BAB 1
PENDAHULUAN
Trakeostomi adalah operasi membuat jalan udara melalui leher langsung ke trakea untuk
mengatasi asfiksi apabila ada gangguan pertukaran udara pernapasan. Trakeostomi
diindikasikan untuk membebaskan obstruksi jalan napas bagian atas, melindungi trakea serta
cabang-cabangnya terhadap aspirasi dan tertimbunnya discharge bronkus, serta pengobatan
terhadap penyakit (keadaan) yang mengakibatkan insufisiensi respirasi. Perawatan pasca
trakeostomi besar pengaruhnya terhadap kesuksesan tindakan dan tujuan akhir trakeostomi.
Perawatan pasca trakeostomi yang baik meliputi pengisapan discharge,
Pemeriksaan periodik kanul dalam, humidifikasi buatan, perawatan luka operasi, pencegahan
infeksi sekunder dan jika memakai kanul dengan balon (cuff) yang high volume-low pressure
cuff sangat penting agar tidak timbul komplikasi lebih lanjut. Perawatan kanul trakea di
rumah sakit dilakukan oleh paramedis yang terlatih dan mengetahui komplikasi trakeostomi,
yang dapat disebabkan oleh alatnya sendiri maupun akibat perubahan anatomis dan fisiologis
jalan napas pasca trakeostomi. Selain itu, pasien juga harus mengetahui bagaimana cara
membersihkan dan mengganti kanul trakheostomi, agar pasien dapat secara mandiri menjaga
kesehatan tubuhnya, apabila pasien pulang dengan kanul trakhea masih terpasang. Dalam hal
ini peran perawat sangat penting sebagai educator dan role mode dalam perawatan mandiri
pasien trakheostomi. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dijelaskan berbagai macam hal
mengenai trakheostomi.
1.2 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat disusunnya makalah ini adalah mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan
pada klien yang terpasang trakeostomi dengan tepat dan benar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Panjang trakea pada
orang dewasa 10-12 cm. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin meluas
ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus
utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah
lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di setelah
depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea
kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah
jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang
melekat pada kartilago tiroid dan hioid.
2.2 Definisi
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke paru-
paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (adams, 1997). Trakeostomi merupakan
tindakan operatif yyang memiliki tujuan membuat jalan nafas baru pada trakea dengan
mebuat sayatan atau insisi pada cincin trakea ke 2,3,4.
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu jalan
nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata – kata yang dipergunakan dalam membedakan
“ostomy” dan “otomy” tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan
cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah ditempatkan,
bukaan hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat sembuh dalam waktu satu minggu. Jika
dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan), lubang akan menutup dalam
waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari trakea yang dibuka dapat dijahit pada kulit
dengan beberapa jahitan yang dapat diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan, jika
diperlukan, pada rekanulasi; alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan
melingkar (circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk
semua jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai sinonim dari
trakeotomi.
1. Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital, traumaeksterna dan interna,
infeksi, tumor.
2. Cedera parah pada wajah dan leher
3. Setelah pembedahan wajah dan leher
10. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan
resiko tinggi terjadinya aspirasi
11. Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada tetanus, trauma kapitis berat,
Cerebro Vascular Disease (CVD), keracunan obat, serta selama dan sesudah operasi laring
Infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol,
seperti hemofili.
2.5 Klasifikasi
2.6 Penatalaksanaan
1. Surgical trakeostomy
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi
dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.
1. Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan
pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang
dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar.
Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
1. Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini
dimasukan menggunakan kawat dan dilator.
1. Cuffed Tubes
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya
aspirasi.
1. Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko
aspirasi.
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam
dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi
Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu
terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.
Fenestrated Tubes
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita
masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini
memungkinkan penderita untuk dapat berbicara.
Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala
untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan
lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher. Kulit leher dibersihkan
sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum
disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit
dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau
jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid
dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan
jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima sentimeter.
Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi
lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa
dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di
bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah yang
tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas
terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya.
Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dan disisihkan ke lateral.
Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum
pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan
memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea
dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi
ditutup dengan kasa.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit jangan terlalu pendek
agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit.
1. Jelaskan prosedur pada klien & keluarga sebelum memulai dan berikan ketenangan
selama pengisapan.
