Anda di halaman 1dari 23

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POSTPARTUM”

Dosen pembimbing : Luthfiah Nur Aini, S.Kep., Ners.,M.Kep.

Kelompok 3 :

1. Aisyah Kartika (01.15.005)


2. Diyah Rizki A (01.15.039)
3. Erika Yuni A. (01.15.039)
4. Ilman Tariko (01.15.039)
5. Lilis Maisaro (01.15.043)
6. Nurul Sribut (01.15.039)
7. Ramdayani Eka (01.15.058)
8. Rima Mufida (01.15.065)
9. Marikha (01.15.039)

STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTO


TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Wassalamualikum Wr.Wb.

Mojokerto, 05 Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ........................................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ..................................................................................................... 1

1.3 Tujuan penulisan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian masa nifas ............................................................................................... 3

2.2 Klasifikasi masa nifas ................................................................................................ 3

2.3 Fisiologi masa nifas .................................................................................................. 3

2.4 Komplikasi post partum ............................................................................................. 7

2.5 Penatalaksanaan post partum .................................................................................... 7

2.6 Askep post partum .................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 19

3.2. Saran ......................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Bekalang


Periode postpartum, masa nifas atau puerperium adalah masa setelah kelahiran sampai
uterus dan organ-organ tubuh yang lain kembali ke keadaan seperti sebelum hamil, biasanya
berlangsung sekitar 6 minggu atau 40 hari. Setelah kelahiran, ibu mengalami perubahan
anatomis dan fisiologis sesuai transisi tubuhnya pada status tidak hamil. Secara psikologis,
ibu melanjutkan pencapaian proses peran maternalnya dan kelekatan bayi (Walsh, 2007).
Perubahan fisik yang terjadi pada ibu nifas yaitu uterus mengalami involusi atau rahim
kembali ke ukuran sebelum hamil, payudara pada ibu yang menyusui mengeluarkan
kolostrum, vagina kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, servik memendek dan
konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula (Bobak, 2004).
Adaptasi psikologis, pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan ibu membutuhkan
perlindungan dan pelayanan. Pada hari ketiga sampai akhir minggu keempat atau kelima, ibu
siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru sedangkan mulai
minggu kelima sampai keenam, sistem keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggota
barunya (Rubin dalam Hamilton, 1992 ).
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai bersalin
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil (Hanafiah, 2004). Perawatan
postpartum bersifat kritis tetapi sering diabaikan dalam komponen perawatan ibu dan bayi
yang baru lahir. Lebih dari 60 % kematian ibu terjadi pada periode postpartum pada negara
berkembang. (Family Health International,2009)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan masa nifas?
2. Apa saja klasifikasi masa nifas?
3. Bagaimanakah fisiologi masa nifas?
4. Apa saja komplikasi post partum?
5. Bagaimanakah penatalaksanaan pada post partum?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada post partum?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian masa nifas.
2. Untuk mengetahui klasifikasi masa nifas.
3. Untuk mengetahui fisiologi masa nifas.
4. Untuk mengetahui komplikasi pada post partum.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada post partum.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan post partum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,
disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagianya berkaitan saat melahirkan.
(Suherli S.pd,APP,M.Kes dkk:2009)
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Hadijono, 2008:356)

Post partum adalah masa 6 minggu antara kelahiran sampai kembalinya organ
reproduksi pada kondisi normal seperti sebelum hamil. (Bobak:2003)
Masa post partum (masa peurperium) juga disebut masa setelah partus selesai dan
berakhir kira-kira sampai 6 minggu, akan tetepi alat genetalia baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan kira-kira 3 bulan. (Prawirohardjo:1996)

2.2 Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :

a. Puerperium dini : kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah diperbolehkan berdiri dan
berjalan
b. Puerperium Intermedial : kondisi kepulihan organ genital secara menyeluruh dengan lama
+ 6-8 minggu
c. Remote Puerperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang diperlukan
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan.

