Anda di halaman 1dari 74

RESPONSI ILEUS OBSTRUKSI

Pembimbing
dr. Nurul Hidajati, Sp.Rad

Oleh :
Kirana Lazuardi Firdaus 201720401011114

SMF RADIOLOGI
RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
BAB 1
STATUS PASIEN
Identitas

• Nama : An.A
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 5 tahun
• Alamat : Kendalsari I/41A, Surabaya
• Agama : Islam
• Kewarganegaraan : Indonesia
• Pekerjaan : Murid TK
• Tanggal MRS : 1 November 2018
Anamnesis
Keluhan Utama : tidak bisa BAB
RPS :
• Tidak bisa BAB sudah 5 hari
• Sakit perut melilit setiap saat
• Tidak bisa kentut
• Setiap diberi makanan atau minuman, sekitar satu jam kemudian pasien
muntah, berwarna kuning kehijauan tidak bau, banyaknya tak menentu →
Hingga saat ini tidak mau makan.
• Selama 5 hari keluhan, pasien tidak ada demam
• Tiga hari yang lalu, pasien sudah dibawa berobat ke puskesmas dan
diberi pil kecil (orang tua pasien tidak tau obat apa)→keluhan tidak
berkurang
• Sering mengeluh nyeri ulu hati berulang. Saat ini pasien juga mengeluh
nyeri di perut nya terutama sebelah atas
Riwayat
RPD RPK
Sosial
• Keluhan serupa • Keluhan serupa • Minum air
(-) (-) sebanyak 2-4
• Riwayat operasi • DM (-) gelas sehari
di daerah perut • HT (-) • Suka makan
(-) • Riwayat kanker buah namun
• Alergi obat (-) (+) pada tante tidak suka
pasien makan sayur
Pemeriksaan Fisik
• KU : lemah
• GCS : 456
• TD : 100/60 mmHg
• Nadi : 128 x/menit
• RR : 24 x/menit
• Taxilla : 36,1 C
• SpO2 : 98%
• BB : 19 kg
• Turgor kulit ↓
• K / L : A/I/C/D = -/-/-/-, hidung dalam batas normal,
mulut kering, leher dalam batas normal
Thorax
• Inspeksi : simetris, bentuk dada normal, retraksi
ICS (-), iktus cordis tidak terlihat
• Palpasi : nyeri tekan ICS (-), fremitus normal, thrill
(-), iktus kuat angkat (-), pernafasan simetris
• Perkusi : sonor di semua lapang paru, batas
jantung kanan di ICS IV parasternal line dekstra,
batas jantung kiri di ICS V midclavicula line sinistra,
pinggang jantung (+), batas atas jantung ICS II
sternal line sinistra
• Auskultasi : suara nafas vesikuler +/+, whz -/-,
ronkhi -/-, S1 & S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen

• Inspeksi : simetris, “darm contour” (+), “darm steifung”


(+), massa (-), caput meduse (-), asites (-)
• Auskultasi: bising usus (↓)
• Palpasi : soepl, nyeri tekan (+) inguinal dextra et sinistra,
hepar lien renal tidak teraba
• Perkusi : hipertimpani(+) Hepar dan lien dbn
• RT : feses (-), darah (-)
Ekstremitas

• Akral hangat
+|+
+|+
• Edema
-|-
-|-
Pemeriksaan
DL Laboratorium (1 November 2018)
Kimia Klinik

• Hb 14,6 • GDA stik 122 mg/dl


• Leukosit 12,780 • K+ 5,3 mmol/l
• Hematokrit 42,2% • Na+ 128 mmol/l
• Trombosit 366,000 • Chlorida 91 mmol/l
• BUN 25 mg/dl
• Eosinofil 0.0% • SC 0,7 mg/dl
• Basofil 0,2% • SGOT 41 U/L
• Neutrofil 68,2% • SGPT 23 U/L
• Lymph 12,2% • Albumin 3,7 g/dl
• Mono 19,4%
Foto Thorax
Kesimpulan:
Foto thorax tidak didapatkan kelainan
Foto Polos Abdomen

