Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertama kali ketahui berdasarkan buku suci sgama Hindu yang ditukus
antara tahun 2000 dan 1000 SM yang menjelaskan "Satu tindakan yang
dapat menyatukan kembali pipa udara bila rawan leher dipotong.
"Asclepiades adalah orang yang pertama melakukan operasi trakeostomi.
Dari laporan yang ada, d ari tahun 1546 – 1833 hanya 28 tindakan
trakeostomi yang dilaporkan. Operasi ini mulai populer di daratan Eropa
oleh Trousseau dan Bretonennean sebagai tindakan dalam penatalaksanaan
difteri.

Lambat lain, mulai berkembang bermacam teknik trakeostomi.


Indikasi dari trakeostomi pun semakin banyak seperti pada cedera kepala
yang disertai hilangnya kesadaran, cedera dada berat, intoksikasi berbitarat
dan membuka jalan nafas pasca operasi. (www.google.com).

Sejak awal 1960-an, kecenderungan melakukan trakeostomi guna


memintas sumbatan dan mengatasi akumulase sekret atau kegagalan
venitalasi mulai muncul permukaan. Inkubasi endotrakea telah menjadi lebih
kompetitif, dimana perawatannya dapat lebih baik, termasuk pengisapan
trakea yang sering, serta pemakaian udara lembab dan tuba baru yang dibuat
dari plastik guna mengurangi kropeng, dengan demikian yang tidak lagi
memerlukan penggantian yang sering kecepatan intubasi dan kemudahan
ekslubasi serta dapat dihindarkannya komplikasi trakeostomi membuat
teknik ini menarik (Adams, hal : 974).

Alasan Kami mengambil kasus ini karena kasus ini jarang ditemukan
sehingga Kami tertarik untuk mengangkatnya sebagai salah satu tugas akhir
dari praktek lapangan di RS Islam Pondok Kopi Jakarta – Timur.

1
2

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat memberikan kepada pasien dengan trakeostomi.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian
trakeostomi.
b. Mahasiswa dapat mengetahui cedera otak framatik dan
komplikasinya.
c. Mahasiswa dapat mengetahui indikasi trakeostomi.
d. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi trakeostomi baik
jangka pendek ataupun jangka panjang.
e. Mahasiswa dapat memahami proseddur penatalaksanaan
trakeostomi
f. Mahasiswa dapat mengaplikasikan asuhan perawatan trakeostomi

1.3. Sistematika Penulisan


BAB I : Pendahuluan yang terdiri d ari : Latar Belakang, Tujuan dan
Sistematika
Penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis meliputi Pengertian Trakeostomi, Cedera Otak
Traumatik dan Komplikasinya, Indikasi Trakeostomi, Prosedur
Penatalaksanaan Trakeostomi, Komplikasi Trakeostomi, Indikasi
Trakeostomi, Intervensi Keperawatan Pasca Operatif dan
Perawatan Trakeostomi.
BAB III : Tinjauan Kasus meliputi Kasus, Manajemen Varney dan
Manajemen SOAP.
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Kesimpulan
Daftar Pustaka
3

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Trakeostomi


Trakea merupakan suatu tabung berongga yang disokong oleh cincin
kartilago yang tidak penuh dibagikan posterior, trakeotomi dan trakeostomi
adalah kata yang sering kali digunakan untuk tindakan pembukaan dinding
anterior leher guna mencapai trakea yang bersifat sementara.

Trakeostomi adalah meruapakan dimana dibuat lubang kedepan trakea,


ketika selang indweling dimasukkan kedalam trakea, maka istilah
trakeostomi digunakan, trakeostomi dapat menetap atau permanen.

Trakeostomi dilakukan untuk memuntas suatu abstraksi jalan nafas


atas, untuk membuang sekresi trakeabronkial untuk memungkinkan
penggunaan ventilasi mekanis jangka panjang untuk mencegah aspirasi
sekresi oral atau lambung pada pasien tidak sadar atau paralise (dengan
menutup trakea dari esofagus) dan untuk mengganti selang endrotrakeal ada
banyak proses penyakit dan kondisi kedaratan yang membuat trakeostomi
diperlukan.
(Smeltzer, hal : 653 – 654).