2. Siapkan alat – alat yang diperlukan
3. Cuci tangan
4. Hidupkan mesin suction (portable atau wall dengan tekanan sesuai kebutuhan)
5. Buka kit kateter pengisap
6. Isi kom dengan normal salin
7. Ventilasi klien dengan bagian resusitasi manual dan aliran oksigen yang tinggi.
8. Kenakan sarung tangan pada kedua tangan ( steril )
9. Ambil kateter pengisap dengan tangan non dominan dan hubungkan ke pengisap
10. Masukkan selang kateter sampai pada karina tanpa memberikan isapan, untuk
menstimulasi reflek batuk
11. Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360 derajat
tanpa menyentuh lapisan mucus saluran napas (lakukan pengisapan maksimal 10-15
detik karena pasien dapat hipoksia)
12. Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kali nafas
13. Ulangi 4 langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih.
14. Bilas kateter dg normal salin antara tindakan pengisapan
15. Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakea
16. Bilas selang pengisap
17. Buang kateter, sarung tangan ke dalam tempat pembuangan kotor.
c. Persiapan Pasien
1. Prosedur Kerja
1. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau larutan anti septik
2. Pemasangan perlak
3. Pasang sarung tangan
4. Angkat kasa dari luka
5. Kaji kondisi luka
6. Bersihkan luka dengan NaCL 0,9 % dari pusat luka kea rah luar
7. Keringkan luka dengan kasa steril yang lembut
8. Berikan obats esuai indikasi
9. Tutup luka dengan kasa steril dan paten (hindari luka dari serabut-serabut
kasa)
Adanya kanul di dalam trakea yang merupakan benda asing akan merangsang
pengeluaran discharge. Discharge ini akan keluar bila penderita batuk, pada saat dilakukan
pengisapan atau pada saat penggantian anul. Pengeluaran discharge dengan jalan
membatukkan pada penderita dengan trakeostomi tidak seefektif pada rang normal, karena
penderita tidak dapat menutup glotis untuk menghimpun tekanan yang tinggi, sehingga perlu
dilakukan pengisapan. Beberapa jam pertama pasca bedah, dilakukan pengisapan discharge
tiap 15 menit, elanjutnya tergantung pada banyaknya discharge dan keadaan penderita.
Pengisapan discharge dilakukan dengan kateter pengisap yang steril dan disposable. Pada
saat pengisap dimasukkan ke dalam trakea, jangan diberi tekanan negatif, begitu pula antara
pengisapan harus diberi periode istirahat agar udara paru tidak terlalu banyak terisap, dengan
demikian residual volume tidak banyak berkurang. Setelah ujung pengisap sampai di
bronkus, dilakukan pengisapan perlahan-lahan sambil memutar kanul pengisap. Jika kanul
trakea mempunyai kanul dalam, kanul dalamnya dikeluarkan terlebih dahulu. Kanul dalam
ini harus sering diangkat dan dibersihkan.
Lore (1973) menganjurkan memakai pengisap terkecil yang dapat melakukan
pengisapan dengan adekuat, sedang Feldman dan Crawley (1971) memakai kateter pengisap
steril dan non traumatik yang penampangnya kurang dari separuh penampang trakea.
Sebelum melakukan pengisapan, sebaiknya penderita diberi oksigen selama 2-3 menit. Bila
didapatkan sekret yang kental, teteskan larutan garam fisiologis terlebih dahulu. Dengan
adanya trakeostomi, fungsi humidifikasi yang sebelumnya dilakukan oleh saluran napas
bagian atas menghilang. Untuk itu menggantikannya perlu dilakukan humidifikasi buatan.
Pasca trakeostomi penderita akan diberi petunjuk oleh dokter atau paramedis perihal
erawatan kanul trakeostomi. Petunjuk untuk penderita ini tergantung pada keadaan penderita
saat dari rumah sakit.
1. Petunjuk umum
Belajarlah merawat sendiri kanul trakeostomi atas tanggung jawab sendiri. Jika tergantung
pada seseorang saat melakukan hal itu, mungkin akan bermasalah. Peralatan hendaknya
tersedia setiap saat melakukan perawatan kanul; lakukan setiap hari seperti menyikat gigi
atau menyisir rambut. Kulit sekitar kanul dipelihara kebersihannya dengan air sabun,
menggunakan lap atau kasa perban. Krusta diangkat dengan kapas aplikator yang dimasukkan
ke dalam perhidrol. Pastikan tidak ada air memasuki stoma, dan hati-hati membersihkan kulit
di sekitar kanul. Jika mengalami kesulitan bernapas atau pernapasan menjadi berbunyi,
mungkin telah terdapat krusta atau mukus di dalam kanul. Angkatlah kanul dalam dan
bersihkan. Jika ditemukan krusta dari mukus tebal yang sering terbentuk di dalam kanul,
paling baik membersihkannya dengan memakai kasa basah di atas kanul. Jika udara rumah
kering, mungkin diperlukan pelembab (bukan vaporizer).
