Anda di halaman 1dari 57

Referat

FAKTOR RISIKO KARSINOMA MAMMAE

Oleh :
Scivo Pauran 17014101301
Velisitas Potes 17014101288
Tesalonika Kereh 20014101068
Claudia Winerungan 20014101004

Supervisor Pembimbing :
dr. Denny Saleh, SpB(K)Onk

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul :

“FAKTOR RISIKO KARSINOMA MAMMAE”

Oleh :

Scivo Pauran 17014101301


Velisitas Potes 17014101288
Tesalonika Kereh 20014101068
Claudia Winerungan 20014101004

Telah dibacakan, dikoreksi dan disetujui pada 2022, untuk memenuhi


syarat tugas Kepaniteraan Klinik Madya di bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Sam Ratulangi Manado.

Supervisor Pembimbing

dr. Denny Saleh, SpB(K)Onk

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................………2

DAFTAR ISI...............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................5

BAB III PENUTUP...................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA................................................................................56

3
BAB I
PENDAHULUAN

Kanker adalah penyakit atau pertumbuhan ganas yang dapat terjadi pada
manusia, hewan dan tanaman. Kanker bersifat memperbanyak sel yang
berlebihan, umumnya embrional, mendesak dan menghancurkan jaringan
disekitarnya (invasive). Di negara maju, kanker merupakan penyebab kematian
kedua setelah penyakit-penyakit kardiovaskular.

Kanker payudara atau disebut sebagai karsinoma mammae merupakan


kanker solid yang mempunyai insiden tertinggi no. 1 di negara maju. Di
Indonesia, kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi no. 2
setelah kanker rahim dan diperkirakan dalam waktu singkat akan merupakan
kanker dengan insiden tertinggi pada wanita. Angka kejadian kanker payudara
di Amerika Serikat adalah 27/100.000 dan diperkirakan terdapat lebih dari
200.000 kasus baru per tahun dengan angka kematian lebih dari 40 ribu kasus
pertahun. Karena tidak tersedianya registrasi berbasis populasi, angka kejadian
kanker payudara dibuat berdasarkan registrasi berbasis patologi dengan insiden
relatif 11,5% (artinya 11-12 kasus baru per 100.000 penduduk berisiko).

Di Indonesia, skrining terhadap kanker payudara masih bersifat


individual, dan sporadik sehingga program deteksi dini masih belum efisien dan
efektif. Sebagai akibatnya, pasien dengan kanker payudara stadium lanjut masih
cukup tinggi, yaitu lebih dari 50% (data didapatkan dari berbagai pusat
pendidikan konsultan bedah onkologi di Indonesia).

Deteksi dan pengobatan dini yang tepat menghasilkan peluang lebih


besar untuk kesembuhan. Hal ini penting untuk diperhatikan oleh setiap dokter
agar menganjurkan skrining pada pasien. Wanita-wanita dengan faktor resiko
harus lebih diperhatikan, walaupun diketahui bahwa beberapa wanita yang
terkena kanker payudara tidak mempunyai faktor-faktor resiko. Setiap resiko
kanker payudara pada wanita mempunyai probilitas yang lebih tinggi atau lebih
rendah, bergantung pada beberapa faktor, yang meliputi riwayat keluarga,
genetik, usia saat menstruasi pertama dan faktor – faktor yang lainnya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi

Mammae terdiri dari berbagai struktur yaitu parenkim epitelial, lemak,


pembuluh darah, saraf, saluran getah bening, otot dan fascia. Parenkim epitelial
dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus yang masing-masing mempunyai
saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya dan bermuara pada puting susu.
Tiap lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10-
100 asini grup. Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari mammae.

Jaringan ikat subcutis yang membungkus kelenjar mammae membentuk


septa diantara kelenjar dan berfungsi sebagai struktur penunjang dari kelenjar
mammae. Mammae dibungkus oleh fascia pectoralis superficialis dimana
permukaan anterior dan posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper yang
berfungsi sebagai penyangga.

Setengah bagian atas mammae, terutama quadran lateral atas mengandung


lebih banyak komponen kelenjar dibandingkan dengan bagian lainnya. Mammae
terletak diantara fascia superficialis dinding thorax anterior dan fascia profunda
(pectoralis), antara mammae dan dinding thorax terdapat bursa retromammaria
yang merupakan ruang antara fascia superficialis dengan fascia profunda
(pectoralis), dengan adanya bursa ini menjamin mobilitas mammae terhadap
dinding thorax.

Pada wanita, mammae berkembang menjadi susunan yang kompleks. Pada


wanita dewasa, mammae terletak di anterior dinding thorax setinggi costa 2 atau
3 sampai dengan costa ke 6 atau ke 7, dan terbentang antara linea parasternalis
sampai dengan linea axillaris anterior atau media. Mammae pada wanita dewasa
berbentuk hemisphere yang khas dengan ukuran, kontur, konsistensi dan
densitas yang sangat bervariasi, dipengaruhi oleh faktor-faktor hormonal,
genetic dan diet.

5
Diameter rata-rata mammae sekitar 10-12 cm dan tebalnya antara 5-7 cm.
Berat mammae bervariasi yaitu antara 150-225 gram pada mammae nonlaktasi,
namun dapat mecapai 500 gram pada mammae laktasi.

Gambar - Potongan sagital mammae dan dinding dada sebelah depan

Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar


daripada yang lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan
secara bebas dengan fascia sebelah dalam. Lobus-lobus ini beserta duktusnya
adalah kesatuan dalam anatomi. Antara fascia superficial dan yang sebelah
dalam terdapat ruang retromammary (submammary) yang mana kaya akan
limfatik.

Lobus-lobus parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial berkenaan


dengan posisi dari papilla mammae, sehingga duktus berjalan sentral menuju
papilla seperti jari-jari roda berakhir secara terpisah di puncak dari papilla.
Segmen dari duktus dalam papilla merupakan bagian duktus yang tersempit.
Oleh karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel cenderung untuk terkumpul
dalam bagian duktus yang berada dalam papilla, mengakibatkan ekspansi yang
jelas dari duktus dimana ketika berdilatasi akibat isinya dinamakan lactiferous
sinuse . Pada area bebas lemak di bawah areola, bagian yang dilatasi dari duktus
laktiferus (lactiferous sinuses) merupakan satu-satunya tempat untuk
menyimpan susu. Intraductal papillomas sering terjadi di sini.

6
Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita jaringan
ikat berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan dalam dari fascia
superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel ke elemen parenkim
dan duktus. Kadang-kadang, fascia superfisial terfiksasi ke kulit, sehingga tidak
mungkin dilakukan total mastectomy subkutan yang ideal. Dengan adanya invasi
keganasan, sebagian dari ligamentum Cooper akan mengalami kontraksi,
menghasilkan retraksi dan fiksasi atau lesung dari kulit yang khas. Ini berbeda
dengan penampilan kulit yang kasar dan ireguler yang disebut peau d'orange,
dimana pada peau d'orange perlekatan subdermal dari folikel-folikel rambut dan
kulit yang bengkak menghasilkan gambaran cekungan dari kulit.

Gambar - Dumpling of the breast, akibat dari terlibatnya ligamentum


Cooper pada penyakit yang invasive. Dapat diperjelas dengan penekanan oleh
tangan pemeriksa.

a. Vaskularisasi
1) Arteri
Payudara mendapat pendarahan dari :
Cabang-cabang perforantes a.mamaria interna. Cabang-cabang I,II,III dan
IV dari a.mamaria interna menembus dinding dada dekat pingir sternum pada
interkostal yang sesuai, menembus m.pektoralis mayoor dan memberi
pendarahan tepi medial glandula mammae.
Rami pektoralis a. thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun diantara
m.pektoralis minor dan m.pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh
utama m.pektoralis mayor. Setelah menembus m.pektoralis mayor, arteri ini
akan mempendarahi glandula mammae bagian dalam (deep surface).

7
A. Thorakalis lateralis. (a.mamaria eksterna). Pembuluh darah ini berjalan
turun menyusuri tepi lateral dari m.pektoralis mayor untuk mempendarahi
bagian lateral payudara.
A. Thorako-dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan cabang dari
a.subskapularis. Arteri ini mempendarahi m.latissimus dorsi dan m. serratus
magnus. Walaupun arteri ini tidak memberi pendarahan pada glandula mammae,
tetapi sangat penting artinya. Karena tindakan radikal mastektomi, perdarahan
yang terjadi akibat terputusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini
dinamakan “bloody angle”.

2) Vena
Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :
 Cabang-cabang perfrantes v. mamaria interna
- Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkandarah dari payudara.
Vena ini bermuara pada v.mamaria interna yang kemudian bermuara pada
v.innominata.
 Cabang-cabang v.aksilaris yang terdiri dari v.thorako-akromialis,
v.thorakalis dan v.thorako-dorsalis.
 Vena-vena kecil yang bermuara pada v.interkostalis
- V.interkostalis bermuara pada v.vertebralis, kemudian bermuara
v.azygos.
b. Sistem Limfatik3-4
1) Pembuluh getah bening
- Pembuluh getah bening aksila
- Pembuluh getah bening mamaria intena
- Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah
payudara
2) Kelenjar getah bening aksila
Terdapat beberapa grup kelenjar getah bening aksila :
- Kelenjar getah bening mammaria eksterna
Grup ini dibagi dalam dua kelompok:
 Kelompok superior setinggi interkostal II-III

8
 Kelompok inferior setinggi interkostal IV-VI
- Kelenjar getah bening skapula
- Kelenjar getah bening sentral (central nodes)
- Kelenjar getah bening interpektoral (Rotter’s nodes)
- Kelenjar getah bening v. aksilaris
- Kelenjar getah bening subklavikula
- Kelenjar getah bening prepektoral
- Kelenjar getah bening mammaria eksterna

Gambar - Kelenjar getah bening aksila dan payudara menurut klasifikasi


dari Haagensen (kiri). Aliran limfatik mammae (kanan).

c. Persarafan
Mammae dipersarafi oleh nervus intercosta 2-6, dengan cabang-cabangnya
melewati permukaan kelenjar. 2 cabang mammae dari nervus kutaneus lateral
keempat juga mempersarafi papilla mammae.

9
Gambar - Saraf-saraf perifer penting yang ditemukan selama mastectomy

2. Fisiologi

Perkembangan payudara dan fungsinya terjadi oleh karena stimulus dari


berbagai macam hormon, termasuk estrogen, progesteron, prolaktin, oksitosin,
hormon tiroid, kortisol, dan growth hormone. Estrogen memulai pembentukan
duktus, sedangkan progesteron bertanggung jawab terhadap diferensiasi epitel
dan pembentukan lobulus. Prolaktin adalah hormon perangsang untuk laktogen
esis pada masa akhir kehamilan dan postpartum.

Gonadotropin luteinizing hormon (LH) dan follicle-stimulating hormon


(FSH) mengatur pelepasan dari estrogen dan progesteron ovarium. Sedangkan,
pelepasan dari LH dan FSH oleh sel basofil di hipofise anterior diatur oleh
sekresi Gonadotropin-Relesing hormone (GnRH) dari hipotalamus. Feedback
effect positif dan negatif dari hormon estrogen dan progesteron mengatur sekresi
dari LH, FSH, dan GnRH. Hormon – hormon ini bertanggung jawab untuk
pembentukan, fungsi, dan pemeliharaan dari jaringan payudara.

Pada bayi perempuan yang baru lahir, Kadar estrogen dan progesteron yang
beredar dalam darah menurun setelah lahir dan tetap rendah pada masa kanak
akibat peningkatan sensitivitas dari efek umpan balik negatif. Pada onset
pubertas, terdapat penurunan sensitivitas terhadap efek umpan balik negatif dan
peningkatan sensitivitas pada efek umpan balik positif dari estrogen. Kejadian
fisiologis ini akan menyebabkan peningkatan sekresi GnRH, LH, dan FSH dan

10
menyebabkan peningkatan yang besar pada sekresi estrogen dan progesteron
oleh ovarium, yang menyebabkan terbentuknya siklus menstruasi. Pada awal
menstruasi, terjadi peningkatan ukuran dan densitas dari payudara, yang diikuti
pembesaran jaringan payudara dan proliferasi epitel. Pada onset menstruasi,
pembesaran payudara berhenti dan proliferasi epitel berkurang.