Kesimpulan:
• coiled-spring appearance
sign (+)
• step ladder sign (+)
• gas bebas (-)
Daftar Masalah

• ♂ 5 Tahun
• Tidak bisa BAB dan flatus 5 hari
• Vomiting
• Abdominal pain
• BOF : coiled-spring appearance sign (+) & step ladder
sign (+)
Diagnosis

• Ileus obstruktif letak tinggi


Planning
Terapi Monitoring

• inf.D5 1/2 NS • Keluhan pasien


• inj. Cefazolin • TTV
2x250 mg • Luka post op
• inj. Metronidazole
3x150mg
• konsul bedah dan
anastesi pro
laparotomy
Edukasi

• Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai


diagnosis, terapi, prognosis dan komplikasi yang ada
• Menganjurkan untuk melakukan tindakan operasi
laparotomy segera
• Menganjurkan untuk puasa sementara pasca operasi
FOLLOW - UP
Laporan Operasi CITO (1 Nov 2018)

• Dx Pre-Op: ileus obstruksi


e.c susp. app perforasi
• Persiapan Pre-Op:
pemberian antibiotik
profilaksis Cefazolin 1 gr
• Prosedur operasi:
Laparotomy explorasi
• Dx Post-Op: ileus obstruksi
e.c intususepsi ileocolica
TGL S O A P
1/11/'18 KU lemah, sadar, GCS : 456 post laparotomy - puasa
(post- sesak (-) airway bebas, spontan e.c ileus - pasang NGT
op) TD : 110/70 mmHg obstruksi e.c - inf.D5 1/2 NS 1500 cc
- inj. cefazolin
Nadi : 96x/menit invaginasi
2x250mg
RR: 21x/menit
- inj.metoclopramid
Suhu 36C 3x150mg
Thorax dbn - obs. di ICU (indikasi:
Abd: terdapat luka resiko gagal nafas)
post-op, BU (-)
Ext dbn
TGL S O A P
2/11/'18 luka operasi terasa GCS : 456 post laparotomy - inf.D5 1/2 NS 1500 cc
sakit TD : 110/77 mmHg H1 e.c ileus - inj. cefazolin
Nadi : 132 x/menit obstruksi e.c 2x250mg
- inj.metoclopramid
RR: 16 x/menit invaginasi
3x150mg
Suhu 36C
Thorax dbn
Abd: terdapat luka
post-op, BU (-)
Ext dbn
TGL S O A P
3/11/'18 perut terasa GCS : 456 post laparotomy - inf.D5 1/2 NS 1500 cc
kembung, TD : 115/78 mmHg H2 e.c ileus - inj. cefazolin
kentut(-), muntah Nadi : 90x/menit obstruksi e.c 2x250mg
(-), BAB (-), nyeri - inj.metoclopramid
RR: 18x/menit invaginasi
pada luka operasi↓ 3x150mg
Suhu 37C
- susu 6x50 cc
Thorax dbn
- cek DL, SE
Abd: terdapat luka
- rawat luka operasi
post-op, BU (-)
Ext dbn
TGL S O A P
4/11/'18 perut terasa GCS : 456 post laparotomy - inf.D5 1/2 NS 1500
kembung ↓, kentut TD : 120/78 mmHg H3 e.c ileus - inj. cefazolin
(+), muntah 1x, Nadi : 82x/menit obstruksi e.c 2x250mg
BAB (-), nyeri pada - inj.metoclopramid
RR: 20x/menit invaginasi
luka operasi↓ 3x150mg
Suhu 37C
- inj.Antrain
Thorax dbn
- susu 6x50 cc
Abd: terdapat luka
- Aff NGT
post-op, BU (+) 5-
- mobilisasi duduk
6x/mnt
- pindah ruang rawat
Ext dbn
inap
input cairan : 850cc
output cairan: 800cc
TGL S O A P
5/11/'18 nyeri pada luka GCS : 456 post laparotomy - inf.KaEN 3B
operasi TD : 120/70 mmHg H4 e.c ileus - inj. cefazolin
Nadi : 106x/menit obstruksi e.c 2x250mg
- inj.metoclopramid
RR: 21x/menit invaginasi
3x150mg
Suhu 36,3C
- inj.Antrain
Thorax dbn
- susu 6x50 cc
