Anda di halaman 1dari 26

ILUSTRASI KASUS

A. Identitas Pasien
Nama (Inisial) : Ny. S
Usia : 51 tahun
Tanggal Lahir : 23 Feb 1970
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Rejo Agung
Pendidikan terakhir : SMA
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 23 Oktober 2021

B. Anamnesis (Aloanamnesis)
Keluhan Utama:
Tidak dapat BAB 9 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Iskak pkl 08.30 dengan keluhan tidak
dapat BAB 9 hari sebelum masuk rumah sakit. Perut dirasakan semakin sakit
sejak 3 hari ini. Sakit seperti di remas-remas. Pasien mengeluhkan muntah sekitar
3x dan demam sebelumnya. Perut terasa kembung selama 5 hari, tidak dapat
kentut. Sebelumnya pasien mengeluhkan BAB keras seperti kotoran kambing,
selanjutnya BAB agak lembek. BAK dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien sebelumnya telah berobat ke RS Baptis Kediri dan melakukan
perawatan rawat inap tanggal 14 Oktober sampai dengan 19 Oktober namun tidak
ada perbaikan.

C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : Compos Mentis

1
 Kesadaran : 456
 Status gizi : Gizi Baik
 BB : 60 kg
 TB : 160 cm
 IMT : 23,4
 Tekanan darah : 140/80 mmHg
 Nadi : 98 kali per menit, kuat, reguler, isi cukup
 Suhu : 37,0oC
 Pernapasan : 20x/menit
 Saturasi O2 : 99%

Kulit : kulit sawo matang, turgor kulit baik,


Kepala : normosefali, tidak terdapat benjolan, rambut tersebar merata,
tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva dbn, pupil isokor, refleks pupil langsung dan tidak
langsung positif
Hidung : tidak ada deviasi septum, tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada
sekret, tidak ada nyeri tekan pada sinus paranasalis
Telinga : normotia, tidak ada sekret, liang telinga lapang, terdapat serumen
dalam jumlah minimal, membran timpani intak
Mulut : tidak ada sianosis, tidak ada ulkus, oral hygiene baik
Tenggorokan : tonsil T1-T1, uvula di tengah, arkus faring simetris, tidak ada
deviasi lidah
Leher : tidak ada pembesaran tiroid, tidak teraba pembesaran KGB, tidak
ada penggunaan otot bantu napas, JVP 5+0 cmH2O
Dada : tidak ada kelainan bentuk dinding dada
Paru : - Inspeksi: ekspansi dinding dada simetris dalam keadaan
statis maupun dinamis, tidak tampak penggunaan otot
bantu napas atau retraksi sela iga
- Palpasi: ekspansi dada simetris dalam keadaan statis
maupun dinamis, fremitus sama di kedua lapang paru
- Perkusi: perkusi sonor di seluruh lapang paru
- Auskultasi: bunyi paru utama vesikuler, tidak ada ronki,
2
tidak ada mengi
Jantung : - Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi: iktus kordis teraba pada sela iga 5 garis
midklavikula kiri
- Perkusi: batas jantung kanan pada garis sternalis kanan
sela iga 4, batas jantung kiri pada garis midklavikula kiri
sela iga 5, pinggang jantung pada sela iga 3 garis
parasternalis kiri
- Auskultasi: bunyi jantung S1 dan S2 normal, tidak ada
murmur, tidak ada gallop
Abdomen : Inspeksi: Distended (+)
Auskultasi: bising usus meningkat
Palpasi: Teraba Keras, Nyeri Tekan diseluruh lapang
abdomen
Perkusi: Redup disemua lapang abdomen
Ekstremitas : Akral Hangat, CRT < 2 detik

Pemeriksaan Fisik Tambahan:


RT : Sekitar Anus dbn
Tonus Sphrincter Ani Normal
Mukosa Rectum Licin
Nyeri Tekan tidak ada
Handschoen : Feses tidak ada, darah tidak ada