2.3 Fisioogi
a. Sistem Reproduksi
1. Uterus

3
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan pengecilan ukuran
(involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post partum menurut
masa involusi:

Tabel 1. TFU menurut masa involusi

INVOLUSI TFU BERAT UTERUS

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Placenta lahir 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian + 1000 gram


fundus bersandar pada promontorium
sakralis

1 minggu Pertengahan antara umbilikus dan 500 gram


simfisis pubis

2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram

2. Vagina dan Perineum


Pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus selama masa
nifas disebut lokia. Macam – macam lochia :
a) Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, terjadi selama 2 hari
pasca persalinan
b) Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi hari ke 3
– 7 pasca persalinan
c) Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning. Terjadi hari ke 7 – 14
hari pasca persalinan
d) Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan

3. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen (prolaktin)
terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa kehamilan sampai
hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih banyak protein dan mineral

4
tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan meningkat saat bayi menetek pada
ibunya karena menetek merupakan suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI.
Makin sering menetek, maka ASI akan makin banyak diproduksi.

b. Sistem Pencernaan
1. Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa
sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa dikonsumsi
diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.
a. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan ansthesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
b. Defekasi
Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang dirasakannya diperineum
akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur perlu dicapai kembali
setelah tonus usus kembali normal.

c. Sistem Perkemihan
1. Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni
sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan
edema, seringkali diserti daerah – daerah kecil hemoragi.

d. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar
tetapi tidak hilang seluruhnya.
1. Involusi rahim : terjadi karena masing – masing sel menjadi lebih kecil, yang disebabkan
karena adanya proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim dipecah diabsorbsi
dan kemudian dibuang melalui air kencing.
2. Inovasi tempat plasenta : setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat
permukaan kasar tidak rata kira – kira sebesar telapak tangan, dengan cepat luka ini
mengecil pada akhir minggu kedua, hanya sebesar 3-4cm dan pada akhir nifas 1-2cm.
5
3. Perubahan pada serviks dan vagina : pada serviks terbentuk sel – sel otot terbaru, karena
adanya kontraksi dan retraksi, vagina teregang pada waktu persalinan namun lambat
laun akan mencapai ukuran yang normal.
4. Perubahan pembuluh darah Rahim : dalam kehamilan uterus mempunyai pembuluh
darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan bagi peredaran darah
yang banyak, maka arteri tersebut harus mengecil lagi saat nifas.
5. Dinding perut dan peritoneum : setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena
teregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
6. Saluran kencing : dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga menimbulkan
obstruksi dan menyebabkan retensi urine, dilatasi ureter dan pyelum kembali normal
dalam 2 minggu.
7. Laktasi : keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam
kehamilan pada waktu ini. Buah dada belum mengandung susu melainkan colostrum.
Colostrum adalah cairan kuning yang mengandung banyak protein dan garam.

Pathway :

Adanya proses persalinan


Robekan jalan lahir

Discontuinitas jaringan

implus/penekanan pada syaraf nyeri

cortex cerebri

dipersepsikan nyeri

gangguan rassa nyaman nyeri

6
2.4 Komplikasi
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada
jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selama persalinan atau
sesudah persalinan.

2.5 Penatalaksanaan
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan – perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian
informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

2.6 Asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas

Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat, status perkawinan.
Terdapat juga identitas penanggung, misal suami.

b. Status kesehatan saat ini

Meliputi keluhan saat MRS dan keluhan utama saat ini.......

c. Riwayat obstetri
1. Riwayat menstruasi
2. Riwayat kehamilan, persainan, nifas yang lalu....
d. Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini
1. Tipe persalinan
2. Lama persalinan (kala I, kala II, kala III, dan kala IV)
3. Penggunaan analgesik dan anastesi

7
4. Apakah terdapat masalah dalam persalinan
5. Kesanggupan dan pengetahuan dalam perawatan bayi, seperti breast care, perineal
care, nutrisi, senam nifas, KB, menyusui.
e. Keadaan bayi

Meliputi BB, PB, apakah ada kelainan atau tidak.