Abd: terdapat luka
- diet bubur halus
post-op, BU (+) dbn
- mobilisasi duduk
Ext dbn
input cairan: 1530 cc
output cairan: 1625 cc
TGL S O A P
6/11/'18 nyeri pada luka GCS : 456 post laparotomy - inf.KaEN 3B
operasi↓, makan TD : 110/80 mmHg H5 e.c ileus - inj. cefazolin
minum sedikit, Nadi : 86x/menit obstruksi e.c 2x250mg
- inj.metoclopramid
mual (-), muntah RR: 20x/menit invaginasi
3x150mg
(-), kentut (+), Suhu 36,2C
- inj.Antrain 3x200 mg
BAB (-) Thorax dbn
- susu 6x50 cc
Abd: terdapat luka
- diet bubur halus
post-op, BU (+)dbn
Ext dbn
input cairan: 1530 cc
output cairan: 1625 cc
TGL S O A P
7/11/'18 nyeri (-), nafsu GCS : 456 post laparotomy - inf.KaEN 3B
makan minum ↑, TD : 120/78 mmHg H6 e.c ileus - inj. cefazolin
Nadi : 82x/menit obstruksi e.c 2x250mg
kentut (+). BAB
- inj.metoclopramid
(+) RR: 18x/menit invaginasi
3x150mg
Suhu 36,2C
- inj.Antrain 2x200 mg
Thorax dbn
- diet bubur halus
Abd: terdapat luka
- mobilisasi jalan
post-op, BU (+)dbn
Ext dbn
input cairan: 1530 cc
output cairan: 1625 cc
TGL S O A P
8/11/'18 tidak ada keluhan GCS : 456 post laparotomy - inf.KaEN 3B
TD : 110/70 mmHg H7 e.c ileus - inj. cefazolin
Nadi : 90x/menit obstruksi e.c 2x250mg
- inj.metoclopramid
RR: 19x/menit invaginasi
3x150mg
Suhu 36C
- inj.Antrain 2x200 mg
Thorax dbn
- rencana KRS
Abd: terdapat luka
post-op, BU (+) dbn
Ext dbn
input cairan: 1530 cc
output cairan: 1625 cc
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Usus Halus
• Panjang ± 6 meter
• Terdiri atas lipatan mukosa yang disebut plika
sirkularis/valvula conniventes
• Mengisi bagian tengah&bawah abdomen.
• Dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum
• ±2/5 dari sisa usus halus adalah jejenum, dan
3/5 terminalnya adalah ileum.
• Jejenum terletak di regio abdominalis media
sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung
terletak di regio abdominalis bawah kanan
• Dinding yeyenum lebih tebal, dan lumen ileum
lebih sempit
• a.mesenterika superior dicabangkan dari aorta tepat di
bawah arteri seliaka→memvaskularisasi seluruh usus
halus kecuali duodenum
• Sebagian atas duodenum: a.pancreaticoduodenalis
superior
• Sebagian bawah duodenum: a.pancreaticoduodenalis
inferior
• Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan mengalirkan
cairan limfe;
1. Ke atas melalui nodi lymphatici
pancreoticoduodenalis→nodi lymphatici gastroduodenalis→
nodi lymphatici coeliacus
2. ke bawah melalui nodi lymphatici
pancreoticoduodenalis→nodi lyphatici mesentericus superior
• Pembuluh limfe jejunum dan ileum berjalan ke nodi
lymphatici mesentericus suprior
• Saraf duodenum berasal dari pleksus mesentericus
superior dan pleksus coeliacus
• Saraf jejenum dan ileum berasal dari pleksus
mesentericus superior
• Rangsangan parasimpatis merangsang aktivitas
sekresi dan pergerakan
• Rangsangan simpatis menghambat pergerakan usus.
Anatomi Usus Besar