3
D. Pemeriksaan Penunjang
IGD RSUD dr Iskak
Darah perifer lengkap:

Hemoglobin 17,3 g/dl

Eritrosit 5,94

Hematokrit 49,3

MCV 83,0

MCH 29,1

MCHC 35,1

WBC 10,61

Eosinofil 0,11

Basofil 0,06

Neutrofil 6,30

Limfosit 3,47

Klorida 90

Natrium 135

Kalium 3,3

Imunoserologi:
Anti-HIV non reaktif
Anti-HCV non reaktif

Swab PCR nasofaring:


Negatif SARS-CoV-2

4
Rontgen Thoraks (Tanggal 23 Oktober 20210

Kesimpulan:
COR dan Pulmo dalam batas normal

BOF 2 Posisi (Tanggal 23 Oktober 20210

Kesimpulan Foto
 Tampak pengingkatan distribusi
bayangan gas usus dengen dilatasi
small bowel yang sangat banyak
dengan distribusi tampak minimal
sampai cavum pelvis dengan Rigler
Sign (-)
 Tampak gambaran herring bone sign
Pada foto LLD:
 Tampak gambaran step ledder
patologis
 Tak tampak gambaran udara bebas di
luar contour usus

5
E. Daftar Masalah
1. Obstipasi
2. Konstipasi
3. Nyeri Perut

F. Suspek Ileus Obstruksi

G. Terapi awal saat di IGD


- Inf RL Loading 1000cc
- Inj. Metoclopramid 10mg
- Inj.Ranitidin 50mg
- Fleet Enema
- Pasang kateter
- Pasang NGT
- Konsul ke dokter spesialis bedah

H. Monitoring
- Kesadaran dan tanda-tanda vital

I. Edukasi
- Edukasi kepada keluarga mengenai kondisi dan penyakit pasien
- Edukasi perburukan kondisi
- Edukasi prognosis penyakit pasien

Hasil Follow Up
IGD RSUD dr Iskak Tulungagung – 17 Oktober jam 14.00
S: Mengeluh perut terasa seperti ingin BAB, bisa BAB sedikit, lembek (+)
O: KU : Tampak sakit sedang
TD: 135/80 mmHg, Nadi: 80 /m, RR: 26x/m, Suhu: 36,5oC, SpO2: 99%,
Status generalis:
Mata: Anemis +/+ Ikterik -/- Jaundice -/-

6
Paru: suara napas vesikuler, ronki/wheezing -/-
Jantung: S1, S2 normal, murmur/gallop -/-
Abdomen: distended, BU menurun, Nyeri berkurang sedikit
Ekstremitas: akral hangat, CRT<2’’
A: Susp. Ileus Obstruksi
P: Saran dokter SpB
Planning diagnosis:
MRS
Inj. Metoclopramid 3x10mg
Diet bebas
KIE bila keluhan tidak membaik  Pro Laparotomi k/p Stoma

Ranap RSUD Dr.Iskak tanggal 24 Oktober 2021


S: Mengeluh perut terasa seperti ingin BAB, bisa BAB sedikit, lembek (+)
O: KU : Sakit sedang
TD: 130/80 mmHg, Nadi: 80 /m, RR: 22x/m, Suhu: 36oC, SpO2: 99%,
Status generalis:
Mata: Anemis +/+ Ikterik -/- Jaundice -/-
Paru: suara napas vesikuler, ronki/wheezing -/-
Jantung: S1, S2 normal, murmur/gallop -/-
Abdomen: distended, BU menurun, Nyeri berkurang Ekstremitas: akral hangat,
CRT<2’’
NGT warna kehijauan
A: Susp Ileus Obstruksi
P: Advice dokter SpB
Infus RD 5 : Balance Fluid 1000cc : 1000cc/24 jam
Inj. Ranitidin 2x50mg
Inj. Norages 3x1
Inj. Metoclopramid 3x10mg
Fleet Enema 1-0-1
Diet D5% 6x50cc via NGT

