Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KASUS

PERITONITIS
Pembimbing:
dr. Lukman Nurfauzi, Sp.B

Disusun Oleh :
Adeta Yuniza, Alfira Pangestika, Dysha Hasya, Jihanita
Diansabila, Karina Nabila, Nadya Anis, Raniedha Amalia, Rifah
Naaimah, Sasqia Rakhmi Leony

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


BLUD RUMAH SAKIT SEKARWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
IDENTITAS
Nama : Ny. R
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 18 Mei 1994
Usia : 26 tahun
Alamat : Warungkiara, Sukabumi
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Ruangan : NAS lt 1
Anamnesis
KELUHAN UTAMA

Nyeri perut kanan bawah sejak1 hari Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS)

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke RSUD Sekarwangi dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 1 hari SMRS.
Nyeri perut dirasakan terus menerus semakin memberat dan meluas ke seluruh
bagian perut. Keluhan disertai dengan sakit kepala, demam, mual, muntah, dan
BAB cair. Pasien mengeluh sudah 3 hari sebelum operasi (hari perawatan ke 2)
demam, BAB cair, mual, nafsu makan berkurang dan perut terasa keras (kaku)
karena menahan sakit. Keluhan diperberat dengan bergerak, tidak membaik dengan
pemberian obat dan tidak dapat beristirahat.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• Riwayat penyakit gastritis 5 tahun SMRS


• Riwayat operasi sebelumnya disangkal
• Riwayat hipertensi disangkal
• Riwayat DM disangkal
• Riwayat trauma dan penyakit lainnya disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Dikeluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama.


RIWAYAT PENGOBATAN

Saat keluhan pertama kali dirasakan pada 3 hari SMRS, pasien telah berobat
ke klinik dan diberikan obat anti nyeri, anti mual, dan antibiotik namun tidak
membaik.

RIWAYAT ALERGI

Tidak ada riwayat alergi makanan, obat, debu maupun cuaca.


Pemeriksaan Fisik
dilakukan pada Senin, 12 Oktober 2020
KEADAAN UMUM

Tampak sakit sedang

KESADARAN

Compos mentis

TANDA VITAL

Tekanan darah : 100/60 mmHg


Nadi : 82 x/menit, regular, kuat angkat
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37,5oC
STATUS GENERALIS

Kepala : Normosefali, nyeri (-), rambut hitam, tidak mudah


dicabut (tidak rontok), distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (3mm/3mm)
Hidung : Normosepta, deviasi septum (-/-), sekret (-/-),
epistaksis (-/-)
Telinga : Normotia, sekret (-/-), serumen (-/-).
Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis (-), lidah kotor dan
tremor (-), stomatitis (-), perdarahan gusi (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-), Tonsil (T1/T1), permukaan
licin
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-/-)
STATUS GENERALIS

THORAKS
Paru
Inspeksi : Normochest, pergerakan dinding dada simetris simetris kanan dan kiri,
tidak terdapat bagian dada yang tertinggal, retraksi (-/-)
Palpasi : Vokal Fremitus teraba simetris kanan dan kiri, nyeri tekan (-/-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
 
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung atas : ICS II linea parasternal sinistra
Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler murni, murmur (-), gallop (-)
STATUS GENERALIS

Inspeksi : Permukaan datar, tidak tampak hematom, warna


kulit sama dengan sekitar, darm contour (-), darm steifung
(-)
Auskultasi: Bising usus (-)
Palpasi : Massa (-), Defans muskuler (+), Nyeri tekan semua
lapang abdomen (+) terutama regio kanan bawah, hepar dan
lien tidak teraba
Perkusi : Tidak dapat dinilai karena pasien mengeluh kesakitan
STATUS GENERALIS

Ekstremitas Atas Bawah


Pucat : - -
Ikterus : - -
Petekie : - -
Sianosis : -/- -/-
Akral : hangat hangat
Edema : -/- -/-
CRT : < 2s <2s
STATUS LOKALIS

Inspeksi : Permukaan datar, warna kulit sama dengan sekitar


Auskultasi : Bising usus (-)
Perkusi : Tidak dapat dinilai karena pasien mengeluh kesakitan
Palpasi : Defans muskuler (+), Nyeri tekan semua lapang,
Obturator sign (+)
abdomen (+) terutama regio kanan bawah
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (Senin, 9 November 2020 pukul 20.45)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


Hematologi :      
Hemoglobin 12,6 Gr% 12 – 14
Hematokrit 36 % 36 - 46
Leukosit 8.000 /mm3 4000 - 10.000
Trombosit 206.000 /mm3 150.000 – 400.000

