Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

HEMOROID INTERNA

PEMBIMBING:
dr. Edwin Saleh Siregar, Sp.B-KBD

PENYUSUN:
Jessica Arminta Wijaya 120100191
Krisna Buana 120100149
Patricia 120100228
Indah Rahmah Lestari 120100003
Tineshraj A/L Selvarajah 120100541
William H.R 080100199
Ayu Yusriani Nasution 120100013
Nur Azimah 110100416
Suruthi Subramaniam 110100419
Nivashini Munuyandi 110100408
Stefina Veronika 120100161

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT RUJUKAN HAJI ADAM MALIK
DEPARTEMEN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul Hemoroid Interna.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dr. Edwin Saleh
Siregar, Sp.B-KBD, selaku supervisor pembimbing dan dr. Zaki Praja selaku
dokter pembimbing yang telah meluangkan waktu danmemberi masukan dalam
penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga
laporan kasus ini bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................ 1


Kata Pengantar ........................................................................................... 2
Daftar Isi ...................................................................................................... 3
Bab 1 Pendahuluan ..................................................................................... 4
1.1.Latar Belakang .................................................................................... 4
Bab 2 Tinjauan Pustaka ............................................................................. 5
2.1. Anatomi Dan Fisiologi Kolon ........................................................... 5
2.2. Definisi .............................................................................................. 6
2.3. Patofisiologi ....................................................................................... 6
2.4. Manifestasi Klinis .............................................................................. 7
2.5. Diagnosis ........................................................................................... 10
2.6. Tatalaksana ........................................................................................ 12
2.7. Komplikasi......................................................................................... 14
2.8. Prognosis ........................................................................................... 15
Bab 3 Status Pasien ..................................................................................... 16
3.1.Status Orang Sakit .............................................................................. 17
Bab 4 Diskusi dan Pembahasan ................................................................. 20
Bab 5 Kesimpulan ....................................................................................... 24
Daftar Pustaka ............................................................................................. 25

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kata hemorrhoid berasal dari kata haemorrhoides (Yunani) yang berarti
aliran darah (haem = darah, rhoos = aliran) jadi dapat diartikan sebagai darah
yang mengalir keluar.1
Hemorhoid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis yang bukan
merupakan keadaan patologik. Hanya jika hemorhoid ini menimbulkan keluhan
atau penyulit sehingga diperlukan tindakan.1
Penyakit hemoroid merupakan gangguan anorektal yang sering
ditemukan tetapi yang paling kurang dimengerti. 5% populasi umum dan
individu di atas usia 50 tahun memiliki keluhan yang berhubungan dengan
hemoroid. Pasien seringkali menganggap hampir segala gejala perianal karena
hemoroid.
Hemoroid adalah kondisi terutama di masyarakat barat dan telah
dihubungkan dengan diet rendah serat, tinggi lemak. Menurut Burkitt insidensi
rendah penyakit hemoroid pada penduduk Afrika yang dietnya mengandung
serat yang tinggi.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Anal Canal


Canalis ani panjangnya sekitar 4 cm dan berjalan ke bawah dan belakang
dari ampulla recti ke anus.Kecuali defekasi, dinding lateralnya tetap teraposisi
oleh m.levator ani dan sphincter ani.2
Canalis ani dibatasi pada bagian posterior oleh corpus anococcygeale,
yang merupakan massa jaringan fibrosa yang terletak antara canalis ani dan os
coccygis. Di lateral di batasi oleh fossa ischiorectalis yang terisi lemak. Pada
pria, di anterior dibatasi oleh corpus perineale, diafragma urogenitalis, urethra
pars membranacea, dan bulbus penis. Pada wanita, di anterior dibatasi oleh
corpus perineale, diafragma urogenitalis dan bagian bawah vagina.2
Bantalan hemoroid adalah jaringan normal dalam saluran anus dan
rectum distal Untuk fungsi kehidupan bersosial yang normal dapat berfungsi
sebagai Fungsi kontinens yaitu menahan pasase abnormal gas, feses cair dan
feses padat Fungsi lainnya adalah efektif sebagai katup kenyal yang
watertight.2
Bantalan vaskuler arterio-venous, matriks jar. ikat dan otot polos.
Bantalan hemoroid normal terfiksasi pada jaringan fibroelastik dan otot polos
dibawahnya. Hemoroid interna dan eksterna saling berhubungan, terpisah linea
dentate.2
Jaringan hemorrhoid mengandung struktur arterio-venous fistula yang
dindingnya tidak mengandung otot, jadi pembuluh darah tersebut adalah
sinusoid, bukan vena.