Trakeostomi adalah pembuatan lubang kedalam trachea melalui leher


dengan mukosa trakea dibuat berhubungan dengan kulit.
(Danis, hal 632).

Trakeostomi adalah pembuatan lubang dalam tenggorokan melalui


leher dengan pembedahan.

3
4

2.2 Cedera Otak Traumatik


Perdarahan yang berasal dari vena menyebabkan lambatnya
pembentukan hematoma karena rendahnya tekanan, laserasi arterial ditandai
oleh pembentukan hematoma yang cepat karena tingginya tekanan.

Komplikasi utama dari trauma kepala adalah meningkatkan tekanan


intrakranial (TIK) perdarahan dan kejang, pasien dengan fraktur tulang
tengkorak khususnya pada dasar tulang tengkorak beresiko bocornya cairan
serebrospinal (C 55) di hidung (rinorea) atau telinga (otorea). Bocornya C
55 memberi kemungkinan terjadinya meningitis (Engran, hal 642 – 643).

Kesadaran penderita dapat menurun sampai tulang atau koma, cedera


dinding dada, rongga toraks atau paru dapat menyebabkan gagal nafas, gagal
nafas dapat terlihat jika frekuensi nafas mencapai 25 – 30 / m dengan isi
alun nafas < / kg dan curah jantung yang rendah.
(Syamsuai Dajaty, hal 11 dan 384).

2.3 Indikasi Trakeostomi


Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan nafas dan
gangguan non obstruktif yang mengubah ventilasi. Tiap lesi yang
menyumbat atau dapat menyumbat atau dapat menyumbat jalan nafas bagian
atas harus di pintas. Gejala obstruksi jalan nafas seperti dispnea dari stridor,
biasanya inspirasi. Retraksi pernafasan mencerminkan suatu usaha untuk
menciptakan tekanan negatif intra toraks untuk menarik udara kedalam paru-
paru. Pasien nampak pucat atau sianotik sementara disfagia (mengiter)
memberi kesan obstruksi mekanis saat menelan, sehingga memungkinkan
mengendalikan jalan nafas segera.
(Adams, hal : 474 – 475).

2.4 Komplikasi dapat terjadi dini atau lanjut dalam perjalanan


Penatalaksanaan selang trakeostomi. Komplikasi bahkan dapat terjadi
bertahun-tahun setelah selang trakeostomi dilepas. Komplikasi yang terjadi
5

segera setelah trakeostomi dilakukan mencakup perdarahan, pneumotorak,


sembolisme dilakukan mencakup perdarahan, pneumotoraks, sembolisme
udara, aspirasi, emfisema subkutan atau mediastinum, kerusakan saraf laring
kambuhan, atau penertasi dinding trakea posterior. Komplikasi jangka
panjang termasuk obstruksi jalan nafas akibat akumulasi sekresi atau protusi
cuff diatas lubang selang, infeksi, ruptur arteri inominata, disfagia, fistula
trakeoesofagus, dilatasi trakea atau iskemia trakea dan nekrosis, stenosis
trakea dapat terjadi setelah selang dilepaskan.
(Smeltzer, hal : 654).

2.5 Prosedur Trakeostomi


Prosedur trakeostomi biasanya dilakukan diruang operasi atau di unit
perawatan intensif, dimana ventilasi pasien dapat dikontrl dengan baik dan
teknik aseptik yang optimal dapat dipertahankan. Suatu lubang dibuat pada
cincin trakea kedua dan ketiga. Setelah trakea terpajan, selang trakea kedua
dan ketiga. Setelah trakea terpajan, selang trakeostomi balon dengan ukuran
yang sesuai dimasukkan. Cuff trakeostomi adalah perletakan yang dapat
mengembang pada trakeostomi yang dirancang untuk menyumbat ruang
antara dinding trakea dengan selang untuk memungkinkan ventilasi mekanis
yang negatif.
Selang trakeostomi leher pasien. Biasanya, kasa segi empat steril
diletakkan diantara selang dan kulit untuk menyerap drainase dan mencegah
infeksi.
(Smeltzer, hal : 654).