Gambar - Skema neuroendokrin dalam mengontrol perkembangan dan


fungsi payudara (Diambil dari : Schwartz’s : Principles of Surgery – Breast
Cancer,Mc Graw Hill Education, 10th edition, 2010)

Peningkatan yang dramatis pada hormon estrogen dan progesteron ovarium


dan plasenta yang bersirkulasi merupakan bukti saat kehamilan, hormon –
hormon ini akan memulai perubahan bentuk dan substansi dari payudara.
Payudara akan membesar akibat proliferasi epitel duktus dan lobules, kulit
areola menggelap, dan kelenjar Montgomery menjadi prominen. Pada trimester
pertama dan kedua, duktus minoris bercabang dan terbentuk. Selama trimester
ketiga, droplet lemak terkumpul dalam epitel alveolar dan kolostrum mengisi
ruang alveolar dan duktus. Pada masa akhir kehamilan, prolaktin merangsang
sintesis dari lemak dan protein pada susu.
Setelah kelahiran plasenta, kadar estrogen dan progesteron yang bersirkulasi
akan menurun, menyebabkan ekspresi penuh dari efek laktogenik dari prolaktin.

11
Produksi susu dan pelepasannya dipengaruhi oleh reflex neuron yang berasal
dari akhiran saraf dari complex nipple-areola. Pelepasan oksitosin dipengaruhi
oleh stimulus visual, auditorius, dan olfaktorius yang berhubungan dengan
mengasuh. Oksitosin akan menyebabkan kontraksi dari sel myoepitel, yang
menyebabkan kompresi alveoli dan keluarnya air susu ke sinus laktiferus.
Setelah menyusui, pelepasan prolaktin dan oksitosin akan berkurang.
Pada menopause terdapat penurunan sekresi estrogen dan progesteron pada
ovarium dan involusi dari duktus dan alveoli payudara. Jaringan ikat fibrosa di
sekitarnya akan meningkat densitasnya dan jaringan payudara akan digantikan
oleh jaringan lemak.
B. Carcinoma Mammae
1. Definisi
Kanker payudara adalah jenis kanker yang terdapat pada jaringan payudara.
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran
kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara.6
Kanker atau sering disebut dengan tumor secara umum dibedakan menjadi
dua macam yaitu jinak (benign) dan ganas (malignant). Pada level jinak, tumor
akan memiliki kondisi dan perkembangan yang tidak bersifat kanker, dimana
penyakit ini dapat terdeteksi namun tidak menyebar dan merusak jaringan lain di
sekitarnya. Sedangkan pada level ganas, tumor akan menyebar dan merusak
jaringan dan organ di sekitarnya.7
Tumor adalah massa jaringan yang tidak normal. Menurut National Breast
Cancer Foundation, terdapat 2 tipe tumor payudara, yaitu:
1. Tumor Jinak Payudara (Benign Breast Tumors)
Tumor jinak payudara adalah pertumbuhan sel yang tidak normal tetapi tidak
menyebar keluar payudara dan tidak mengancam nyawa manusia. Namun,
tumor jinak payudara dapat meningkat menjadi kanker sehingga tumor jinak
payudara tetap patut diwaspadai. Ketika tumor didiagnosa sebagai tumor jinak,
dokter selalu membiarkannya daripada mengangkatnya. Meskipun biasanya
tumor ini tidak menyerang sekitar jaringan payudara, kadang tumor ini bisa
tumbuh menekan organ dan menyebabkan luka atau masalah lain. Pada keadaan
ini, tumor harus segera diangkat.

12
2. Tumor Ganas Payudara (Malignant Breast Tumor/Breast Cancer)
Tumor ganas payudara adalah kumpulan sel kanker yang tumbuh dan dapat
menyebar pada berbagai bagian tubuh. Tumor ganas berbahaya karena
menyerang sekitar jaringan payudara. Ketika tumor dicurigai sebagai tumor
ganas, maka dokter akan melakukan biopsi untuk mendiagnosa tumor.
2. Klasifikasi Ca Mammae
Berdasarkan ketentuan dari American Joint Committee On
Cancer (AJCC:2018), mengklasifikasikan kanker payudara dengan sistem TNM
(T=Tumor Size, N=Node, M=Metastase). Sistim TNM menilai tiga faktor utama
yaitu tumor size atau ukuran tumor, node atau kelenjar getah bening regional
dan metastase atau penyebaran jauh.
T Ukuran tumor primer
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak terdapat bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tis
Ductal karcinoma in situ
(DCIS)
Tis
Penyakit Paget pada puting tidak terkait dengan karsinoma invasif
(Paget)
T1 Tumor dengan ukuran diameter ≤ 2 cm
T1mi Tumor dengan ukuran diameter ≤ 0,1 cm
T1a Tumor dengan ukuran diameter > 0,1 cm tapi ≤ 0,5 cm
T1b Tumor dengan ukuran diameter > 0,5 cm tapi ≤ 1 cm
T1c Tumor dengan ukuran diameter > 1 cm tapi ≤ 2 cm
T2 Tumor dengan ukuran diameter > 2 cm tapi ≤ 5 cm
T3 Tumor dengan ukuran diameter > 5 cm
T4 Tumor dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau kulit
T4a Ekstensi ke dinding dada
Tumor dengan perubahan kulit makroskopik termasuk ulserasi dan/atau
T4b
nodul satelit dan/atau
T4c Tumor yang memenuhi kriteria T4a dan T4b
T4d Karsinoma inflamatorik

13
cN Kelenjar getah bening regional (KGB)
cNX KGB regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya)
cN0 Tidak terdapat metastasis KGB
cN1 Metastasis ke KGB aksila ipsilateral level I dan/atau level II yang mobil.
cN1mi Mikrometastasis
Metastasis ke KGB aksila ipsilateral level I dan/atau level II yang terfiksir
cN2 atau berkonglomerasi, atau metastasis ke KGB mamaria interna ipsilateral
tanpa adanya metastasis ke KGB aksila
Metastasis ke KGB aksila ipsilateral level I dan/atau level II yang terfiksir
cN2a
atau berkonglomerasi
Metastasis ke KGB mamaria interna ipsilateral tanpa adanya metastasis ke
cN2b
KGB aksila
Metastasis pada KGB infraklavikular ipsilateral level III dengan atau
tanpa metastasis KGB aksila level I dan/atau level II atau metastasis pada
cN3
KGB mamaria interna ipsilateral dengan metastasis pada KGB aksila level
I dan/atau level II; atau metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
Metastasis ke KGB aksila level III ipsilateral dengan atau tanpa metastasis
cN3a
ke KGB aksila level I dan/atau level II
Metastasis ke KGB mamaria interna dengan metastasis ke KGB aksila
cN3b
level I dan/atau level II.
cN3c Metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral

M Metastasis jauh
M0 Tidak terdapat bukti klinis atau pencitraan yang menunjukan metastasis
jauh.
cM0(i+) Tidak terdapat bukti klinis atau pencitraan yang menunjukan metastasis
jauh tetapi ditemukannya sel tumor atau deposit berukuran ≤ 0,2 mm yang
bersirkulasi dalam darah, sum-sum tulang atau jaringan nodal nonregional
lainnya meskipun tidak ditemukan tanda dan gejala klinis metastasis
cM1 Terdapat metastasis jauh berdasarkan temuan klinis atau pencitraan
pM1 Metastasis jauh dalam organ solid yang terbukti secara histopatologi atau

14
bila dalam nodul non regional, didapatkan metastasis berukuran > 0,2 mm

Stadium TNM
Stadium 0 Tis, N0, M0
Stadium IA T1, N0, M0
Stadium IB T0, N1mi, M0
T1, N1mi, M0
Stadium IIA T0, N1, M0
T1, N1, M0
T2, N0, M0
Stadium IIB T2, N1, M0
T3, N0, M0
Stadium IIIA T0, N2, M0
T1, N2, M0
T2, N2, M0
T3, N1, M0
T3, N2, M0
Stadium IIIB T4, N0, M0
T4, N1, M0
T4, N2, M0
Stadium IIIC T apapun, N3, M0
Stadium IV T apapun, N apapun, M1

3. Epidemiologi
Data Globocan menyebutkan angka penderita kanker di tahun 2018 terdapat
18,1 juta kasus baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1
dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami kejadian kanker.
Data tersebut juga menyatakan 1 dari 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan,
meninggal karena kanker.
Pada tahun 2020, terdapat 2,3 juta wanita yang terdiagnosis kanker
payudara dan 685,000 kematian secara global. Hingga akhir tahun 2020, ada 7,8
juta wanita hidup yang didiagnosis menderita kanker payudara dalam 5 tahun

15
terakhir, menjadikannya kanker paling umum di dunia. Ada lebih banyak tahun
hidup yang disesuaikan dengan kecacatan yang hilang (DALYs) oleh wanita
karena kanker payudara secara global daripada jenis kanker lainnya. Kanker
payudara terjadi di setiap negara di dunia pada wanita pada usia berapa pun
setelah pubertas tetapi dengan angka yang lebih meningkat di kemudian hari.
Kanker payudara adalah keganasan paling umum pada wanita di Amerika
Serikat. Kematian akibat kanker payudara berubah sedikit dari tahun 1930-an
hingga 1970-an. Perbaikan dalam kelangsungan hidup dimulai pada 1980-an di
negara-negara dengan program deteksi dini yang dikombinasikan dengan
berbagai cara pengobatan untuk memberantas penyakit invasif.
Kanker payudara adalah penyebab tertinggi kematian terkait kanker pada
wanita dengan hampir 1,7 juta kasus didiagnosis setiap harinya dan lebih dari
500.000 kematian setiap tahunnya. Di negara maju, 1 dari 8 wanita akan
menderita kanker payudara semasa hidupnya. Di Eropa, satu kasus kanker
payudara di diagnosis setiap 2 menit dan satu kematian akibat kanker terjadi
setiap 6 menit. Kanker payudara terutama mengenai wanita berusia lanjit,
dengan mayoritas pasien berusia lebih dari 50 tahun ketika diagnosis
ditegakkan, walaupun 1 dari 5 kanker payudara didiagnosis sebelum usia 50
tahun. Kanker payudara pada pria jarang terjadi dan meliputi sekitar 1% kasus
kanker payudara.
Insidens kanker payudara wanita bervariasi tergantung daerah, dengan
angka kejadian tertinggi di Eropa Barat dan Amerika Serikat, dan angka
terendah di Afrika dan Asia. Inisdens kanker payudara lebih tinggi di negara
maju mengisyaratkan adanya faktor kanker payudara yang lebih banyak di
negara-negara ini. Namun, insidens kanker payudara di negara berkembang
meningkat dengan cepat. Meskipun memiliki insidens yang lebih tinggi,
kematian akibat kanker payudara di kebanyakan negara barat berkurang
belakangan ini karena kemajuan terapi dan deteks dini, tetapi meningkat
signifikan di negara-negara berkembang. Di negara maju, sekitar 10-15% pasien
menderita penyakit stadium lanjut saat diagnosis, dibandingkan dengan angka
40-90% di negara berkembang.

16
Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk)
berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka
kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki-laki adalah kanker paru yaitu sebesar
19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000
penduduk, yang diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk
dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka kejadian
untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per
100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk yang
diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata
kematian 13,9 per 100.000 penduduk. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi
tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000
penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018.
Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000
penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per 1000 penduduk dan Gorontalo
2,44 per 1000 penduduk.
Di Indonesia berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia,
kanker payudara menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar
18,6%. Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik ;
Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia
(IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)). Diperkirakan angka kejadiannya
di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar
92/100.000 wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau
18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita
pada laki - laki dengan frekuensi sekitar 1 %. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus
ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit
dilakukan.
Di Manado, belum ada angka pasti mengenai jumlah kasus kanker
payudara. Berdasarkan hasil penelitian oleh mahasiswa kedokteran UNSRAT
(Universitas Sam Ratulangi) yang dilakukan secara retrospektif di Bagian
Rekam Medik RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado dapat disimpulkan bahwa
dari 151 kasus kanker payudara pada tahun 2013-2014 yang tersering ditemukan
ialah: usia 40-49 tahun, tingkat pendidikan SMA, tanpa riwayat kanker payudara

17
dalam keluarga, jenis histopatologik karsinoma duktal invasif, dan stadium
klinis IV.

