Kelompok 3 :
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Wassalamualikum Wr.Wb.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian masa nifas.
2. Untuk mengetahui klasifikasi masa nifas.
3. Untuk mengetahui fisiologi masa nifas.
4. Untuk mengetahui komplikasi pada post partum.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada post partum.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan post partum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,
disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagianya berkaitan saat melahirkan.
(Suherli S.pd,APP,M.Kes dkk:2009)
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Hadijono, 2008:356)
Post partum adalah masa 6 minggu antara kelahiran sampai kembalinya organ
reproduksi pada kondisi normal seperti sebelum hamil. (Bobak:2003)
Masa post partum (masa peurperium) juga disebut masa setelah partus selesai dan
berakhir kira-kira sampai 6 minggu, akan tetepi alat genetalia baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan kira-kira 3 bulan. (Prawirohardjo:1996)
2.2 Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Puerperium dini : kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah diperbolehkan berdiri dan
berjalan
b. Puerperium Intermedial : kondisi kepulihan organ genital secara menyeluruh dengan lama
+ 6-8 minggu
c. Remote Puerperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang diperlukan
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.
2.3 Fisioogi
a. Sistem Reproduksi
1. Uterus
3
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan pengecilan ukuran
(involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post partum menurut
masa involusi:
3. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen (prolaktin)
terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa kehamilan sampai
hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih banyak protein dan mineral
4
tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan meningkat saat bayi menetek pada
ibunya karena menetek merupakan suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI.
Makin sering menetek, maka ASI akan makin banyak diproduksi.
b. Sistem Pencernaan
1. Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa
sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa dikonsumsi
diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.
a. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan ansthesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
b. Defekasi
Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang dirasakannya diperineum
akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur perlu dicapai kembali
setelah tonus usus kembali normal.
c. Sistem Perkemihan
1. Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni
sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan
edema, seringkali diserti daerah – daerah kecil hemoragi.
d. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar
tetapi tidak hilang seluruhnya.
1. Involusi rahim : terjadi karena masing – masing sel menjadi lebih kecil, yang disebabkan
karena adanya proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim dipecah diabsorbsi
dan kemudian dibuang melalui air kencing.
2. Inovasi tempat plasenta : setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat
permukaan kasar tidak rata kira – kira sebesar telapak tangan, dengan cepat luka ini
mengecil pada akhir minggu kedua, hanya sebesar 3-4cm dan pada akhir nifas 1-2cm.
5
3. Perubahan pada serviks dan vagina : pada serviks terbentuk sel – sel otot terbaru, karena
adanya kontraksi dan retraksi, vagina teregang pada waktu persalinan namun lambat
laun akan mencapai ukuran yang normal.
4. Perubahan pembuluh darah Rahim : dalam kehamilan uterus mempunyai pembuluh
darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan bagi peredaran darah
yang banyak, maka arteri tersebut harus mengecil lagi saat nifas.
5. Dinding perut dan peritoneum : setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena
teregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
6. Saluran kencing : dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga menimbulkan
obstruksi dan menyebabkan retensi urine, dilatasi ureter dan pyelum kembali normal
dalam 2 minggu.
7. Laktasi : keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam
kehamilan pada waktu ini. Buah dada belum mengandung susu melainkan colostrum.
Colostrum adalah cairan kuning yang mengandung banyak protein dan garam.
Pathway :
Discontuinitas jaringan
cortex cerebri
dipersepsikan nyeri
6
2.4 Komplikasi
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada
jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selama persalinan atau
sesudah persalinan.
2.5 Penatalaksanaan
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan – perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian
informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat, status perkawinan.
Terdapat juga identitas penanggung, misal suami.
c. Riwayat obstetri
1. Riwayat menstruasi
2. Riwayat kehamilan, persainan, nifas yang lalu....
d. Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini
1. Tipe persalinan
2. Lama persalinan (kala I, kala II, kala III, dan kala IV)
3. Penggunaan analgesik dan anastesi
7
4. Apakah terdapat masalah dalam persalinan
5. Kesanggupan dan pengetahuan dalam perawatan bayi, seperti breast care, perineal
care, nutrisi, senam nifas, KB, menyusui.
e. Keadaan bayi
g. Riwayat kesehatan
1. Penyakit yang pernah dialami klien
2. Pengobatan yang pernah di dapat
3. Apakah ada riwayat penyakit keluarga seperti penyakit diabetes militus, penyakit
jantung, penyakit hipertensi.
