Anda di halaman 1dari 34

REFERAT

RUPTUR URETHRA
Oleh :
Priscillia Vivian Feybe

Pembimbing Klinik :
dr. I Wayan Suarsana,Sp.U
PENDAHULUAN
• Ruptur urethra adalah suatu kegawatdaruratan bedah yang sering
terjadi oleh karena fraktur pelvis.
• 70% dari kasus fraktur pelvis yang terjadi akibat dari kecelakaan
lalulintas/kecelakaan kendaraan bermotor
• 25% kasus akibat jatuh dari ketinggian
• 90% kasus cedera urethra akibat trauma tumpul
• Cedera organ terbanyak pada fraktur pelvis adalah pada urethra
posterior (5,8%-14,6%), diikuti oleh cedera hati (6,1%-10,2%) dan
cedera limpa (5,2%-5,8%)
• Angka kejadian cedera urethra dikaitkan dengan fraktur pelvis terjadi
rata-rata pada usia 33 tahun.
• Fraktur pelvis pada anak sekitar 56% kasus yang merupakan resiko
tinggi untuk terjadinya cedera urethra.
• Trauma urethra lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding wanita.
• Urethra adalah saluran kecil
• Urethra merupakan yang dapat mengembang,
tabung yang berjalan dari vesika urinaria
menyalurkan urin keluar sampai keluar tubuh, yang
dari buli-buli melalui berfungsi untuk menyalurkan
proses miksi. urin dari vesika urinaria hingga
bermuara ke meatus urethra
externus.

ANATOMI URETHRA
Anatomi Urogenital Pria
Anatomi Urogenital Pria
• Secara anatomis urethra
dibagi menjadi 2 bagian
yaitu
• urethra posterior Sfingter urethra interna
• urethra anterior. • Terletak pada perbatasan Vesica urinari
dan urethra
• Terdiri dari otot polos
• Saraf simpatis

Sfingter urethra eksterna


• Terletak antara urethra posterior dan
anterior
• Terdiri dari otot lurik
• Saraf somatik
Anatomi Urogenital Wanita
Anatomi Traktus Urinarius bagian
bawah Wanita
P
e
r
b
a. urethra lebih panjang e a. Urethra lebih pendek
b. Urethra pada pria sekitar
20-30 cm d b. Urethra pada wanita
sekitar 4-6 cm

a
c. Sebagai organ reproduksi c. Murni saluran kemih
dan saluran kemih d. Resiko infeksi lebih
d. Resiko infeksi lebih kecil besar
a
n
Ruptur urethra adalah trauma urethra yang terjadi
karena jejas yang mengakibatkan memar dinding
dengan atau tanpa robekan mukosa baik parsial
ataupun total.

Ruptur urethra dibagi berdasarkan anatomi yaitu


ruptur urethra anterior dan ruptur urethra posterior
dengan etiologi yang berbeda diantara keduanya.

DEFINISI
Ekternal Iatrogenik Pemasangan kateter atau
Trauma tumpul businasi pada urethra
fraktur tulang pelvis yang kurang hati-hati
menyebabkan ruptur dapat menimbulkan
urethra pars robekan urethra karena
membranasea false route atau salah
jalan

Trauma tumpul pada


selangkangan tindakan operasi
(straddle injury) trans urethra dapat
dapat menyebabkan menimbulkan cedera
ruptur urethra pars urethra
bulbosa

ETIOLOGI
fraktur pelvis
25%

20%

15%

10% fraktur pelvis

5%

0%
Pria
wanita

EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian cedera
urethra yang dihubungkan
dengan fraktur pelvis
kebanyakan ditemukan pada
awal dekade keempat,
dengan umur rata-rata 33
tahun
Pada anak (<12 tahun) angka
kejadiannya sekitar 8%
Fraktur pelvis pada anak
sekitar 56% kasus yang
merupakan resiko tinggi
untuk terjadinya cedera
urethra.