4. Patofisiologi
Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri
proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh
jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi
jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah
terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor
ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan berubah
menjadi sekelompok sel ganas di antara sel normal. Sel kanker dapat menyebar
melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas kapiler akan terganggu
sehingga sel kanker dapat berkembang pada jaringan kulit. Sel kanker tersebut
akan terus menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat dan merusak pembuluh
darah kapiler yang mensuplai darah ke jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan
lapisan kulit akan mati (nekrosis) kemudian timbul luka kanker. Jaringan
nekrosis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik bakteri
aerob atau anaerob. Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar luka kanker
sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, sel kanker dan proses
infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas kapiler kemudian menimbulkan
cairan luka (eksudat) yang banyak. Cairan yang banyak dapat menimbulkan
iritasi sekitar luka dan juga gatal-gatal. Pada jaringan yang rusak dan terjadi
infeksi akan merangsang pengeluaran reseptor nyeri sebagai respon tubuh secara
fisiologis, akibatnya timbul gejala nyeri yang hebat. Sel kanker itu sendiri juga
merupakan sel imatur yang bersifat rapuh dan merusak pembuluh darah kapiler
yang menyebabkan mudah pendarahan. Adanya luka kanker, bau yang tidak
sedap dan cairan yang banyak keluar akan menyebabkan masalah psikologis
pada pasien. Akhirnya, pasien cenderung merasa rendah diri, mudah marah atau
tersinggung, menarik dini dan membatasi kegiatannya. Hal tersebut yang akan
menurunkan kualitas hidup pasien kanker.

18
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-
zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara. Kanker payudara berasal dari jaringan
epithelial, dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi
hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut
menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu
7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang
cukup besar untuk dapat diraba ( kira-kira berdiameter 1 cm ). Pada ukuran itu,
kira- kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari
kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala
kedua yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus
satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut,
dapat pecahnya benjolan-benjolan pada kulit ulserasi. Karsinoma inflamasi,
adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kira-kira 1-2% wanita dengan
kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit
menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit
dan jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru,
pleura, dan tulang. Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran
langsung kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah.
Bedah dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh,
integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya
tersebut pengalaman operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra
operatif dan pos operatif. Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan
memicu respon neuron endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang
bertugas melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem
cukup gawat atau kehilangan banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari
tubuh terlalu banyak beban dan syock akan terjadi. Anestesi tertentu yang di
pakai dapat menimbulkan terjadinya syock. Respon metabolisme juga terjadi.
Karbohidrat dan lemak di metabolisme untuk memproduksi energi. Protein
tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam amino yang di pakai untuk
membangun jaringan baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi

19
kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk
fungsi yang optimal. Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke
organ yang deket maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke
kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel epidermis penting menjadi
invasi timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak
optimal.

5. Manifestasi Klinis
Tanda Ca Mammae kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor
jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips. Gejala carcinoma
kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting
eritemme, mengeras asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun
dapat sebagai petunjuk adanya metastase.
Beberapa gejala kanker payudara yang dapat terasa dan terlihat cukup jelas
antara lain :

1) Munculnya benjolan pada payudara


Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul setelah siklus menstruasi
seringkali menjadi gejala awal kanker payudara yang paling jelas. Benjolan
yang berhubungan dengan kanker payudara biasanya tidak menimbulkan rasa
sakit, meskipun kadang-kadang dapat menyebabkan sensasi tajam pada
beberapa penderita.
2) Munculnya benjolan di ketiak (aksila)
Kadang-kadang benjolan kecil dan keras muncul di ketiak dan bisa menjadi
tanda bahwa kanker payudara telah menyebar hingga kelenjar getah bening.
Benjolan ini terasa lunak, tetapi seringkali terasa menyakitkan dan nyeri.
3) Perubahan bentuk dan ukuran payudara
Bentuk dan ukuran salah satu payudara mungkin terlihat berubah. Bisa lebih
kecil atau lebih besar daripada payudara sebelahnya. Bisa juga terlihat turun.
4) Keluarnya cairan dari puting (Nipple Discharge)
Jika puting susu ditekan, secara umum tubuh bereaksi dengan mengeluarkan
cairan. Namun, apabila cairan keluar tanpa menekan putting susu, terjadi hanya

20
pada salah satu payudara disertai darah atau nanah berwarna kuning sampai
kehijauan, mungkin itu merupakan tanda kanker payudara.
5) Perubahan pada puting susu
Puting susu terasa seperti terbakar, gatal dan muncul luka yang sulit/lama
sembuh. Selain itu puting terlihat tertarik masuk ke dalam (retraksi), berubah
bentuk atau posisi, memerah atau berkerak. Kerak, bisul atau sisik pada puting
susu mungkin merupakan tanda dari beberapa jenis kanker payudara yang jarang
terjadi.
6) Kulit payudara berkerut
Muncul kerutan-kerutan seperti jeruk purut pada kulit payudara. Selain itu
kulit payudara terlihat memerah dan terasa panas.
7) Tanda-tanda kanker telah menyebar
Pada stadium lanjut bisa timbul tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan
bahwa kanker telah tumbuh membesar atau menyebar ke bagian lain dari tubuh
lainnya. Tanda-tanda yang muncul seperti nyeri tulang, pembengkakan lengan
atau luka pada kulit, penumpukan cairan disekitar paru-paru (efusi pleura),
mual, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, penyakit kuning, sesak
napas, atau penglihatan ganda.

21
6. Diagnosis
a. Anamnesis
Riwayat klinis pasien kanker payudara ditujukan untuk menyelidiki ancaman
kanker dan menunjukkan terjadinya atau tidak adanya manifestasi indikatif
penyakit payudara. Ini harus terdiri dari usia saat menarche, kondisi menopause,
kehamilan sebelumnya dan penggunaan terapi penggantian hormon setelah
menopause atau penggunaan kontrasepsi oral. Riwayat pribadi serta riwayat
keluarga harus dilakukan secara rinci. Riwayat pribadi termasuk usia saat
diagnosis kanker payudara, biopsi payudara sebelumnya dan pengobatan kanker
lainnya dengan penggunaan radiasi. Riwayat keluarga meliputi riwayat kanker
ovarium dan kanker payudara pada kerabat tingkat pertama. Pasien harus
diperiksa untuk manifestasi tertentu seperti nyeri payudara, penurunan berat
badan, nyeri pada tulang, kelelahan dan keluarnya cairan dari puting. Pemeriksaan
fisik meliputi pemeriksaan payudara, daerah sekitar leher dan tulang selangka,
serta ketiak (aksila) yang dilakukan oleh klinisi. Payudara diamati untuk setiap
kelainan bentuk seperti benjolan atau manifestasi lain dari kanker payudara.
Kelenjar getah bening juga diperiksa yang biasanya membesar pada penderita
kanker payudara.
Kriteria Diagnosis berdasarkan Panduan Nasional Penanganan Kanker
Payudara KEMENKES RI tahun 2015 :
 Keluhan Utama
o Benjolan di payudara
o Kecepatan tumbuh dengan/tanpa rasa sakit
o Nipple discharge, retraksi puting susu, dan krusta
o Kelainan kulit, dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi
o Benjolan ketiak dan edema lengan
 Keluhan Tambahan8
o Nyeri tulang (vertebra, femur)
o Sesak dan lain sebagainya
b. Pemeriksaan diri

22
Kegunaan pemeriksaan payudara sendiri masih diperdebatkan karena
keuntungan dalam kondisi penurunan kematian belum ditetapkan. Kebanyakan
dokter mendidik perempuan untuk melakukan SADARI bulanan untuk menjadi
dikenali dengan struktur biasa mereka dan mengizinkan mereka dengan mengacu
pada perawatan kesehatan mereka sendiri. Wanita dipandu untuk pemeriksaan diri
kanker payudara. Wanita dapat menemukan kelainan pada ukuran dan bentuk
payudara pada pemeriksaan diri. Alipur dkk. melakukan penelitian untuk
menyelidiki kepuasan dan efek pembelajaran kertas berbasis SMS dan kertas
berbasis kertas.
Langkah-langkah Pemeriksaan payudara sendiri
1. Inspeksi
Pada tahap ini dilakukan dengan cara berdiri didepan kaca dengan langkah :
a) Berdiri tegak dengan tangan lurus sejajar badan, melihat ukuran, warna
kulit, bentuk antara payudara kanan dan kiri.
b) Berdiri dengan tangan ddiatas atau dilipat ke belakang kepala, melihat
adanya tarikan kulit payudara, cekungan atau benjolan.
c) Berdiri dengan tangan berkacak pinggang dengan menggerakakkan badan
kekanan dan kekiri dengan pelan dan cermat, melihat adanya tarikan kulit
payudara, cekungan atau benjolan.
2. Palpasi
a) Berbaring dan tempatkan tangan kanan dibelakang kepala. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan berbaring dan bukan berdiri. Sebab ketika berbaring, jaringan
payudara menyebar rata disekitar dinding dada, dan menjadi setipis mungkin
sehingga lebih mudah untuk merasakan seluruh jaringan payudara.
b) Gunakan buku jari dari ketiga jari tengah tangan kiri. Untuk merasakan
benjolan pada payudara kanan. Gerakan buku jari melingkar keluar dari arah
dalam keluar untuk merasakan jaringan payudara.
c) Gunakan tiga tingkatan tekanan yang berbeda untuk merasakan seluruh
jaringan payudara. Tekanan yang ringan digunakan untuk merasakan jaringan
payudara yang terdekat dengan kulit. Tekanan yang sedang digunakan untuk
memeriksa bagian tengah payudara. Dan tekanan yang berat digunaka untuk

23
merasakan jaringan payudara yang paling dekat dengan dada dan tulang iga.
Derah keras pada bagian lengkungan bawah setiap payudara adalah normal.
Gunakan setiap tingkatan tekanan untuk merasakan jaringan payudara sebelum
berpindah ke titik lain.
d) Sentuh payudara dapan gerakan niak-turun dimulai pada garis lurus
imajiner pada bawah ketiak dan menuju melalui payudara ke tangah tulang dada.
Pastikan untuk memeriksa seluruh area payudraa ke bawah sampai hanya
merasakan iga dan keatas kearah leher dan tulang selangka.
e) Terdapat beberapa bukti yang menganjurkan bahwa pola naik turun
terkadang disebut pola vertikal adalah pola yang paling efektif untuk mencakup
seluruh payudara tanpa mencakup seluruh payudara tanpa melewatkan jaringan
payudara.
f) Ulangi pemeriksaan pada payudraa kiri menggunakan buku jari tangan
kanan.
g) Periksa ketiak ketika duduk atau berdiri denga tangan sedikit terangkat
sehingga dapat dengan mudah merasakan area ketiak. Menaikkan tangan ke atas
membuat menyebabkan area ini menjadi kencang dan membuatnya sulit untuk
diperiksa

c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis, dan
sistemik. Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis
(tanda vital - pemeriksaan menyeluruh tubuh) untuk mencari kemungkinan
adanya metastase dan atau kelainan medis sekunder.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk menilai status lokalis dan
regionalis. Pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis, inspeksi dan palpasi.
Inspeksi dilakukan dengan pasien duduk, pakaian atas dan bra dilepas dan posisi
lengan di samping, di atas kepala dan bertolak pinggang. Inspeksi pada kedua
payudara, aksila dan sekitar klavikula yang bertujuan untuk mengidentifikasi
tanda tumor primer dan kemungkinan metastasis ke kelenjar getah bening.

24
Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang (supine),
lengan ipsilateral di atas kepala dan punggung diganjal bantal. kedua payudara
dipalpasi secara sistematis, dan menyeluruh baik secara sirkular ataupun radial.
Palpasi aksila dilakukan dilakukan dalam posisi pasien duduk dengan lengan
pemeriksa menopang lengan pasien. Palpasi juga dilakukan pada infra dan
supraklavikula.