2.6 Intervensi Keperawatan Pasca Operatif.


Pasien membutuhkan pemantauan dan pengkajian kontinu lubang yang
baru saja diibuat harus dijaga agar tetap paten dengan penghisapan sekresi
yang sesuai. Setelah tanda-tanda vital stabil, pasien dibaringkan dengan
posisi semi fowler untuk memudahkan ventitasi, menggalakan drainase,
meminimalkan edema dan mencegah regangan pada garis sutura. Sasaran
6

utama asuhan keperawatan dalam trakeostomi adalah untuk mengurangi


kegelisahan pasien dan memberikan suatu cara komunikasi yang efektif.

2.7 Perawatan Trakeostomi


a. Pengisapan trakea (selang trakneostomi atau endtrakea)
- Saat selang trakeostomi atau endotrakea terpasang, biasanya
diperlukan penghisapan sekresi pasien karena ke efektifan
mekanisme batuk menurun pengisapan terdapat banyak sekresi.
b. Penatalaksanaan balon
- Balon pada selang endotrakea atau trakeostomi harus mengembang
tekanan di dalam balon dipertahankan (25 cm H2O untuk mencegah
cedera dan memungkinkan pengiriman volume tidak yang adekuat
dan tekanan) cm H2O untuk mencegah aspirasi. Tekanan Cuff harus
dipantau sedikitnya setiap 8 jam dengan menempelkan diameter
tekanan genggam pada pilot balon selang.
(Smeltzer, hal 655).
7

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus
Hari/Tanggal : Senin, 11 Februari 2008 Jam
RS : RSI Pondok Kopi Jakarta Timur
Ruang : An-nisa II (Rawat Inap)
C1 : Ibu

An. L usia 11 tahun kiriman dari R. ICU datang ke Ruang An-nisa II tanggal
26 Januari 2008 Pukul 16.30 WIB denan post trakeostomi, KU : Lemah,
Kesadaran : semi koma, TD : 90/60 mmHg, N : 92 x / menit, R : 26 x /
menit, S : 37,5 0C, Hb : 10,8 gr % / dl, anak terpasang Infus Asering 25 +
PM dan O2 sebanyak 3 L.

3.2 Penyelesaian dengan Manajemen Varney


I. Pengkajian
 Identitas
Nama Anak : An. L
Umur : 11 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 31 Januari 1996
Pendidikan : Pelajar Kelas IV SD
No. RM : 547160

Nama Ibu : Ny. A


Umur : 40o tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Sulawei Raya
F 2/17 Rt 007/016, Duren Jaya, Bek-Tim

7
8

Nama Ayah : Tn. Z


Umur : 45 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Sulawei Raya
F 2/17 Rt 007/016, Duren Jaya, Bek-Tim

 Data Subjektif
- Ibu mengatakan ini anak yang ke-3 dari 3 bersaudara
- Ibu mengatakan tanggal 31 Desember 2007 sore jam 17.00 WIB
- Ibu mengatakan anak jatuh dari tangga dan setelah beberapa saat
anak menjadi kejang, lalu dibawa ke RS tanggal 01 Januari 2008
dan dioperasi bagian kepala karena anak mengalami perdarahan di
kepala, setelah itu dirawat di Ruang ICU selama ± 25 hari.
- Ibu mengatakan anak mengalami operasi trakeostomi pada tanggal
20 Januari 2008 atas instruksi dr. Sp.BU karena anak mengalami
gagal nafas.
- Ibu mengatakansejak anaknya di ruang ICU sampai saat ini masih
dalam keadaan semi koma.
- Ibu mengatakan selama dirawat mobilisasi pasif, hanya bisa
mengedipkan mata dan kadang-kadang menguap.
- Ibu mengatakan suhu tubuh anak tidak stabil, kadang meningkat
sampai 39 0C tapi tidak ada kejang.

