Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)

PROSEDUR TINDAKAN
DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

Prosedur : PEMASANGAN CHEST TUBE


ICD-9: 34.04
1. Pengertian (Definisi) Pemasangan chest tube adalah insersi dan
penempatan suatu pipa steril ke dalam ruang pleura
untuk mengeluarkan udara atau cairan kedalam
system penampung tertutup untuk mengembalikan
tekanan intra toraks yang negatif, memperbaiki
pengembangan paru-paru dan mencegah terjadinya
kematian akibat tension pneumothorax.

2. Indikasi 1. Pneumotoraks,
2. Hemotoraks
3. Empiema
4. Chylothorax
5. Efusi pleura,

3. Kontraindikasi Kontraindikasirelatif :
1. Penyakit parudengan bulla besar
2. Abses paru
3. Pneumonia
4. Atelektasis
5. Koagulopati

4. Persiapan 1. Informed consent


2. Pengetahuan anatomi, struktur-struktur dinding
dada, intra toraks dan intra abdomen, dan teknik
aseptic secara umum,
3. Persiapan alat & bahan:
Gaun dan sarung tangan steril,
- Topi & masker,
- Larutan chlorhexidine atau povidone-iodine,
- Kain duk penutup yang berlubang dan kasa
steril,
- Lidocain 2% tanpa epinefrin,
- Spuit + jarumnya,
- Pisau scalpel,
- Klem-pean,
- Chest tube dengan trokar ukuran 32-38 fr,
- Alat penampung dengan system tertutup
(wsd, water sealed device),
- Pemegang jarum jahit,
- Benang jahit non serap,
- Jarum kulit,
- Plester.
5. Prosedur Tindakan 1. Pasien diposisikan terlentang kepala lebih tinggi,
lengan atas ke atas, tentukan titik isersi pada
linea axillaris media, celah iga 4-5,
2. Operator menggunakan gaun dan sarung tangan
steril, bertopi dan menggunakan masker mulut-
hidung. Dilakukan desinfeksi pada tempat insersi
dan sekelilingnya, tutup duk steril, kemudian
infiltrasi lidokain 2% pada tempat insersi
3. Insisi kulit melintang 1-2 cm, darah
dihentikan/ditekan dengan kasa steril, jaringan
subkutis dibebaskan dengan klem pean sampai
menyentuh iga,
4. Chest tube dengan trokardi insersikan dengan
cara ujungnya diletakkan pada celah iga 4-5
tegak lurus dengan permukaan kulit didorong
masuk (dengan kuat) kedalam rongga toraks,
setelah ujung chest tube menembus dinding
toraks kemudian diarahkan cranial untuk kasus
pneumo toraks atau kearah kaudal untuk kasus
cairan dalam ruang pleura, kemudian chest tube
didorong masuk sampai semua lubangnya
berada dalam ruang pleura, kemudian trokar
ditarik keluar/dilepas, kemudian ujung distal
chest tube dihubungkan dengan WSD, kemudian
dilakukan fiksasi chest tube dengan jahitan pada
kulit, dan kemudian ditutup kasa steril dan
plester.

6. Pasca Prosedur Tindakan 1. Evaluasi fungsi chest tube-WSD dengan melihat


gelembung dan gerakan cairan dalam pipa
terhadap dengan gerak napas,
2. Foto rontgen toraks untuk mengevaluasi efisiensi
tindakan pemasangan chest tube dan
kemungkinan terjadinya komplikasi (perdarahan,
emfisema subkutis, trauma organ solid).

7. Tingkat Evidensi IV

8. Tingkat Rekomendasi C

9. Penelaah Kritis - Tim Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi


danTerapiIntensif Indonesia
- Tim Perhimpunan Dokter Intensive Care
Indonesia
10. Indikator Prosedur Tindakan Perbaikan mekanika pernapasan dan fungsi
respirasi, SaO2 dan PaO2 meningkat, PaCO2 dalam
kisaran normal. Angka keberhasilan 80%
11. Kepustakaan 1. Irwin &Rippe’s Intensive Care Medicine 7thEd.
Editor: Irwin, R.S. &Rippe, J.M., Wolters Kluwer
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelpia, 2012,
hal : 83-88

2. Texbook of Critical Care 6th Ed. Editor: Vincent,


J.L. et al, Elsevier Saunder, Philadelpia, 2011,
hal: 439-450 & 1509-1517
Palembang,

Ketua Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif

Dr. H. Zulkifli, SpAn, M.Kes. MARS


NIP. 196503301995031001

Anda mungkin juga menyukai