Alat yang perlu disediakan ialah botol kecil, kasa perban, penjepit, panci bergagang,
saringan, dan cairan penggosok perak. Cara membersihkan kanul dalam, sebagai berikut:
2). Angkat kanul dalam dengan cara pertama-tama putar kait kecil pengunci kanul dalam dan
kemudian tarik kanul dalam ke luar.
3). Cuci kanul dalam dengan air dingin dan kemudian rendam untuk beberapa menit di dalam
cairan sabun.
4). Bersihkan bagian dalam kanul dalam dengan kasa yang salah satu ujungnya diikatkan
pada suatu tempat (Gb. 1). Gunakan penjepit untuk membantu menarik kasa melalui kanul.
Tarik kanul dalam ke belakang, ke depan dan seterusnya sekeliling kasa yang diikatkan
sampai bagian dalam kanul dalam bersih.
5). Setelah kanul dalam bersih, cuci dengan baik memakai air dingin yang mengalir.
6). Jika kanul dari perak telah memudar, rendam di dalam cairan pembersih perak untuk
beberapa menit, kemudian bersihkan dan cuci.
7). Goyangkan kanul dalam untuk mengangkat tetesan air. Masukkan kanul dalam ke
tempatnya dan putar kait kecil pengunci untuk mengunci pada tempatnya.
1). Tempatkan kanul dalam bersih pada saringan dan tempatkan saringan pada panci
tergagang
2). Isi panci dengan air secukupnya untuk merendam kanul dalam
4). Angkat saringan dari panci bergagang, tuangkan air dari panci, dan tempatkan kembali
saringan dalam panci.
5). Biarkan kanul dalam dingin untuk beberapa menit sebelum dimasukkan ke dalam kanul
luar
Logam bahan pada kanul perak sangat lunak, oleh karena itu dapat tergores atau bengkok
dengan mudah, oleh karena itu tidak boleh dicoba untuk digores; krusta dapat diangkat
dengan merendamnya. Tidak boleh digunakan penggosok kasar untuk membersihkan kanul
dalam. Biasanya, kanul dalam dan luar dibuat secara spesifik agar cocok satu dengan yang
lain, bahkan kanul dalam tidak akan saling tertukar dengan yang lain. Kanul plastik dapat
dibersihkan dan dididihkan dengan cara yang sama seperti halnya kanul perak.
Petunjuk khusus dari dokter dan perawat diperlukan sebelum penderita mengganti kanul
trakeostominya. Adanya lubang pada anterior leher yang secara langsung berhubungan
dengan trakea, menyebabkan kanul trakeostomi dapat dimasukkan dengan mudah. Untuk
mengangkat kanul trakeostomi, pita trakeostomi dibuka lebih dahulu, pelindung atau
permukaan lempeng kanul trakeostomi dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk, kemudian
ditarik ke arah anterior dan posterior. Kanul harus bersih dengan pita trakeostomi telah
terpasang, dan siap untuk dimasukkan sebelum pengangkatan kanul trakeostomi. Salep
dioleskan sangat tipis pada permukaan luar kanul rakeostomi
untuk mempermudah memasukkannya. Pita trakeostomi yang digunakan pada kanul dapat
satu atau dua untai.
Pada saat memasukkan kanul trakeostomi, penderita melihatnya melalui cermin dan pegang
tiap sisi lempeng permukaan kanul dengan ibu jari dan jari telunjuk. Kanul trakeostomi akan
eluncur ke dalam dengan tekanan ke arah dalam secara halus. Di samping itu, hal yang
penting ialah bahwa kanul dimasukkan segera setelah kotoran yang melekat pada kanul
dibersihkan. Setelah kanul trakeostomi terpasang di tempatnya dan pita trakeostomi diikat,
tempatkan kasa di atas kanul.
1. Cara menghisap
Banyaknya discharge mukus bervariasi. Mukus ini akan meningkat jumlahnya jika penderita
dingin, jika udara dalam rumah kering, atau jika kanul teriritasi. Penghisapan mungkin
diperlukan untuk mengontrol mukus. Mesin penghisap yang mudah dibawa dapat dipinjam
dari rumah sakit dengan petunjuk penggunaannya. Kateter karet tidak boleh dimasukkan
sampai melewati ujung dalam kanul trakeostomi, kecuali jika ada instruksi khusus untuk
melakukannya dari dokter. Jika mesin penghisap tidak didapat, semprit steril atau kateter
yang dapat dibeli di toko obat atau apotik bisa digunakan sebagai penghisap.
