PENDAHULUAN
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat
masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (adams,
1997).
Trakeostomi adalah prosedur dimana dibuat lubang kedalam trakea.
(Smeltzer & Bare, 2002)
Trakeostomi adalah insisi operasi dimana memasukkan selang ke dalam
trakea agar klien dapat bernafas dengan lebih mudah dan mengeluarkan
sekretnya. ( Putriardhita, C, 2008)
2.6 Klasifikasi
2.6.1 Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan menjadi
Trakeostomi elektif : Insisi horisontal
Trakeostomi emergensi : Insisi vertikal
Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat.
Dilakukan pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan dua atau dua dan
tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan
lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi
juga jauh lebih kecil.
Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi
mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.
Logam bahan pada kanul perak sangat lunak, oleh karena itu dapat tergores atau
bengkok dengan mudah, oleh karena itu tidak boleh dicoba untuk digores; krusta
dapat diangkat dengan merendamnya. Tidak boleh digunakan penggosok kasar
untuk membersihkan kanul dalam. Biasanya, kanul dalam dan luar dibuat secara
spesifik agar cocok satu dengan yang lain, bahkan kanul dalam tidak akan saling
tertukar dengan yang lain. Kanul plastik dapat dibersihkan dan dididihkan dengan
cara yang sama seperti halnya kanul perak.
Cara mengganti kanul trakeostomi
Petunjuk khusus dari dokter dan perawat diperlukan sebelum penderita
mengganti kanul trakeostominya. Adanya lubang pada anterior leher yang secara
langsung berhubungan dengan trakea, menyebabkan kanul trakeostomi dapat
dimasukkan dengan mudah. Untuk mengangkat kanul trakeostomi, pita
trakeostomi dibuka lebih dahulu, pelindung atau permukaan lempeng kanul
trakeostomi dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk, kemudian ditarik ke arah
anterior dan posterior. Kanul harus bersih dengan pita trakeostomi telah terpasang,
dan siap untuk dimasukkan sebelum pengangkatan kanul trakeostomi. Salep
dioleskan sangat tipis pada permukaan luar kanul rakeostomi
untuk mempermudah memasukkannya. Pita trakeostomi yang digunakan pada
kanul dapat satu atau dua untai.
Pada saat memasukkan kanul trakeostomi, penderita melihatnya melalui
cermin dan pegang tiap sisi lempeng permukaan kanul dengan ibu jari dan jari
telunjuk. Kanul trakeostomi akan eluncur ke dalam dengan tekanan ke arah dalam
secara halus. Di samping itu, hal yang penting ialah bahwa kanul dimasukkan
segera setelah kotoran yang melekat pada kanul dibersihkan. Setelah kanul
trakeostomi terpasang di tempatnya dan pita trakeostomi diikat, tempatkan kasa di
atas kanul.
Cara menghisap
Banyaknya discharge mukus bervariasi. Mukus ini akan meningkat jumlahnya
jika penderita dingin, jika udara dalam rumah kering, atau jika kanul teriritasi.
Penghisapan mungkin diperlukan untuk mengontrol mukus. Mesin penghisap
yang mudah dibawa dapat dipinjam dari rumah sakit dengan petunjuk
penggunaannya. Kateter karet tidak boleh dimasukkan sampai melewati ujung
dalam kanul trakeostomi, kecuali jika ada instruksi khusus untuk melakukannya
dari dokter. Jika mesin penghisap tidak didapat, semprit steril atau kateter yang
dapat dibeli di toko obat atau apotik bisa digunakan sebagai penghisap.
Cara melakukan :
1). Siapkan alat-alat.
2). Pegang kateter dengan salah satu tangan dan balon karet pada semprit dengan
tangan yang lain.
3).Tekan balon karet sebelum kateter dimasukkan ke dalam kanul trakeostomi,
untuk mengeluarkan udara di dalamnya.
4). Lepaskan balon karet, mukus akan terhisap ke dalam kateter dan semprit.