Gambar 1. Teknik Melakukan Inspeksi Payudara dan Daerah Sekitarnya


Dengan Lengan di Samping, di Atas Kepala, dan Bertolak Pinggang

25
Gambar 2. Teknik Melakukan Palpasi Parenkim Payudara untuk Identifikasi
Tumor Primer dan Palpasi Aksila, Infraklavikula, dan Supraklavikula untuk
Identifikasi Pembesaran Getah Bening Regional.
Kemudian dilakukan pencatatan hasil pemeriksaan fisik berupa :

 Status generalis (Karnofsky Performance Score)

 Status lokalis :

o Payudara kanan atau kiri atau bilateral

o Massa tumor :

 Lokasi

 Ukuran

 Konsistensi

 Bentuk dan batas tumor

 Terfiksasi atau tidak ke kulit, m.pectoral atau dinding dada

 Perubahan kulit :

- Kemerahan, dimpling, edema/nodul satelit

- Peau de orange, ulserasi

 Perubahan puting susu/nipple :

- Tertarik

- Erosi

- Krusta

- Discharge

 Status kelenjar getah bening :

26
- Kgb aksila: Jumlah, ukuran, konsistensi,terfiksir terhadap sesama atau

jaringan sekitar

- Kgb infraklavikula: idem

- Kgb supraklavikula: idem

 Pemeriksaan pada daerah metastasis :

- Lokasi : tulang, hati, paru, otak

- Bentuk

d. Laboratorium
Dianjurkan:
o Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia darah (I) sesuai dengan
perkiraan metastasis
o Tumor marker (CA 15-3, CA 27.29) : apabila hasil tinggi, perlu diulang
untuk follow up

e. Pemeriksaan Radiologik/Imaging
Pemeriksaan wajib untuk mengetahui metastasis :
 Ultrasonografi (USG) payudara kontra lateral dan mammografi
 Foto toraks untuk apa
 USG Abdomen
Atas indikasi:
 Bone scanning (bilamana sitologi dan atau klinis sangat dicurigai ganas,
pada lesi > 5 cm)
 Computed Tommography (CT) scan
 CT torak jika ada kecurigaan infiltrasi tumor ke dinding dada atau
metastasis paru
 CT abdomen jika klinis ada kecurigaan metastasis ke organ intraabdomen
namun tidak terdeteksi dengan USG abdomen.
 Scintimamography jika ada kecurigaan residif atau residu

27
 Pemeriksaan MRI untuk kasus dengan kecurigaan ca mammae intraduktal
 PET CT Scan
f. Pemeriksaan Patologi
1) Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus/Fine Needle Aspiration Biopsy
(FNAB). Pemeriksaan sitologi dilakukan pada lesi yang secara klinis dan
radiologik dicurigai ganas.
2) Histopatologi (Gold Standard )
Potong beku (PB) , yang bertujuan :
 Menentukan diagnosis lesi, pada lesi berukuran > 1 cm - <5cm. Lesi
kurang dari 1 sm tidak dianjurkan.
 Menentukan tepi sayatan pada BCT/ lumpektomi.
 Menentukan status “sentinel-node”.
 Sediaan parafin rutin dengan pulasan HE (hematoxilin-eosin). Jaringan
berasal dari biopsi ”core”/ insisi/eksisi/mastektomi.
3) Pemeriksaan IHK (Imunohistokimia) diagnostik, jika pemeriksaan rutin HE
kesimpulannya non definitif.
4) Pemeriksaan IHK panel payudara : Reseptor estrogen, Reseptor
progesteron, HER2 (Humen Epidermal growth factor receptor 2), Ki67,
dan lain2 (topoisomerase 2 alfa) untuk pemilihan jenis terapi.
5) Pemeriksaaan lanjutan hibridisasi in situ (ISH) HER2 jika hasil pulasan
IHK untuk HER2 positif 2 ( meragukan).

g. Pemeriksaan Penunjang
1) Pencitraan Ultrasonografi Payudara
Ada banyak penelitian di balik penerapan skrining ultrasonografi tambahan
pada wanita berisiko tinggi dengan jaringan payudara tebal, yang mengungkapkan
angka positif palsu yang signifikan tetapi tetap. Tidak ada studi klinis acak yang
dilakukan untuk menyelidiki dampak skrining ultrasonografi pada tingkat
kematian kanker payudara. Seluruh USG payudara mungkin memungkinkan
Dokter untuk menampilkan tumor payudara yang tidak diukur dengan mamografi
lama, terutama pada payudara tebal di mana sensitivitas mamografi lebih rendah.

28
Pencitraan payudara ultrasound menunjukkan ukuran dan posisi tumor apakah
diisi dengan cairan atau padat dan perlu dibiopsi untuk menyingkirkan kanker.
Pemeriksaan ini dengan cepat menjadi prosedur rutin untuk mendiagnosis
benjolan pada wanita muda
2) Kedokteran nuklir
Ini adalah jenis pencitraan molekuler di mana zat radioaktif (radiofarmasi)
diperkenalkan kepada seseorang dan radiasi dari radiofarmasi ditampilkan oleh
detektor emisi perseptif termasuk kamera gamma dan detektor PET dan Kamera
gamma yang terletak di luar tubuh pasien. Kombinasi kamera CT dan gamma dan
kombinasi CT dan PET merupakan kemajuan utama dalam meningkatkan
pengenalan dan sekitar penyakit.
3) Single photon emission computerised tomography (SPECT)
Prosedur ini menggunakan radionuklida foton soliter termasuk galium-67,
yodium-131 dan technicium-99 m yang melepaskan sinar gamma. Ini adalah
pemindaian yang efisien dan tepat untuk organ keingintahuan. Hal ini juga dapat
digunakan untuk seluruh tubuh, relatif aman dalam ekspresi kuantitas radiasi dan
baik dalam mengenali kanker primer dan metastasis. Yodium-131 bersama-sama
merupakan indikasi dan perbaikan untuk kanker tiroid.
4) Positron emission tomography (PET/CT)
Dalam ekspresi kuantitas radiasi, PET/CT juga relatif aman dan menggunakan
radionuklida pemancar positron termasuk oksigen-15, fouorida-18 dan karbon-11.
Pelacak yang sering digunakan dalam tomografi emisi positron adalah jenis
glukosa radioaktif seperti [18F]fuoro-2-deoksi-d-glukosa. Jaringan dengan
kebutuhan metabolisme yang ditingkatkan termasuk mengembangkan sel kanker,
menunjukkan peningkatan penyerapan pelacak dan ditampilkan pada pemindaian.
Dengan kombinasi CT dan PET, informasi penting mengenai berbagai situasi
yang mempengaruhi berbagai organ tubuh dapat dengan mudah dipetakan.
PET/CT sangat perseptif dan tepat untuk memprediksi area okultisme dan area
berbeda dari perluasan kelenjar getah bening loco-regional dan/atau metastasis
jauh yang tidak terlihat dengan pencitraan biasa, oleh karena itu mengubah
staging hingga 25% pasien. Prosedur ini digunakan untuk perencanaan

29
manajemen dengan menggambarkan penyebaran penyakit primer. Ini juga
digunakan dalam pementasan ulang setelah kekambuhan penyakit manajemen dan
tindak lanjut pengobatan
5) Tumor marker
Porika et al. menyatakan bahwa penanda tumor harus diukur pada semua
stadium kanker payudara termasuk prediksi metastasis, pengobatan, diagnosis dan
skrining. Tiga belas kebenaran penanda tumor kanker payudara diukur, enam dari
13 adalah baru untuk pedoman. Varietas yang berbeda menunjukkan bukti
penggunaan klinis dan disarankan untuk digunakan dalam praktik [127]. Hal ini
sangat penting bahwa otonomi komparatif penanda mengacu pada penanda lain
yang dapat diakses untuk menunjukkan untuk menghindari harga serampangan
dan pengeluaran redundansi. Selain itu, penting bagi dokter untuk memperhatikan
pembatasan bersama-sama spesifisitas dan sensitivitas setiap penanda sehingga
tidak untuk spesifisitas dan sensitivitas setiap penanda sehingga tidak terlalu atau
kurang menafsirkan nilai prognostik dari beberapa penyelidikan. Dengan
peringatan dalam kecerdasan ini, uji coba pengiriman jaringan, garis kuman, dan
penanda tumor larut dapat memulihkan perawatan medis individu yang terancam
dan dengan kanker payudara.
6) Ca 27.29
Ini adalah penanda lain untuk pemantauan pasien dengan kanker payudara.
Tes ini tampaknya tidak lebih baik untuk mengidentifikasi stadium awal atau
lanjut dari kanker payudara. Penanda tumor ini terlihat pada jenis kanker lain dan
pada beberapa gangguan non-kanker.
7) Reseptor estrogen dan progesterone
Untuk identifikasi kanker payudara, jaringan kanker payudara diperiksa untuk
reseptor estrogen dan progesteron termasuk antigen HER2. Tes ini memberikan
informasi mengenai agresivitas kanker dan respon obat tertentu yang digunakan
untuk pengobatan kanker payudara.
8) Imunohistokimia
Imunohistokimia (IHC) telah berkembang menjadi komponen penting dari
patologi. Meskipun pewarnaan eosin dan hematoxylin adalah dasar utama untuk

30
diagnosis patologi payudara, pewarnaan imunohistokimia memberikan informasi
yang berharga dan terkadang sangat penting. Selanjutnya, dengan
mempertimbangkan bagian dari pengobatan hormonal pada tumor payudara
reseptor hormon positif, serta aksesibilitas obat kemoterapi yang ditargetkan
untuk pasien positif HER2, pengetahuan imunohistokimia menunjukkan elemen
kunci dari pemeriksaan. Penggunaan pewarnaan imunohistokimia yang hati-hati
dalam kombinasi dengan alat bantu uji E & H terutama menentukan masalah
diagnostik yang dihadapi oleh dokter selama praktik rutin mereka. Klinisi harus
mengetahui penggunaan masing-masing immunostain dan batasannya untuk
menghindari kesalahan interpretasi. Pewarnaan imunohistokimia membantu
dalam diagnosis banding gangguan epitel payudara yang menantang. Mereka
harus digunakan secara selektif dan bijaksana dan hasilnya harus dipahami
dengan mempertimbangkan diagnosis banding dan dengan pemahaman tentang
potensi kelemahan.
9) MRI dan kanker payudara
Mammografi telah dianggap sebagai metode skrining yang tepat untuk deteksi
kanker payudara selama bertahun-tahun tetapi tidak dapat membedakan antara
massa padat dan kistik dan dapat melewatkan hingga 10-15% kasus namun MRI
menyediakan hasil yang lebih akurat dan manfaat yang jelas bagi wanita yang
mengembangkan kanker payudara karena mutasi genetik BRCA1 dan BRAC2
dan hadir dengan adenopati getah bening aksila
10) Biopsi payudara Biopsi payudara
Adalah teknik terbaik untuk mendiagnosis kanker payudara. Ada banyak jenis
biopsi payudara yang berbeda. Untuk meningkatkan presisi diagnostik dan
menyingkirkan sebanyak mungkin hasil negatif palsu, pencitraan payudara,
pemeriksaan payudara klinis, dan biopsi dilakukan secara bersamaan (tes rangkap
tiga)
11) Aspirasi jarum halus
Sebuah tusukan tipis digunakan untuk mendapatkan sel-sel dari daerah
abnormal atau benjolan payudara. Ultrasonografi dapat digunakan untuk

31
membantu mengarahkan tusukan. Anestesi terbatas dapat digunakan untuk
membius daerah di mana tusukan akan dimasukkan.
12) Biopsi inti
Sebuah tusukan yang lebih luas adalah untuk mendapatkan sebagian jaringan
(inti) dari daerah abnormal atau benjolan payudara. Hal ini biasanya dibuat di
bawah anestesi terbatas, sehingga payudara tidak sensitif, sementara pasien
mungkin mengalami sedikit rasa sakit atau ketidaknyamanan pada waktu anestesi
diberikan. MRI, ultrasound, dan mammogram dapat digunakan untuk memandu
tusukan selama biopsi inti 

13) Biopsi inti stereotaktik berbantuan vakumbiopsi inti


Dalam ini, sampel jaringan kecil yang berbeda diambil melalui sayatan kecil
tunggal di kulit dengan alat tipe prickle dan suction. Ini dilakukan dengan
menggunakan anestesi lokal. MRI, ultrasound atau mammogram dapat digunakan
untuk mengarahkan tusukan ke posisinya. Pasien mungkin mengalami sedikit
ketidaknyamanan selama proses tersebut
14) Biopsi bedah
Jika daerah sekitar yang abnormal terlalu kecil untuk dibiopsi dengan
prosedur lain atau hasil biopsi tidak terlihat, biopsi bedah dilakukan. Sebelum
biopsi, kawat pemandu dapat ditempatkan ke dalam payudara untuk membantu
dokter menemukan jaringan abnormal. Anestesi lokal dapat digunakan dan dokter
dapat menggunakan MRI, ultrasound, dan mammogram untuk mengarahkan
kawat ke posisinya. Biopsi kemudian dilakukan dengan anestesi umum. Area
kecil di dekat jaringan payudara dan benjolan terlepas, di samping kawat
15) Mammografi digital
Membantu menemukan benjolan di jaringan padat. Gambar tersebut juga
dapat dengan mudah disimpan dan ditransmisikan ke ahli radiologi lain untuk
pendapat kedua. Tarhan dkk. menyatakan mamografi dapat memberikan hasil
negatif palsu dan positif palsu pada pasien dengan jaringan payudara padat.
Kanaga dkk. menyatakan bahwa praktik mamografi adalah 19% pada wanita
Malaysia dibandingkan dengan penelitian lain yang 10,5%. Kurangnya cakupan