Cara melakukan :
2). Pegang kateter dengan salah satu tangan dan balon karet pada semprit dengan tangan
yang lain.
3). Tekan balon karet sebelum kateter dimasukkan ke dalam kanul trakeostomi, untuk
mengeluarkan udara di dalamnya.
4). Lepaskan balon karet, mukus akan terhisap ke dalam kateter dan semprit.
5). Bersihkan alat-alat dengan air sabun. Peralatan tersebut sering dididihkan untuk
memelihara kebersihannya
2.7.6 Humidifikasi
Humidifikasi adalah proses penambahan air ke dalam gas. Suhu adalah factor yang
paling penting dalam mempengaruhi jumlah uap air yang dapat dikandung gas. Presentase air
dalam gas, terkait dengan kapasitasnya untuk mengangkut air, merupakan klembaban
relative. Udara atau oksigen dengan kelembaban relative yang tinggimembuat jalan nafas
tetap lembab dan membantu melepaskan sekresi dan dikeluarkan dari paru.
Humidifikasi diperlukan bagi klien yang menerima terapi oksigen. Oksigen yang dimasukkan
kedalam jalan nafas bagian atas dapat dilembabkan dengan menginsersi kateter ke dlaam air
sehingga menghasilkan udara(bubbling). Umumnya humdifikasi ditambahkan saat kecepatan
aliran oksigen melebihi 4L/menit.
Untuk pemasangan alat pelembab, hal yang perlu diperhatikan perawat adalah memastikan
bahwa alat tersebut menggunakan salin steril untuk inhalasi dan bahwa larutan diganti sesuai
prosedur. Humidifikasi dapat menjadi sumber infeksi nosokomial pada klien karena
lingkungan yang lembab mendukung prtumbuhan mikroorganisme patogen.
Dengan adanya trakeostomi, fungsi humidifikasi yang sebelumnya dilakukan oleh saluran
napas bagian atas menghilang. Untuk itu menggantikannya perlu dilakukan humidifikasi
buatan. Cara-cara untuk humidifikasi udara inspirasi di antaranya ialah:
a). Condensor humidifier. Alat ini dipasang pada kanul
trakea. Pada waktu ekspirasi, uap air mengembun pada lempeng-lempeng metal dari
kondensor. Kekurangan alat ini ialah jika terjadi penimbunan discharge pada alat tersebut
fungsinya akan berkurang. Alat ini harus diganti setiap 3 jam.
b). Dengan melewatkan udara inspirasi melalui reservoir berisi air yang secara teratur
dipanaskan dengan termostat. Alat ini relatif lebih efisien. Bila penderita bernafas spontan,
campuran gas ditiupkan melalui suatu T-piece atau melalui kotak plastik yang dilubangi.
c). Dengan menambahkan tetesan-tetesan air yang halus pada udara inspirasi. Efektifitas
tetesan ini tergantung pada jumlah tetesan dan kelembaban relatif udara inspirasi.
d). Secara sederhana humidifikasi dapat dikerjakan dengan menaruh lembaran kasa yang
telah dibasahi di depan mulut kanul. Kasa tersebut diikatkan pada leher dan harus diganti
sesering mungkin
2.8 Komplikasi
1. Perdarahan
2. Cardiac arrest
3. Perforasi
4. Emboli udara
5. Ruptur pleura servikalis
6. Apneu
7. Sumbatan darah / sekret
1. Infeksi
2. Perdarahan
3. Sumbatan kanul
4. Pergeseran stenosis
5. Pembentukan jar. granulasi
6. Aspirasi, atelektasis
7. Pneumotoraks
8. Pipa trakeostomi tercabut
9. Emfisema subkutis
Indikasi utama pelepasan trakeostomi adalah jika klien menunjukkan kondisi atau
kemampuan paru yang adekuat. Kondisi paru yang membaik ditandai dengan :
2.10 WOC
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Askep kasus:
Pengkajian
Anamnesa:
1. Identitas pasien
Nama : Tuan A
TTL : Surabaya , 19-06-1965
Alamat : Jl. Cucut 76
Usia : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : nelayan
Nama Ayah/Ibu : Mr. M / Mrs. W
Pekerjaan Istri : buruh cuci
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan terakhir : SD
Diagnosa : Ca. Nasofaring
2. Keluhan Utama :
Tuan A merasakan sesak, merasa malu saat menemui orang lain karena tidak
berbicara dengan normal.