Bagaimana frekuensi normal hygiene klien, seperti mandi, oral hygiene, maupun
cuci rambut.
8
b. Pola aktivitas dan latihan.
Terganggu karena nyeri.
c. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
Apakah klien merokok, minum-minuman keras, ataupun ketergantungan obat.
d. Seksualitas/reproduksi.
Ketakutan melakukan hubungan seksual karena nyeri.
e. Peran.
Perubahan peran sebagai ibu.
f. Persepsi diri/konsep diri.
Penilaian citra tubuh terganggu.
g. Kognitif perceptual.
Kurang pengetahuan tentang perawatan bayi, ibu post partum.
i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. GCS
b. Tingkat kesadaran
c. Tanda-tanda vital: mengalami ,.... dipantau tiap
1) Jam I : tiap 15 menit
2) Jam II: tiap 30 menit
3) 24 jam I: tiap 4 jam
4) Setelah 24 jam: tiap 8 jam
2. Head to toe
a. Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah.
b. Wajah
Memeriksa apakah konjungtiva pucat, apakah sklera ikterus.
c. Leher
1) Hiperpigmentasi perlahan berkurang
2) Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah kelenjar tiroid
membesar, pembuluh limfe, pelebaran vena jugularis
d. Thorax
1) Payudara IP
9
Terdapat perubahan payudara, payudara membesar. Putting mudah
erektil. Menonjol masuk datar
Produksi colostrums 48 jam.
Memeriksa pada payudara jika terdapat massa atau pembesaran
pembuluh limfe.
2) Jantung
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi
pada awal post partum terjadi bradikardi.
b. Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu.
Persalinan normal: 200-500 cc.
c. Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
d. Jantung
Kembali keposisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
3) Paru
Fungsi paru kembali normal, RR: 16-24 x/menit, keseimbangan asam basa
kembali setelah 3 minggu post partum.
e. Abdomen
1. Memeriksa bising usus pada empat kuadran
2. Memeriksa fundus uteri, konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi, tinggi fundus
3. Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil.
Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum
4. Terdapat linea gravidarum, strie alba, albican
5. Distensi KK
f. Genetalia
1. Uterus
Memeriksa apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal.
2. Lochea
Memeriksa lochea: tipe, jumlah, bau
Komposisi: jaringan endometrial, darah, limfe
Tahap:
rubra (merah): 1-3 hari
10
serosa (pink kecoklatan):
alba (kuning-putih): 10-14 hari
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (
status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (carpenito, 2000)
Diagnose keperawatan yang muncul pada klien postpartum menurut Marilyn doengoes, 2001
yaitu :
11
a. Nyeri (akut)/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran
jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
b. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia
gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan tubuh.
d. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (misal
hipotensi ortostatik, terjadinya eklamsia), efek anesthesia, tromboembolisme, profil
darah abnormal (anemia, sensivitas rubella, inkompabilitas Rh).
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan
kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan lingkungan,
rupture ketuban lama, mal nutrisi.
3. Intervensi
Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan yang meliputi
pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-
masalah yang diidentifikasi pada diagnose keperawatan.
12
6. Infeksi hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan kompres es selama 20 menit
setiap 4 jam, penggunaan kompres witch hazel, dan menaikan pelvis pada bantal.
7. Kaji nyeri tekan uterus; tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpain.
8. Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah abdomen, dan melakukan
tehnik visualisasi atau aktivitas pengalihan.
9. Inspeksi payudara dan jaringan putting; jika adanya pembesaran dan/atau pitung pecah –
pecah.
10. Ajurkan untuk mengunakan bra penyokong
11. Berikan informasi mengenai peningkatan frekuensi temuan, memberikan kompres panas
sebelum member makan, mengubah posisi bayi dengan tepat, dan mengeluarkan susu
secara berurutan , bila hanya satu putting yang sakit atau luka.