f. Riwayat Keluarga Berencana

Apakah klien melaksanakan KB:

1. Bila iya, jenis kontrasepsi apa yang di gunakan


2. Sudah berapa lama menggunakan kontrasepsi
3. Apakah terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi

g. Riwayat kesehatan
1. Penyakit yang pernah dialami klien
2. Pengobatan yang pernah di dapat
3. Apakah ada riwayat penyakit keluarga seperti penyakit diabetes militus, penyakit
jantung, penyakit hipertensi.

h. Kebutuhan dasar khusus


1. Pola nutrisi
Nafsu makan meningkat, kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
2. Pola eliminasi/sistem urogenital
a. Konstipasi, tidak mampu berkemih, retensi urin.
b. Edema pada kandung kemih, uretra dan meatus urinarius terjadi karena
trauma.
c. Pada fungsi ginjal: proteinuria, deurisis mulai 12 jam.
d. Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
3. Pola personal hygiene

Bagaimana frekuensi normal hygiene klien, seperti mandi, oral hygiene, maupun
cuci rambut.

a. Pola istirahat dan tidur.


Kurang tidur, mengantuk.

8
b. Pola aktivitas dan latihan.
Terganggu karena nyeri.
c. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
Apakah klien merokok, minum-minuman keras, ataupun ketergantungan obat.
d. Seksualitas/reproduksi.
Ketakutan melakukan hubungan seksual karena nyeri.
e. Peran.
Perubahan peran sebagai ibu.
f. Persepsi diri/konsep diri.
Penilaian citra tubuh terganggu.
g. Kognitif perceptual.
Kurang pengetahuan tentang perawatan bayi, ibu post partum.

i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. GCS
b. Tingkat kesadaran
c. Tanda-tanda vital: mengalami ,.... dipantau tiap
1) Jam I : tiap 15 menit
2) Jam II: tiap 30 menit
3) 24 jam I: tiap 4 jam
4) Setelah 24 jam: tiap 8 jam
2. Head to toe
a. Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah.
b. Wajah
Memeriksa apakah konjungtiva pucat, apakah sklera ikterus.
c. Leher
1) Hiperpigmentasi perlahan berkurang
2) Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah kelenjar tiroid
membesar, pembuluh limfe, pelebaran vena jugularis
d. Thorax
1) Payudara IP

9
 Terdapat perubahan payudara, payudara membesar. Putting mudah
erektil. Menonjol masuk datar
 Produksi colostrums 48 jam.
 Memeriksa pada payudara jika terdapat massa atau pembesaran
pembuluh limfe.
2) Jantung
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi
pada awal post partum terjadi bradikardi.
b. Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu.
Persalinan normal: 200-500 cc.
c. Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
d. Jantung
Kembali keposisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
3) Paru
Fungsi paru kembali normal, RR: 16-24 x/menit, keseimbangan asam basa
kembali setelah 3 minggu post partum.
e. Abdomen
1. Memeriksa bising usus pada empat kuadran
2. Memeriksa fundus uteri, konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi, tinggi fundus
3. Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil.
Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum
4. Terdapat linea gravidarum, strie alba, albican
5. Distensi KK
f. Genetalia
1. Uterus
Memeriksa apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal.
2. Lochea
 Memeriksa lochea: tipe, jumlah, bau
 Komposisi: jaringan endometrial, darah, limfe
 Tahap:
rubra (merah): 1-3 hari
10
serosa (pink kecoklatan):
alba (kuning-putih): 10-14 hari

Lochea terus keluar sampai 3 minggu.

 Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.


 Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
3. Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari,
struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan
tampak bercelah.
4. Vagina
Nampak burugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti
tidak hamil, dalam 6-8 minggubentuk ramping lebar, produksi mukus normal
dengan ovulasi.
g. Perinium dan anus
1. Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis, discharge, loss of
approximation)
2. Pemeriksaan adanya hemoroid
h. Ekstrimitas
1. Memeriksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat,
adanya nyeri dan kemerahan.
2. Apakah ada varises.
3. Memeriksa refleks patella untuk mengetahui apakah terjadi hypo atau hyper.
4. Memeriksa homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (
status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (carpenito, 2000)

Diagnose keperawatan yang muncul pada klien postpartum menurut Marilyn doengoes, 2001
yaitu :

11
a. Nyeri (akut)/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran
jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
b. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia
gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan tubuh.
d. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (misal
hipotensi ortostatik, terjadinya eklamsia), efek anesthesia, tromboembolisme, profil
darah abnormal (anemia, sensivitas rubella, inkompabilitas Rh).
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan
kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan lingkungan,
rupture ketuban lama, mal nutrisi.

3. Intervensi
Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan yang meliputi
pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-
masalah yang diidentifikasi pada diagnose keperawatan.

a. Nyeri (akut) / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,


edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
o Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyeri teratasi
o Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi
ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan berkurangnya ketidaknyamanan.
Intervensi
Mandiri :
1. Tentukan adanya lokasi, dan sifat ketidaknyamanan. Tinjau ulang persalinan dan catatan
kelahiran.
2. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy. Perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan
local, eksudat purulen, atau kehilangan perlekatan jaringan.
3. Berikan kompres es pada perineum, khusus nya selama 24 jam pertama setelah
kelahiran.
4. Berikan kompres panas lembab (misal rendam duduk/bak mandi) diantara 100o dan 105o
F (38o sampai 43,2o C) selam 20 menit, 3-4 kali sehari, setelah 24 jam pertama.
5. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomy.

12
6. Infeksi hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan kompres es selama 20 menit
setiap 4 jam, penggunaan kompres witch hazel, dan menaikan pelvis pada bantal.
7. Kaji nyeri tekan uterus; tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpain.
8. Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah abdomen, dan melakukan
tehnik visualisasi atau aktivitas pengalihan.
9. Inspeksi payudara dan jaringan putting; jika adanya pembesaran dan/atau pitung pecah –
pecah.
10. Ajurkan untuk mengunakan bra penyokong
11. Berikan informasi mengenai peningkatan frekuensi temuan, memberikan kompres panas
sebelum member makan, mengubah posisi bayi dengan tepat, dan mengeluarkan susu
secara berurutan , bila hanya satu putting yang sakit atau luka.
12. Berikan kompres es pada area aksila payudara bila klien tidak merencanakan menyusui.
13. Kaji klien terhadap kepenuhan kandung kemih.
14. Evaluasi terhadap sakit kepala, khususnya setelah anesthesia subaraknoid. Hindari
member obat klien sebelum sifat dan penyebab dari sakit kepala ditentukan.
Kolaborasi :
1. Berikan bromokriptin mesilat (parlodel) dua kali sehari dengan makan selama 2 – 3
minggu. Kaji hipotensi pada klien; tetap dengan klien selama ambulasi pertama.
2. Berikan analgesic 30 – 60 menit sebelum menyusui. Untuk klien yang tidak menyusui,
berikan analgesic setiap 3 – 4 jam selama pembesaran payudara dan afterpain.
3. Berikan sprei anestetik, salep topical, dan kompres witc hazel untuk perineum bila
dibutuhkan.
4. Bantu sesuai dengan injeksi salin atau pemberian “ blood patch “ pada sisi pungsi dural.
Pertahankan klien pada posisi horizontal setelah prosedur.

b. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya,


usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
o Tujuan : setelah dilakukan demostrasi tentang perawatan payudara diharapkan tingkat
pengetahuan ibu bertambah.
o Kriteria hasil : mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui,
mendemonstrasikan tehnik efektif dari menyusui, menunjukan kepuasan regimen
menyusui satu sama lain, dengan bayi dipuaskan setelah menyusui.
Intervensi
Mandiri :
13
1. Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.
2. Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan/keluarga.
3. Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologis dan keuntungan menyusui,
perawatan putting dan payudara, kenutuhan diet khusus, dan factor – factor yang
memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
4. Demostrasikan dan tinjauan ulang tehnik – tehnik menyusui. Perhatikan posisi bayi
selama menyusui dan lama menyusui.
5. Kaji putting klien; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui.
6. Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20 – 30 menit setelah
menyusui.
7. Instruksikan klien untuk menghindari pengunaan putting kecuali secara khusus
diindikasi.
8. Berikan pelindung putting payudara khusus untuk klien menyusui dengan putting masuk
atau datar.
Kolaborasi :
1. Rujuk klien pada kelompok pendukung; misal posyandu
2. Identifikasi sumber – sumber yang tersedia dimasyarakat sesuai indikasi