EPIDEMIOLOGI
Ruptur Urethra
ruptur parsial
25%

ruptur komplit
50%

ruptur
prostatomembr
anaceus
25%

EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI
Ruptur
Urethra

Anterior Posterior
• Terletak di distal dari diafragma urogenital
• Terbagi atas 3 segmen
• Bulbous urethra
• Pendulous urethra
• Fossa navicularis.
• Sebagian besar cedera urethra anterior disebabkan
oleh kecelakaan kendaraan, jatuh, atau pukulan.
• Penyebab lain adalah trauma penis yang berat,
trauma iatrogenik dari kateterisasi, atau masuk
benda asing.

Ruptur Urethra Anterior


C
a
u
s
e
s

o
f

R
U
A
Trauma Urethra
+ Corpus
spogiosum

Darah+urin • Akan tampak


keluar dari hematoma
(terbatas pada
urethra ke penis/ sleeve
fascia buck’s hematoma)

Jika fascia
buck’s robek

• Hematoma
pada scrotum
Ektravasasi

Patomekanisme
dan abdomen
urine dan darah (butterfly
hematoma
ke fascia colles
Potongan Transversalis
Penis
Klasifikasi berdasarkan
urethrogram
Kontusio; gambaran klinis menunjukan adanya
jejas urethra, tetapi pada uretrografi retrograd
normal

Incomplete disruption; pada uretrografi


menunjukkan ekstravasasi, tetapi kontunuitas
urethra sebagian masih terjaga. Kontras bisa
mengisi pada proksimal urethra ataupun di
vesika urinaria

Complete disruption; pada uretrografi


menunjukkan ekstravasasi, dengan tidak
terisinya kontras pada proksimal urethra atau
pada vesika urinaria Kontunuitas urethra
terputus.
Diagnosis
Anamnesis
riwayat trauma tumpul atau trauma penetrasi pada
perineum, genitalia atau pelvis yang dicurigai Pemeriksaan
menyebabkan jejas pada urethra.
nyeri dan bengkak pada jejas dengan ekimosis
Radiologi
terdapatnya darah keluar dari meatus urethra Pemeriksaan
susah buang air kecil radiologik dengan
Pada kasus yang berat saat buang air kecil terasa nyeri dan
membengkak pada perineum dan skrotum oleh karena urin uretrogram
dan kumpulan darah di jaringan periurethra retrograde dapat
Abses periurethral atau sespis mengakibatkan demam memberi keterangan
Ekstravasasi urin dengan atau tanpa darah dapat meluas
jauh, tergantung fasia yang turut rusak. letak dan tipe ruptur
Pada ekstravasasi ini mudah timbul infiltrat yang disebut urethra.
infiltrat urin yang mengakibatkan selulitis dan septisemia
bila terjadi infeksi.
Tatalaksana
Managemen Awal

Delayed
Rekonstruksi
Penanganan
Trauma Iatrogenik
• Impotensi
• akibat transeksi saraf parasimpatis penis atau arteri corporal
profunda bilateral. Cedera straddle dari trauma tumpul
menyebabkan disfungsi ereksi lebih sering dikarenakan
crush injury pada arteri penis dan saraf.
• Striktur urethra

Komplikasi
Terletak di proksimal diafragma urogenital
hampir selalu disertai fraktur tulang pelvis akibat terjadi
robekan pars membranasea karena prostat dengan urethra
prostatika tertarik ke cranial bersama fragmen fraktur,
sedangkan urethra membranasea terikat di diafragma
urogenital.
Ruptur urethra posterior dapat terjadi total atau inkomplit.
Pada rupture total, urethra terpisah seluruhnya dan ligamentum
puboprostatikum robek sehingga buli-buli dan prostat terlepas
ke kranial

Ruptur Urethra Posterior


• Menurut Colapinto dan McCollum (1977) cedera urethra
posterior dapat diklasifikasikan berdasarkan luas
cederanya, yaitu:
• Tipe I : Cedera tarikan urethra
• Tipe II : Cedera pada proksimal diafragma urethra
• Tipe III : Cedera urethra pada proksimal dan distal
diafragma genitourinaria.