7
S: Perut kadang terasa sakit, sudah bisa BAB tapi harus dibantu fleet enema
O: KU : Lemah
TD: 135/80 mmHg, Nadi: 80 /m, RR: 22x/m, Suhu: 36oC, SpO2: 99%,
Status generalis:
Mata: Anemis +/+ Ikterik -/- Jaundice -/-
Paru: suara napas vesikuler, ronki/wheezing -/-
Jantung: S1, S2 normal, murmur/gallop -/-
Abdomen: distended, BU menurun, Nyeri berkurang Ekstremitas: akral hangat,
CRT<2’’
Skala nyeri 3
NGT sudah dilepas
A: Susp Ileus Obstruksi
P: Saran dokter SpB
Jika TAA besok KRS

8
Ranap RSUD Dr.Iskak anggal 25 Oktober 2021

TINJAUAN PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau
oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik.
Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada
obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi
strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia,
invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi,
sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana
1
yang jarang menyebabkan strangulasi.

9
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma terutama
pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Tanda obstruksi usus merupakan
tanda lanjut (late sign) dari karsinoma kolon. Obstruksi ini adalah obstruksi usus
mekanik total yang tidak dapat ditolong dengan cara pemasangan tube
lambung, puasa dan infus. Akan tetapi harus segera ditolong dengan operasi
(laparatomi).
Umumnya gejala pertama timbul karena penyulit yaitu gangguan faal
usus berupa gangguan sistem saluran cerna, sumbatan usus,
perdarahan atau akibat penyebaran tumor. Biasanya nyeri hilang timbul
akibat adanya sumbatan usus dan diikut muntah- muntah dan perut menjadi
distensi/kembung. Bila ada perdarahan yang tersembunyi, biasanya gejala yang
muncul anemia, hal ini sering terjadi pada tumor yang letaknya pada usus
besar sebelah kanan.

10
1.1 Definisi
Ileus a d a l a h g a n g g u a n / h a m b a t a n p a s a s e i s i u s u s
ya n g m e r u p a k a n t a n d a a d a n ya obstruksi usus akut yang segera
membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus ada 2 macam yaitu ileus
1,2
obstruktif dan ileus paralitik.
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan
dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus
karena adanya sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan
dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau
kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan
1,2
nekrose segmen usus tersebut.
Sedangkan ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di
m
ana usus gagal/ tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk
menyalurkan isinya akibat kegagalan neurogenik atau hilangnya
1,2,3
peristaltik usus tanpa adanya obstruksi mekanik.

1.2 Anatomi Usus


Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup
panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver
akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen.
Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin
kebawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar
2
2,5 cm.
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum.
Pembagian ini agak tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan
struktur, dan yang relatif lebih penting berdasarkan perbedaan fungsi.

11
Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada
jejenum. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum
treitz, suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus deks tra
diafragma dekat hiatus esofagus dan berinsersio pada perbatasan
duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum
suspensorium (penggantung). Kira -kira duaperlima dari sisa usus halus
adalah jejenum, dan tiga perlima terminalnya adalah i leum. Jejenum
terletak di regio abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum
cenderung terletak di region abdominalis bawah kanan. Jejunum mulai
2,
padajuncture denojejunalis dan ileum berakhir pada juncture ileocaecalis
Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding
posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang
berbentuk kipas yang dikenal sebagai messenterium usus halus. Pangkal
lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietal pada
dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke
kenan dari kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca
kanan. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang -
cabang arteri vena mesenterica superior antara kedua lapisan peritoneum
yang membentuk
2,3
messenterium.

Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang


sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis
ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil.
Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus
2,3
semakin kecil.

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat
katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum
menempati dekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup
ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi
menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Kolon
ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus
12
kanan hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah
mencapai hati, kolon ascendens membelok ke kiri membentuk fleksura
koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum menyilang abdomen
pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli
sinistra.