Gambar.2.1.Bantalan hemorrhoid1

5
Mukosa paruh atas canalis ani berasal dari ektoderm usus belakang (hind
gut). Gambaran anatomi yang penting adalah :
1. Dibatasi oleh epitel selapis thoraks.
2. Mempuyai lipatan vertikal yang dinamakan collum analis yang
dihubungkan satu sama lain pada ujung bawahnya oleh plica semilunaris
yang dinamakan valvula analis (sisa membran proctedeum.
3. Persarafannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom
pleksus hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap regangan.
4. Arteri yang memasok adalah arteri yang memasok usus belakang, yaitu
arteri rectalis superior, suatu cabang dari arteri mesenterica inferior. Aliran
darah vena terutama oleh vena rectalis superior, suatu cabang v.
Mesenterica inerior.
5. Aliran cairan limfe terutama ke atas sepanjang arteri rectalis superior
menuju nodi lympatici para rectalis dan akhirnya ke nodi lympatici
mesenterica inferior.
Mukosa paruh bawah canalis ani berasal dari ektoderm proctodeum
dengan struktur sebagai berikut :
1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang lambat laun bergabung pada
anus dengan epidermis perianal.
2. Tidak mempunyai collum analis
3. Persarafan berasal dari saraf somatis n. rectalis inferior sehingga peka
terhadap nyeri, suhu, raba, dan tekan.
4. Arteri yang memasok adalah a. rectalis inferior, suatu cabang a. pudenda
interna. Aliran vena oleh v. rectalis inferior, muara dari v. pudenda interna,
yang mengalirkan darah vena ke v. iliaca interna.
5. Aliran cairan limfe ke bawah menuju nodi lympatici inguinalis
superficialis medialis.
Selubung otot sangat berkembang seperti pada bagian saluran cerna,
dibagi menjadi lapisan otot lar logitudinal dan lapisan dalam sirkular. Lapisan
sirkular pada ujung atas canalis ani menebal membentuk spincter ani internus

6
involunter. Sphincter internus diliputi oleh lapisan otot bercorak yang
membentuk sphincter ani ekstenus volunter.2

Gambar.2.2 Skema Penampang Memanjang Anus3


Pada perbatasan antara rectum dan canalis ani, penggabungan spincter
ani internus dengan pars profunda sphincter ani eksternus dan m. Puborectalis
memebentuk cincin yang nyata yan teraba pada pemeriksaaan rectum,
dinamakan cincin anorectal.

Gambar.2.3 Anal Kanal dan organ di anterion2

2.2. Definisi
Hemorrhoid atau lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien, bukan
merupakan suatu keadaan yang patologis (tidak normal), namun bila sudah mulai
menimbulkan keluhan, harus segera dilakukan tindakan untuk mengatasinya.

7
Hemorrhoid dari kata ''haima'' dan ''rheo''. Dalam medis, berarti pelebaran
pembuluh darah vena (pembuluh darah balik) di dalam pleksus hemorrhoidalis
yang ada di daerah anus. Dibedakan menjadi 2, yaitu hemorrhoid interna dan
hemorrhoid eksterna yang pembagiannya berdasarkan letak pleksus
hemorrhoidalis yang terkena.
Hemorrhoid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa pelebaran
pembuluh (dilatasi) vena. Pelebaran pembuluh vena yang terjadi di daerah anus
sering terjadi. Pelebaran tersebut disebut venecsia atau varises daerah anus dan
perianus.