32
asuransi kesehatan, pendapatan rendah dan penerimaan adalah hambatan utama
untuk mamografi seperti yang disebutkan dalam penelitian sebelumnya.
Mammografi dianggap sebagai tes standar emas untuk deteksi dini kanker
payudara tetapi dalam kasus sumber daya yang langka di beberapa daerah dalam
program kesadaran kesehatan payudara harus dipromosikan untuk deteksi dini
kanker payudara dan staf juga harus mendapatkan pelatihan pemeriksaan
payudara klinis sehingga pasien dapat didiagnosis pada tahap lebih awal terutama
di daerah-daerah di mana mamografi tidak tersedia
16) PEM dan MRI
Pada pasien kanker payudara Oleh karena itu baik mamografi emisi positron
dan pencitraan resonansi magnetik telah membuktikan sensitivitas deteksi kanker
payudara, namun terapi penggantian hormon, status pasca menopause dan
kepadatan jaringan payudara tidak berpengaruh pada sensitivitas PEM dan MRI.
Mammografi emisi positron dapat digunakan sebagai alternatif MRI pada pasien
yang tidak ingin menjalani MRI karena berbagai alasan seperti masalah waktu,
anggaran terbatas, kurangnya minat, claustrophobia (takut disimpan di ruang
kecil). Namun, keduanya memiliki sensitivitas yang sama untuk mendeteksi lesi
kanker yang mencakup karsinoma invasif dan duktal di SITU.
7. Kriteria Skrining
Deteksi dini atau skrining kanker payudara adalah usaha menemukan
abnormalitas yang mengaah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok
orang yang tidak mempunyai keluhan. Tujuan dari deteksi dini adalah untuk
menuunkan angka morbiditas dan kematian karena kanker payudara
Beberapa tindakan untuk deteksi dini kanker payudara adalah:
a. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
Periksa payudara sendiri (SADARI) merupakan metode deteksi dini kanker
payudara yang bisa dilakukan wanita secara mandiri paling tidak sebulan sekali
pada usia diatas 20 tahun, 7- 10 hari setelah haid pertama Langkah dilakukan
SADARI yaitu dengan melihat bentuk, ukuran, dan warna kulit payudara, dan
meraba permukaan payudara menggunakan jari-jari tangan ke seluruh permukaan
payudara sampai pangkal ketiak. Jika mendapati sesuatu yang tidak normal pada

33
payudara, wanita disarankan untuk memeriksakan lebih lanjut dengan SADANIS
atau mammografi.
b. Periksa Payudara Klinik (SADANIS)
Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) merupakan pemeriksaan deteksi
dini kanker payudara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sepeti dokter, bidan,
atau perawat terlatih.
c. Mammografi
Mammografi merupakan pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan
payudara yang bermanfaat untuk mendeteksi perubahan pada payudara sebelum
tanda dan gejala muncul. Cara melakukan mammografi yaitu dengan menekan
payudara diantara dua lempengan hingga payudara memipih. Jika hasil
pemeriksaan mammografi menunjukan bagian abnormal, diperlukan biopsi untuk
pemeriksaan lanjut.
Mammografi dikerjakan pada wanita usia di atas 35 tahun. Namun di
Indonesia dikerjakan pada usia >40 tahun karena payudara orang Indonesia lebih
padat. Pemeriksan mammografi dianjurkan dilaksanakan pada hari ke 7-10
dihtung dari hari pertama menstruasi agar mengurangi rasa tidak nyaman pada
wanita saat dilakukan kompresi.

8. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan
kanker payudara. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
1) Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving
surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
2) Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : ovariektomi,
adrenalektomi, dsb.
3) Terapi terhadap tumor residif dan metastase.

34
4) Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi
lokal/regional, dapat dilakukan pada saat bersamaan (immediate) atau setelah
beberapa waktu (delay).
Jenis Pembedahan pada kanker payudara:
1) Masektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara
termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening aksilaris
level I sampai II secara en bloc.
Indikasi : Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada
stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor.
2) Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks
puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening
aksilaris level I, II, III secara en bloc.
Indikasi : Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable, Tumor dengan
infiltrasi ke muskulus pectoralis major
3) Masektomi dengan teknis onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu
ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa
meninggalkan prinsip bedah onkologi.
4) Masektomi simple
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks
puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi: Tumor phyllodes besar, Keganasan payudara stadium lanjut dengan
tujuan paliatif menghilangkan tumor, Penyakit Paget tanpa massa tumor, DCIS.
5) Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara, dengan
preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa diseksi kelenjar
getah bening aksila
Indikasi: Mastektomi profilaktik, Prosedur onkoplasti.
6) Metastasektomi

35
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada kanker payudara.
Tindakan ini dilakukan pada kanker payudara dengan metastasis kulit, paru, hati,
dan payudara kontralateral.
Indikasi: Tumor metastasis tunggal pada satu organ, terdapat gejala dan tanda
akibat desakan terhadap organ sekitar
7) Breast Conserving Therapy (BCT)
BCT meliputi : BCS (Breast Conserving Surgery), dan Radioterapi (whole
breast dan tumor sit). BCS adalah pembedahan atas tumor payudara dengan
mempertahankan bentuk (cosmetic) payudara, dibarengi atau tanpa dibarengi
dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan adalah lumpektomi atau
kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening aksila level 1 dan level 2.
Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor secara onkologis dengan
mempertahankan bentuk payudara dan fungsi sensasi.
Indikasi Breast conserving therapy :
- Kanker payudara stadium I dan II.
- Kanker payudara stadium III dengan respon parsial setelah terapi
neoajuvan.
Kontra indikasi Breast conserving therapy:
- Kanker payudara yang multisentris, terutama multisentris yang lebih dari 1
kwadran dari payudara.
- Kanker payudara dengan kehamilan
- Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)
- Tumor di kuadran sentral (relatif)
Syarat Breast conserving therapy:
- Terjangkaunya sarana mamografi, potong beku, dan radioterapi.
- Proporsi antara ukuran tumor dan ukuran payudara yang memadai.
- Pilihan pasien dan sudah dilakukan diskusi yang mendalam.
- Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan mempunyai timyang
berpengalaman (Spesialis bedah konsultan onkologi).
b. Kemoterapi

36
- Kemoterapi adjuvant : Kemoterapi yang diberikan pasca mastektomi
untuk membunuh sel-sel tumor yang walaupun asimptomatik mungkin tertinggal
atau menyebar secara mikroskopik. Kemoterapi adjuvant paling baik dimulai
dalam 4 minggu pasca bedah.
- Kemoterapi neoadjuvant : kemoterapi yang diberikan sebelum
pembedahan untuk memperkecil besar turmo sehingga dapat diangkat dengan
lumpektomi atau mastektomi simple
Indikasi kemoterapi:
- Sebagai terapi primer pada kanker payudara stadium IV dengan reseptor
hormonal negative
- Sebagai terapi neoadjuvan pada kanker payudara stadium lanjut lokal, baik
yang resectable maupun unresectable
- Sebagai terapi adjuvan pada kanker payudara yang sudah menjalani
pembedahan dan mempunyai kecenderungan untuk terjadinya kekambuhan
dengan mempertimbangkan faktor prediktif dan prognostic
c. Terapi Hormonal
Terapi Hormonal adalah terapi sistemik kanker payudara yang ditujukan pada
sel kanker yang memiliki reseptor hormone positif. Definisi reseptor hormon
positif adalah ER dan/atau PR yang positif >1% dengan pewarnaan
imunohistokimia. Status menopause pasien harus dipertimbangkan dalam memilih
terapi hormon.
Beberapa jenis terapi hormon misalnya: pembedahan (salfingo-ooforektomi
bilateral) atau dengan medikamentosa (goserelin, leuprolide, anastrozole,
letrozole, fulvestrant, tamoxifen, dll)
d. Terapi Target
Terapi target adalah obat yang memblokade pertumbuhan sel kanker secara
spesifik sesuai dengan karakteristik tumor. Yang menjadi target adalah molekul
yang terdapat pada sel kanker untuk proses karsinogenesis dan diharapkan tidak
bekerja pada sel normal. Beberapa contoh terapi target : anti HER-2
(Traztuzumab), lapanitib, dll.
Tatalaksana menurut stadium:

37
1. Kanker payudara stadium 0 (TIS / T0, N0M0)
Terapi defi ni ti f pada T0 bergantung pada pemeri ksaan histopatologi.Lokasi
didasarkan pada hasil pemeriksaan radiologik.
2. Kanker payudara stadium dini dini / operabel (stadium I dan II)
Dilakukan tindakan operasi :
 Breast Conserving Therapy (BCT) (harus memenuhi persyaratan tertentu)
Terapi adjuvan operasi:
 Kemoterapi adjuvant bila :
- Grade III
- TNBC
- Ki 67 bertambah kuat
- Usia muda
- Emboli lymphatic dan vascular
- KGB > 3
 Radiasi bila :
- Setelah tindakan operasi terbatas (BCT)
- Tepi sayatan dekat / tidak bebas tumor
- Tumor sentral / medial
- KGB(+)>3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler
Radiasi eksterna diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi
booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy.
 Indikasi BCT :
- Tumor tidak lebih dari 3 cm
- Atas permintaan pasien
- Memenuhi persyaratan sebagai berikut : - Tidak multipel dan/atau
mikrokalsifikasi luas dan/atau terletak sentral - Ukuran T dan payudara
seimbang untuk tindakan kosmetik - Bukan ductal carcinoma in situ
(DCIS) atau lobular carcinoma in situ (LCIS)
- Belum pernah diradiasi dibagian dada
- Tidak ada Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau scleroderma
- Memiliki alat radiasi yang adekuat

38
3. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)
a. Operabel (III A)
- Mastektomi simpel + radiasi dengan kemoterapi adjuvant dengan/tanpa
hormonal, dengan/tanpa terapi target
- Mastektomi radikal modifikasi + radiasi dengan kemoterapi adjuvant,
dengan/tanpa hormonal, dengan/ tanpa terapi target
- Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau
mastektomi simple, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target
b. Inoperabel (III B)
- Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi + kemoterapi + hormonal terapi
- Kemoterapi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi + kemoterapi +
radiasi + terapi hormonal + dengan/tanpa terapi target
- Kemoradiasi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi dengan/ tanpa
radiasi adjuvan dengan/ kemoterapi + dengan/ tanpa terapi target Radiasi eksterna
pasca mastektomi diberikan dengan dosis awal 50 Gy.Kemudian diberi booster;
pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy.
4. Kanker payudara stadium lanjut
Prinsip :  Sifat terapi paliatif  Terapi sistemik merupakan terapi primer
(kemoterapi dan terapi hormonal)  Terapi lokoregional (radiasi dan bedah)
apabila diperlukan  Hospice home care

9. Prognosis
Sebagai tolak ukur keberhasilan pengobatan kanker, termasuk kanker
payudara, biasanya adalah ketahanan hidup 5 tahun (5 year survival). faktor-
faktor yang mempengaruhi prognosis dan ketahanan hidup penderita kanker
payudara adalah besar tumor, status kelenjar getah bening regional, skin oedema
‘pembengkakan kulit’, status menopause, perkembangan sel tumor, residual
tumor burden (tumor sisa), jenis patologinya, dan metastase, terapi, serta reseptor
estrogen. Selain itu, ditambahkan pula dengan umur dan besar payudara.

39
Data studi Surveillance, Epidemiology, and End Results Program
(SEER) yang dilakukan oleh National Cancer Institute di AS menunjukkan bahwa
kesintasan relatif pasien KPD pada 5 tahun pertama mencapai 89,2%.

