Anda di halaman 1dari 8

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

TRAKEOSTOMI

Disusun Oleh Kelompok 6 :

1. Nadhifatul Masruro (202114201019)


2. Putri Nurhasanah (202114201023)
3. Risma Oktavia Evita (202114201025)

PROGRAM PENDIDIKAN S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAHRUL ‘ULUM JOMBANG
2022
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TRAKEOSTOMI

A. Definisi
Trakeostomi atau trakeotomi adalah suatu tindakan pembedahan untuk
membuat lubang melalui bagian depan leher yang menembus ke dalam trakea. Dalam
arti yang lebih luas trakeotomi adalah pembuatan lubang pada trakea yang bersifat
sementara tanpa atau dengan diikuti pemasangan kanul. Lubang tersebut ditutup atau
menutup kembali setelah kanul diangkat. Trakeostomi sebenarnya merupakan tindakan
membuat lubang (stoma) yang selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul sehingga
udara dapat masuk ke dalam paru-paru.
Trakeostomi permanen adalah tindakan membuat lubang permanen dengan
menjahit kulit sekitar stoma pada mukosa trakea. Trakeostomi elektif dilakukan bila
diduga akan timbul problem pernafasan pada tumor laring, tumor pangkal lidah, tumor
tonsil, pasca operasi kepala / torak atau pada pasien dengan insufisiensi paru-paru
kronik. Trakestomi teurapetik diindikasikan untuk setip kasus insufisiensi respirasi
karena hipoventilasi alveoli untuk mengeluarkan sekret atau untuk alat bantu respirasi
mekanis (respirator). Trakeostomi emergensi biasanya dilakukan untuk mengatasi
keadaan gawatdarurat sehingga persiapan tidak lengkap dan tidak mesti dilakukan
diruang operasi.
B. Tujuan
Trakheostomi merupakan prosedur untuk memasang suatu kanula kelumen
Trakhea melalui insisi kulit diatas trakea, dan menyisihkan jaringan pretrakhealis
sehingga bisa melihat secara langsung pada trachea. Bisa juga disebut sebagai membuat
Stoma pada trachea dan biasanya bersifat temporer. Ada pendapat menyatakan synonim
dari Trakheotomi. Akan tetapi ada juga yang menyatakan Trakheotomi adalah tindakan
menyayat atau membuat lubang pada trachea. Tindakan Trakheostomi selain untuk
menyelamatkan jiwa pasien, ternyata dapat juga untuk memperbaiki keadaan umum
pasien. Dengan Trakheostomi diharapkan oksigenasi kejaringan akan lebih baik,
sehingga pasien menjadi lebih tenang dan dapat melanjutkan pengobatan selanjutnya.
C. Indikasi
1. Obtruksi jalan nafas yang disebabkan oleh:
o lumen trakea yang abnormal, misalnya massa pada tiroid, anomaly pembuluh
darah, tumor primer trakea.
o Dinding trakea yang abnormal ( trakeomalasia berat )
o Glotis dan supraglotis yang abnormal (congenital anomali, stenosis, infeksi,
tumor, paralisis pita suara bilateral)
2. Trauma leher yang menyebabkan cedera berat pada laring, pembuluh darah dan
tulang hyoid.
3. Emfisema subkutaneus yang disebabkan oleh trauma, burn, infeksi atau anafilaktif.
4. Pada patient yang butuh menggunakan ventilator dalam jangka waktu lama ( pasien
koma, pasien-pasien dengan gagal nafas )
5. Pasien dengan aspirasi kronis dan batuk dimana dirasa perlu untuk dilakukan
pulmonary toilet.
6. Elective airway management pada pasien dengan kasus reseksi onkologi kepala dan
leher atau brakiterapi pada kanker kepala ,dan leher.
7. Obtructive sleep apnea
D. Kontra Indikasi
Tidak ada kontraindikasi mutlak untuk tindakan trakeostomi. Untuk
kasuskasus yang tidak emergensi misalnya pada tumor subglotis (stadium I) tindakan
trakeostomi dapat ditangguhkan . Dalam hal ini trakeostomi sebaiknya dilakukan pada
saat atau mendekati saat tindakan laringektomi untuk menghindari kemungkinan
tumor mencapai stoma. Terdapat juga kontraindikasi relatif pada patah tulang leher
yang tidak stabil dan hematoma di leher yang luas.
E. Standar Operational Prosedur