2.3. Faktor Risiko

1. Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus


hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia
sekitarnya.
2. U m u r : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan
tubuh, juga otot sfingter menjadi tipis dan atonis.
3. Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis.
4. Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus
mengangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
5. Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan
intra abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi
menahun dan sering mengejan pada waktu defekasi.
6. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus
oleh karena ada sekresi hormone relaksin.
7. Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada
penderita sirosis hepatis.3

2.4. Etiopatogenesis
Kebiasaan mengedan lama dan berlangsung kronik merupakan salah satu
risiko untuk terjadinya hemorrhoid. Peninggian tekanan saluran anus sewaktu
beristirahat akan menurunkan venous return sehingga vena membesar dan

8
merusak jar. ikat penunjang Kejadian hemorrhoid diduga berhubungan dengan
faktor endokrin dan usia.
Hubungan terjadinya hemorrhoid dengan seringnya seseorang
mengalami konstipasi, feses yang keras, multipara, riwayat hipertensi dan
kondisi yang menyebabkan vena-vena dilatasi hubungannya dengan kejadian
hemmorhoid masih belum jelas hubungannya.
Hemorhoid interna yang merupakan pelebaran cabang-cabang v. rectalis
superior (v. hemoroidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yang
terletak pada colllum analis posisi jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat paien dalam
posisi litotomi mudah sekali menjadi varises. Penyebab hemoroid interna
diduga kelemahan kongenital dinding vena karena sering ditemukan pada
anggota keluarga yang sama. Vena rectalis superior merupakan bagian paling
bergantung pada sirkulasi portal dan tidak berkatup. Jadi berat kolom darah
vena paling besar pada vena yang terletak pada paruh atas canalis ani. Disini
jaringan ikat longgar submukosa sedikit memberi penyokong pada dinding
vena. Selanjutnya aliran balik darah vena dihambat oleh kontraksi lapisan otot
dinding rectum selama defekasi. Konstipasi kronik yang dikaitkan dengan
mengedan yang lama merupakan faktor predisposisi. Hemoroid kehamilan
sering terjadi akibat penekanan vena rectalis superior oleh uterus gravid.
Hipertensi portal akibat sirosis hati juga dapat menyebabkan hemoroid.
Kemungkinan kanker rectum juga menghambat vena rectalis superior.
Hemoroid eksterna adalah pelebaran cabang-cabang vena rectalis
(hemorroidalis) inferior waktu vena ini berjalan ke lateral dari pinggir anus.
Hemorroid ini diliputi kulit dan sering dikaitkan dengan hemorroid interna
yang sudah ada. Keadaan klinik yang lebih penting adalah ruptura cabang-
cabang v. rectalis inferior sebagai akibat batuk atau mengedan, disertai adanya
bekuan darah kecil pada jaringan submukosa dekat anus. Pembengkakan kecil
berwarna biru ini dinamakan hematoma perianal.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan
secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula
dari rectum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan

9
darah ke v. hemoroid superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus
hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah
perineum dan lipat paha ke daerah v. Iliaka.

2.5. Klasifikasi
1. Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea
dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini
merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum
sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu
kanan depan ( jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam
3).4,5

Gambar.2.4 Hemorrhoid3

Berdasarkan gejala yang terjadi, terdapat empat tingkat hemorrhoid


interna, yaitu :
- Tingkat I : perdarahan pasca defekasi dan pada anoskopi terlihat
permukaan dari benjolan hemorrhoid.
- Tingkat II : perdarahan atau tanpa perdarahan, tetapi sesudah defekasi
terjadi prolaps hemorrhoid yang dapat masuk sendiri.
- Tingkat III : perdarahan atau tanpa perdarahan sesudah defekasi dengan
prolaps hemorrhoid yang tidak dapat masuk sendiri, harus didorong
dengan jari.
- Tingkat IV : hemorrhoid yang terjepit dan sesudah reposisi akan keluar,
tidak dapat dimasukkan kembali.

10
Gambar.2.5 Derajat hemorrhoid3
(IH=Internal Hemoroid, EH=External Hemoroid, AC=Anal Canal,
AT=Anchoring Tisue, PL=Pecten Ligamen. Hemoroid Tingkat III dan IV,
Pleksus Hemoroid berada diluar anal kanal.

2. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus


hemoroid inferior terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di
dalam jaringan di bawah epitel anus.
Ada 3 bentuk yang sering dijumpai: 1. Bentuk hemorrhoid biasa tapi
letaknya distal linea pectinea. 2. Bentuk trombosis atau benjolan hemorrhoid
yang terjepit. 3. Bentuk skin tags. Biasanya benjolan ini keluar dari anus
kalau penderita disuruh mengedan, tapi dapat dimasukkan kembali dengan
cara menekan benjolan dengan jari.