 Data Objektif
-Keadaan umum : Lemah
-Kesadaran : Delirium
-TTV : TD : 90/60 mmHg
N : 90 x / menit
R : 26 x / menit
-BB : ± 40 kg
9

-Kepala : - Bekas operasi : Ada


-Massa : Ada (haematom)
-Muka : - Terlihat kuning dan agak pucat
-Mata : - Sklera : Agak kemerahan
-Konjungtiva : Pucat
-Hidung : - Terpasang selang NGT
-Terpasang selang O2
-Mulut dan bibir : - Warna pucat
-Kering dan pecah-pecah
-Leher : - Bekas operasi : Ada (post trakeostomi)
-Perdarahan : Tidak ada
-Dada : - Pernafasan : Dengan retraksi dada
-Abdomen : - Bekas operasi : Tidak ada
-Luka : Tidak ada
-Anogenitalia : - Terpasang DC
-Luka : Tidak ada
-Pengeluaran urine : ± 800 cc / 12 jam
-BAB : Ya
-Ekstremitas atas dan : bawah : Pasif
-Ekstremitas atas : - Mobilisasi : Tidak ada
-Luka : Tidak ada
-Kaku : Ada
-Warna : Kuning
-Reflek : Ada (jika disentuh)
-Ekstremitas bawah : - Mobilisasi : Pasif
- Luka : Tidak ada
- Kaku : Ada (kaki terlihat bengkok)
- Warna : Kuning
-Pemeriksaan laboratorium (Tanggal 10 Februri 2008)
Hb : 10,9 gr % dl
Ht : 37 %
Trombosit : 16 ribu / mm3
10

Leukosit : 6.000 mm3

II. Identifikasi Diagnosa, masalah dan Kebutuhan


Diagnosa : An. L usia 11 tahun dengan cedera otak traumatik post
tracheostomy.
Masalah : - Anak pernah mengalami Delirium
Kebutuhan : - Perawatan intensif

III.Identifikasi Masalah Potensial


Masalah potensial : Kesadaran anak koma dan apneu

IV. Identifikasi Kebutuhan dan Tindakan Segera


Tidak ada

V. Perencanaan
-Pantau KU dan Kesadaran
-Lakukan pemeriksaan TTV
-Pantau cairan dan tetesan infus
-Penuhi kebutuhan nutrisi
-Pantau O2
-Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy
- Anjurkan ibu dan keluarga sering menggerakan anggota tubuh anak
beri support ibu dan keluarga
- Beritahu ibu dan keluarga tanda bahaya pada anak

VI. Pelaksanaan
- Memantau KU dan kesadaran anak setiap hari dengan cara mengajak
anak berbicara, meskipun anak dalam kondisi tidak sadar.
- Melakukan pemeriksaan TTV : TD : 90/60 mmHg, S : 37,5 0C N : 90
x / menit, R : 26 x / menit.
- Memantau cairan dan tetesan infus dengan cara mengganti cairan
infus yang telah habis, dengan cairan Asering 25 tpm selama 5 jam.
11

- Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan susu dan makanan cair melalui


selang NGT sebanyak 3 x 1200 cc / hari.
- Memantau O2 sebanyak 3 liter
- Memberi terapi obat injeksi atas instruksi dr. Spesilis anak untuk : -
macam ? dosis ? Kapan ?.
- Menganjurkan ibu dan keluarga untuk sering menggerakan anggota
tubuhnya yang kaku, agar aliran darah tetap lancar.
- Memberi support kepada ibu dan keluarga, agar terus berdoa demi
kesembuhan anak dan terus bersabar ata musibah yang terjadi.
- Memberi ibu dan keluarga untuk segera memberitahu nakes jika
terdapat tanda-tanda bahaya, seperti :
 Anak berhenti menjadi koma
 Kesadaran menjadi koma
 Suhu tubuh meningkat
 Anak kejang