Gambar 1. Sistem saluran pencernaan

Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah,


membentuk fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon
descendens.
Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan
kolon descendens. Ia tergantung kebawah dalam rongga pelvis dalam bentuk
lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum
menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh
kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis
dengan menembus dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri sebagai anus
dalan
perineum.
2,3,4

1.3 Fisiologi Usus


Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan
absorpsi bahan- bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam
13
mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan
masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim
pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjad izat-zat yang
lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan
a s a m d a n m e mbe r i k an p H o pti m al un tu k kerja enz im -
enz im . S e k r esi e mp e du d ari h a ti membantu proses pencernaan
dengan mengemulsikan lemak sehimgga memberikan permukaan lebih luas bagi
kerja lipase pankreas. Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumnlah enzim
dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat
pada brush border vili dan mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorpsi.
Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu
segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon.
Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan
sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus,dan pergerakan peristaltik mendorong
isi dari salah
satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan
2
suplai kontinu isi lambung.

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan


proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi
air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon
sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah
2
dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai
pendek serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu
menjaga keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-
1500 ml/hari, semua, kecuali 100-200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal.
2
Kapasitas sekitar 5 l/hari.
G e r a k a n r e t ro gr a d d a r i k ol on m emp e r la m b at t r a ns
it m a t eri

14
d
a r i k ol on k a n an , meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan
pola yang paling umum, mengisolasis e gm e n p en d ek da r i k ol on ,
ko nt r a ks i ini m e n ur u n ol eh a n ti kol in e r gi k, m e ni n gk at o l e h
makanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang kurang umum,
pendorong antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30 detik
2,3
panjang, tekanan 100-200 mmHg,tiga sampai empat.

1.4 Epidemiologi
H
ernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering
dijumpai oleh dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus
terbanyak. Sekitar 44% dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia
3
eksterna yang mengalami strangulasi.
Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia, adalah hernia, baik
sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus
3,4
strangulasi (63%).
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan
jaringan, sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya.
Dari laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra
abdomen, akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi
usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju,
adhesi intraabdomen merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus.
Pada pasien digestif yang memerlukan tindakan reoperasi, 30-41%
disebabkanobstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus, proporsi
ini meningkat hingga 65-
3,4
75%.

15
1.5 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik
dibedakan menjadi,antara 3,4,5
lain :

1. Il e u s o b s t ru kti f l eta k t in ggi : o bs t ru ks i m en ge n a i us


us ha l us
(d a r i ga s t e r s am p ai il e um terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari
ileum terminal sampairectum).
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya,
antara lain :
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga
makananmasih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
2. O b st r uk si s e d e rh a na ( simple obstruction) : o bs t ru ks i/ su
mb at an ya n g t i d a k d is e rt a i terjepitnya pembuluh darah (tidak
disertai gangguan aliran darah).
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis ataugangren
1.6 Etiologi
3,4,5
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain :
1. H e r n i a in k a rs e r at a :
U s us m as uk d an t e r je p it di d a l am pi nt u h e r ni a . P a d a a n
ak da p at dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg.
Namun, jika percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam,
harus diadakan herniotomi segera.
2 . N o n h e r ni a in k a rs e ra t a , a nt a r a l a in :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat
berupa perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple,
bisa setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum

16
akibat peritonitis setempat atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak
disertai strangulasi.
b. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak
jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering
bersifat idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi
umumnya berupa
intususepsi ileosekal yang masuk naik kek o l o n as c e n de n s
da n m u n gki n t e ru s s amp a i k e lu a r d a r i r e k t um . H a
l i ni d a p at mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang
masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi
dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan pemeriksaan
Rontgen dengan pemberian enema barium.

c . Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-
mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan
tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh
suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor
cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.
Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk
mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal
dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun
pemuntiran terhadap aksis radiimesenterii s e h i n gga p a s a s e m a k
an a n t e r ga n ggu . P ada u s us h al us a ga k ja r a n g
ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian
ileum dan mudah mengalami strangulasi. Gambaran klinisnya berupa

17
gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda
strangulasi.
e . Tumor
Tumor u s u s h a l u s a g a k j a r a n g m e n y e b a b k a n o b s t
ruksiusus, kecuali jika ia m e ni mb ul k a n i n v a
gin a si . Pr o ses k e ga n a s a n, t er ut a m a k a r si no m a o v a ri
um d a n karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal ini
terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di
mesenterium yang menekan usus.
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran
empedu ked u o d en um at a u u su s h a lu s ya n g m e n ye b a b k an
b atu e mp e du m a su k k e t r akt u s gastrointestinal. Batu
empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian
ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. P e
n ye b a b o bs tr u ks i kol on ya n g p a l in g s e r in g i a l ah
k a rsi n om a , t e r ut am a p ada d a e r a h r ek to si gm oi d d a n
k ol on ki ri d is t al.

1.7 Patogenesis
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal
berdilatasi. Usus yang berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas,
distensi yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga
suplai darah berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi
usus oleh karena obstruksi menyebabkan perubahan ekologi, kuman tumbuh
berlebihan sehingga potensial untuk terjadi translokasi kuman.Gangguan
vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat
lolosdari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari
4,5,6
toksin pada usus yang mengalami strangulasi. Dinding usus halus kuat dan
tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau ruptur.
Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum
18
merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila
terlalu tegang. Gejala dan tanda obstruksi usus halus atau usus besar tergantung
kompetensi valvula Bauhini. Bila terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari

4,5,6
kolon ke ileum terminal sehingga ileum turut membesar.

1.8 Manifestasi Klinis


a. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus
bagian oral dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus
meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus
proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi
muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan
menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di
perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan

5,6
semakin fekulen.

Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai
demam. Distensi abdomendapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi
proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus
yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan
5,6
timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
b. Obstruksi disertai proses strangulasi
G
ejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat.Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia.
Bila dijumpai tanda- tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang
sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi
5,6
segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
c. Obstruksi m e k an is

19
Gejala
di k ol o n ti mb ul p e rl ah a n -l a h a n d e n ga n nye r i akibat
s u mb a t an biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus
menerus menunjukkanadanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras
dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran
umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan
usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup
ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon
terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus.
Muntah feka lakan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang paten,
terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum
karena tekanannya p aling tinggi dandindingnya yang lebih tipis.
Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan
timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan
terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya
5,6,7
massa menunjukkan adanya strangulasi.

1.9 Diagnosis
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab
misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat
hernia. Gejala umum berupa syok,oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya
ditemukan meteorismus dan kelebihan cairan diusus, hiperperistaltis
berkala berupa kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik tersebut
terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada
auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai
bunyi nada tinggi. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik
dan setelah satu dua kali defekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi.
Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk mencari adanya nyeri
tumpul dan pembengkakan atau massa yang abnormal. Gejala permulaan pada
obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang air besar terutama
berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai kolik pada perut
bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak pada

20
tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang
hebat sehingga terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut.
Biasanya distensi terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian
4,5,6.
ini mudah membesar. Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus
yang berfungsi (bising usus). Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar
4,5,6
sangat keras dan bernada tinggi, atau tidak terdengar sama sekali. Nilai
laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi
hemokonsentrasi,leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan
radiologis, dengan posisi tegak,terlentang dan lateral dekubitus
menunjukkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi
dengan air fluid level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi
mekanis dan letaknya. Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa
untuk melakukan pemeriksaan rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok
dubur dan barium inloop) untuk mencari penyebabnya. Periksa pula
4,5,6.
kemungkinan terjadi hernia. Pada saat sekarang ini radiologi
memainkan peranan penting dalam mendiagnosis secara awal ileus
5,6
obstruktifus secara dini.