Imunologi:      
HBsAg Non reaktif Non reaktif
HIV Non reaktif Non reaktif
Anti SARS COV 2    
o covid 19 IgM Non reaktif Non reaktif
o covid 19 IgG Non reaktif Non reaktif
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (Senin, 9 November 2020 pukul 20.45)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Gula Darah Sewaktu 65 mg/dl <180

Ureum 10 mg/dl 10-50

Kreatinin 0,5 mg/dl 0.5-0.9

Natrium 137 mmol/l 135-155

Kalium 3,6 mmol/l 3.6-5.5

Albumin -    
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi : Foto Abdomen 3 Posisi (Senin, 8 November 2020)

Preperitoneal fat tidak jelas


Psoas line tidak jelas
Tampak perselubungan opak homogen
intraabdominal
Tampak distribusi udara dalam kolon dan
usus halus berlebih di abdomen kiri atas
tanpa penebalan dinding mukosa
Tidak tampak free air subdiafragma
Tidak tampak air fluid level
Tidak tampak konkramen opak
sepanjang traktus urinarius
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi : Foto Abdomen 3 Posisi (Senin, 8 November 2020)

Kesan foto abdomen 3 posisi:


Suspek ascites intraabdominal
Ileus lokal abdomen kiri atas
Tidak tampak pneumoperitoneum
Tidak tampak uretrolitiasis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi : Radiologi USG abdomen (Senin, 8 November
2020)

MC Burney: Tampak pelebaran ukuran


lumen appendix sekitar 10 mm, dengan
mukosa menebal dan tepi irregular,
tidak tampak phlebolith. Tampak
koleksi cairan cukup banyak
disekitarnya dan adanya pelebaran
lumen usus halus, banyak internal echo.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi : Radiologi USG abdomen (Senin, 8 November
2020)

Galbladder: tampak lesi


hiperekhoik dengan
coustic shadow ukuran
sekitar 10 mm, disertai
penebalan sebagian
dinding mukosanya > 3
mm dengan tepi sebagian
irregular.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi : Radiologi USG abdomen (Senin, 8 November
2020)

SCANNING LAINNYA NORMAL:


Bentuk, ukuran, posisi dan ekhogenitas dari
hepar-vena porta-vena hepatika, gaster,
pankreas-duktus pancreaticus-arteri
mesenterica superior; aorta-paraaorta; limpa-
vena lienalis; ginjal-kapsula gerrota- daerah
retropertitoneal kanan dan kiri; vesica
urinaria masih memberikan sonoanatomi
yang baik.
Reverberasi udara dalam kolon dan usus
halus masih baik. Tidak terdapat pembesaran
KGB paraaorta. Tidak tampak urolitiasis.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi : Radiologi USG abdomen (Senin, 8 November
2020)

Kesan USG ABDOMEN:


Ascites Intraabdominal cukup banyak,
internal echo, ileus paralitik. Pelebaran
appendix e.c Peritonitis dengan sugestif
appendisitis akut. Perlu dipertimbangkan
adanya TB Abdominal.
Cholelithiasis 1 cm disertai cholesistitis
akut.
Efusi pleura kanan minimal.
Resume

Ny. R, 26 th, datang ke IGD RSUD Sekarwangi dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 1
hari SMRS. Nyeri perut dirasakan terus menerus semakin memberat dan meluas ke
seluruh bagian perut. Keluhan disertai dengan sakit kepala, demam, mual, muntah,
dan BAB cair. Pasien mengeluh sudah 3 hari sebelum operasi (hari perawatan ke 2)
demam, BAB cair, mual, nafsu makan berkurang dan perut terasa keras (kaku)
karena menahan sakit. Keluhan diperberat dengan bergerak, tidak membaik dengan
pemberian obat dan tidak dapat beristirahat.
Diagnosis Kerja

• Peritonitis ec. Appendisitis Perforasi


Penatalaksanaan
Medikamentosa
• Infus RL 20 tpm
• Ranitidine IV 2x50gr
• Ceftriakson IV 1gr (profilaksis 1 jam pre OP)

Tindakan operatif : Laparotomi eksplorasi

Medikamentosa post OP
• Infus RL 1500cc/24 jam
• Ceftriakson IV 3x1 gr
• Metronidazole 3 x 500 mg
• Ketorolac 3x30 mg
• Ranitidine 2x50 mg
TINJAUAN PUSTAKA
PERITONITIS
PEMERIKSAAN FISIK