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.


o Tujuan : Pemenuhan ADL terpenuhi.
o Kriteria hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhannya (mandi, makan, dan minum).
Intervensi
1. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
2. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
4. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasionalisasi
o Sebagai indikator untuk melanjutkan tindakan selanjutnya.
o Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi.
o Agar klien mudah menjangkau kebutuhannya.
o Dengan adanya hubungan dan kerjasama dari keluarga klien terpenuhi.

d. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (


misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek anestesia;
14
tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia, sensivitas rubella,
inkompabilitas Rh).
o Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cidera teratasi.
o Kriteria hasil : mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan factor – factor
risiko/melindungi diri dan bebas dari komplikasi.
Intervensi
Mandiri :
1. Tinjau ulang kadar hemoglobin (Hb) darah dan kehilangan darah pada waktu
melahirkan. Catat tanda – tanda anemia.
2. Anjurkan ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien yang mendapatkan anesthesia
subaraknoid, yang mungkin yetap berbaring selama 6 – 8 jam, tanpa penggunaan bantal
atau meninggikan kepala. Bantu klien dengan ambulasi awal. Berikan supervise yang
adekuat pada mandi shower atau rendam duduk. Berikan bel pemanggil dalam jangkauan
klien.
3. Berikan klien terhadap hiperrefleksia, nyeri kuadran kanan atas (KKaA , sakit kepala,
atau gangguan penglihatan.
4. Catat efek – efek magnesium sulfat (MgSO4), bila diberikan, kaji respon patella dan
pantau status pernapasan.
5. Inspeksi ekstremitas bawah terhadap tanda – tanda tromboflebitis, perhatikan ada atau
tidaknya tanda human.
6. Berikan kompres panas local; tingkatkan tirah baring dengan meninggikan tungkai yang
sakit.
7. Evaluasi status rubella pada grafik prenatal, kaji klien tehadap alergi pada telur atau
bulu.
Kolaborasi :
1. Berikan MgSO4 melalui pompa infuse, sesuai indikasi.
2. Berikan kaus kaki penyokong atau balutan elastic untuk kaki bila risiko – risiko atau
gejala – gejala flebitis terjadi.
3. Berikan antikoagulasi; evaluasi factor – factor koagulasi, dan perhatikan tanda – tanda
kegagalan pembekuan.
4. Berikan Rh0 (D) imun globulin (RhlgG) LM.dalam 72 jam pascapartum, sesuai indikasi.

15
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau
kerusakan kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan
peningkatan lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi.
o Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
o Kriteria hasil : mendemonstrasikan tehnik – tehnik untuk menurunkan
risiko/meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari drainase purulen
dan bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.
Intervensi
Mandiri :
1. Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan
komplikasi seperti ketuban pecah dini (KPD), persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan
tertahannya plasenta.
2. Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda-tanda menggigil,
anoreksia atau malaise.
3. Kaji lokasi dan kontraktilitis uterus ; perhatikan perubahan involusional atau adanya
nyeri tekan uterus ekstrem.Catat jumlah dan bau rabas lokhial atau perubahan pada
kemajuan normal dari rubra menjadi serosa.
4. Evaluasi kondisi putting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan atau nyeri tekan.
Anjurkan pemeriksaan rutin payudara. Tinjau perawatan yang tepat dan tehnik
pemberian makan bayi. (rujuk pada DK : Nyeri (akut)/ketidaknyamanan).
5. Inspeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan berlebihan,
kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan pada garis sutura (kehilangan perlekatan),
atau adanya laserasi.
6. Perhatikan frekuensi/jumlah berkemih.
7. Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau sisitis (mis : peningkatan
frekiensi, doronganatau disuria). Catat warna dan tampilan urin, hematuria yang terlihat,
dan adanya nyeri suprapubis.
8. Anjurkan perawatan perineal, dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3 sampai 4
kali sehari atau setelah berkemih/defekasi. Anjurkan klien mandi setiap hari ganti
pembalut perineal sedikitnya setiap 4 jam dari depan ke belakang.
9. Anjurkan dan gunakan tehnik mencuci tangan cermat dan pembuangan pembalut yang
kotor, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat.
10. Kaji status nutrisi klien. Perhatikan tampilan rambut, kuku, kulit, dan sebagainya. Catat
berat badan kehamilan dan penambahan berat badan prenatal.
16
11. Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin C, dan zat besi.
Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan sampai 2000 ml/hari.
12. Tingkatkan tidur dan istitahat.
Kolaborasi :
1. Kaji jumlah sel darah putih (SDP).