• Tabung muskular berongga


dengan panjang sekitar 5
kaki (sekitar 1,5 m) yang
terbentang dari sekum
sampai kanalis ani.
• Diameter rata-rata sekitar
2,5 inci (sekitar 6,5 cm),
tetapi makin dekat anus
semakin kecil
• a.mesenterika superior dengan cabangnya (a. ileokolika, a.
kolika dekstra, a. kolika media, a. pancreaticoduodenalis
inferior): sekum, kolon ascendens, dan 2/3 proksimal kolon
transversum

• a.mesenterika inferior melalui a. kolika sinistra, a.


sigmoidalis, a. hemoroidalis superior→1/3 distal kolon
transversum, kolon descendens dan sigmoid, dan bagian
proksimal rektum
• Pembuluh limfe untuk kolon ascendens dan 2/3 dari kolon
transversum, cairan limfenya akan masuk ke nodi
limphatici mesentericus superior

• 1/3 distal kolon transversum dan kolon descendens akan


masuk ke nodi limphatici mesentericus inferior
• Persarafan dilakukan oleh sistem saraf otonom kecuali sfingter
eksterna
• Sekum, appendiks dan kolon ascendens dipersarafi oleh serabut
saraf simpatis dan parasimpatis nervus vagus dari pleksus saraf
mesenterikus superior
• Kolon transversum dipersarafi oleh saraf simpatis nervus vagus
dan saraf parasimpatis nervus pelvikus
• Kolon descendens dipersarafi serabut-serabut simpatis dari
pleksus saraf mesenterikus inferior dan saraf parasimpatis nervus
pelvikus
• Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi
dan kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan
perangsangan parasimpatis mempunyai efek berlawanan
Definisi
• Suatu penyumbatan mekanis pada usus di mana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup
atau menganggu jalannya isi usus, oleh karena kelainan
dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang
menekan, serta kelainan vaskularisasi pada suatu
segmen usus yang dapat menyebabkan nekrosis segmen
usus
• Dapat terjadi pada usus halus maupun usus besar
• Ileus obstruktif : suatu keadaan yang darurat
Epidemiologi

• WHO 2008: tergolong 10 besar penyakit penyebab


kematian di dunia, Indonesia menempati urutan ke 107 di
dunia tahun 2004, yaitu 39,3 jiwa per 100.000 jiwa
• Data dari RSUD dr.Pringadi Medan pada tahun 2007-
2010 didapatkan kasus ileus obstruksi sebanyak 11,5%
dari 111 kasus (Sari dkk, 2015).
Etiologi
• Obstruksi usus yang sering ditemukan, tergantung pada umur pasien
• Bermacam Penyebab Ileus Obstruksi. A)
Hernia inkarserata; usus terjepit di dalam
pintu hernia. B) Invaginasi; bagian yang
masuk makin diteruskan oleh peristaltis. C)
Adhesi atau pita. D) Volvulus. E) Tumor
usus. F) Kumpulan cacing Askariasis

• a→usus sebelah oral kembung karena


obstruksi
• b→usus aboral kosong
Patofisiologi
Klasifikasi
Lokasi Stadium

• Letak tinggi • Obstruksi sebagian


• Letak rendah (partial obstruction)
• Obstruksi
sederhana (simple
obstruction)
• Obstruksi
strangulasi
(strangulated
obstruction)
berdasar letak..

• Letak tinggi : usus halus (dari gaster sampai ileum


terminal)
• Ileus obstruktif letak rendah : usus besar (dari ileum
terminal sampai rectum).
berdasar stadium...