VII. Evaluasi
-Ibu dan keluarga mengerti dengan apa yang dijelaskan nakes.
-Anak masih dalam keadaan semi koma.

3.3 Penyesuaian Dengan Manajemen SOAP


1)Hari/tanggal : Selasa 12 Februari 2008 Pukul 16.00 WIB
RS : RSI Pondok Kopi Jakarta Timur
Ruang : An-nisa II

S: - Ibu mengatakan tubuh anak panas


-Ibu mengatakan anak belum ada perubahan dari hari sebelumnya
-Ibu mengatakan anak masih belum sadar

O : - KU : Lemah
-TTV : TD : 100 / 70 mmHg N : 77 x / menit
S : 38,0 0C R : 27 x / menit
12

-BB : ± 40 kg
-Kepala : - Bekas operasi : Ada
-Massa : Ada (haematom)
-Muka : - Terlihat kuning dan agak pucat
-Mata : - Sklera : Agak kemerahan
-Konjungtiva : Pucat
-Hidung : - Terpasang selang NGT
-Terpasang selang O2
-Mulut dan bibir : - Warna pucat
-Kering dan pecah-pecah
-Leher : - Bekas operasi : Ada (post trakeostomi)
-Perdarahan : Tidak ada
-Dada : - Pernafasan : Dengan retraksi dada
-Abdomen : - Bekas operasi : Tidak ada
-Luka : Tidak ada
-Anogenitalia : - Terpasang DC
-Luka : Tidak ada
-Pengeluaran urine : ± 800 cc / 12 jam
-BAB : Ya
-Ekstremitas atas dan : bawah : Pasif
-Ekstremitas atas : - Mobilisasi : Tidak ada
-Luka : Tidak ada
-Kaku : Ada
-Warna : Kuning
-Reflek : Ada (jika disentuh)
-Ekstremitas bawah : - Mobilisasi : Pasif
- Luka : Tidak ada
- Kaku : Ada (kaki terlihat bengkok)
- Warna : Kuning
13

A : - Diagnosa : An. L usia 11 tahun dengan cedera otak traumatik


post tracheostomy.
- Masalah : - Anak pernah mengalami gagal nafas
-Kesadaran anak semi koma
-Mobilisasi
-Anak masih terpasang O2, NGT, DC dan infus
- Kebutuhan : - Perawatan intensif
- Potensial : - Kesadaran anak koma dan Apneu

P : - Memantau KU dan kesadaran anak setiap hari dengan cara


mengajak anak berbicara, meskipun anak dalam kondisi tidak
sadar.
- Melakukan pemeriksaan TTV : TD : 90/60 mmHg, S : 37,5 0C N :
90 x / menit, R : 26 x / menit.
- Memantau cairan dan tetesan infus dengan cara mengganti cairan
infus yang telah habis, dengan cairan Asering 25 tpm selama 5
jam.
- Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan susu dan makanan cair
melalui selang NGT sebanyak 3 x 1200 cc / hari.
- Memantau O2 sebanyak 3 liter
- Memberi terapi obat injeksi atas instruksi dr. Spesilis anak untuk : -
macam ? dosis ? Kapan ?.
- Menganjurkan ibu dan keluarga untuk sering menggerakan anggota
tubuhnya yang kaku, agar aliran darah tetap lancar.
- Memberi support kepada ibu dan keluarga, agar terus berdoa demi
kesembuhan anak dan terus bersabar ata musibah yang terjadi.
- Memberi ibu dan keluarga untuk segera memberitahu nakes jika
terdapat tanda-tanda bahaya, seperti :
 Anak berhenti menjadi koma
 Kesadaran menjadi koma
 Suhu tubuh meningkat
 Anak kejang
14

- Kaji ulang masalah

2)Hari/tanggal : Rabu, 13 Februari 2008


RS : RSI Pondok Kpi Jakarta Timur
Ruang : An-nisa II

S: - Ibu mengatakan kesadaran belum stabil


-Ibu mengatakan anak hanya bisa mengedipkan mata dan menguap
saja
-Ibu mengatakan tangan anak yang terpasang infus bengkak.