10. Etiologi
Kanker payudara merupakan hasil dari mutasi pada salah satu atau beberapa
gen. Dua diantaranya terletak pada kromosom 17. Gen yang paling berpengaruh
disebut BRCA-1 (Pada lokus 17q21), yang lainnya adalah gen p53 (pada lokus
17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2 yang terletak pada kromosom 13. Gen
keempat yang juga terlibat adalah gen reseptor androgen pada kromosom Y.
Mutasi gen ini berhubungan dengan insiden kanker payudara pada pria.
Etiologi kanker payudara masih belum diketahui dengan pasti hingga
sekarang. Namun yang paling diyakini sebagai penyebab adalah paparan terhadap
mutasi gen. Mutasi gen ini bisa berupa mutagen endogen yaitu radikal bebas
seperti lipid peroksidase dan malondyaldehida (MDA) juga mutagen eksogen
radiasi. Virus juga diduga sebagai penyebab, namun belum dapat dibuktikan pada
manusia.

11. Faktor Risiko


a. Usia
Selain jenis kelamin, penuaan merupakan salah satu faktor risiko kanker
payudara yang paling penting, karena kejadian kanker payudara sangat berkaitan
dengan bertambahnya usia. Umur sangat penting sebagai faktor risiko untuk
kanker payudara. Kejadian kanker payudara meningkat cepat pada usia
reproduktif dan setelah itu meningkat pada laju yang lebih rendah. Wanita umur
lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat
kanker payudara (OR = 2,3 95% CI 2,0 - 2,5). Risiko ini akan terus meningkat
sampai umur 50 tahun dan setelah menopause. Risiko terjadi kanker payudara
pada umur 50 tahun (1 diantara 400) lebih besar daripada umur 30 (1 diantara
4200). Kira-kira 18% kanker payudara didiagnosa pada wanita umur 40 tahun,
sedangkan 77% wanita dengan kanker payudara terdiagnosa pada wanita setelah

40
umur 50 tahun. Usia adalah faktor risiko utama karena semakin kita tua, semakin
besar kemungkinan sel-sel kita mengalami perubahan abnormal yang
menyebabkan mutasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan skrining mamografi
sebelumnya pada wanita berusia 40 tahun. atau lebih tua.

b. Jenis Kelamin

Wanita memiliki risiko lebih besar untuk terkena kanker payudara


dibandingkan laki-laki, dikarenakan wanita memiliki sel payudara lebih banyak
dibandingkan laki-laki. Banyaknya kejadian kanker payudara pada wanita
kemungkinan dipengaruhi ole hormon-hormon wanita, yaitu hormon estrogen dan
progesteron yang berpengaruh terhadap proses proliferasi sel-sel pada kelenjar
payudara yang secara fisiologis juga lebih berkembang dibanding pada pria yang
bersifat rudimenter. Pria juga dapat terkena kanker payudara tetapi penyakit ini
100 kali lebih sering ditemukan pada wanita.

c. Faktor Reproduktif
Wanita yang tidak pernah melahirkan atau melahirkan pertama kali di atas
umur 30 tahun memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kanker payudara
dibandingkan dengan wanita yang melahirkan di bawah umur 30 tahun.
Kehamilan pertama sebelum berumur 18 tahun memiliki risiko setengah dari
wanita yang hamil setelah berumur 30 tahun. Menurut Wohlfahrt dan Melbye
risiko akan meningkat kelahiran pertama, kedua, ketiga dan keempat masing-
masing 9%, 7%, 5% dan 4%. Kehamilan dini akan mencegah epithelium payudara
dari carsinogenesis atau efek negatif dari kehamilan yang terlambat. Wanita yang
hamil pertama kali di atas usia 40 tahun berisiko 3 kali lebih besar dibandingkan
wanita yang hamil sebelum usia 40 tahum. Sterilisasi pada wanita dilaporkan
menurunkan risiko terkena kanker payudara.

Aborsi diduga mempunyai pengaruh terhadap kejadian kanker payudara,


namun beberapa penelitian tidak memberikan hasil yang konsisten. Penelitian
Kohort yang dilakukan Melbye et al menunjukkan bahwa aborsi yang terjadi
setelah umur kehamilan > 18 minggu memberikan risiko kenaikan kejadian

41
kanker payudara dengan R =- 2,92 (95% CI - 1,13 - 4.26). Selama masa
kehamilan plasenta akan memproduksi hormon estrogen dan progesteron.
Produksi estrogen dan progesteron oleh plasenta akan semakin meningkat sampai
akhir masa kehamilan. Sekresi estrogen oleh plasenta berbeda dari sekresi
ovarium. Hampir semua estrogen yang dihasilkan plasenta adalah estriol, suatu
estrogen yang relatif lemah. Paling sedikit terdapat 6 estrogen alamiah telah
diisolasi dari plasma tetapi hanya tiga yang terdapat dalam jumlah yang bermakna
yaitu B estradiol, estron dan estriol. Kekuatan B estradiol adalah 12 kali estron
dan 80 kali estriol sehingga B estradiol merupakan estrogen utama. Aktivitas
estrogenik total akan meningkat kira-kira 100 kali selama kehamilan. Selama
kehamilan jumlah estrogen yang berlebih menyebabkan pembesaran pada uterus,
kelenjar payudara dan pertumbuhan jaringan serta pembesaran genitalia eksterna
wanita. Wanita yang menyusui lebih dari 12 bulan secara signifikan akan
menurunkan risiko baik pada prememanupausal maupun postmenopausal.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lama menyusui berpengaruh terhadap
kejadian kanker payudara. Wanita yang menyusui antara 7 - 12 bulan memiliki
risiko lebih besar dibanding yang menyusui > 13 bulan (OR = 1,3). Menurut
Penelitian Budiningsih (1995) Wanita yang menyusui < 4 bulan memiliki risiko
terkena kanker payudara lebih besar dengan OR - 5,44 (95% CI 1,88 - 15.75)
Suatu case control study di Inggris menunjukkan pemakaian kontrasepsi oral > 96
minggu (> 8 tahun) bermakna socara statistik dengan memberikan kenaikan risiko
terkena kanker payudara sebesar 1,7 (p < 0,001). Segera setelah proses
melahirkan kadar estrogen dan progesteron yang tinggi selama masa kehamilan
akan menurun dengan tajam. Kadar estrogen dan progesteron aka tetap rendah
selama masa menyusui. Menurunnya kadar estrogen dan progesteron dalam darah
aka mengurangi pengaruh estrogen terhadap proses proliferasi jaringan termasuk
pada jaringan payudara.

d. Umur Reproduksi Pertama


Menstruasi dini meningkatkan risiko terkena kanker payudara pada sebagian
besar case control study. Secara umum + 10% penurunan pada kanker payudara
disebabkan karena menstruasi yang lebih lambat. Wanita yang mengalami

42
menstruasi dini (sebelum umur 12 tahun) terutama bila disertai dengan
menopause terlambat (lebih dari 55 tahun) mempunyai risiko terkena kanker
payudara lebih besar. Menstruasi kurang dari 12 tahun memberikan risiko sebesar
1,7 - 2,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan menstruasi yang datang pada
usia normal atau lebih dari 12 tahun. Menurut Pherson (2000) menstruasi sebelum
umur 11 tahun akan meningkatkan risiko terkena kanker payudara sebesar 3 kali.
Menstruasi dini berhubungan dengan larmanya paparan hormone estrogen dan
hormon progesteron yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan
termasuk jaringan payudara.

e. Menopause

Terlambat menopause merupakan salah satu faktor risiko untuk terkena


kanker payudara. Wanita yang mengalami menopause <45 tahun memiliki faktor
risiko unutk terkena kanker payudara ½ dari wanita yang mengalami menopause
setelah umur 55 tahun. Terlambat menopause berhubungan dengan lamanya
paparan hormon estrogen dan progesteron yang berpengaruh pada proliferasi
jaringan payudara. Mutasi pada gen breast cancer 1 (BRCA1) dan breast cancer 2
(BRCA2) bertanggung jawab terhadap 3-8% kasus kanker payudara. Kedua gen
ini dipercaya berperan sebagai tumor supressor genes yang berperan dalam
mempertahankan integritas DNA dan regulasi transkripsi DNA. Secara spesifik,
mutasi gen BRCA1 ditemukan pada 7% keluarga dengan kanker payudara
multipel dan 40% pada kanker payudara dan kanker ovarium. Kanker payudara
pada karier dengan mutasi BRCA1 memiliki kecenderungan ditemukan pada
stadium lanjut. Demikian juga kanker yang ditemukan pada individu dengan
reseptor estrogen negatif, reseptor progesteron negatif, dan human epidermal
growth factor-2 (HER2) negatif (biasa disebut subtipe basal), cenderung pada
stadium lanjut. Jaringan payudara memiliki reseptor terhadap seks steroid yaitu
reseptor estrogen (ER), reseptor progesteron (PR), dan reseptor androgen (AR).
Tumor payudara yang memiliki ER dan PR bersifat lebih indolen daripada tumor
lain yang tidak memiliki ER dan PR; oleh karena itu pemeriksaan ER dan PR
perlu dilakukan secara rutin oleh ahli patologi. Pernyataan ini tidak didukung oleh

43
North American Menopause Society (NAMS) (2012) yang menyebutkan bahwa
kanker payudara pada pengguna TSH kombinasi sering telah mengalami
penyebaran limfatik. Jaringan kanker payudara menghasilkan estrogen dan
androgen secara intrakrin. Upaya untuk menghentikan produksi seks steroid in
situ pada jaringan kanker berdampak positif terhadap prognosis pasien. Terdapat
peningkatan bermakna kadar estradiol sebanyak 2,3 kali lebih tinggi pada jaringan
tumor bila dibandingkan jaringan yang secara morfologi dinyatakan sehat serta
terdapat hubungan antara enzim aromatase (CYP19) dengan derajat tumor dan
kadar ER. Walaupun mRNA pengkode aromatase lebih banyak ditemukan pada
jaringan tumor dibandingkan jaringan normal, peran aromatase terhadap
pertumbuhan tumor belum jelas. Adanya polimorfisme pada gen pengkode
reseptor estrogen dan reseptor progesteron merupakan predisposisi kanker
payudara. Variasi genetik pada reseptor seks steroid dalam jaringan payudara
akan menimbulkan derajat proliferasi yang berbeda dengan jaringan payudara
yang normal. Keberadaan estrogen dan metabolitnya serta reseptor estrogen pada
jaringan payudara mungkin berperan dalam timbulnya jaringan kanker pada
payudara. Beberapa enzim seperti CYP1A1, CYP1B1, dan 17β-hidroksisetroid
dehidrogenase (17β-HSD) dapat merangsang timbulnya sel kanker. CYP1A1
berperan dalam memetabolisme lingkungan karsinogen (contohnya ialah
hidrokarbon aromatik polisiklik) dan memiliki aktifitas tinggi terhadap substrat
17β-estradiol. CYP1A1 akan membentuk 2-hidroksisteron dan 4- hidroksisteron
dari estron. Berlawanan dengan CYP1A1, CYP1B1 secara predominan
mengatalisis pembentukan katekol estrogen yang berpotensi karsinogenik,
terutama 4-hidroksiestrogen. Terbentuknya 4-hidroksi katekol estrogen dalam
proses karsinogenesis menunjukkan peran CYP1B1. CYP19A1 adalah gen yang
mengkode enzim aromatase. Enzim ini berperan mengatalisis C19 androgen
menjadi C18 estrogen. Kompleks reseptor estrogen dan estrogen akan
menstimulasi pertumbuhan jaringan epitel payudara dan memiliki efek secara
lokal. Polimorfisme pada salah satu dari gen pengkode enzim ataupun pada
reseptor estrogen akan mengakibatkan perubahan milieu payudara dan berpotensi
menimbulkan keganasan. Onland-Moret meneliti polimorfisme pada CYP17A1

44
dan CYP17A2, dan melaporkan peran CYP17A2 dalam steroidogenesis. Enzim
yang berperan dalam steroidogenesis akan meningkatkan paparan jaringan
payudara terhadap seks steroid dan merupakan predisposisi terjadinya keganasan.
Tingginya kadar estrogen pada jaringan payudara wanita pascamenopause
seringkali dianggap berasal dari tingginya uptake dari hormon dalam sirkulasi.
Selain itu, uptake juga berasal dari sintesis dan metabolisme lokal steroid pada
jaringan payudara. Sejumlah enzim yang berperan dalam metabolisme hormon
seks steroid (aromatase, sulfatase, sulfotransferase, 17- hidroksisteroid
dehidrogenase) diekspresikan dan fungsional pada jaringan payudara normal
maupun yang mengalami neoplasia.