4. Pelaksanaan/ Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari
rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan, membantu,
memberikan askep untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien, mencatat serta
melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari
klien.

Proses pelaksanaan keperawatan mempunyai lima tahap, yaitu :


a. Mengkaji ulang klien – Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementasi
memberikan mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawatan
yang diusulkan masih sesuai.
b. Menelaah dan modifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada, Modifikasi rencana
asuhanyang telah ada mencakup beberapa langkah. Pertama, data dalam kolom
pengkajian direvisi sehingga mencerminkan status kesehatan terbaru klien. Kedua,
diagnose keperawatan direvisi. Diagnose keperawatan yang tidak relevan dihapuskan,
dan diagnose keperawatan yang terbaru ditambah dan diberi tanggal. Ketiga, metoda
implementasi spesifik direvisi untuk menghubungan dengan diagnose keperawatan yang
baru dan tujuan klien yang baru.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan – Situasi yang membutuhkan tambahan tenaga
beragam. Sebagai contoh, perawat yang ditugaskan unutk merawat klien imobilisasi
mungkin membutuhkan tambahan tenaga untuk membantu membalik, memindahkan,
dan mengubah posisi klien karena kerja fisik yang terlibat.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan
Berikut metode untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan :
1. Membantu dalam melakukan aktivitas sehari – hari
2. Mengonsulkan dan menyuluhkan pasien dan keluarga
3. Mengawasi dan mengevaluasi kerja anggota staf lainnya.

17
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan
criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.

Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP yang operasional dengan pengertian :


1. S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh klien dan
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
2. O :adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat menggunakan pengamatan
yang objektif setelah implementasi keperawatan.
3. A :adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif
klien yang dibandingkan dengan criteria dan standar yang telah ditentukan mengacu
pada tujuan rencana keperawatan klien.
4. P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Adapun evaluasi dari semua tindakan keperawatan mengenai Asuhan Keperawatan Post
Partum Normal (episiotomi) yaitu :
1. Rasa nyeri teratasi
2. Tingkat pengetahuan ibu bertambah mengenai perawatan payudara
3. Pemenuhan ADL terpenuhi.
4. Resiko cidera tidak terjadi

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah proses fisiologis yang akan dialami wanita untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang hidup dari uterus, sedangkan pasca persalinan adalah waktu penyembuhan
untuk kembali kepada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga
baru mulai dari selesai persalinan sampai kira-kira 6 minggu, tetapi alat genital baru pulih 3
bulan setelah persalinan.

Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,
disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagianya berkaitan saat melahirkan.
(Suherli S.pd,APP,M.Kes dkk:2009)

3.2 Saran
Kepada mahasiswa diharapkan untuk sering membaca tentang asuhan keperawatan
masa nifas terutama kepada para perempuan yang semuanya pasti akan mengalaminya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta

Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC.
Jakarta

Doengoes, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta: EGC

Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. EGC. Jakarta

Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka

20

Anda mungkin juga menyukai