O : - KU : Lemah
-TTV : TD : 100 / 70 mmHg N : 98 x / menit
S : 37,5 0C R : 26 x / menit
-Kepala : - Bekas operasi : Ada
-Massa : Ada
-Muka : - Terlihat kuning
-Mata : - Sklera : Agak kemerahan
-Konjungtiva : Pucat
-Hidung : - Terpasang selang NGT
-Terpasang selang O2
-Mulut dan bibir : - Mengeluarkan banyak saliva
-Leher : - Bekas operasi : Ada (post trakeostomi)
-Perdarahan : Tidak ada
-Dada : - Pernafasan : Dengan retraksi dada
-Abdomen : - Kembung : Tidak ada
-Luka : Tidak ada
-Anogenitalia : - Terpasang DC
-Pengeluaran urine : ± 900 cc / 12 jam
-BAB : Ya
-Ekstremitas atas dan bawah
-Mobilisasi : Pasif
15

-Luka : Tidak ada


-Kaku : Ada
-Warna : Kuning
-Terpasang Infus : Tidak

A : - Diagnosa : An. L usia 11 tahun dengan post tracheostomy.


- Masalah : - Kesadaran anak semi koma
-Mobilisasi anak masih pasif
-Anak pernah mengalami gagal nafas
-Anak masih terpasang O2, NGT, dan DC
- Kebutuhan : - Perawatan intensif
- Potensial : - Kesadaran anak koma dan Apneu

P : - Memantau KU dan kesadaran anak setiap hari dengan cara


mengajak anak berbicara, meskipun anak dalam kondisi tidak
sadar.
- Melakukan pemeriksaan TTV : TD : 90/60 mmHg, S : 37,5 0C N :
90 x / menit, R : 26 x / menit.
- Memantau cairan dan tetesan infus dengan cara mengganti cairan
infus yang telah habis, dengan cairan Asering 25 tpm selama 5
jam.
- Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan susu dan makanan cair
melalui selang NGT sebanyak 3 x 1200 cc / hari.
- Memantau O2 sebanyak 3 liter
- Memberi terapi obat injeksi atas instruksi dr. Spesilis anak
- Menganjurkan ibu dan keluarga untuk sering menggerakan anggota
tubuhnya yang kaku, agar aliran darah tetap lancar.
- Memberi support kepada ibu dan keluarga, agar terus berdoa demi
kesembuhan anak dan terus bersabar ata musibah yang terjadi.
- Memberi ibu dan keluarga untuk segera memberitahu nakes jika
terdapat tanda-tanda bahaya, seperti :
 Anak berhenti menjadi koma
16

 Kesadaran menjadi koma


 Suhu tubuh meningkat
 Anak kejang

3)Hari/Tangal : Kamis, 14 Februari 2008


RS : RSI Pondok Kopi Jakarta Timur
Ruang : An-nisa II

S: - Ibu mengatakan kesadaran anaknya belum stabil


-Ibu mengatakan suhu tubuh anaknya panas tetapi tidak sampai
kejang
-Ibu mengatakan anaknya hanya masih mengedipkan mata dan
menguap saja

O : - KU : Lemah
-Kesadaran : Semi koma
-TTV : TD : 100 / 70 mmHg N : 96 x / menit
S : 39 0C R : 26 x / menit
-Kepala : - Bekas operasi : Ada
-Massa : Ada
-Muka : - Terlihat kuning
-Mata : - Sklera : Agak kemerahan
-Konjungtiva : Pucat
-Hidung : - Terpasang selang NGT
-Terpasang selang O2
-Mulut dan bibir : - Mengeluarkan banyak saliva
-Leher : - Bekas operasi : Ada (post trakeostomi)
-Perdarahan : Tidak ada
-Dada : - Pernafasan : Dengan retraksi dada
-Abdomen : - Luka : Tidak ada
-Kembung : Tidak ada
17

-Anogenitalia : - Terpasang DC
-Pengeluaran urine : ± 700 cc / 12 jam
-BAB : Ya
-Ekstremitas atas dan bawah
-Mobilisasi : Pasif
-Luka : Tidak ada
-Kaku : Ada
-Warna : Kuning
-Pemeriksaan penunjang (Tanggal........02 Februari 2008)
-Cek dartah : Hb 10,7 gr / dl

A : - Diagnosa : An. L usia 11 tahun dengan post tracheostomy.