Definisi Trakeostomi atau trakeotomi adalah suatu tindakan pembedahan untuk


membuat lubang melalui bagian depan leher yang menembus ke dalam
trakea
Tujuan Membuat penderita dapat bernafas dengan baik dengan cara
memasukkan oksigen ke dalam paru-paru.
Persiapan 1. Persiapan alat :
a. Kanul trakea dengan ukuran sesuai ukuran penderita
b. Skalpel, klem
c. Pisau bisturi
d. Tenakulum model Chavelier Jackson
e. Retraktor kecil 6 buah
f. Trousseau dilator
g. Klem hemostat 6 buah
h. Gunting tajam
i. Jarum kecil
j. Needle holder
k. Cut gut
l. Cairan antiseptic
2. Persiapan Perawat
1. Perawat mengkaji data-data pasien
2. Perawat mencuci tangan dengan bersih
3. Persiapan Pasien
1. Pasien diberitahu mengenai tindakan yang akan dilakukan
2. Membantu pasien pada posisi telentang, posisi terlentang,
kepala ekstensi dengan menempatkan bantalan di bawah bahu,
sehingga leher lebih menonjol dan trakea lebih mudah dicapai.
3. Anastesi
Biasanya dilakukan dengan anestesi local secara infiltrasi ke
jaringan intrakutan atau subkutan pada linea mediana leher
setinggi batas kartilago tiroid menelusur ke bawah sampai
batas istmus tiroid (pada insisi vertical) atau pada garis
horizontal setinggi pertengahan antara tonjolan krikoid dan
insisura suprasternalis
Prosedure 1. Setelah ditempatkan pada posisi yang benar dilakukan tindakan
dan antiseptik, dipasang duk berlubang dan dilanjutkan dengan
pemberian anestesi di daerah operasi.
2. Selanjutkan dilakukan insisi kulit. Insisi kulit dapat dilakukan
dengan 2 (dua) cara, yaitu :
a). Insisi Vertikal Dilakukan tepat di linea mediana mulai dari
batas atas kartilago krikoidea memanjang ke bawah
4 – 6 cm .
b). Insisi Horisontal Dilakukan 2 cm di bawah kartilago
krikoidea (kurang lebih setinggi pertengahan antara
tonjolan krikoid dan insisura suprasternal) sampai kira-kira
sepanjang 5 cm

3. Setelah insisi kulit, selanjutnya fascia dipisahkan dengan hemostat


secara tumpul dan vertical sepanjang insisi ke arah trakea.
Asisten menyisihkan fascia ke arah lateral dengan retractor kecil.
Bila terdapat perdarahan di klem dan bila perlu dilakukan ligasi.
4. Fascia yang membungkus batas bawah kartilago krikoidea diinsisi
secara transversal sehingga mencapai trakea. Dengan hemostat
terbuka dan dilakukan penekanan ke bawah, pemandangan ke
trakea lebih terbuka di belakang istmus tiroid.

5. Kelenjar tiroid dengan istmus yang terletak di atas trakea,


biasanya dapat diretraksi ke atas atau ke bawah, dengan demikian
dapat langsung mencapai keempat cincin trakea yang pertama.
Bila tidak mudah di retraksi maka istmus harus diklem, dipotong
dan ditambatkan jauh dari garis tengah lapangan operasi.
6. Skalpel dipegang seperti memegang pensil, kelingking diletakkan
di atas manubrium sterni dan secara hati-hati dilakukan insisi
vertical melalui cincin trakea ke II dan III, bila perlu sampai ke
IV. Sebaiknya dilakukan aspirasi udara di trakea lebih dahulu
sebelum melakukan insisi. Insisi sebaiknya menghindari cincin
trakea ke satu oleh karena dapat menimbulkan stenosis trakea.

7. Pada saat trakea dibuka (cincin trakea diinsisi), asisten harus


sudah mempersiapkan alat penghisap lendir (suction) untuk
menghisap secret atau mucus yang ada dalam lumen trakea dan
untuk mencegah menyemprotnya secret.
8. Tepi luka dijepit dengan hemostat dan dengan gunting, cincin
trakea ke III dipotong melingkar sehingga terdapat celah di
dinding anterior trakea. Cara ini lebih baik daripada menekan atau
menikam ujung kanul melalui celah yang sudah dibuat itu dan
sekaligus menghilangkan sesak serta memudahkan ligasi istmus
tiroid.
9. Kemudian kanul trakea dipasang dan pita untuk mengfiksasi kanul
diikat dengan melilitkan pada leher. Kanul tidak boleh terlalu
dekat dengan kulit karena dapat terjadi empisema subkutis bahkan
empisema mediastinum. Untuk menghindari hal tersebut maka
diantara sayap kanul dengan kulit dipasang kasa yang juga
berfungsi sebagai penutup luka insisi.
10. Selama tindakan operai berlangsung, oksigen harus selalu
terpasang di depan hidung dan setelah trakea terbuka oksigen
dipasang di depan stoma.
PENUTUP
Kegawatdaruratan jalan nafas merupkan suatu keadaan yang mengancam dikarenakan
angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, sehingga diperlukan penilaian serta
penatalaksanaan yang cepat dan tepat. Trakeostomi sebagai suatu tindakan untuk mengatasi
gawat darurat perlu kita ketahui dan kuasai dengan baik mengingat tindakan tersebut
mempunyai resiko komplikasi dan kematian. Untuk itu sangat diperlukan pengetahuan dan
ketrampilan yang baik mengenai persiapan, indikasi dan kontraindikasi, jenis, tekhnik dan
komplikasi trakeostomi.
Tindakan trakeostomi selain untuk menyelamatkan jiwa pasien , dapat juga
memperbaiki keadaan umum pasien. Kekerhasilan tindakan Trakeostomi ditentukan oleh
persiapan yang baik, prosedur operasi dan perawatan yang baik setelah operasi serta
diperlukan juga pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi laring serta Trakeostomi itu
sendiri

Anda mungkin juga menyukai