12. Berikan kompres es pada area aksila payudara bila klien tidak merencanakan menyusui.
13. Kaji klien terhadap kepenuhan kandung kemih.
14. Evaluasi terhadap sakit kepala, khususnya setelah anesthesia subaraknoid. Hindari
member obat klien sebelum sifat dan penyebab dari sakit kepala ditentukan.
Kolaborasi :
1. Berikan bromokriptin mesilat (parlodel) dua kali sehari dengan makan selama 2 – 3
minggu. Kaji hipotensi pada klien; tetap dengan klien selama ambulasi pertama.
2. Berikan analgesic 30 – 60 menit sebelum menyusui. Untuk klien yang tidak menyusui,
berikan analgesic setiap 3 – 4 jam selama pembesaran payudara dan afterpain.
3. Berikan sprei anestetik, salep topical, dan kompres witc hazel untuk perineum bila
dibutuhkan.
4. Bantu sesuai dengan injeksi salin atau pemberian “ blood patch “ pada sisi pungsi dural.
Pertahankan klien pada posisi horizontal setelah prosedur.
15
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau
kerusakan kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan
peningkatan lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi.
o Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
o Kriteria hasil : mendemonstrasikan tehnik – tehnik untuk menurunkan
risiko/meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari drainase purulen
dan bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.
Intervensi
Mandiri :
1. Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan
komplikasi seperti ketuban pecah dini (KPD), persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan
tertahannya plasenta.
2. Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda-tanda menggigil,
anoreksia atau malaise.
3. Kaji lokasi dan kontraktilitis uterus ; perhatikan perubahan involusional atau adanya
nyeri tekan uterus ekstrem.Catat jumlah dan bau rabas lokhial atau perubahan pada
kemajuan normal dari rubra menjadi serosa.
4. Evaluasi kondisi putting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan atau nyeri tekan.
Anjurkan pemeriksaan rutin payudara. Tinjau perawatan yang tepat dan tehnik
pemberian makan bayi. (rujuk pada DK : Nyeri (akut)/ketidaknyamanan).
5. Inspeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan berlebihan,
kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan pada garis sutura (kehilangan perlekatan),
atau adanya laserasi.
6. Perhatikan frekuensi/jumlah berkemih.
7. Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau sisitis (mis : peningkatan
frekiensi, doronganatau disuria). Catat warna dan tampilan urin, hematuria yang terlihat,
dan adanya nyeri suprapubis.
8. Anjurkan perawatan perineal, dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3 sampai 4
kali sehari atau setelah berkemih/defekasi. Anjurkan klien mandi setiap hari ganti
pembalut perineal sedikitnya setiap 4 jam dari depan ke belakang.
9. Anjurkan dan gunakan tehnik mencuci tangan cermat dan pembuangan pembalut yang
kotor, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat.
10. Kaji status nutrisi klien. Perhatikan tampilan rambut, kuku, kulit, dan sebagainya. Catat
berat badan kehamilan dan penambahan berat badan prenatal.
16
11. Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin C, dan zat besi.
Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan sampai 2000 ml/hari.
12. Tingkatkan tidur dan istitahat.
Kolaborasi :
1. Kaji jumlah sel darah putih (SDP).
4. Pelaksanaan/ Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari
rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan, membantu,
memberikan askep untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien, mencatat serta
melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari
klien.
17
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan
criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah proses fisiologis yang akan dialami wanita untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang hidup dari uterus, sedangkan pasca persalinan adalah waktu penyembuhan
untuk kembali kepada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga
baru mulai dari selesai persalinan sampai kira-kira 6 minggu, tetapi alat genital baru pulih 3
bulan setelah persalinan.
Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,
disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagianya berkaitan saat melahirkan.
(Suherli S.pd,APP,M.Kes dkk:2009)
3.2 Saran
Kepada mahasiswa diharapkan untuk sering membaca tentang asuhan keperawatan
masa nifas terutama kepada para perempuan yang semuanya pasti akan mengalaminya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC.
Jakarta
20