• Obstruksi sebagian (partial obstruction): obstruksi


terjadi sebagian→makanan masih bisa sedikit lewat,
dapat flatus dan defekasi sedikit
• Obstruksi sederhana (simple obstruction):
obstruksi/sumbatan yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
• Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction):
obstruksi disertai dengan terjepitnya pembuluh darah
→iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau
gangrene.
Manifestasi Klinis
Diagnosis

• Diagnosis ileus obstruktif tidak sulit; salah satu yang


hampir selalu harus ditegakkan atas dasar klinik dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, kepercayaan atas
pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan laboraorium
harus dilihat sebagai konfirmasi dan bukan menunda
mulainya terapi yang segera.
Anamnesis...
• Pernah dioperasi sebelumnya atau terdapat hernia
• Kolik dirasakan sekitar umbilkus→ileus obstruktif usus halus
• Kolik sekitar suprapubik→ileus obstruktif usus besar
• Muntah berwarna kehijauan→ileus obstruktif usus halus
• Onset muntah lama→ileus obstruktif usus besar
• Riwayat buang air besar berupa lendir dan darah
• Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah
yang menetap
• Onset keluhan yang berlangsung cepat→ileus letak tinggi
• Onset lambat→ileus letak rendah
Pemeriksaan Fisik

• Takikardi, pireksia, lokal Tenderness dan guarding,


rebound tenderness, nyeri lokal, dan hilangnya suara
usus lokal→mungkin strangulasi
• Inspeksi: tanda dehidrasi, adanya distensi abdomen,
hernia dan massa abdomen. Dapat ditemukan “darm
contour” (gambaran kontur usus) maupun “darm steifung”
(gambaran gerakan usus)
• Massa abdomen berbentuk sosis→Intussusepsi
• Bekas luka operasi sebelumnya→adhesi
Palpasi..
• Bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum
apapun atau nyeri tekan, yang mencakup ‘defance
muscular’ involunter atau rebound dan pembengkakan
atau massa yang abnormal
• Didapatkan distensi abdomen
• Nyeri tekan
Colok dubur...
• Tonus sfingter ani biasanya cukup
• Ampula rekti kolaps→perforasi akibat obstruksi
• Teraba benjolan: penyebab obstruksi merupakan massa
atau tumor pada bagian anorectum
• Isi rektum menyemprot→Hirschprung disease
• Feses tidak teraba dan tidak ditemukan pada sarung
tangand→letak tinggi
• Feses yang mengeras→skibala
• Darah→lesi intrinsik di dalam usus, strangulasi atau
neoplasma
Perkusi...

• Meteorismus (+)
• Hipertympani
Auskultasi..

• Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi (Metallic


sound), borborhygmi
• Beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di
atas telah berdilatasi→aktivitas peristaltik (sehingga juga
bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah
Laboratorium...

• DL
• Elektrolit
• Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin dan serum amylase
• Obstruksi intestinal yang sederhana tidak akan
menyebabkan perubahan pada hasil laboratorium
Foto Polos Abdomen...
• Temuan spesifik obstruksi usus halus: dilatasi usus halus (diameter > 3
cm), adanya air-fluid level, dan gambaran udara di kolon <<

• Pada foto abdomen dapat ditemukan beberapa gambaran, antara lain:


1)Distensi usus bagian proksimal obstruksi
2)Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
3)Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
4)Posisi supine dapat ditemukan distensi usus atau step-ladder sign
5)String of pearls sign→gambaran beberapa kantung gas kecil yang
berderet
6)Coffee-bean sign
7)Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan
Dilatasi usus

Multipel air fluid level dan “string


of pearls” sign
Herring bone appearance

Coffee bean appearance


Step ledder sign
Enteroclysis..
• Berfungsi untuk membedakan
obstruksi parsial dan total
• Berguna jika pada foto polos
abdomen memperlihatkan gambaran
normal namun dengan klinis
menunjukkan adanya obstruksi
• - : memberikan nilai prediksi negative
yang tinggi

Intususepsi (coiled-spring appearance)