- Masalah : - Kesadaran anak masih belum stabil
-Mobilisasi anak masih pasif
-Anak pernah mengalami gagal nafas
-Anak masih terpasang O2, NGT, dan DC
- Kebutuhan : - Perawatan intensif
- Potensial : - Kesadaran anak koma dan Apneu

P : - Memantau KU dan kesadaran anak setiap hari dengan cara


mengajak anak berbicara, meskipun anak dalam kondisi tidak
sadar.
- Melakukan pemeriksaan TTV : TD : 90/60 mmHg, S : 37,5 0C N :
90 x / menit, R : 26 x / menit.
- Memantau cairan dan tetesan infus dengan cara mengganti cairan
infus yang telah habis, dengan cairan Asering 25 tpm selama 5
jam.
- Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan susu dan makanan cair
melalui selang NGT sebanyak 3 x 1200 cc / hari.
- Memantau O2 sebanyak 3 liter
- Memberi terapi obat injeksi atas instruksi dr. Spesilis anak
18

- Menganjurkan ibu dan keluarga untuk sering menggerakan anggota


tubuhnya yang kaku, agar aliran darah tetap lancar.
- Memberi support kepada ibu dan keluarga, agar terus berdoa demi
kesembuhan anak dan terus bersabar ata musibah yang terjadi.
- Memberi ibu dan keluarga untuk segera memberitahu nakes jika
terdapat tanda-tanda bahaya, seperti :
 Anak berhenti menjadi koma
 Kesadaran menjadi koma
 Suhu tubuh meningkat
 Anak kejang
19

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Pada kasus ini, An. L usia 11 tahun dengan post trakeosti masih
dengan kesadaran semi koma. An. L mengalami trakeostomi karena anak
mengalami obstruksi jalan nafas karena kehilangan refleks protektif (batuk
dan menelan) dan fokus otot faring, yang menyebabkan lidah tidak jatuh ke
belakang dan menyumbat jalan nafas. Obstruksi jalan nafas sering dialami
pada pasien dalam kesadaran koma dan mengalami suatu cedera yang
mengakibatkan sistem menjadi lebih peka terhadap cedera lainnya. Dan pada
kasus ini, anak mengalami obstruksi jalan nafas karena kesadaran koma
sejak dirawat di ruang ICU akibat post operasi bagian kepala.

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan objektif (fisik), mobilisasi anak


masih positif pasif, dan hanya bisa mengedipkan mata dan kadang-kadang
menguap. Suhu tubuh anak meningkat menjadi 38 0C, ekstremitas atas dan
bawah kaku, warna tubuh terlihat kuning dan yang menjadi masalah adalah
anak mengalami obstruksi jalan nafas.

19
20

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Komplikasi utama dari trauma kepala adalah meningkatnya tekanan
intrakranial perdarahan dan kejang, pasien dengan fraktur tengkorak
khususnya pada dasar tulang tengkorak beresiko terhadap bocornya cairan
serebro spinal (C 55) dari hidung (rinorea) atau telinga (otorea) bocornya C
55 memberikan kemungkinan terjadinya meningitis.
Suatu cedera akan mengakibatkan sistem menjadi lebih peka terhadap
cedera lainnya, misalnya oksigenasi yang tidak adekuat, pasien dengan
perubahan tingkat kesadaran karena berbagai sebab beresiko mengalami
obstruksi jalan nafas karena kehilangan refleks protektif (batuk dan
menelan) dan tonus otot-otot yang menyebabkan lidah jatuh ke belakang dan
menyumbat jalan nafas. Jika obstruksi jalan nafas, sehingga dilakukan
inkubasi endotrakeal atau pun trakeostomi.