5). Bersihkan alat-alat dengan air sabun. Peralatan tersebut sering dididihkan
untuk memelihara kebersihannya
2.8.6 Humidifikasi
Humidifikasi adalah proses penambahan air ke dalam gas. Suhu adalah faktor
yang paling penting dalam mempengaruhi jumlah uap air yang dapat dikandung
gas. Presentase air dalam gas, terkait dengan kapasitasnya untuk mengangkut air,
merupakan klembaban relative. Udara atau oksigen dengan kelembaban relative
yang tinggi membuat jalan nafas tetap lembab dan membantu melepaskan sekresi
dan dikeluarkan dari paru.
Humidifikasi diperlukan bagi klien yang menerima terapi oksigen. Oksigen yang
dimasukkan kedalam jalan nafas bagian atas dapat dilembabkan dengan
melekatkan kateter ke dalam air sehingga menghasilkan udara (bubbling).
Umumnya humdifikasi ditambahkan saat kecepatan aliran oksigen melebihi
4L/menit.
Untuk pemasangan alat pelembab, hal yang perlu diperhatikan perawat adalah
memastikan bahwa alat tersebut menggunakan salin steril untuk inhalasi dan
bahwa larutan diganti sesuai prosedur. Humidifikasi dapat menjadi sumber infeksi
nosokomial pada klien karena lingkungan yang lembab mendukung prtumbuhan
mikroorganisme patogen.
Dengan adanya trakeostomi, fungsi humidifikasi yang sebelumnya dilakukan oleh
saluran napas bagian atas menghilang. Untuk itu menggantikannya perlu
dilakukan humidifikasi buatan.
Cara-cara untuk humidifikasi udara inspirasi di antaranya ialah:
a). Condensor humidifier. Alat ini dipasang pada kanul
trakea. Pada waktu ekspirasi, uap air mengembun pada lempeng-lempeng metal
dari kondensor. Kekurangan alat ini ialah jika terjadi penimbunan discharge pada
alat tersebut fungsinya akan berkurang. Alat ini harus diganti setiap 3 jam.
b). Dengan melewatkan udara inspirasi melalui reservoir berisi air yang secara
teratur dipanaskan dengan termostat. Alat ini relatif lebih efisien. Bila penderita
bernafas spontan, campuran gas ditiupkan melalui suatu T-piece atau melalui
kotak plastik yang dilubangi.
c). Dengan menambahkan tetesan-tetesan air yang halus pada udara inspirasi.
Efektifitas tetesan ini tergantung pada jumlah tetesan dan kelembaban relatif
udara inspirasi.
d). Secara sederhana humidifikasi dapat dikerjakan dengan menaruh lembaran kasa
yang telah dibasahi di depan mulut kanul. Kasa tersebut diikatkan pada leher dan
harus diganti sesering mungkin
2.9 Komplikasi
2.9.1 Waktu tindakan operasi
Perdarahan
Cardiac arrest
Perforasi
Emboli udara
Ruptur pleura servikalis
Apneu
Sumbatan darah / secret
2.9.2 Setelah operasi
Infeksi
Perdarahan
Sumbatan kanul
Pergeseran stenosis
Pembentukan jar. granulasi
Aspirasi, atelektasis
Pneumotoraks
Pipa trakeostomi tercabut
Emfisema subkutis
ASUHAN KEPERAWATAN
Konsep asuhan keperawatan pada klien trakeostomi merujuk pada konsep yang
dikutip dari Doenges (2000), seperti dibawah ini :
A. Pengkajian
Pengumpulan data tergantung pada patofisiologi dan/atau alasan untuk dukungan
bantuan ventilasi (trakeostomi), misalnya trauma dada (pneumothorax,
hemothorax).
4. Aktivitas/istirahat
Gejala : dispnea dengan istirahat ataupun aktivitas
5. Sirkulasi
Tanda : takikardia, frekuensi tak teratur, nadi apical berpindah oleh adanya
penyimpangan medaistinal. TD hiper/hipotensi
6. Makanan/cairan
Gejala : anorexia (mungkin karena bau sputum)
Tanda : pemasangan IV line,
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri area luka trakeostomi, nyeri dada unilateral meningkat karena batuk
atau bernafas
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah
8. Pernafasan
Gejala : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada), riwayat trauma
dada.