2.6. Diagnosis
Gejala dan Tanda (2,5,6,7)
1. Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna
akibat trauma oleh feces yang keras. Darah yang keluar adalah darah
segar yang tidak bercampur dengan feces (hematochezia), dengan
kuantitas yang bervariasi, kadang menetes tapi kadang juga memancar
deras. Bila perdarahan ini terjadi berulang-ulang dapat menyebabkan
anemia.
2. Nyeri hebat hanya terjadi pada hemoroid eksterna yang mengalami
trombosis. Sedangkan nyeri hanya timbul pada hemoroid interna
apabila terdapat trombosis yang luas dengan oedem dan radang.
3. Benjolan bila hemoroid semakin besar maka dapat menonjol keluar,
mula-mula hanya waktu defekasi dan setelah selesai defekasi benjolan

11
tersebut dapat masuk sendiri secara spontan (derajat II). Tahap
berikutnya setelah keluar waktu defekasi tidak dapat masuk sendiri dan
harus dimasukan secara manual (derajat III). Kemudian hemoroid dapat
berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak
dapat didorong masuk lagi. (derajat IV).
4. Keluarnya Mukus dan Feces pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolaps yang menetap (derajat IV).
5. Pruritus ani yaitu rasa gatal pada anus yang disebabkan oleh iritasi
kulit perianal karena kelembaban yang terus menerus dan rangsangan
mukus.

Pemeriksaan yang dilakukan : (5,6,7)


1. Inspeksi.
Pada inspeksi, hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah
mengandung trombus. Hemoroid interna yang prolaps dapat terlihat
sebagai benjolan yang tertutup mukosa. Untuk membuat prolaps dapat
dengan menyuruh pasien untuk mengejan.
2. RT
Pada colok dubur, hemoroid interna biasanya tidak teraba dan juga
tidak sakit. Dapat diraba bila sudah ada trombus atau sudah ada fibrosis.
Trombus dan fibrosis pada perabaan padat dengan dasar yang lebar.
3. Anoskopi
Dengan cara ini kita dapat melihat hemoroid interna. Penderita dalam
posisi litotomi. Anaskopi dengan penyumbatnya dimasukkan dalam
anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh
bernafas panjang. Benjolan hemoroid akan menonjol pada ujung
anaskop. Bila perlu penderita disuruh mengejan supaya benjolan dapat
kelihatan sebesar-besarnya.
Pada anaskopi dapat dilihat warna selaput lendir yang merah meradang
atau perdarahan, banyaknya benjolan, letaknya dan besarnya benjolan.

12
4. Proktosigmoidoskopi
Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat
yang lebih tinggi (rektum/sigmoid), karena hemoroid merupakan
keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.
5. Pemeriksaan Feces
Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding).

2.7. Diagnosis Banding


Adapun diagnosa banding perdarahan dari anus adalah sebagai berikut :
- Carcinoma kolorektal
- Divertikulitis
- Kolitis ulserosa
- Polip adenomatosa

Bila dicurigai penyakit-penyakit tersebut, maka perlu sigmoidoskopi atau


kolonoskopi.

2.8. Tatalaksana

13
BAB 3
STATUS PASIEN

3.1. STATUS PASIEN


Identitias Pasien
Nama : Sri Widya Sari
No. RM : 72.16.92
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 21/09/1973
Usia : 44 tahun
Alamat : Jl. Medan Belawan KM20 Lk X-8 Pekan Labuhan
Agama : Islam
Suku :-
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Pendidikan Terakhir : -
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 65kg
Tanggal Masuk RS : 03 Oktober 2017

Anamnesis
Keluhan Utama : Benjolan di anus yang menetap sejak 1 minggu SMRS.