Klasifikasi
The American Asosiasi for Surgery Trauma (AAST)
mengusulkan klasifikasi trauma urethra seperti pada tabel
berikut:
Anamnesis
Riwayat trauma
Gambaran klinis Pemeriksaan Radiologi
khas berupa trias: Diagnosis trauma
1) adanya darah di meatus urethra, urethra dilakukan
2) retensi urin, dengan pemeriksaan
3) kandung kemih teraba penuh urethrography
a. Hematoma perineum atau pembengkakan dari retrograde, yang
ekstravasasi urin dan darah juga dapat dilihat harus dilakukan
b. High riding prostat merupakan tanda klasik yang sebelum pemasangan
biasa ditemukan pada ruptur urethra posterior. kateter urethra untuk
c. Hematoma pada pelvis, ditambah dengan fraktur menghindari
pelvis kadang-kadang menghalangi palpasi yang
adekuat pada prostat yang ukurannya kecil.
d. Pemeriksaan rektal lebih penting untuk
Uretroscopy merupakan
mengetahui ada tidaknya jejas pada rektal yang
tambahan penting untuk
dapat dihubungkan dengan fraktur pelvis. Darah
identifikasi dan stadium
yang ditemukan pada jari pemeriksa menunjukkan
cedera urethra.
adanya suatu jejas pada lokasi yang diperiksa.

Diagnosis
• Ruptur urethra parsial
• kateter suprapubik
• Urethrography harus dilakukan pada interval 2 minggu sampai
terjadinya penyembuhan
• Sebagian robekan dapat sembuh sendiri tanpa jaringan parut atau
obstruksi yang bermakna
• Sisa ruptur atau striktur selanjutnya harus dikelola dengan dilatasi
urethra atau urethrotomy jika pendek dan tipis, dan dengan
urethroplasty anastomotic jika padat atau panjang.
• Ruptur urethra komplit
• kateter suprapubik
• Masih ada kontroversi antara mereposisi urethra bersamaan
dengan mengeluarkan hematoma pelvis dan cystostomy
suprapubik awal saja dengan penundaan perbaikan dari defek
urethra.

Tata Laksana
• Pengobatan akut meliputi:
• Primary Endoscopy Realigment
• biasanya dilakukan selama 10 hari pertama setelah cedera. Reposisi
internal bertujuan untuk memperbaiki cedera yang berat dan
mencegah striktur.
• Immediate Open Urethroplasty (<48 jam setelah cedera)
• Namun, ini adalah eksperimental dan karena itu tidak diindikasikan
karena visualisasi yang buruk dan ketidakmampuan untuk menilai
gangguan urethra selama fase akut karena pembengkakan luas dan
ekimosis. Inkontinensia (21%) dan impotensi (56%)
• Cedera urethra posterior yang berhubungan dengan leher kandung
kemih bersamaan dengan cedera rectal, harus segera dilakukan
eksplorasi terbuka, perbaikan dan mereposisi urethra dengan kateter.
• Delayed urethral reconstruction
• Rekonstruksi urethra dikerjakan dalam 3 bulan
• Sebelum rekonstuksi, dilakukan kombinasi sistogram dan uretrogram
untuk menentukan panjang sebenarnya dari striktur urethra.
• Metode “single-stage reconstruction”
Striktur

impotensi

inkotinensia
urin
Komplikasi
• Prognosis
• Ketika penanganan awal baik dan tepat akan lebih
baik.
• Ruptur urethra anterior mempunyai prognosis yang
lebih baik ketika diketahui tidak menimbulkan
striktur urethra karena apabila terjadi infeksi dapat
membaik dengan terapi yang tepat.
• Sedangkan pada ruptur urethra posterior ketika
disertai dengan komplikasi yang berat maka
prognosis akan lebih buruk.

PROGNOSIS
TERIMA KASIH
SEJAWAT

Anda mungkin juga menyukai