Pemeriksaan Fisik:
1. B1 (Breath) : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada), riwayat trauma
dada
2. B2 (Blood) : takikardia, frekuensi tak teratur. TD hiper/hipotensi
3. B3 (Brain) : dizziness, cemas
4. B4 (Bladder) : -
5. B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah
6. B6 (Bone): malaise
1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia
3. Frekuensi dan pola pernafasan
4. Bunyi nafas
5. Status neurologis
6. Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
7. Kebutuhan pengisapan
8. Upaya ventilasi spontan klien
9. Status nutrisi
10. Status psikologis
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan trakeostomi yaitu :
DO : klien terpasang
trakeostomi
insisi trakeostomy
resiko infeksi
DS : Klien tidak bisa Trakeostomy Gangguan komunikasi verbal
mengeluarkan suaranya saat
mencoba bicara
Rendah diri
Gangguan citra tubuh
Diagnosa
Intervensi Rasional
1. Mengauskultasi paru setiap 4 jam 1. Jika ditemukan crackles dan wheezing
2. Menganjurkan klien untuk tarik nafas dapat mengintrepretasikan adanya
dalam dan batuk sekret pada jalan nafas
3. Melakukan fisioterapi nafas jika tidak 2. Pasien dapat mengeluarkan sekret
ada kontraindikasi dengan tarik nafas dalam dan batuk
4. Membersihkan trakheostomy tube tanpa suctioning
klien sesuai dengan kebutuhan. 3. Untuk membantu pasien
Berdasarkan jumlah akumulasi secret mengeluarkan sekret dengan batuk
5. Melakukan suctioning bila perlu 4. Dengan membersihkan trakheostomy,
6. Melakukan nebulizing menghindari terjadinya penumpukan
sekret dan agar jalan nafas bersih
5. Suctioning membersihkan jalan nafas
dari sekret
6. Nebulizer membantu untuk
mengencerkan secret sehingga lebih
mudah untuk dikeluarkan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan pembuatan saluran nafas baru dari mekanisme
pertahanan respirasi.
Intervensi Rasional
1. Cuci tangan sebelum melakukan
prosedur
2. Monitor dan laporkan adanya tanda-
tanda infeksi, misalnya demam,
penurunan RR (Respiratory Rate), dahak
kental, peningkatan jumlah sel darah
merah
3. Jaga pemaparan trakheostomy terhadap
benda asing
4. Gunakan teknik steril dalam melakukan
perawatan trakheostomi dan suctioning
5. Anjurkan untuk diet tinggi kalori tinggi
protein
1. Dengan tangan yang bersih saat
melakukan prosedur,
memperkecil kemungkinan
terjadinya infeksi
2. Mengidentifikasi adanya infeksi
dan memperkecil komplikasi
3. Pemaparan terlalu sering pada
trakheostomy mengakibatkan
pneumonia
4. Agar mikroorganisme tidak dapat
masuk ke jalan nafas
5. Untuk meningkatkan sistem imun
Intervensi Rasional
1. Beri kesempatan klien untuk
berkomunikasi
2. Amati gerak non verbal klien
3. Sediakan kertas dan bolpoin jika pasien
lemah tidak mampu berbicara banyak
4. Ajarkan pada pasien yang terpasang
trakheostomi tentang cara menutup
lubang trakheostomi dengan jari yang
bersih atau tutup yang khusus jika ingin
berbicara
1. Memberikan klien untuk
mengungkapkan apa yang klien
butuhkan
2. Gerak non verbal
mengintepretasikan perasaan
klien
3. Pasien bisa berkomunikasi
dengan menulis di kertas jika
lemah
4. Menutup jalur masuknya udara
melalui trakheostomi maka
pasien dapat berbicara
Intervensi Rasional
1. Kaji perasaan klien terhadap
trakheostomi yang terpasang pada
dirinya
2. Dekati pasien dengan komunikasi
teraupetik
3. Minta pasien untuk mengungkapkan
perasaannya saat dipasang trakheostomi
4. Bantu pasien untuk menemukan cara
yang efektif untuk mengatasi
penampilan trakheostomi agar tidak
mengganggu pandangan
1. Pengkajian adalah hal dasar
sebelum menentukan perawatan
2. Untuk meningkatkan sikap
kooperatif klien
3. Untuk mengetahui masalah yang
dialami klien agar mudah
menemukan solusi
4. Dapat meningkatkan harga diri
pasien
BAB II
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu jalan
nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata – kata yang dipergunakan dalam membedakan
“ostomy” dan “otomy” tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan
cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya.
4.2 Saran
Setelah membaca makalah kami ini, kami berharap kepada pembaca, khususnya pada
mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami lebih dalam mengenai pemasangan
trakeostomy.
DAFTAR PUSTAKA
Somantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba Medika.