DEFINISI
DEFINISI

• Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum (lapisan serosa yang menutupi


rongga abdomen dan organ-organ abdomen di dalamnya).
• Suatu bentuk penyakit akut, dan merupakan kasus bedah darurat
• Dapat terjadi secara lokal maupun umum, melalui proses infeksi akibat
perforasi usus, misalnya pada ruptur appendiks atau divertikulum kolon,
maupun non infeksi, misalnya akibat keluarnya asam lambung pada
perforasi gaster, keluarnya asam empedu pada perforasi kandung empedu.
PERITONITIS
PEMERIKSAAN FISIK

ANATOMI
ANATOMI

Peritoneum
Peritoneum adalah
adalah lapisan
lapisan serosa
serosa yang
yang paling
paling besar
besar dan
dan
paling
paling kompleks
kompleks yang
yang terdapat
terdapat dalam
dalam tubuh.
tubuh. Membran
Membran
serosa
serosa tersebut
tersebut membentuk
membentuk suatu
suatu kantung
kantung tertutup
tertutup
(coelom)
(coelom) dengan
dengan batas-batas:
batas-batas:
** Anterior
Anterior dan
dan lateral:
lateral: permukaan
permukaan bagian
bagian dalam
dalam dinding
dinding
abdomen
abdomen
** Posterior
Posterior :: retroperitoneum
retroperitoneum
** Inferior
Inferior :: struktur
struktur ekstraperitoneal
ekstraperitoneal di
di pelvis
pelvis
** Superior
Superior :: bagian
bagian bawah
bawah dari
dari diafragma
diafragma
PERITONITIS
PEMERIKSAAN FISIK

KLASIFIKASI
KLASIFIKASI DAN
DAN ETIOLOGI
ETIOLOGI

Kelainan dari peritoneum dapat disebabkan oleh bermacam hal,


antara lain:

Perdarahan Asites

Radang
Adhesi
(inflamasi)
PERITONITIS
PEMERIKSAAN FISIK

KLASIFIKASI
KLASIFIKASI DAN
DAN ETIOLOGI
ETIOLOGI

Peritonitis di klasifikasikan menjadi:

Menurut sumber
Menurut agen
kuman

• Peritonitis kimia • Peritonitis primer


• Peritonitis septik • Peritonitis sekunder
• Peritonitis tersier
PERITONITIS
PEMERIKSAAN FISIK
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI DAN
DAN ETIOLOGI
ETIOLOGI
PERITONITIS
PEMERIKSAAN FISIK

FAKTOR
FAKTOR RESIKO
RESIKO

Faktor-faktor berikut dapat meningkatkan resiko kejadian peritonitis, yaitu:


• Penyakit hati dengan ascites
• Kerusakan ginjal
• Compromised immune system
• Pelvic inflammatory disease
• Appendisitis
• Ulkus gaster
• Infeksi kandung empedu
• Colitis ulseratif / chron’s disease
• Trauma
• CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dyalisis)
• Pankreatitis
PERITONITIS
PEMERIKSAAN FISIK
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI

Paparan bakteri pada Infeksi akut atau


Trauma penetrasi
cavum peritonium perforasi traktus GI

Aktifasi neutrofil Inflamasi lokal pada


Aktivasi makrofag Mengaktifkan sitokin
dan PNM cavum abdomen

Terbentuk benang
Memblok reabsorbsi fibrin
cairan
Inflamasi pada
Peritonitis
peritonium

Menjerat bakteri
PERITONITIS
PEMERIKSAAN FISIK

GEJALA
GEJALA KLINIS
KLINIS

GEJALA UTAMA

• Gejala klinis peritonitis yang terutama adalah nyeri abdomen. Nyeri dapat
dirasakan terus-menerus selama beberapa jam, dapat hanya di satu tempat
ataupun tersebar di seluruh abdomen. Dan makin hebat nyerinya dirasakan
saat penderita bergerak.

GEJALA LAIN

• Demam
• Temperatur lebih dari 38 C, pada kondisi sepsis berat dapat hipotermia
• Mual dan muntah
• Timbul akibat adanya kelainan patologis organ visera atau akibat iritasi
peritoneum
• Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma
mengakibatkan kesulitan bernafas.
PERITONITIS
PEMERIKSAAN FISIK

GEJALA
GEJALA KLINIS
KLINIS

GEJALA LAIN

• Dehidrasi dapat terjadi yang didahului dengan hipovolemik intravaskular.