CT-Scan...
• Berfungsi untuk menentukan diagnosa dini/obstruksi strangulate dan
menyingkirkan penyebab akut abdomen lain terutama jika klinis dan temuan
radiologis lain tidak jelas
• Sensitifitas± 80-90%, spesifisitas±70-90%
• Obstruksi: diameter usus halus ± 2,5 cm pada bagian proksimal menjadi
bagian yg kolaps dengan diameter ± 1 cm
• Penebalan dinding usus, intestinal pneumatosis (udara didinding usus), gas
pada vena portal dan kurangnya uptake kontras intravena ke dalam dinding
dari bowel yang affected→Strangulasi
• + : dapat membedakan penyebab obstruksi intestinal,memberikan gambaran
adanya strangulasi dan obstruksi gelung tertutup.
• - : Zona transisi yang tipis akan sulit untuk diidentifikasi
CT Scan Ileus Obstruktif akibat
tumor mesenterium

CT Scan Ileus Obstruksi Akibat


Intususepsi : tampak distensi usus halus
yang tidak diikuti dengan distensi kolon
CT enterography (CT enteroclysis)...
• Pemeriksaan ini menggantikan enteroclysis pada penggunaan klinis
• Pilihan pada ileus obstruksi intermiten atau pada pasien dengan riwayat
komplikasi pembedahan (seperti tumor, operasi besar)
• Memperlihatkan seluruh penebalan dinding usus dan dapat dilakukan
evaluasi pada mesenterium dan lemak perinerfon
• Menggunakan teknologi CT-scan dan disertai dengan penggunaan kontras
dalam jumlah besar
• Lebih akurat dibanding dengan pemeriksaan CT biasa dalam menentukan
penyebab obstruksi, dan juga lokasi obstruksi
MRI...
• Keakuratan MRI hampir
sama dengan CT-scan
• Efektif untuk menentukan
lokasi dan etiologi dari
obstruksi
• - : kurang terjangkau dalam
hal transport pasien dan
kurang dapat
menggambarkan massa dan
inflamasi
Kehamilan dengan ileus obstruktif
USG...

• Memberikan gambaran dan penyebab dari obstruksi


dengan melihat pergerakan dari usus halus
• + : lebih murah dan mudah jika dibandingkan dengan CT-
scan, dan spesifitasnya dilaporkan mencapai 100%.
• Dapat dengan jelas memperlihatkan usus yang distensi,
akurat menunjukkan lokasi dari usus yang distensi
• USG dapat memperlihatkan peristaltic→membantu
membedakan obstruksi mekanik dari ileus paralitik.
USG Longitudinal dari abdomen
bagian bawah menunjukkan
distensi multiple dari usus halus
akibat invaginasi

USG Abdomen tumor dinding


epigastrium
Diagnosis Banding

• Ileus paralitik
• Appendicitis akut
• Kolesistitis, koleliathiasis, dan kolik bilier
• Konstipasi
• Dysmenorhoe, endometriosis dan torsio ovarium
• Gastroenteritis akut dan inflammatory bowel disease
• Pancreatitis akut
Penatalaksanaan
• Kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus bisa dipantau dengan
mengamati pengeluaran urin (melalui kateter), tanda vital, tekanan vena sentral
dan pemeriksaan laboratorium berurutan.
• Dekompresi GIT dengan sonde yang ditempatkan intralumen dengan tujuan untuk
dekompresi lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus, dan
membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran
pencernaan→mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan
tekanan intalumen.
• Penggantian kalium sangat penting, mungkin perlu dilakukan selama 6-8 jam.
Selama periode ini, diindikasikan pemberian antibiotik spektrum luas bila
keadaannya mengarah ke strangulasi, tetapi operasi tidak boleh ditunda kecuali
ada bukti klinis dan roentgenografik yang jelas mengenai resolusi obstruksi
selama periode persiapan operasi
• Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah
Operatif...
• Pada obstruksi strangulasi usus halus selalu lengkap→operasi harus segera
dilaksanakan
• Sebelum dilakukan operasi, harus dicapai keseimbangan cairan dan elektrolit dan
dilakukan dekompresi dengan memasang NGT
a)Koreksi sederhana (simple correction)→tindakan untuk membebaskan usus dari
jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi
atau pada volvulus ringan.
b)Tindakan operatif by-pass→membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus
yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
c)Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
d)Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus
untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,
invaginasi strangulata, dan sebagainya.
Komplikasi