5.2 Saran dan Kritik


a.Menghibau kepada pihak lahan agar lebih membimbing mahasiswa yang
sedang praktek di lahan
b. Untuk mahasiswa
- Menganjurkan kepada mahasiswa untuk memperdalam dari segi teori
maupun kemampuan

20
21

KATA PENGANTAR

Segala puji Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga Kami dapat menyelesaikan
Laporan ini dengan baik..

Penulisan Makalah ini yang berjudul "Laporan Praktek Mengenai


Asuhan Pada An. L Usia 11 Tahun Dengan Post Trakeostomi" Kami membuat
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi salah satu tugsa dalam kegiatan praktek
lapangan di AKBID BHAKTI HUSADA. Dalam pembuatan Makalah Laporan ini
Kami menemukan banyak kesulitan, tetapi karena bantuan dan bimbingan dari
para pembimbing, sehingga Kami dapat menyelesaikan Laporan ini dengan baik.
Untuk itu, Kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Sofie Handajany, S.Kep, M.Kep, selaku Ditektur STIKes Bhakti Husada.
2. Ibu Ade Krisna Ginting, SST, selaku Ketua Prodi D III Kebidanan Bhakti
Husada.
3. Orang tua Kami yang telah memberi semangat dan motivasi kepada Kami
selama proses belajar.
4. Ibu Rona Andri, SKM, selaku Koordinator Mata Kuliah ASKEB II.
5. Ibu Itoh Masitoh, Am.Keb, selaku Koordinator Mata Kuliah ANBB.
6. Para Pembimbing Lahan yang telah membimbingi Kami selama praktek di
Lahan Praktek RSI Pondon Kopi Jakarta Timur.
7. Rekan-rekan Mahasiswa AKBID STIKES BHAKTI HUSADA.

Kami menyadari pembuatan Laporan ini masih banyak kekurangan


untuk itu Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan Laporan selanjutnya, semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi
Kami dan para pembaca.

Cikarang, Februari 2008

Penulis
i
22

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i


DAFTAR ISI ..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan .....................................................................2
1.2.1 Tujuan umum ..................................................................2
1.2.2 Tujuan khusus .................................................................2
1.3 Sistematika Penulisan ..............................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1 Pengertian Trakeostomi...........................................................3
2.2 Cedera Otak Traumatik ...........................................................4
2.3 Indikasi Trakeostomi...............................................................4
2.4 Komplikasi dapat terjadi dini atau lanjut dalam perjalanan....4
2.5 Prosedur Trakeostomi..............................................................5
2.6 Intervensi Keperawatan Pasca Operatif...................................5
2.7 Perawatan Trakeostomi ..........................................................6

BAB III TINJAUAN KASUS .....................................................................7

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................19

BAB V PENUTUP
Kesimpulan ....................................................................................20
Saran ............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

ii
23

LAPORAN PRAKTEK
ASUHAN PADA AN. L USIA 11 TAHUN DENGAN
POST TRAKEOSTOMI DI RUANG AN-NISA II
RSI PONDOK KOPI JAKARTA TIMUR

Disusun Oleh :
Gelombang II
1.Acih Mintarsih 9. Fitri Sonia Sonatha
2.Anditia Nugrahawati 10. Kiki Zakiyah
3.Badriah Wulandari 11. Arum Aria Utami
4.Desi Andriyani 12. Nani Pujianti
5.Diana Safitri 13. Eti Ernawati
6.Endang Marlina 14. Fitri Rahmawati
7.Evi Susanti 15. Indah Pratiwi
8.Fitri Afriyani 16. Inggrid Yuditha. P

PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN


STIKes BHAKTI HUSADA
CIKARANG - BEKASI
FEBRUARI 2008
24

DAFTAR PUSTAKA

Engram, Barbara. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


EGC.
Sjamsuhidajat, R. 2001. Buku ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

Adams. 2001. Buku Ajar Penyakit THT . Jakarta : EGC.

Smeltzer, C. Suzame. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.


Vol I.

Danis, Difa. 2005. Kamus Istilah Kedokteran. Jakarta : Gita Media Press.
Laksana, Hendra. T. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta. Djambatan.

Anda mungkin juga menyukai