Telaah : Pasien datang dengan keluhan benjolan di anus yang


menetap sejak 1 hari SMRS. Benjolan yang selalu keluar saat pasien buang air
besar dirasakan pasien sejak 6 bulan lalu, namun biasanya benjolan tersebut dapat
masuk kembali setelah pasien selesai buang air besar, kemudian sekitar 1 bulan
yang lalu setiap kali benjolan keluar saat buang air besar tidak bisa langsung
masuk kembali dengan spontan, namun harus dibantu dengan cara didorong
dengan menggunakan ibu jari pasien. Pasien juga mengeluhkan setiap kali buang
air besar disertai darah. Darah berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan
feses. Pasien tidak pernah mengalami perubahan pola buang air besar seperti
buang air besar menjadi cair dan frekuensi menjadi semakin sering. Darah yang
keluar saat buang air besar tidak disertai lendir. Pasien masih mampu menahan
rasa ingin buang air besarnya. Buang air kecil pada pasien tidak ada perubahan,
warna kuning jernih dan tidak nyeri saat berkemih. Perut kembung dan nyeri pada

14
perut (-) penurunan berat badan (-), nafsu makan pasien juga tidak mengalami
perubahan, Batuk (-), Demam (-)

RPT : Hemoroid
RPO :-

Status Presens
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan darah : 100\80mmHg
Frekuensi nadi : 84 x/menit
Frekuensi nafas : 24x/menit
Suhu : 37.1oC

Status Generalisata
Kepala
Mata :konjungtiva palpebra inferior pucat(+/+),sklera ikterik (-/-)
refleks cahaya (+/+), pupil isokor 3 mm/ 3 mm
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Tenggorokan : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thorax
Paru : Inspeksi : simetris fusiformis, retraksi tidak dijumpai
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : suara pernafasan vesikuler (+/+), suara
tambahan (-/-)
Jantung : frekuensi jantung 84 x/i, reguler tanpa murmur
Abdomen : Inspeksi : simetris
Palpasi : soepel
Perkusi : timpani

15
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Genitalia : Perempuan, dalam batas normal
Ekstremitas : Atas : oedem (-)
Bawah : oedem (-)

Status Lokalisata
Regio Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : soepel
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik (+) normal
DRE (Digital Rectal Examination): perineum normal, tonus sphincter ani ketat,
mukosa licin tidak berbenjol-benjol. Sarung tangan feses (+), lendir (-), darah (+)
Foto Klinis :

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (04/10/2017)

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan


HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB) 2,3 1318 g/dl
Eritrosit (RBC) 1,51 x106 (4,5 6,5) x106/l
Leukosit (WBC) 3,440 4.00011.000 /l
Hematokrit 10 3647
Trombosit (PLT) 200 x103 150450 x103
GINJAL

16
Ureum 13 mg/dL 18 55 mg/dL
Kreatinin 0,49 mg/dL 0,7 1,3 mg/dL
Blood Urea Nitrogen 21 mg/dL 8 26 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 139 mEq/L 135155 mEq/L
Kalium (K) 3,5 mEq/L 3,65,5 mEq/L
Klorida (Cl) 107 mEq/L 96106 mEq/L
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa darah (sewaktu) 101 mg/Dl <200

Foto Thoraks AP
- Cor dan pulmo dalam batas normal
Diagnosis
Hemoroid Externa grade iv + Anemia

Penatalaksanaan
`O2 2-4 L nasal canul
IVFD RL 30 gtt/i
Inj transamin 50ug/8jam
Inj Ranitidine 50g/12jam

Rencana
1. Konsul Bedah Digestif

17
BAB 4
FOLLOW UP

Tanggal 05-07 0ktober 2017 pukul 07.00 wib


S : Bercak darah (+) s
O : Sens : CM
TD : 110/80 mmHg
HR : 81 x/I
RR : 20X/i
T : 36,2 C
Abdomen : simetris, soepel, timpani, peristaltik (+) N
A : Hemorroid Externa stage IV
P : IVFD Asering 20 gtt/I
Inj transamin 1amp/8jam
Inj vit k 1 amp/24jam
Inj Ranitidin 50mg/12jam
Inj Ceftriaxon 1gr/12jam
Inj Ketorolac 30mg/8jam
Tranfusi PRC 6 bag. 2 bag/hari
Rendam larutan PK 3x sehari