• Gangguan keseimbangan elektrolit dan cairan


• Iskemia dan perforasi usus yang dapat menyebabkan
peritonitis, sepsis, dan kematian
• Infeksi, apabila disertai strangulasi dapat terjadi gangren
usus, atau perforasi
Prognosis

• Saat operasi, prognosis tergantung kondisi klinik pasien


sebelumnya
• Setelah pembedahan dekompresi, prognosisnya
tergantung dari penyakit yang mendasarinya
BAB 3
PEMBAHASAN
• Pasien tidak bisa BAB 5 hari, mengeluh sakit perut melilit setiap saat, tidak bisa
kentut, juga nyeri di perut sebelah atas → obstipasi dan kegagalan
mengeluarkan gas melalui rektum merupakan gejala yang sering ditemukan bila
obstruksinya komplit. Nyeri abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai
perasaan tidak enak di perut bagian atas
• Setiap diberi makanan atau minuman, sekitar satu jam kemudian pasien
muntah. Muntah berwarna kuning kehijauan tidak bau, banyaknya tak menentu
tergantung dari jumlah banyak yang ditelan→pada obstruksi usus halus
proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah
fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Gejala muntah paling sering
ditemukan dan timbulnya lebih awal dan lebih profus sejalan dengan makin
tingginya tingkat obstruksi. Muntahan pada mulanya mengandung empedu dan
mukus dan tetap demikian bila obstruksi ususnya tinggi.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan turgor kulit menurun, mulut kering, dan
pada status lokalis saat inspeksi didapatkan “darm contour” maupun “darm
steifung”→untuk mengetahui adanya obstruksi dapat dilakukan melalui
inspeksi, yakni ditemukan tanda dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor
kulit maupun mulut dan lidah kering. Inspeksi pada penderita yang
kurus/sedang juga dapat ditemukan “darm contour” (gambaran kontur usus)
maupun “darm steifung” (gambaran gerakan usus), biasanya nampak jelas
pada saat penderita mendapat serangan kolik yang disertai mual dan muntah
dan juga pada ileus obstruksi yang berat (Enders G, 2011).

• Saat auskultasi bising usus menurun→pada auskultasi, bisa didapatkan


suara hiperperistaltik dimana bising usus bernada tinggi (Metallic sound),
borborhygmi. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan
usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bising
usus) bisa tidak ada atau menurun parah. (Enders G, 2011).
• Pada rectal touche tidak didapatkan feses maupun darah→Pada ileus
obstruktif usus halus, feses tidak teraba pada colok dubur dan tidak dapat
ditemukan pada sarung tangan. Pada sarung tangan dapat ditemukan
darah apabila penyebab ileus obstruktif adalah lesi intrinsik di dalam usus.
Saat rectal toucher apabila feses negatif mengarah obstruksi usus letak
tinggi

• Perkusi yang hipertympani yang menandakan adanya obstruksi

• Dari pemeriksaan penunjang, DL dbn→Menurut literatur, obstruksi


intestinal yang sederhana tidak akan menyebabkan perubahan pada hasil
laboratorium jadi pemeriksaan ini tak akan banyak membantu untuk
diagnosis obsruksi intestinal yang sederhana

• Pada penunjang foto polos abdomen (BOF) didapatkan step ladder→pada


foto abdomen dapat ditemukan beberapa gambaran, salah satunya step-
ladder sign.
THANK YOU
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Anda mungkin juga menyukai