f. Genetik

Kanker payudara merupakan penyakit kanker familial, dari total angka


kejadian kanker payudara, 5-10% merupakan kanker payudara familial dan
sisanya merupakan kanker payudara sporadik. Kanker payudara familial
disebabkan oleh adanya mutasi genetik. Gen termutasi pada kanker familial
meliputi BRCA1 dan BRCA2, p53, hMLH1 dan hMSH2, PTEN, dan STK11
Mutasi gen p53 mempunyai andil sebanyak 75% sebagai penyebab kanker
payudara. Gen p53 merupakan gen penekan tumor (suppresor gene/gen penekan
tumor). Karena adanya mutasi pada gen ini menyebabkan sel berproliferasi terus
menerus tanpa kendali karena adanya kerusakan pada gen penekan tumor
tersebut. Pada journal lain menyebutkan bahwa Pada kanker familial, mutase pada
gen BRCA1 dan BRCA2 adalah mutase tersering (80-90%) dan merupakan faktor
resiko tertinggi. Kanker payudara dengan mutasi pada gen BRCA memiliki
karakteristik sebagi kanker yang bersifat invansif, sering muncul pada usia muda,
dan biasanya bilateral(90-95%). William F dan J Christo-pher (2001),
mengatakan bahwa riwayat keluarga yang positif adalah faktor risiko terbesar
kanker payudara. Perempuan dengan satu orang dari keluarga menderita kanker
payudara mempunyai risiko 2 kali lipat akan menderita kanker payudara, dan
perempuan yang terdapat 2 orang menderita kanker payudara mempunyai risiko

45
14 kali lipat lebih besar akan menderita kanker payudara. Secara keseluruhan,
kurang dari 15% perempuan penderita kanker payudara memiliki anggota
keluarga yang menderita kanker payudara juga. Ini berarti bahwa sebagian besar
(>85%) perempuan yang terkena kanker payudara tidak memiliki riwayat
keluarga penderita kanker payudara. PALB2 (partner and localizer of BRCA2)
merupakan protein untuk berinteraksi dengan BRCA2 yang penting dalam
mengatur fungsi gen BRCA2. Apabila terjadi kehilangan fungsi atau mutasi pada
PALB2, akan dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Dari beberapa
penelitian yang dilakukan, didapatkan 0,6% sampai 3,9% mutasi pada PALB2
terjadi pada keluarga yang memiliki riwayat kanker payudara. Selain beberapa
gen yang disebutkan sebelumnya yaitu BRCA1, BRCA2, p53 terdapat juga
beberapa gen yang mampu memicu proliferasi jaringan yang mampu membuat
kanker yaitu PTEN, dan CHEK-2.dimana terjadinya mutasi pada gen yang sudah
disebutkan tersebut mampu membuat pertumbuhan sel yang tidak dapat terkontrol
terutama pada kanker sehingga membuat perubahan pada formasi tubular sel,
pleomorfisme dan mitosis sel sehingga mempengaruhi diferensiasi histologi.

g. Riwayat penyakit payudara

Kelainan fibrostik (benigna) terutama pada periode subur. Frekuensi


meningkat cepat sesudah umur 15 tahun dan menurun setelah seseorang berumur
45 tahun. Meski terdapat perbedaan besar antara kurva insidensi spesifik umur
kelainan payudara benigna dan kanker payudara, telah ditunjukkan bahwa wanita
yang menderita atau pernah menderita kelainan proliferatif memiliki peningkatan
risiko untuk mengalami kanker payudara. Wanita yang telah melakukan biopsi
kelainan payudara proliferatif akan meningkatkan rislko terkena kanker payudara
dalam rentang 1,5 — 2,0 kali untuk hyperplasia, 4 — 5 kali untuk kelainan
hyperplasia atypicall dan 8 — 10 kali lipat untuk carcinoma in situ. Penelitian
kohor retrospektif di Nashville menunjukkan Risiko Relatif sebesar 1,9 (95% CI :
1,6 — 2,3) pada seseorang dengan riwayat penyakit proliferatifnon atypia dan
Risiko relatif 5,3 (95% Cl : 3,1 — 8,8) pada penderita atypical hyperplasia. Pada

46
yang memil_iki riwayat keluarga dan riwayat adanya penyakit proliferatif
memiliki untuk terkena kanker payudara sebesar 3,2 (95% CI : 2,1 — 4,9).
Adanya kalsifikasi memberikan peningkatan riS1k0 terkena kanker payudara
Sebesar 2,4 (95% CI : I — 3,6).

h. Riwayat trauma fisik

Trauma fisik pada payudara yang mengakibatkan hematoma diduga dapat


meningkatkan risiko untuk terkena kanker payudara pada waaita tetapi beberapa
penelitian tidak memberikan hasil yang konsisten. Penelitian Budiningsih
menunjukkan bahwa riwayat trauma fisik pada payudara memberikan kenaikan
risiko terkena kanker payudara sebesar 1,88 yang secara statistik bermakna, juga
hasil penelitian Suzuki pada wanita post menopause menibuktikan riwayat fisik
pada payudara memberikan kenaikan lisiko terkena kanker payudara sebesar 2,62.
Namun jenis trauma dan bagaimana mekanisme trauma fisik pada payudara dapat
meningkatkan risiko terhadap kanker payudara tidak dapat diuraikan dengan jelas.

Pandangan konvensional tentang generasi sel epitel adalah bahwa sel punca
membelah secara asimetris, dengan satu sel anak menjadi sel punca baru dan yang
lainnya menjalani serangkaian pembelahan untuk menghasilkan sel epitel matang
yang berdiferensiasi, yang memiliki umur pendek sebelum dilepaskan. Sel punca
kemudian membelah sekali lagi dan prosesnya berulang. Kumpulan data kinetik
yang paling komprehensif pada generasi sel epitel berasal dari bekerja pada
kriptus usus dari usus kecil dan besar (Potten dan Loeffler, 1990). Menurut model
konvensional, sel punca dalam kriptus usus halus membelah setiap beberapa hari
dan sel punca individu pada orang berusia 70 tahun dapat membelah hingga 5.000
kali dari zigot. Dalam proses ini, mutasi secara bertahap akan terakumulasi dalam
genom sel induk dan jika sel induk memperoleh serangkaian mutasi tertentu, ia
akan berkembang biak di luar kendali untuk menyebabkan kanker. Trauma dapat
mengganggu suplai darah, menyebabkan pelepasan sitokin stimulasi, atau
mengganggu area karsinoma duktal-in situ. Hal ini dapat mempercepat
pertumbuhan sel karsinoma.

i. Riwayat kanker ovarium

47
Adanya peningkatan risiko terkena kanker payudara pada wanita yang pernah
menderita kanker ovarium diduga karena tingginya kadar hormon estrogen yang
berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan. Tingginya hormon estrogen
yang dihasilkan ovarium diduga berpengaruh juga terhadap proses proliferasi
jaringan payudara, karena ovarium dan payudara merupakan organ wanita yang
dipengaruhi oleh hormon yang sama. Wanita yang menderita atau pernah
menderita kelainan proliferatif memiliki peningkatan risiko untuk mengalami
kanker payudara. Riwayat kanker ovarium sebelumnya memberikan kenaikan
risiko untuk terkena kanker payudara sebesar 1,9 kali.
j. Pola diet
Sejumlah penelitian mengenai pola diet telah dilakukan; diet lemak, konsumsi
alkohol, konsumsi beta karoten dan asam folat kemungkinan merupakan faktor
risiko kejadian kanker payudara. Hubungan antara pola makan (intake lemak)
dengan kanker payudara tidak dapat ditunjukkan secara jelas karena ada faktor
confounding yaitu total body fat, indeks massa tubuh dan faktor endokrin yang
lain. Sampai saat ini belum ada bukti yang memadai bahwa intake lemak dengan
peningkatan risiko kanker payudara. Namun eksperimen pada binatang
menunjukkan adanya asosiasi antara intake lemak dengan insidens kanker
payudara. Menurut Bruce pada percobaan binatang didapatkan bukti adanya suatu
proses berkembangbiaknya sel yang lebih cepat akibat diet lemak tinggi dari
tahap promosi ke tahap progresi. Beberapa studi prospektif untuk melihat
hubungan total fat intake dengan risiko kanker payudara tidak menunjukkan hasil
yang konsisten. Hasil penelitian di Padang yang dilakukan oleh Azamris dkk pada
tahun 2001 mengenai hubungan diet dan kanker payudara pada Suku
Minangkabau di RSUP M Jamil Padang terdapat hubungan yang bermakna antara
asupan energi dengan kejadian kanker payudara.
Data epidemiologik dan data eksperimen keduanya menunjukkan bahwa diet
makanan berserat akan mengurangi risiko terkena kanker payudara. Intake
makanan berserat berhubungan dengan rendahnya kadar sebagian besar aktivitas
hormone sexual dalam plasma, tingginya kadar SHBG (sex hormone-binding
globulin, rendahnya/bebas dari estradiol dan testosteron. Pengurangan hormon

48
tersebut kemungkinan berhubungan dengan risiko kanker yang dipengaruhi oleh
hormon termasuk kanker payudara. Mekanisme pencegahan dengan diet makanan
berserat terjadi akibat dari waktu transit dari makanan yang dicernakan cukup
lama di usus besar sehingga akan mencegah proses inisiasi atau mutasi materi
genetik didalam inti sel. Pada sayuran juga didapatkan mekanisme yang
multifaktor dimana didalamnya dijumpai bahan atau substansi anti karsinogen
seperti karotenoid, selenium dan tocopherol. Dengan diet makanan berserat atau
karoten diharapkan mengurangi pengaruh bahan-bahan dari luar dan akan
memberikan lingkungan yang akan menekan berkembangnya sel-sel abnormal.
k. Status obesitas
Status obesitas ditunjukkan dengan besarnya Indeks Massa Tubuh (IMT) atau
Body Mass Index (BMI) yaitu rasio antara berat badan (dinyatakan dalam satuan
kg) dengan kuadrat tinggi badan (dinyatakan dalam satuan meter). Hubungan
antara berat badan dengan risiko kanker payudara tergantung pada umur. Pada
wanita post menopause peningkatan berat badan 10 kg akan berpengaruh ± 80%
meningkatkan risiko mengalami kanker payudara. Hubungan antara berat badan
dan risiko terkena kanker payudara akan lebih rendah sebelum usia menopause.
Hubungan antara obesitas dengan risiko kanker payudara adalah kompleks.
Wanita yang mengalami obesitas cenderung akan terkena kanker payudara. Risiko
pada obesitas akan meningkat karena sintesis estrogen pada timbunan lemak.

l. Kebiasaan merokok
Wanita yang merokok akan memiliki tingkat metabolisme estrogen lebih
tinggi dibanding wanita yang tidak merokok. Pada wanita dengan riwayat
keluarga menderita kanker payudara atau kanker ovarium, kebiasaan merokok
akan meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 2,4 kali dibanding yang tidak
merokok. Risiko ini juga meningkat pada wanita dengan lima atau lebih
keluarganya yang menderita kanker payudara atau kanker ovarium. Penelitian
yang dilakukan oleh Biennike, et al menunjukkan hubungan antara merokok
sigaret dengan kenaikan risiko terkena kanker payudara. Hasil penelitian tersebut

49
menunjukkan bahwa wanita yang merokok sigaret > 20 tahun terdapat
peningkatan risiko untuk terkena kanker payudara, dan hubungan ini signifikan
pada wanita yang merokok sigaret > 30 tahun.
m. Kebiasaan minum alkohol
Terdapat beberapa mekanisme dimana ethanol akan dapat meningkatkan
risiko kanker payudara. Kemungkinan yang dapat terjadi adalah 1) mempengaruhi
sirkulasi estrogen; 2) merangsang metabolisme carsinogens acetaldehyde pada
hati; 3) memudahkan pengangkutan segala penyebab kanker ke dalam jaringan
payudara; 4) merangsang pituitary glands untuk memproduksi prolaktin; 5)
mengatur integritas selaput sel terhadap efek carcinogenesis; 6) membantu
produksi dari produk protein cytotoxic; 7) merusak pengawasan terhadap
kekebalan; 8) menghambat proses perbaikan DNA; 9) menunjang produksi zat
beracun; 10) meningkatkan paparan oxidants beracun; 11) mengurangi masukan
dan bioavailabilitas bahan gizi yang bersifat melindungi.
Konsumsi alkohol berhubungan dengan tingginya kadar estrogen dalam darah
seseorang. Pada wanita yang mengkonsumsi alkohol dengan peningkatan risiko
terkena kanker payudara. Hubungan antara kekurangan asam folat pada pemakai
alkohol menyebabkan tingginya estradiol, prolactin dan dehydroepiandrosterone
sulfate (DHEAS) yang kesemuanya berhubungan dengan proses proliferasi sel-sel
payudara.