R/ Tranfusi PRC 6 bag. 2 bag/hari

Tanggal 08 Oktober 2017 pukul 07.00 wib


S :-
O : Sens : CM
TD : 120/70 mmHg
HR : 76 x/I
RR : 18X/i
T : 36,6 C

18
Abdomen : simetris, soepel, timpani, peristaltik (+) N
A : Hemorroid Externa stage IV
P : IVFD Asering 20 gtt/I
Inj transamin 1amp/8jam
Inj vit k 1 amp/24jam
Inj Ranitidin 50mg/12jam
Inj Ceftriaxon 1gr/12jam
Inj Ketorolac 30mg/8jam
Tranfusi PRC bag ke-6
Rendam larutan PK 3x sehari

R/ Cek Lab Post Transfusi

19
BAB 4
DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Teori Kasus
Penyakit Hirschsprung juga disebut Os berumur 1 bulan 2 hari
dengan aganglionik megakolon Perut Membesar
congenital adalah salah satu penyebab BAB sedikit-sedikit dijumpai dalam 3
paling umum dari obstruksi usus hari ini.
neonatal (bayi berumur 0-28 hari). Bengkak pada kaki dan alat kelamin
Penyakit Hirschsprung merupakan dijumpai 1 minggu ini.
penyakit dari usus besar (kolon) berupa
gangguan perkembangan dari sistem
saraf enterik.
Epidemiologi Pasien lahir secara SC a/i pecah
Risiko tertinggi terjadinya ketuban, lahir kurang bulan, lahir
Penyakit hirschsprung biasanya pada segera menangis, BBL Gemelli I dan
pasien yang mempunyai riwayat II 1300 g, biru (-)
keluarga Penyakit hirschsprung dan
pada pasien penderita Down Syndrome.
Anak kembar dan adanya
riwayat keturunan meningkatkan
resiko
Anamnesis ANAMNESIS
Kebanyakan anak-anak dengan Perut Membesar
hirschsprung datang karena obstruksi BAB sedikit-sedikit dijumpai dalam 3
intestinal atau konstipasi berat selama hari ini.
periode neonatus. Gejala kardinalnya Bengkak pada kaki dan alat kelamin
yaitu gagalnya pasase mekonium pada dijumpai 1 minggu ini.
24 jam pertama kehidupan, distensi Demam tidak dijumpai, riwayat
abdomen dan muntah. Beratnya gejala demam sebelumnya (-), mual dan

20
ini dan derajat konstipasi bervariasi muntah tidak dijumpai.
antara pasien dan sangat individual Pasien merupakan pasien gemelli,
untuk setiap kasus. Beberapa bayi kembaran pasien/ adiknya dirawat 2
dengan gejala obstruksi intestinal minggu di perinatologi RSHAM
komplit dan lainnya mengalami karena keluhan tidak bisa BAB.
beberapa gejala ringan pada minggu
atau bulan pertama kehidupan. PEMFIS
Beberapa mengalami konstipasi Abdomen :
menetap, mengalami perubahan pada Inspeksi : simetris, distensi (+)
pola makan, perubahan makan dari Palpasi : sulit dinilai, defans muscular
ASI menjadi susu pengganti atau (+)
makanan padat. Pasien dengan Perkusi : beda
penyakit hirschsprung didiagnosis Auskultasi : peristaltik (+) normal
karena adanya riwayat konstipasi, Ekstremitas :
kembung berat dan perut seperti tong, Bawah : oedem (+), sianosis (-)
massa faeses multipel dan sering Regio Abdomen
dengan enterocolitis, dan dapat terjadi Inspeksi : distensi (+)
gangguan pertumbuhan. Gejala dapat Palpasi : defans muskular (+)
hilang namun beberapa waktu Perkusi : beda
kemudian terjadi distensi abdomen. Auskultasi : peristaltik (+) normal
Pemeriksaan fisik DRE (Digital Rectal Examination):
Pada pemeriksaan colok dubur perineum normal, tonus sphincter ani
sphincter ani teraba hipertonus dan ketat, mukosa licin, ketika dilepas
rektum biasanya kosong. jarinya, feses berbentuk seperti
Pemeriksaan penunjang kacang menyembur (+). Sarung
Barium enema. tangan feses (+), lendir (-), darah (-)
Pada pasien penyakit PEMERIKSAAN PENUNJANG
hirschsprung spasme pada distal Foto Thoraks AP
rektum memberikan gambaran Ileus obstruktif ec DD
seperti kaliber/peluru kecil jika Hirschsprung disease,
dibandingkan colon sigmoid yang