Tanda : peningkatan frekuensi nafas, kulit cyanosis, penggunaan ventilasi
mekanik (trakeostomi), secret pada selang trakeostomi
9. Hygiene
Tanda : kemerahan area luka trakeostomi
10. Interaksi social
Tanda : ketidakmampuan mempertahankan suara karena distress pernafasan,
keterbatasan mobilitas fisik.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami trakeostomi
adalah sebagai berikut :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing (jalan nafas
buatan) pada trakea
2. Gangguan komunikasi verbal berhubunhan dengan hambatan fisik, contoh selang
trakeostomi, paralisis neuromuscular.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan tubuh
(penurunan kerja silia, statis cairan tubuh), tidak adekuat pertahanan sekunder
(tekanan imun), prosedur invasive.
C. Intervensi.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing (jalan
nafas buatan) pada trachea, ketidakmampuan batuk efektif.
Intervensi :
Mandiri
- Kaji kepatenan jalan nafas
R/ obstruksi dapat disebabkan oleh akumulasi secret, perlengketan mukosa,
perdarahan, spasme bronkus dan atau masalah dengan posisi trakeostomi/selang
endotrakeal.
- Evaluasi gerakan dada dan asukultasi bunyi nafas bilateral
R/ gerakan dada simetris dengan bunyi nafas melalui area paru menunjukkan letak
selang tepat/tak menutup jalan nafas.
- Awasi letak selang endotrakeal. Catat tanda garis bibir dan bandingkan dengan
letak yang diinginkan. Amankan selang dengan hati-hati dengan plester atau
penahan selang.
R/ selang endotrakeal dapat masuk ke bronkus kanan, sehingga menghambat
aliran udara ke paru kiri dan pasien beresiko untuk pneumotorax tegangan.
- Catat batuk berlebihan, peningkatan dispnu, secret terlihat pada selang
endotrakeal/trakeostomi, peningkatan ronkhi.
R/ pasien intubasi biasanya mengalami reflex batuk tak efektif atau pasien dapat
mengalami gangguan neuromuscular atau neurosensori
- Lakukan suctioning sesuai kebutuhan, batasi penghisapan 15 detik atau kurang.
Pilih kateter yang tepat, isikan cairan garam faal steril, bila diindikasikan.
Hiperventilasi dengan kantung sebelum penghisapan, gunakan oksigen 100% bila
ada.
R/ penghisapan tidak harus rutin, dan lamanya harus dibatasi untuk menurunkan
bahaya hipoksia. Kateter penghisap diameternya harus kurang dari 50% diameter
dalam trakeostomi untuk mencegah hipoksia. Hiperventilasi dengan kantung atau
nafas panjang ventilator pada oksigen 100% mungkin diinginkan untuk
menurunkan atelektasis dan untuk menurunkan hipoksia tiba-tiba.
- Anjurkan pasien untuk melakukan teknik batuk selama penghisapan contoh
menekan, nafas pada waktunya dan batuk segi empat sesuai indikasi.
R/ meningkatkan keefektifan upaya batuk dan pembersihan secret.
- Ubah posisi/berikan cairan dalam kemampuan individu
R/ meningkatkan drainage sekret dan ventilasi pada semua segmen paru,
menurunkan resiko atelektasis.
- Dorong/berikan cairan dalam kemampuan pasien
R/ membantu mengencerkan secret, meningkatkan pengeluaran.
Kolaborasi
- Berikan fisioterapi dada sesuai indikasi, misal postural drainage, perkusi
R/ meningkatkan ventilasi pada semua degmen paru dan alat drainage secret.
- Berikan bronkodilator IV dan aerosol sesuai indikasi, misal aminophilin,
idiotharine hidroklorida
R/ meningkatkan ventilasi dan membuang secret dengan relaksasi otot
halus/spasme bronkus.
- Bantu bronkoskopi serat optic bila diindikasikan.
R/ dapat dilakukan untuk membuang secret/perlengketan mukosa.