n. Aktivitas Fisik

Riwayat obesitas meningkatkan risiko kanker payudara berkaitan dengan


esterogen yang diproduksi oleh jaringan lemak. Sintesis esterogen pada timbunan
lemak berpengaruh terhada proses proliferasi jaringan payudara. Aktivitas fisik
akan mengurangi risiko kanker payudara, tetapi tidak ada mekanisme secara
biologik yang jelas sehingga tidak memenuhi aspek biologic plausibility dari
asosiasi kausal. Olahraga dihubungkan dengan rendahnya lemak tubuh dan
rendahnya semua kadar hormon yang berpengaruh terhadap kanker payudara.
Aktivitas fisik atau olahraga yang cukup akan berpengaruh terhadap penurunan

50
sirkulasi hormonal sehingga menurunkan proses proliferasi dan dapat mencegah
terjadinya kanker payudara. Efek perlindungan aktivitas fisik pada risiko kanker
payudara melalui penurunan hormon seks, penurunan adipositas, peningkatan
fungsi kekebalan tubuh, dan perubahan resistensi insulin.3 Orang dengan aktivitas
fisik secara teratur dapat mengurangi tingkat sirkulasi hormon seks dengan
menunda timbulnya menarche di masa kanak-kanak dan di masa dewasa
menginduksi ketidakteraturan siklus menstruasi seperti anovulasi, oligomenorea,
dan amenore. Sel adiposa bertindak sebagai kelenjar hormonal sekunder dengan
mensekresi estron dan estradiol. Penurunan kadar hormon seks memerlukan
latihan yang lama diimbangi dengan pembatasan kalori untuk meminimalkan
hipertrofi dan proliferasi sel adiposa.

Peradangan kronis diidentifikasi sebagai faktor risiko kanker terutama melalui


perubahan sel dan stress oksidatif. Aktivitas fisik membantu mengurangi
peradangan dengan mengurangi proliferasi produk imunologi seperti C-reaktif,
interleukin-6, makrofag, sel pembunuh alami, sel pembunuh yang diaktifkan
limfokin, dan limfosit.

Kadar insulin yang tinggi merangsang produksi IGFs (insulin like growth
factor) yang dikaitkan dengan risiko kanker payudara melalui efek stimulasi pada
pergantian sel. Aktivitas fisik berhubungan positif terhadap sensitifitas insulin
sehingga dapat menghambat pergantian sel mammae dan mengurangi
ketersediaan hormon seks melalui sintesis hepatik globulin pengikat hormon seks.

o. Pemakaian Kontrasepsi

Kontrasepsi oral yang berisi estrogen dan progesteron adalah salah satu bahan
yang digunakan untuk mencegah terjadinya konsepsi. Empat langkah cara kerja
kontrasepsi oral yang saling melengkapi yaitu : 1) kontrasepsi oral mencegah
ovulasi dan pelepasan dari sel telur; 2) kontrasepsi oral berlawanan dengan
bergeraknya sel telur pada lokasi fertilisasi dan pertumbuhan; 3) kontrasepsi oral
menghambat kesiapan kandungan untuk menerima sel telur yang telah dibuahi

51
dan 4) kontrasepsi oral merubah konsistensi cairan serviks, sehingga
mengakibatkan sperma sulit untuk menjangkau dan membuahi sel telur.

Risiko terkena kanker payudara tidak berhubungan dengan jelas dengan


pemakaian kontrasepsi oral. Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka panjang
(≥ 12 tahun), terutama jika dimulai pada umur muda, meningkatkan risiko dua
kali pada umur 35 tahun.7,8 Selama periode penggunaan oral wanita memiliki
risiko 24% lebih tinggi terhadap kanker payudara. Jika wanita berhenti
menggunakan kontrasepsi oral, risiko tersebut akan berkurang, dan setelah 10
tahun risikonya akan sama dengan wanita yang tidak pernah menggunakan
kontrasepsi oral.8 Untuk pemakaian kontrasepsi oral yang belum lama oleh wanita
dengan umur lebih dari 45 tahun masih harus dibuktikan. Penggunaan kontrasepsi
oral pada penderita tumor payudara jinak seperti kelainan fibrokistik yang ganas
akan meningkatkan risiko untuk mendapat kanker payudara 11 kali lebih tinggi.

p. Terapi Hormonal

Wanita pemakai hormone replacement therapi (HRT) yang sudah berhenti


menggunakan 1- 4 tahun terjadi peningkatan risiko terkena kanker payudara
sebesar 1.023 (95% CI : 1.011 1.036). Peningkatan ini konsisten dengan efek
penundaan dalam menopause, karena risiko kanker payudara akan meningkat
pada pemakai HRT sebesar 1.028 (95% CI : 1.021 1.034) untuk setiap tahun
tertunda-tunda menopause. Menurut Kesley (1991) wanita yang mendapatkan
HRT ≥ 20 tahun memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker payudara (OR
= 1,5; 95% CI : 0,9 -2,3).

Peningkatan risiko terkena kanker payudara juga dipengaruhi juga oleh jenis
hormon yang digunakan. Menurut Graham pemakaian kombinasi estrogen dan
progestin memberikan risiko sebesar 1,50 (95% CI : 1,15 - 1,74).11 Wanita yang
menggunakan HRT selama 5-9 tahun memiliki risiko terkena kanker payudara
lebih besar dengan RR adjusted 1,46 (95 % CI : 1,22 1,74). Total pemakaian
HRT ≥ 10 tahun akan meningkatkan risiko terkena kanker payudara dengan
Risiko Relatif (RR) = 1,46 (95% CI : 1,20 - 1,76), risiko juga meningkat pada
wanita postmenopause yang menggunakan HRT Iebih dari 5 tahun (RR = 1,71;

52
95% CI : 1,34 - 2,18).11 Terapi menggunakan jenis hormon progestin saja
memberikan risiko sebesar 2,4 (95% CI: 1,26- 3,98).39 HRT akan meningkatkan
density payudara dan akan mengurangi sensitivitas dan spesifisitas dalam
screening.

q. Riwayat terpapar Radiasi

Wanita yang memiliki riwayat terkena paparan radiasi dosis tinggi khususnya
selama masa remaja terdapat peningkatan risiko terkena kanker payudara.
Analisis yang dilakukan pada korban bom atom yang selamat menunjukkan
perubahan, mereka menjadi lebih mudah untuk terkena kanker payudara. Insiden
kanker payudara akan meningkat pada pasien dengan terapi radiasi karena
mastitis postpartum juga pada pasien TBC yang menjalani pemeriksaan
fluoroscopy atau pada pasien pneumotoraks yang melakukan pemeriksaan dengan
menggunakan sinar radiasi. Risiko terjadi pada kanker payudara akibat pengaruh
dari dosis yang diterima, umur pada saat terkena radiasi, paparan, jenis dan faktor
genetik. Wanita yang melakukan pemeriksaan mammografi memiliki risiko lebih
besar untuk mengalami kanker payudara 4 kali lebih besar. Menurut Vogel dosis
yang relatif rendah (<0,2 Gy) berhubungan dengan peningkatan insiden tumor
padat seperti kanker payudara.

r. Status Sosial Ekonomi

Tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi secara langsung tidak


berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara. Tingkat sosial ekonomi
termasuk didalamnya pendidikan, pendapatan dan pengetahuan mempengarulhi
seseorang dalam pola hidup (life style) dan berperilaku hidup sehat. Perilaku
hidup sehat mencakup makan dengan menu seimbang (appropriate diet), olahraga
secara teratur, tidak merokok, tidak minum alkohol, istirahat yang cukup,
pengendalian stres dan perilaku lain atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan.

Menurut Blum perilaku seseorang merupakan faktor terbesar kedua setelah


faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan
masyarakat. Menurut Lawrence Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu

53
faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor) dan
faktor penguat (reinforcing factor). Faktor predisposisi meliputi pengetahuan,
sikap, tradisi dan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, norma sosial,
pendapatan, pendidikan serta status sosial. Faktor pemungkin mencakup
ketersedian sarana dan prasarana, sedangkan faktor penguat meliputi faktor sikap
dan perilaku tokoh masyarakat, toko agama dan tokoh yang dijadikan panutan
misalnya keluarga dan petugas kesehatan.

Data dari beberapa penelitian menunjukkan wanita dengan tingkat ekonomi


yang tinggi memiliki risiko lebih besar dari kanker payudara dari tingkat sosial
yang lebih rendah. Pendidikan seseorang yang rendah memiliki risiko terkena
kanker payudara lebih besar dibandingkan dengan wanita dengan pendidikan
yang tinggi. Penelitian tentang faktor risiko kanker payudara pada wanita di
Indonesia menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SMA merupakan faktor
protektif terhadap kejadian kanker payudara (OR : 0,41, 95% CI : 0,2-0,87).

BAB III

PENUTUP

Kanker payudara adalah jenis kanker yang terdapat pada jaringan


payudara. Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar,
saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara.
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai prevalensi
cukup tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja
prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. Penegakan diagnosis kanker payudara

54
dapat dilakukan melalui prosedur pemeriksaan klinis dan beberapa pemeriksaan
penunjang.

55
DAFTAR PUSTAKA

1. Patrick I. Borgen, M.D, Arnold D.K. Hill, M.Ch., FRCSI, 2000. Breast
Disease, Texas, Chapter 1, p. 1-29
2. Imam Rasjidi, Dr, dr, SpOG (K) Onk, 2009, Deteksi Dini & Penanggulangan
Kanker pada Wanita, Cetakan I, CV Sagung seto, Jakarta, p. 51 – 92
3. Price, Wilson Lorraine, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit,
Edisi 6, Jakarta : EGC 2005.
4. Sabiston, David C. Sabiston’s Essentials Surgery. Part 1 : Breast. Philadelphia
: W.B.Saunders Co. 1992
5. John L. Cameron, 1997, Terapi Bedah Mutakhir, edisi 4, jilid 2, binarupa
Aksara, Jakarta p. 64 – 116
6. Ma, J., & Jemal, A. (2013). Breast Cancer Statistics. Breast Cancer Metastasis
and Drug Resistance, 143–159
7. Rashmi, G. D., Lekha, A., & Bawane, N. (2015). Analysis of Efficiency of
Classification and Prediction Algorithms (Naïve Bayes) for Breast Cancer
Dataset. In 2015 International Conference on Emerging Research in
Electronics, Computer Science and Technology (ICERECT) (pp. 108–113).
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Penatalaksanaan Kanker
Payudara (Breast Cancer Treatment Guideline). J Kesehat Masy. 2019;4(4):1-
50. htp://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf
9. Sun YS, Zhao Z, Yang ZN, et al. Risk factors and preventions of breast cancer.
Int J Biol Sci. 2017;13(11):1387-1397. doi:10.7150/ijbs.21635
10. Lestari D I. Konsep Penyakit Karsinoma Mammae. Universitas
Muhammadiyah Ponorogo. 2018
11. Konsep Dasar Ca Mammae. Jurnal Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang. 2019.
12. Akram M, Iqbal M, Daniyal M, Khan AU. Awareness and current
knowledge of breast cancer. Biol Res. 2017;50(1):1-23. doi:10.1186/s40659-
017-0140-9

56
13. Swartz M. Textbook of physical diagnosis. Philadelphia, PA:
Saunders/Elsevier; 2010. P 455-475
14. Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Kanker Payudara
Wanita. Universitas Dipenogero Semarang. Tesis. 2005
15. Stephen S, Falkenberry, Robert L, Risk Factor for Breast Cancer,
Obstetrics and Gynecology Clinics. Saunders Company. 2002
16. Pherson K, Page L. Risk Factor for breast Cancer in Women with
Proliferative Breast Disease. 2004

57

Anda mungkin juga menyukai