21
proksimal. Identifikasi zona transisi Pneumonia
dapat membantu diagnosis penyakit Colon in Loop
hirschsprung. Hirschsprung disease
Anorektal manometri
BNO Abdomen
Dapat digunakan untuk
mendiagnosis penyakit hirschsprung, Sesuai Hirschsprung disease :
gejala yang ditemukan adalah Barium retensi (+)
kegagalan relaksasi sphincter ani
interna ketika rektum dilebarkan
dengan balon. Keuntungan metode
ini adalah dapat segera dilakukan dan
pasien bisa langsung pulang karena
tidak dilakukan anestesi umum.
Metode ini lebih sering dilakukan
pada pasien yang lebih besar
dibandingkan pada neonatus.4
Biopsi rektal
Merupakan gold standard
untuk mendiagnosis penyakit
hirschsprung. Pada bayi baru lahir
metode ini dapat dilakukan dengan
morbiditas minimal karena
menggunakan suction khusus untuk
biopsy rektum. Untuk pengambilan
hirschsprung biasanya diambil 2 cm
diatas linea dentate dan juga
mengambil sample yang normal jadi
dari yang normal ganglion hingga
yang aganglionik. Metode ini
biasanya harus menggunakan anestesi
umum karena contoh yang diambil

22
pada mukosa rectal lebih tebal.

Tatalaksana Penatalaksanaan
Preoperatif IVFD D5% NaCl 0,225% 10cc/jam
a. Diet
Pada periode preoperatif,
neonatus dengan HD terutama
menderita gizi buruk disebabkan
buruknya pemberian makanan dan
keadaan kesehatan yang disebabkan
oleh obstuksi gastrointestinal.
Sebagian besar memerlukan resulsitasi
cairan dan nutrisi parenteral. Meskipun
demikian bayi dengan HD yang
didiagnosis melalui suction rectal
biopsy danpat diberikan larutan
rehidrasi oral sebanyak 15 mL/ kg tiap
3 jam selama dilatasi rectal
preoperative dan irigasi rectal.

b. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologik pada bayi
dan anak-anak dengan HD
dimaksudkan untuk mempersiapkan
usus atau untuk terapi komplikasinya.
Untuk mempersiapkan usus adalah
dengan dekompresi rectum dan kolon
melalui serangkaian pemeriksaan dan
pemasangan irigasi tuba rectal dalam
24-48 jam sebelum pembedahan.
Antibiotik oral dan intravena diberikan

23
dalam beberapa jam sebelum
pembedahan
Operatif
Tindakan operatif tergantung pada jenis
segmen yang terkena.7
a. Tindakan Bedah Sementara
Tindakan bedah sementara pada
penderita penyakit Hirschsprung adalah
berupa kolostomi pada usus yang
memiliki ganglion normal paling distal.
Tindakan ini dimaksudkan guna
menghilangkan obstruksi usus dan
mencegah enterokolitis sebagai salah
satu komplikasi yang berbahaya.
Manfaat lain dari kolostomi adalah
menurunkan angka kematian pada saat
dilakukan tindakan bedah definitif dan
mengecilkan kaliber usus pada penderita
penyakit Hirschsprung yang telah besar
sehingga memungkinkan dilakukan
anastomosis.

b. Tindakan Bedah Definitif

24
BAB 5
KESIMPULAN

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu


Bedah, Ed.2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Simadibrata,M.Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI; 2009. hal 587-90.
3. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III,
FK UI, Jakarta.
4. Sylvia A.price. Gangguan Sistem Gastrointestinal. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
2005.
5. Susan Galandiuk, MD, Louisville, KY, A Systematic Review of
Hemorrhoidectomy Invited Critique, Jama and Archives, Vol. 137 No. 12,
December, 2002,http://archsurg.ama.org/egi/content/extract. last update
Desember 2009.
6. Junaidi P, Soemasto AS, Amelz H. Perdarahan per anum. Dalam : Kapita
Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. 1982. h 362-4.
7. Glenn S. Parker, MD, FACS, FASCRS, Journal of family practice supplement, A new
treatment option for grades III and IV hemorrhoids, October 2004.

26

Anda mungkin juga menyukai