medullary syndrome
• Central cord syndrome
• Anterior cord syndrome
• Posterior cord syndrome
• Brown Sequard syndrome
• Conus medullary syndrome
• Komplit cauda equina injury (ASIA-A)
• Inkomplit kauda equina injury (ASIA-B,C,D)
• Cedera medulla spinalis dapat ditentukan
berdasarkan
• (1) Level,
• (2) beratnya defisit neurologis,
• (3) sindrom medulla spinalis, dan
• (4) morfologi
Level
• level neurologis adalah segmen paling kaudal
yang masih memiliki fungsi sensorik dan
motorik normal di kedua sisi tubuh. bila istilah
level sensorik yang dipakai berarti dipakai
untuk menyebutkan bagian paling kaudal dari
medulla spinalis dengan fungsi sensorik normal
Beratnya Defisit
Neurologis
• Cedera medulla spinalis dibagi menjadi :
- Paraplegia inkomplit (torakal inkomplit)
- Paraplegia komplit (torakal komplit)
- Tetraplegia imkomplit (servikal inkomplit)
- tetraplegia komplit (cedera servikal komplit)
Syndrom medulla spinalis
Gejala Klinis

• Gambaran klinis tergantung pada letak dan


besarnya kerusakan. Kerusakan melintang (lesi
transversa) memberikan gambaran berupa
hilangnya fungsi motorik maupun sensorik
kaudal dari tempat kerusakan disertai syok
spinal
• Tetraplegia, Paraplegia
Pemeriksaan Spinal cord

• Pemeriksaan Motorik
• Pemeriksaan Sensorik
• Hilangnya reflex abdomen (kontraksi akibat
stimulasi kulit abdomen bagian bawah),
menunjukkan adanya lesi di region T9-11
• Segmen ini biasanya dapat diperiksa dengan
cara: ankle jerk reflex (S1 dan S2), Fleksi toe
dan arch the feet (S2 dan S3) Dan Tonus
Sfingter ani atau refleks bulbokavernosus (S2-
S4).
• Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
menilai Adanya reflek bulbokavernosus adalah
dengan Rectal Toucher
• Sacral sparing
Pemeriksaan Penunjang

• CT –SCAN
• MRI
Penatalaksanaan Spinal cord injury

• Prinsip penatalaksanaan Trauma :


• ABC
• Management operative
• Management non-operative
Management operative

• Jika terdapat tanda kompresi pada medula


spinalis tanda kompresi pada medula spinalis
oleh deformitas fleksi, fragmen tulang, atau
hematom, diperlukan tindakan dekompresi
• reposisi dan stabilitas
Dekompresi

• Laminectomy
• penyakit degenarative stenosis canalis
spinalis central dengan gejala klinis yang
didapat dan dikonfirmasi dengan MRI /CT
Scan
• kegagalan terapi konservative
• tidak tanda dan gejala untuk instability
segmental
Stabilisasi

• Gardner wells Tong


Gardner - wells tongs terdiri atas batang C-
Shaped rectangular dengan bentuk s yang
berhubungan langsung ke pusat pada daerah
dilakukan tindakan
Traksi Servikal

• Ada dua macam traksi servikal yaitu traksi


memakai pita kulit lebar yang disarungkan di
dagu oksipit (biasanya untuk stabilisasi
sementara) yang disebut Halter traction dan
traksi skeletal yang dipasang pada tulang
tengkorak. Beban traksi yang diberikan
sebaiknya jangan melebihi 5 kg untuk
maksmal waktu dua jam
Cranial HALO Ring
Cranial halo traksi memberikan 4 point fixasi
skeletal melalui cincin metal circumferential,
cincin bisa berimpitan terhadap tali dan
beratnya sama seperti tong gardner - wells.
halo vest digunakan untuk stabilisasi pada
fraktur atau kondisi lain yang tidak stabil pada
cervical spine.
Management non-operative

• Prinsip Terapi bagi Penderita Cedera medulla


spinalis Perlindungan terhadap trauma lebih
lanjut pasien yang diduga mengalami cedera
tulang belakang harus dilindungi terhadap
trauma lebih lanjut
• Resusitasi cairan
• Kateter lambung
• Penggunaan steroid
• metilprdnisolon (30mg/kg), diberikan secara intravena dalam waktu
kurang lebih 15 menit. dosis awal dilanjutkan dengan dosis
maintenance 5.4 mg/kg per jam untuk 24 jam berikutnya dimulai
antara 3 jam pasca trauma
Komplikasi

• Gagal ginjal disertai infeksi saluran kencing


berulang adalah dengan melakukan
kateterisasi bladder intermiten secara hati-
hati. Ulkus dekubitus
• Deep Vein Thrombosis
Prognosis

• Pada trauma akut, mortalitas cedera medula


spinalis sebesar 20%. Dalam jangka lama,
pasien dengan kehilangan fungsi motorik dan
sensorik komplit dalam 72 jam, fungsinya
tidak mungkin kembali, namun hingga 90%
pasien dengan lesi inkomplit dapat mulai
berjalan 1 tahun setelah cedera

Anda mungkin juga menyukai