2. Gangguan komunikasi verbal. Dapat berhubungan dengan hambatan fisik,
contoh selang trakeostomi, paralisis neuromuscular.
Intervensi :
Mandiri
- Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi dengan pilihan arti
R/ alasan untuk dukungan ventilator jangkan panjang bermacam-macam ; pasien
dapat sadar dan beradaptasi pada penulisan. Metode komunikasi dengan pasien
sangat individual.
- Buat cara-cara komunikasi contoh memperhatikan kontak mata, tanyakan
pertanyaan ya/tidak, berikan magic slate, kertas/pensil. Gambar/alphabet, gunakan
tanda bahasa yang tepat, validasi arti upaya komunikasi.
R/ kontak mata menjamin minat komunikasi pasien ; bila pasien mampu untuk
menggerakkan kepala, mengedipkan mata, atau nyaman melakukan gerak tubuh,
penerimaan dapat dilakukan dengan pertanyaan ya/tidak. Penunjukkan ke papan
huruf atau menulis sering melelahkan pasien, kemudian menjadi frustasi karena
upaya diperlukan untuk percakapan. Penggunaan papan gambar yang
menunjukkan konsep atau kebutuhan rutin dapat menyederhanakan komunikasi.
- Letakkan bel pemanggil dalam jangkauan, yakinkan pasien sadar dan secara fisik
mempu menggunakannya.
R/ lebih mampu untuk rileks, merasa aman.
- Letakkan catatan pada pusat pemanggil informasi staf bahwa pasien tidak mampu
bicara.
R/ menyadarkan semua staf untuk berespons pada pasien di tempat tidur sebagai
ganti melalui intercom.
- Dorong keluarga terdekat bicara dengan pasien, berikan informasi tentang
keluarga dan kejadian sehari-hari.
R/ orang terdekat dapat sadar diri dalam perbincangan satu arah, tetapi
pengetahuan bahwa ia mampu membantu pasien untuk meningkatkan kontak
dengan realita sehingga memungkinkan pasien manjadi bagian dari keluarga dapat
menurunkan perasaan kaku.
3. Resiko tinggi infeksi dapat berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan
tubuh (penurunan kerja silia, statis cairan tubuh), tidak adekuat pertahanan
sekunder (tekanan imun), prosedur invasive.
Intervensi :
Mandiri
- Catat faktor resiko terjadinya infeksi
R/ intubasi, ventilasi mekanik lama, ketidakmampuan umum, malnutris, prosedur
invasif, perawatan trakeostomi inadekuat adalah factor dimana pasien potensial
mengalami infeksi dan lama sembuh. Kesadaran akan factor resiko memberikan
kesempatan untuk membatasi efeknya.
- Observasi warna/bau/karakteristik sputum. Catat drainase sekitar selang
trakeostomi.
R/ kuning/hijau, sputum berbau purulen menujukkan infeksi, sputum kental,
lengket diduga dehidrasi.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, teknik penghisapan
steril.
R/ sederhana tapi penting mencegah infeksi nosokomial.
- Batasi pengunjung
R/ individual telah berada pada resiko tinggi infeksi.
- Pertahankan hidrasi adekuat dan nutrisi.
R/ membantu memperbaiki tahanan umum untuk penyakit dan menurunkan resiko
infeksi dari statis secret.
Kolaborasi :
- Ambil kultur sputum sesuai indikasi
R/ mengidentifikasi pathogen dan antimikrobial yang tepat
- Berikan antibiotic sesuai indikasi
R/ satu atau lebih agen dapat digunakan tergantung pada identifikasi pathogen bila
infeksi terjadi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk
membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal.
Jenis Tindakan Trakeostomi
a. Surgical trakeostomy
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi.
Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.
b. Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat.
Dilakukan pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan dua atau dua dan
tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan
lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi
juga jauh lebih kecil.
c. Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini
dimasukan menggunakan kawat dan dilator.
Saran
Mahasiswa yang mempelajari makalah ini memahami trakeostomi secara
keseluruhan dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
trakeostomi dengan cermat.Apabila ada kesalahan mohon disampaikan
DAFTAR PUSTAKA