Dalam keadaan lanjut dapat terjadi hipotensi, penurunan output urin dan
syok.
• Rigiditas abdomen atau sering disebut ’perut papan’
• Nyeri tekan dan nyeri lepas (+)
• Takikardi, akibat pelepasan mediator inflamasi
• Tidak dapat BAB/buang angin.
PERITONITIS
PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
FISIK

INSPEKSI

• Pasien tampak dalam mimik menderita


• Tulang pipi tampak menonjol dengan pipi yang cekung, mata cekung
• Lidah sering tampak kotor tertutup kerak putih, kadang putih kecoklatan
• Pernafasan kostal, cepat dan dangkal. Pernafasan abdominal tidak tampak
karena dengan pernafasan abdominal akan terasa nyeri akibat perangsangan
peritoneum.
• Distensi perut

PALPASI

• Nyeri tekan, nyeri lepas dan defense muskuler positif


PERITONITIS
PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
FISIK

AUSKULTASI

• Suara bising usus berkurang sampai hilang

PERKUSI

• Nyeri ketok positif


• Hipertimpani akibat dari perut yang kembung
• Redup hepar hilang, akibat perforasi usus yang berisi udara sehingga
udara akan mengisi rongga peritoneal, pada perkusi hepar terjadi perubahan
suara redup menjadi timpani

RECTAL TOUCHE

• Pada rectal touche akan terasa nyeri di semua arah, dengan tonus muskulus
sfingter ani menurun dan ampula recti berisi udara.
PERITONITIS
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan penunjang lain yang bisa dilakukan
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENUNJANG adalah dengan USG abdomen, CT scan, dan MRI.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Lekositosis ( lebih dari 11.000 sel/L ) dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis.
Pada pasien dengan sepsis berat, pasien imunokompromais dapat terjasi
lekopenia.
• Asidosis metabolik dengan alkalosis respiratorik.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI  FOTO POLOS ABDOMEN

• Bayangan peritoneal fat kabur karena infiltrasi sel radang


• Pada pemeriksaan rontgen tampak udara usus merata, berbeda dengan gambaran
ileus obstruksi
• Penebalan dinding usus akibat edema
• Tampak gambaran udara bebas
• Adanya eksudasi cairan ke rongga peritoneum, sehingga pasien perlu dikoreksi
cairan, elektrolit, dan asam basanya agar tidak terjadi syok hipovolemik
PERITONITIS
PEMERIKSAAN FISIK
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS PERITONEAL
PERITONEAL LAVAGE
LAVAGE (DPL)
(DPL)

• Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi


pasien dengan cedera intra abdomen setelah
trauma tumpul yang disertai dengan kondisi:
Hilangnya kesadaran, intoksikasi alkohol,
perubahan sensori, misalnya pada cedera
medula spinalis, cedera pada costae atau
processus transversus vertebra.

• Teknik ini adalah suatu tindakan melakukan


bilasan rongga perut dengan memasukkan
cairan garam fisiologis sampai 1.000 ml
melalui kanul, setelah sebelumnya pada
pengisapan tidak ditemukan darah atau cairan.
PERITONITIS
PEMERIKSAAN FISIK
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN

TERAPI ANTIBIOTIK

• Pada SBP (Spontaneus Bacterial Peritonitis), pemberian antibiotik terutama adalah


dengan Sefalosporin gen-3, kemudian diberikan antibiotik sesuai dengan hasil kultur.
Lama pemberian terapi biasanya 5-10 hari.
• Pada infeksi inta-abdominal berat, pemberian imipenem, piperacilin/tazobactam dan
kombinasi metronidazol dengan aminoglikosida.

INTERVENSI NON-OPERATIF

• Dapat dilakukan drainase percutaneus abses abdominal dan ekstraperitoneal.

TERAPI OPERATIF

• Cara ini adalah yang paling efektif. Pembedahan dilakukan dengan dua cara,
pertama, bedah terbuka, dan kedua, laparoskopi.
APPENDISITIS PERFORASI
PEMERIKSAAN FISIK

DEFINISI
DEFINISI

• Appendisitis adalah peradangan pada appendiks.


• Appendisitis akut adalah suatu peradangan pada appendiks yang timbul
secara mendadak dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang
paling sering ditemui.
• Appendisitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah ganggren yang
menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis
umum. Pada dinding appendiks tampak daerah perforasi dikelilingi jaringan
nekrotik
APPENDISITIS PERFORASI
PEMERIKSAAN FISIK
ANATOMI
ANATOMI
Organ
Organ berbentuk
berbentuk tabung
tabung
Panjang
Panjang ±± 10cm
10cm (kisaran
(kisaran 3-15cm)
3-15cm)
Berpangkal
Berpangkal di
di sekum.
sekum.