1.10 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada urinalisa,
berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi
dan asidosis metabolik. Le u k o s it no r m al a t au s e di ki t me n i n gk at ,
j ik a s ud a h t i n ggi k e m un gk in a n s ud a h t e r j ad i peritonitis. Kimia
4,5,6
darah sering adanya gangguan elektrolit.
Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnosa
ileus obstruksi.Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar
mendatar. Posisi datar perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap
tegak untuk melihat batas udara dan air serta letak obstruksi. Secara normal

21
lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi pada usus halus biasanya tidak
4,5,6
tampak.
Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan
multiple air fluid level,distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon
pada obstruksi usus halus. Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi usus
yang terbatas dengan gambaran haustra, kadang-kadang gambaran massa dapat
terlihat. Pada gambaran radiologi, kolon yang mengalami distensi
4,5,6
menunjukkan gambaran seperti ‘pigura’ dari dinding abdomen.

Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik dibandingkan


pemeriksaan bariumkontras ganda. Kolonoskopi lebih sensitif dan spesifik
untuk mendiagnosis neoplasma dan bahkan bisa langsung dilakukan biopsi.
4,5,6,7

1.11 Gambaran Radiologi


Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif
dilakukan foto abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan
foto abdomen ini antara lain :
1. Ileus obstruksi letak tinggi :
- Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal
junction) dankolaps usus di bagian distal sumbatan.
- Coil spring appearance
- Herring bone appearance
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
2. Ileus obstruksi letak rendah :
- Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
- Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi
abdomen
- Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada ileus
paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang
menyeluruhdari gaster sampai rectum.
Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitik :

22
4
Gambar 1. Ileus Obstruktif . Tampak coil spring dan herring bone appearance

4
Gambar 2. Ileus Paralitik. Tampak dilatasi usus keseluruhan

1.12 Diagnosis Banding


Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan
difus, dan terjadidistensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak
terdengar dan tidak terjadi ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan
oleh proses inflamasi akut, akan ada tanda dan gejala dari penyebab
primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan pankreatitis akut
7,8
juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana.
1.13 Komplikasi
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang
berakhir dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut
7,8
dengan akibat peritonitis umum.
1.12 Penatalaksanaan

23
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu
penyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa pengobatan, terutama jika
disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di
7,8
rumah sakit.
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan
mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian
dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.
Setelah keadaanoptimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi
6,7,8
parsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif.
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ
vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :-Strangulasi-
Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-Tidak ada perbaikan dengan pengobatan
6,7,8
konservatif (dengan pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter).
3. Pasca Bedah
P
engobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan
kalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam
7,8
keadaan paralitik.

1.15 Prognosis
Mo
rtalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur,
etiologi, tempatdan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun
tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang

24
dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi
7,8
kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus.

25
DAFTAR
PUSTAKA
1. Faradilla, Nova 2009. Ileus Obstruksi
.http://www.scribd.com/ileus_obstruktif .
2. Guyton A.C., Hall J.E. 2005a. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran .
Edisi ke-9. Jakarta : EGC
3. Manif Niko, Kartadinata. 2008. Obstruksi Ileus . Cermin Dunia
Kedokteran o.29.http://www.portalkalbe.com/files/obstruksiileus.pdf .
4. Maulana, Razi. 2011. Ileus Obstruktif http://razimaulana.wordpress.com.
5. Middlemiss, J.H. 1949. Radiological Diagnosis of Intestinal Obstruction
by Means of DirectRadiography. Volume XXII No. 253.
6. Sari, Dina Kartika dkk. 2005. Chirurgica . Yogyakarta : Tosca Enterprise.
pp : 32-26.
7. Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah .
Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal: 623.
8. Sutton, David. 2003. Textbook of Radiology and Imaging Volume 1.
Edisi7. London : Churchill Livingstone.

26

Anda mungkin juga menyukai