LUMEN
LUMEN

Proksimal
Proksimal sempit
sempit
Distal
Distal ->
-> lebar
lebar

Pada
Pada Bayi
Bayi
Appendiks
Appendiks berbentuk
berbentuk kerucut
kerucut
Lebar
Lebar pada
pada pangkalnya
pangkalnya
Menyempit
Menyempit ke
ke arah
arah ujungnya
ujungnya
APPENDISITIS PERFORASI
PEMERIKSAAN FISIK
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri menembus dinding
Obstruksi lumen (fekalit, tumor, dll)


Peradangan peritoneum → Apendisitis supuratif
Mukus yg diproduksi akan mengalami bendungan
↓ ↓

Aliran arteri terganggu
 Peningkatan tekanan intra lumen/ dinding apendiks
↓ ↔ Nyeri di daerah

kanan bawah
Aliran darah berkurang
Infark dinding apendiks


Edema dan ulserasi mukosa → Apendisitis akut fokal
Gangren
↓ ↓

Terputusnya aliran darah Nyeri epigastrium
┌ Dinding apendiks rapuh ┐
Infiltrat Perforasi
↓ ↓
Infiltrat apendikularis Apendisitis perforasi
APPENDISITIS PERFORASI
PEMERIKSAAN FISIK

DIAGNOSIS
DIAGNOSIS

Gambaran Klinis:
 Rasa sakit di daerah epigastrum, daerah periumbilikus, di seluruh abdomen atau di kuadran
kanan bawah
 Anoreksia, mual, dan muntah
 Demam tidak tinggi (kurang dari 380C), kekakuan otot, dan konstipasi.

Pemeriksaan Fisik:
 Inspeksi: perut kembung(+) Penonjolan perut kanan bawah pada masaa atau abses
periapendikuler.
 Palpasi: Mc Burney Sign , Rovsing sign, Blumberg sign
 Perkusi: Pekak hati menghilang pada perforasi
 Auskultasi: Normal, peristaltik (-) pada peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata
APPENDISITIS PERFORASI
PEMERIKSAAN FISIK

DIAGNOSIS
DIAGNOSIS

Gambaran Klinis:
 Rasa sakit di daerah epigastrum, daerah periumbilikus, di seluruh abdomen atau di kuadran
kanan bawah
 Anoreksia, mual, dan muntah
 Demam tidak tinggi (kurang dari 380C), kekakuan otot, dan konstipasi.

Pemeriksaan Fisik:
 Inspeksi: perut kembung(+) Penonjolan perut kanan bawah pada masaa atau abses
periapendikuler.
 Palpasi: Mc Burney Sign , Rovsing sign, Blumberg sign
 Perkusi: Pekak hati menghilang pada perforasi
 Auskultasi: Normal, peristaltik (-) pada peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata
APPENDISITIS PERFORASI
 Rectal Toucher
 Uji Psoas
 Uji Obturator

Characteristic Score
 Alvarado Score:
M = Migration of pain to the RLQ 1

A = Anorexia 1
Dinyatakan appendisitis
N = Nausea and vomiting 1 akut bila skor > 7 poin
T = Tenderness in RLQ 2
R = Rebound pain 1
E = Elevated temperature 1
L = Leukocytosis 2
S = Shift of WBC to the left 1
Total 10
APPENDISITIS PERFORASI
Pemeriksaan Laboratorium:
 Pemeriksaan darah
 Pemeriksaan urin

Pemeriksaan Radiologi:
 Foto polos abdomen
 USG
 Barium enema
 CT-Scan
 Laparoscopi
APPENDISITIS PERFORASI

PENATALAKSANAAN
Perawatan Kegawatdaruratan:
 Pemasangan infus terapi kristaloid.
 Pasien dipuasakan
 Analgesik dan antiemetik parenteral untuk kenyamanan pasien.
 Antibiotik intravena spektrum luas untuk gram negatif dan anaerob diindikasikan.

Tindakan Operasi:
 Apendiktomi (pemotongan apendiks)
 Laparotomi jika apendiks mengalami perforasi
APPENDISITIS PERFORASI

KOMPLIKASI
 Massa periapendikuler
Terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi atau dibungkus oleh
omentum dan/ atau lekuk usus halus.

 Apendisitis perforasi
Pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga perut. Perforasi
jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah
24 jam

 Peritonitis
 Bila infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis
umum.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai