Anda di halaman 1dari 30

Asuhan Keperawatan Pada Ibu Nifas Dengan

Masalah Laktasi

Dosen pengampu :

Naning Puji Suryanti,SST.,M.Kes

Makalah

Diajukan Untuk Melengkapi Nilai Tugas

Tahun Pelajaran 2018/2019

Disusun Oleh :

Nama Kelompok :
1. Siti MaulutiDatul (201704041)
2. Istiqomariyah (201704016)
3. Andik Wahyudi (201704033)

PROGRAM D3 KEPERAWATAN

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

Jalan Raya Jabon, KM 06 Mojoanyar Jawa Timur

61363 (032139023)
Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Tuhan yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang, yang telah memberikan kekuatan, taufik serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan Salam penulis persembahkan kepada
Nabi Muhammad Saw, Keluarga, Sahabat dan orang-orang yang selalu istiqamah didalam agama
Islam.
Rasa syukur penulis yang sedalam-dalamnya kepada Allah Swt yang telah memberikan
karunia kepada penulis sehingga tersusunlah makalah ini dengan judul Konsep Asuhan
keperawatan pada ibu nifas dengan masalah laktasi.
Akhirnya, penulis menginsafi bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, tanggapan dan teguran dari dosen Mata Kuliah ini khususnya dan para pembaca
umumnya sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.Atas
teguran dan kritiknya yang bersifat konstruktif terlebih dahulu kami ucapkan terima kasih.

Kelompok 12

Mojokerto,22 April 2019


DAFTAR ISI

Cover …………………………………………………………………………. i
Kata pengantar …………………………………………………………….…ii
Daftar isi …………………………………………………………………..….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………...... i
B. Rumusan masalah …………………..………………………. ..ii
C. Tujuan Penulisan Makalah ....................................................iii

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ...................………………….…..…………………. 5
B. Etiologi ……………………………............................................16
C. Manifestasi klinis.............………………………….........................17
D. Patofisiologi ....................................................................................17
E. Pohon masalah .......................................……………................21
F. Komplikasi ..........................…………………………................23
G. Pemeriksaan penunjang ...................................................................23
H. Penatalaksanaan ..............................……………….…………23
BAB III Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan ………………….…………..….……24
A. Pengkajian ...........................…………………………............24
B. Analisa Data .............................………………………...........24
C. Intervensi............................................................................................24
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran........................…………………….….......25
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai, hingga alat-
alat kandungan kembali seperti pra hamil. Waktu yang dibutuhkan adalah 6-8 minggu.
Selama pproses ini system tubuh ibu akan mengalami berbagai proses penyesuaian untuk
menjadi normal kembali. Beberapa gangguan dapat muncul tergantung dari jenis
persalinan dan factor perorangan lainnya. Gangguan yang sering muncul pada masa nifas
adalah proses laktasi yang umumnya dialami oleh ibu baru (ibu yang baru mempunyai
anak untuk pertama kalinya) dengan berbagi factor penyebab kadang terdapat gangguan
seperti bendungan asi.

Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi letal, payudara sering
mengalami distensii, menjadi keras dan benjol-benjol. Keadaan ini yang lazim dikenal
sebagai pembendungan air susu/”caked breast” sering menyebabkan nyeri yang cukup
hebat dan bisa disertai kenaikan suhu yang sepintas. Kelainan tersebut mengambarkan
alirran darah vena normal yang berlebihan dan pengembungan linfatik dalam payudara
yang merupakan presuccor regular untuk terjadinya laktasi.

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari asi diproduksi sampai proses
bayi menghisap dan menelan asi. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi
mamlia termasuk manusia. Masalah laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian
asi ekslusif dan meneruskan dan pemberian asi sampai anak umur 2 tahun secara baik dan
benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami.

B. Rumusan masalah :

1. Bagaimana konsep dasar ibu nifas dengan masalah laktasi?

2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada ibu nifas dengan masalah laktasi?

C. Tujuan :

1. Untuk mengetahui konsep dasar ibu nifas dengan masalah laktasi

2. untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperaatan pada ibu nifas dengan masalah
laktasi
BAB II

PEMBAHASAN

A) Definisi

 Masa nifas

Masa nifas (peurperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kia 6 minggu.
Wanita yang melalui periode peurperium disebut puerpura. Puerperium (nifas) berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan
pada keadaan yang normal.

Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-
alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu.

Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi
dalam waktu yang relative pendek darah sudah keluar sedangkan batasan maksimumnya adalah
40 hari.

Jadi masa nifas atau puerperium adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secra normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari

 Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia
termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI ekslusif dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak
mendapatkan kekebalan tubuh secara alami.

Laktasi adalah proses sintesis atau produksi serta pengeluaran ASI dari payudara. Proses sintesis
dan pengeluaran ASI ini melibatkan 2 macam hormon yaitu hormone prolactin dan obsitosin.
Hormo prolactin membantu menstimuli produksi susu, produksi hormone prolactin sangat
dipengerahuui oleh frekuensi, intensitas dan durasi anak menstimuli putting memlalui hisapan,
semakin sering anak menyusui, maka level hormone ini semakin meningkat dan tentu saja
berdampak positif terhadap produksi asi oleh karena itu yang perlu diperhatikan oleh bagian ini
adalah ketepatan posisi anak saat menyusui serta posisi pelekatan mulut pada payudara ibu
sedangkan hormmon oksitosin membantu proses pengeluaran susu ke putting. Berbeda dengan
hormone prolactin, hormone ini dipengaruhi oleh kondidi fisik dan mental si ibu. Produksi
hormone ini meningkat saat ibu berada dalam situasi atau perasaan yang nyaman, aman dan tidak
stress. Perasaan bahwa asi kurang harus dihindari ibu harus optimis bahwa ia mampu untuk
menyusui dan produksi asi nya cukup, yang ertujuan untuk merangsang pengeluaran hormone
ini.

Inisiasi menyusui dini (IDM) adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri menyusu
dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin contact) antara
kulit ibu dengan kulit bayi.

Manajemen laktasi adalah suatu upaya menyeluruh yang menyangkut laktasi dan penggunaan air
susu ibu (ASI) secara eklusif menuju suatu keberhasilan menyusui untuk pemeliharaan kesehatan
ibu dan bayinya.

a) Tujuan asuhan Masa nifas

• Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi.

• Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk mampu
melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khsusus

• Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang oemberian makanan anak, serta
penngkatan oengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.

b) T ahapan masa nifas

• Puerperium dini yaitu masa kepulihan yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.

• Puerperium intermedial, yaitu masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia, yang


lamanya sekitar 6-8 minggu

• Remote puerperium, yaitu masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil atau waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama
berminggu-minggu, berbulan, bahkan tahunan.

 Masa laktasi

a. Proses laktasi dan menyusui

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia
termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eklusif dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak
mendapatkan kekebalan tubuh secara alami.
b. Anatomi dan fisiologi payudara

Secara vertical payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara Horisontal mulai dari pinggir
sternum sampai linea aklaris medialis. Kelenjar susu berada dijaringan sub kutan, tepatnya
diantara jaringan sub kutan superficial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis
mayor.

Ukuran normal 10-12 cm dengan berat pada wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil
aterm 400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara
akan bervariasi menurut aktifitas fungsionalnya. Payudara menjadi saat hamil dan menyusui dan
biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan
struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.

Ada 3 bagian utama payudara, Korpus (badan), Areola, Papilla atau putting. Areola mamae
(kalang payudara) letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan
oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari
corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan
berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap dan
kemudian menetap.

Putting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran
payudara maka letaknyapun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil
yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara
sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan
putting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali putting
susu tersebut.

Ada empat macam bentuk putting yaitu bentuk yang normal/umum, pendek/datar, panjang dan
terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk putting initidak terlalu berpengaruh pada proses
laktasi, yang penting adalah bahwa putting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk
tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi putting tidak lentur terutama pada
bentuk putting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bisa menyusu dengan
baik.

Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit, jaringan sub kutan (jaringan bawah kulit),
dan corpus mamae. Corpus mamae terdiri daribparenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu
struktur yang terdiri dari duktusLaktiferus (Duktus), Duktulus (Duktuli), Lobus dan Alveolus.

Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40 duktuli. Duktulus
bercabang 10-100 alveolus dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu (system
duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada putting
susu akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Didaerah kalang payudara
duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu.
Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus, tapi duktulus
yang perlahan selanjutnya disusun pada sekelompok alveoli. Didalam alveoli terdiri dari
duktulus yang terbuka, sel sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan mioepitelium yang
berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.

 Fisiologi laktasi

Laktogenesis adalah mulainya produksi asi. Ada tiga fase laktogenesis : dua fase awal dipicu
oleh hormone atau respon neuroendokrin, yaitu i interaksi antara system saraf dan system
endokrin (neuroendocrine responses) dan terjadi ketika ibu ingin menyusui ataupun tidak, fase
ketida adalah autocrine (sebuah sel yang mengeluarkan hormone kimiawi yang brtindak atas
kemauan sendiri), atau atas control local.

a. control neuroendokrin

Laktogenesis I terjadi pada sekitar 16 minggu kehamilan ketika kolustrum diproduksi oleh sel-
sel laktosit dibawah kontrol neuroendokrin. Prolaktin, walaupun terdapat selama kehamilan,
dihambat oleh meningkatnya progesteron dan estrogen serta HPL (Human Placental Lactogen),
dan faktor penghambat prolaktin (PIF = Prolactin Inhibiting Factor) dan karena hal itu produksi
ASI ditahan . Pengeluaran kolustrum pada ibu hamil, umumnya terjadi pada kehamilan trimester
3 atau rata-rata pada usia kehamilan 34-36 minggu.

Laktogenesis II merupakan permulaan produksi ASI. Terjadi menyusul pengeluaran plasenta dan
membran-membran yang mengakibatkan turunnya kadar progesteron, estrogen, HPL dan PIF
(kontrol neuroendokrin) secara tiba-tiba. Kadar prolaktin meningkat dan bergabung dengan
penghambat prolaktin pada dinding sel-sel laktosit, yang tidak lagi inonaktifkan oleh HPL dan
PIF, dan dimulailah sintesis ASI .

Kontak skin-to-skin dengan bayi pada waktu inisiasi menyusu dini (IMD), merangsang produksi
prolaktin dan oksitosin. Menyusui secara dini dan teratur menghambat produksi PIF dan
merangsang produksi prolaktin. Para ibu harus didukung untuk mulai menyusui sesegera
mungkin setelah melahirkan untuk merangsang produksi ASI dan memberikan kolustrum

Laktogenesis II dapat terlambat atau tertunda pada ibu yang menderita diabetes tipe

1, hal ini dimungkinkan karena ketidakseimbangan insulin awal yang dibutuhkan untuk laktasi,
dan pada mereka yang mengalami retensio plasenta karena produksi progesterone berlangsung
lama. Oleh karena itu ibu dianjurkan melakukan kontak skin-to-skin sejak bayi lahir melalui
IMD agar akses ke payudara terjadi sedini mungkin, dan terdapat banyak manfaat dari IMD ini,
yaitu memulai inisiasi ASI, mencegah hipotermi, membangun bounding attachment (ikatan kasih
sayang antara ibu dan bayi). Laktogenesis II dimulai 30-40 jam setelah melahirkan, maka ASI
matur keluar lancar pada hari kedua atau ketiga setelah melahirkan.
1) Prolaktin

Prolaktin merupakan hormon penting dalam pembentukan dan pemeliharaan produksi ASI dan
mencapai kadar puncaknya setelah lepasnya plasenta dan membran (200 μg l). Prolaktin
dilepaskan ke dalam darah dari kelenjar hipofisis anterior sebagai respon terhadap pengisapan
atau rangsangan pada puting serta menstimulasi area reseptor prolaktin pada dinding sel laktosis
untuk mensintesis ASI (Cox, 1996, Czank, 2007). Reseptor prolactin mengatur pengeluaran ASI.
Bila alveoli sudah penuh dengan ASI, dinding mengembang dan berubah bentuk, yang
memengaruhi reseptor prolaktin, pada akhirnya prolaktin tidak dapat masuk ke dalam sel-sel dan
produksi ASI menurun. Bila ASI sudah dikeluarkan dari alveolus bentuk asalnya akan kembali
dan prolaktin akan terikat pada tempat reseptor, yang akan meningkatkan produksi ASI.
Prolaktin juga dihasilkan selama menyusui dan mencapai tingkat tertinggi 45 menit setelah
menyusui. Puncak tertinggi prolaktin adalah pada malam hari (cicardian rhytm), oleh karena itu
menyusui pada malam hari harus dianjurkan pada ibu menyusui untuk meningkatkan produksi
ASI (Staas, 2007, Walker, 2010 cit Pollard, 2015). Hasil riset evidence based membuktikan
adanya “Teori Reseptor Prolaktin” yang menyatakan bahwa pengeluaran ASI yang dilakukan
dengan sering pada hari-hari awal postpartum meningkatkan jumlah tempat-tempat reseptor
prolaktin yang aktif, sehingga meningkatkan produksi ASI.

2) Oksitosin

Oksitosin dilepaskan oleh kelenjar hipofisis anterior dan merangsang terjadinya kontraksi sel-sel
ioepithel di sekeliling alveoli untuk menyemburkan (ejection) ASI melalui duktus laktiferus. Hal
ini disebut sebagai pelepasan oksitosin (oxcytocine releasing) atau reflek penyemburan (ejection
reflex). Kejadian ini mengakibatkan memendeknya duktus laktiferus untuk meningkatkan
tekanan dalam saluran mammae dan dengan demikian memfasilitasi penyemburan (ejection)
ASI. Beberapa ibu merasakan adanya rasa kesemutan pada payudara dan kontraksi rahim serta
penigkatan pengeluaran darah dari vagina pada beberapa hari pertama setelah melahirkan.
Oksitosin sering disebut sebagai “hormon cinta”, menurunkan kadar kortisol, yang
mengakibatkan timbulnya efek relaks, menurunkan kecemasan dan tekanan darah serta
meningkatkan perilaku keibuan (Moberg, 2003 cit Pollard, 2015). Let down reflex (reflek
keluarnya ASI) pada hari-hari pertama setelah melahirkan dikontrol oleh pengisapan payudara
oleh bayi yang baru lahir dan oleh ibu yang melihat, meraba, mendengar dan mencium baunya
(Prime et al.,2007). Setelah bayi bertambah usianya , maka reflek ini dipicu oleh pemikiran
tentang menyusui bayi atau mendengar bayi lain yang menangis. Ramsay et al (2015) menemuan
bahwa 75% dari ibu-ibu yang menyusui mengalami lebih dari satu kali reflex let-down per satu
kali menyusui (rata-rata 2,5). Diperkirakan bahwa pengisapan oleh bayi baru lahir normal
optimal pada 45 menit setelah dilahirkan dan menurun dalam dua atau tiga jam berkaitan dengan
penurunan fisiologis adrenalin bayi yang baru dilahirkan (Stables dan Rankin, 2010 cit Pollard,
2015). Oleh karena itu, ibu dan bayi sangat penting untuk kontak skin-to-skin paling sedikti satu
jam setelah lahir untuk mendorong menyusui dini, yang menjamin bahwa prolactin dilepaskan,
yang mengarah pada dimulainya laktogenesis II (UNICEF, 2010). Faktor lain yang memengaruhi
laktogenesis adalah retensio plasenta, sindrom Sheehan atau syok hipofisis, pembedahan
payudara,diabetes tipe I, kelahiran prematur, obesitas dan stres.

b. Kontrol autokrin

Laktogenesis III mengindikasikan pengaturan autokrin, yaitu ketika suplai dan permintaan
(demand) mengatur produksi air susu. Sebagaimana respon neuroendokrin yang sudah kita bahas
di atas, suplai ASI dalam payudara juga dikontrol oleh pengeluaran ASI secara autokrin atau
kontrol lokal. Dari kajian riset diperoleh informasi bahwa protein whey yang dinamakan
feedback inhibitor of lactation (FIL) yang dikeluarkan oleh laktosit yang mengatur produksi ASI
di tingkat lokal. Ketika alveoli menggelembung terjadi peningkatan FIL dan sintesis ASI akan
terhambat. Bila ASI dikeluarkan secara efektif melalui proses menyusui dan konsentrasi FIL
menurun, maka sintesis ASI akan berlangsung kembali. Ini merupakan mekanisme lokal dan
dapat terjadi di salah satu atau kedua payudara. Hal ini memberikan suatu umpan balik negatif
(negative feedback hormone), ketika terjadi pengeluaran ASI yang tidak efektif dari payudara,
misalnya proses menyusui tidak efektif atau ibu tidak menyusui bayinya

 Masalah yang sering timbul dalam masa laktasi


A. Engorgement

Payudara bengkak (engorgement) adalah keadaan dimana payudara terasa lebih penuh/tegang
dan nyeri sekitar hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. Payudara bengkak adalah
payudara terasa lebih penuh, tegang dan nyeri terjadi pada hari ke-3 atau ke-4 pasca
persalinan.(Sastrawinata, 2005)

Payudara bengkak adalah payudara terasa lebih tegang dan sakit karena pengeluaran ASI yang
tidak lancar.(Wiknjosastro, 2005)

- Tanda gejala

Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan bayudara penuh. Pada payudara bengkak
antara lain :

a. Benjolan terlihat jelas dalam perabaan lunak


b. Terasa nyeri, karena ada pembengkakan yang terlokalisasi
c. Payudara odem
d. Puting susu kencang
e. Kulit mengkilat walau tidak merah
f. ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam

Sedangkan pada payudara penuh :

a. Payudara terasa berat


b. Panas dan keras
c. Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam
- Pencegahan

Beberapa cara untuk mencegah terjadinya payudara bengkak antara lain sebagai berikut:

a. Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar.
b. Menyusui bayi tanpa jadwal atau on demand
c. Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi. Jangan
memberikan minuman lain pada bayi.
d. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan(masase dan sebagainya).
e. Gunakan BH yang menopang payudara
- Penanganan

Tatalaksana atau cara mengatasi payudara bengkak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih
mudah memasukkannya ke dalam mulut bayi.
b. Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan
diberikan pada bayi dengan cangkir/sendok.
c. Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
d. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan dingin.
e. Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.
f. Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk membantu
memperlancar pengeluaran asi.
g. Pada saat menyusui, sebaiknya ibu tetap rileks.
h. Makan-makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum.
i. Kelainan puting susu

Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-
kadang dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui,
misalnya puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam). Disamping kelainan
anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang disebabkan oleh suatu proses, misalnya
tumor.

B. Puting Susu Datar

Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting yang normal
akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih
tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan
puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.
C. Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam)

Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam areola (tertarik ke
dalam). Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor
atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak
hamil atau sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu
jari di daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu
diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan cara tersebut.
Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan) atau
pompa kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.

Pengertian

Puting susu terbenam adalah puting susu yang tidak dapat menonjol dan cenderung masuk
kedalam, sehingga ASI tidak dapat keluar dengan lancar. Pada kasus seperti ini biasanya bayi
kesulitan dan mungkin tidak mau untuk menyusu.

Penyebab

a. Adanya perlekatan yang menyebabkan saluran susu lebih pendek dari biasanya sehingga
menarik puting susu kedalam.
b. Kurangnya perawatan sejak dini pada payudara.
c. Penyusuan yang tertunda
d. Penyusuan yang jarang dan dalam waktu singkat.
e. Pemberian minum selain ASI
f. Ibu terlalu lelah dan tidak mau menyusui.

Penanganan

a. Saat memasuki usia kehamilan ke tujuh bulan, biasakan diri menarik puting susu dengan
jari tangan sampaia menonjol.
b. Adanya kemauan ibu untuk menyusui
c. Pijat areola ketika mandi selama 2 menit.
d. Taring puting susu degan 4 jari dibawah dan ibu jari diatas ketika akan menyusui.
e. Gunakan bantuan dengan menggunakan pompa payudara untuk menarik payudara yang
terbenam.
f. Puting susu nyeri (Sore Nipple) dan Lecet (Cracked Nipple)
D. Puting Lecet

Pengertian

Puting lecet adalah hal terburuk yang dialami ibu menyusui, selain sedikitnya produksi ASI atau
bayi sakit. Beberapa ibu mengalaminya hanya dalam waktu singkat, dan segera hal ini dapat
diatasi setelah bayi sudah pintar menyusu. Namun apabila berlanjut, perlu dicari penyebab dan
solusi mengatasinya.

Penyebab

Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut:

a. Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk kedalam mulut bayi
sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu saja.
Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa nyeri
waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
b. Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi puting susu
c. Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit
mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
d. Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).

Tanda gejala

Lecet yang terdapat pada puting dapat menyebabkan infeksi pada payudara ibu karena masuknya
kuman yang terdapat pada mulut dan hidung bayi ke dalam payudara melalui puting yang lecet
dan retak tersebut. Bila terjadi infeksi, dapat timbul gejala seperti puting tampak bengkak,
kemerahan, terasa nyeri, dan timbul demam.

Pencegahan

Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-obat
yang dapat mengiritasi.
b. Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi atau
pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
c. Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta
menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi menyusui.
Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
d. Apabila dengan tindakan tersebut di atas puting tetap nyeri, sebaiknya dicari sebab-sebab
lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan terjadinya infeksi
pada payudara (mastitis).

Penanganan

Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik menyusui yang
benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi menutup areola sehingga tidak
nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di antara gusi atas dan bawah.

E. Saluran air susu tersumbat (Obstructive Duct)


Pengertian

Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada
satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui atau pemakaian
BH yang terlalu ketat.

Tanda gejala

a. Adanya benjolan di satu daerah payudara yang terasa nyeri, dapat atau tidak disertai
adanya rasa panas dan kemerahan.
b. Sumbatan ASI berwarna putih kecil pada puting susu (milk plug)

Penyebab

Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang
mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan
sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan
yang lunak pada perabaannya.

Pencegahan

a. Posisi menyusui yang benar. Posisi menyusui perlu diubah-ubah agar semua saluran ASI
terkosongkan.
b. Memakai BH yang menunjang tetapi jangan ketat.

Penanganan

Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada beberapa hal yang
dianjurkan, antara lain:

a. Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur agar
tidak terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara
(mastitis)
b. Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
c. Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh.

Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi radang payudara
(mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara dapat diberikan kompres
hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan mempermudah bayi
mengisap puting susu dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan
bengkak pada payudara.
F. Mastitis

Pengertian

Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen payudara yang
mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Dalam proses ini dikenal pula istilah stasis ASI,
mastitis tanpa infeksi, dan mastitis terinfeksi.

Apabila ASI menetap di bagian tertentu payudara, karena saluran tersumbat atau karena
payudara bengkak, maka ini disebut stasis ASI. Bila ASI tidak juga dikeluarkan, akan terjadi
peradangan jaringan payudara yang disebut mastitis tanpa infeksi, dan bila telah terinfeksi
bakteri disebut mastitis terinfeksi.

Tanda gejala

a. Demam dengan suhu lebih dari 38,5oC


b. Menggigil
c. Nyeri atau ngilu seluruh tubuh
d. Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri.
e. Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena ASI
terasa asin
f. Timbul garis-garis merah ke arah ketiak.

Pencegahan

a. Senam laktasi (menggerakkan lengan secara berputar sehingga sendi bahu ikut bergerak
kearah yang sama guna membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di payudara.
b. Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui , misalnya mulai menyusui dalam satu
jam atau lebih setelah melahirkan, memastikan bahwa bayi mengenyut payudara dengan
baik
c. Tindakan rutin sebagai bagian perawatan kehamilan, misalnya bayi harus mendapat
kontak dini dengan ibunya dan mulai menyusui segera setelah tampak tanda-tanda
kesiapan,biasanya dalam jam pertama atau lebih
d. Penatalaksanaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang, misalnya ibu harus
dibantu memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya untuk memperbaiki
pengeluaran ASI
e. Perhatian dini terhadap semua tanda stasis ASI
f. Ibu harus tahu cara merawat payudara dan tanda stasis ASI atau mastitis sehingga mereka
dapat mengobatinya sendiri di rumah dan mencari pertolongan secepatnya bila keadaan
tersebut tidak menghilang
g. Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
h. Pemberian pengetahuan dan keterampilan dari petugas kesehatan untuk para ibu agar
dukungan menyusui terus menerus harus tersedia di masyarakat,serta pemberian
pengobatan secar dini
i. Pengendalian infeksi, misalnya petugas kesehatan harus mencuci tangan setiap kali
setelah kontak dengan ibu dan bayi,kontak kulit dini dan rawat gabung bayi dengan
ibu,pemijatan,salep dan semprotan payudara (penisilin, klorheksidin)

Penanganan

Konseling suportif

a. Memberikan dukungan,bimbingan.keyakinan kembali tentang menyusui yang aman


untuk diteruskan,bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan memhahayakan
bayi,serta payudar kan pulih bentuk maupun fungsinya
b. Pengeluaran ASI yang efektif
 Bantu ibu perbaiki kenyutan bayi pada payudara
 Dorong ntuk sering menyusui selama bayi menghendaki serat tanpa batasan
 Bila perlu peras ASI dengan tangan atau pompa atau botol panas sampai menyusui dapat
dimulai lagi
c. Terapi antibiotika

Terapi ini diindikasikan pada:

 Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi
 Gejala berat sejak awal
 Terlihat putting pecah-pecah
 Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
 Dan dapat diberikan antibiotika seperti: Antibiotika Beta-lakta-mase

d. Pengobatan simtomatik

 Diterapi dengan analgesik (Ibuprofen,Parasetamol)


 Istirahat dengan bayinya
 Penggunaan kompres hangat pada payudara
 Yakinkan ibu untuk cukup cairan
 Pendekatan terapeutik lain (mis: penyinggiran pus,tindakan diit,pengobatan
herbal,menggunakan daun kol untuk kompres dingin

G. Abses payudara

Pengertian

Abses payudara(pengumpulan nanah local di dalam payudara) merupakan komlpikasi berat dari
mastitis.Keadaan ini menyebabkan beban penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang
sangat besar.Selain itu, menurut penelitian mastitis dapat meningkatkan resiko penularan HIV
melalui menyusui.

Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak tertangani
dengan baik, sehingga memperberat infeksi

Tanda gejala

a. Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.


b. Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
c. Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.Kadang-kadang keluar cairan nanah melalui
puting susu. Bakteri terbanyak penyebab nanah pada payudara adalah stafilokokus aureus
dan spesies streptokokus.
d. Pada lokasi payudara yang terkena akan tampak membengkak. Bengkak dengan getah
bening dibawah ketiak
e. Nyeri dan teraba masa yang fluktuatif / ‘empuk
f. Sensasi rasa panas pada area yang terkena
g. Demam dan kedinginan, menggigil
h. Rasa sakit secara keseluruhan

Pencegahan

a. Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah hali yang
sulit atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffman’s exercises dapat dimulai
sejak 38 minggu kehamilan. Oles sedikit pelicin (contoh vaselin) pada areola. Dua ruas
jari atau satu jari dan jempol diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan
lembut ditarik dengan arah horizontal. Kemudian, gerakan ini di ulang dengan arah
horizontal, lakukan pada keduanya beebrapa kali. Jika latihan ini dilakukan beberapa kali
per hari, akan membantu mengeluarkan puting susu. Metode alternatif adalah penarikan
puting susu, digunakan pada lapisan khusus di dalam bra pada saat kehamilan.
b. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.
c. Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D
d. Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara
e. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
f. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan
cara memompanya
g. Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada
puting susu.
h. Minum banyak cairan
i. Menjaga kebersihan puting susu
j. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.
Penanganan

a. Teknik menyusui yang benar.


b. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
c. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
d. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
e. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap
dikeluarkan.
f. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
g. Rujuk apabila keadaan tidak membaik

B) Etiologi

Masa nifas adalah masa yang rentang terjadinya angka kesakitan. Salah satu penyebab
kesakitan pada ibu nifas yaitu masalah pada proses laktasi. Dalam masa nifas, pengetahuan
tentang teknik menyusui sangat penting untuk diketahui cara menyusui yang salah dapat
menyebabkan ASI tidak keluar optimal sehingga dapat mengakibatkan bendungan ASI.

1. Kurang nya penegetahuan teknik menyusui pada masa nifas yang mengakibatkan
bendungan ASI pada masa menyusui:

Bendungan air susu dapat terjadi pada hari kedua atau 3 hari ketika payudara telah
memproduksi Air susu dengan lancar. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang
tidak lanccar karena bayi tidak cukup sering meyusu,produksi meningkat, terlamabat
menyusukan, hubungan dengan bayi kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan watu
menyusui

• Beberapa factor yang menyebabkan bendungan ASI yaitu :

a) Pengosongan mamae yang tidak sempurna

Dalam masa laktasi terjdi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI nya berlebihan
. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan payudara tidak dikosongkan, maka masih
terdapat sisa ASI di dalam payudara sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan
bendungan ASI.

b) Factor hisap an bayi yang tidak aktif, pada masa laktasi bila ibu tidak menyusukan ayi
nya sesering mungkin atau bayi tidak aktif menghisap maka akan menimbulkan bendungan ASI.

c) Factor posisi menyusui bayi yang tidak benar, teknik yang salah dalam menyusui dapat
mengakibatkan putting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu.
Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayi nya dan terjadi bendungan ASI.

d) Putting susu terbenam, akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat
menghisap putting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.

e) Putting susu terlalu panjang, menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi
tidak dapat mengisap areola dan merangsang sinus rektiferus untuk mengeluarkan asi. Akibatnya
ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

2. kurangnya pengetahuan ibu pada masa nifas yang menyebabkan ASI tidak keluar dengan
lancar
• kurangnya pengetahuan nutrisi pada masa laktasi , produksi ASI sangat dipengaruhi oleh
makanan yang dimakan ibu, karena kelenjar pembuat ASI ,tidak dapat bekerja dengan sempurna
tanpa makanan yang cukup.

• kurangnya ketenangan jiwa dan fikiran pada masa nifas produksi ASI sangat dipengaruhi
oleh factor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan
berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi
produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.

• penggunaaan alat kontrasepsi, pada pemakaian kontrasepsi harus diperhatikan karena


pemakaian kontrasepsi yang tidak dapat mempengaruhi produksi ASI.

• Factor istirahat, bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan
fungsi nya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.

• Factor isapan anak, bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar maka
hisapan anak kan berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang.

• Factor obat-obatan, diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormone mempengaruhi


hormone prolactin dan oxytocin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI.
Apabila hormone-hormon ini terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan
dan pengeluaran ASI.

C) manifestasi klinis

• adannya perubahan fisik, seperti uterus (Rahim), serviks ( leher Rahim ), Vagina,
abdomen, payudara, kulit.

• laktasi atau pengeluaran ASI, selama kehamilan hormone estrogen dan progesterone
menginduksi perkembangan alveolus dan duktus lactiverus didalam payudara dan juga
merangsang produksi kolostrum. Namun produksi ASI akan berlangsung sesudah kelahiran bayi
saat kadar hormone estrogen dan progesterone menurun.

Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya melahirkan adalah kolostrum, yang
mengandung campuran yang lebih kaya akan protein, mineral, dan antibody dari pada ASI yang
telah mature. ASI yang mature muncul kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah kelahiran.

• Perubahan system tubuh lain. Seperti Edokrin dan hemokonsentras.

D) Patofisiologi

Pada masa nifas perubahan-perubahan yang terjadi meliputi:

1. Sistem Reproduksi

- Uterus

Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil
dengan bobot atau beratnya hanya 60 gram.

- Lochia

Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari covum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lokia
merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi bassa/alkalis yang
dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari kondisi asam yang ada pada vagina
normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses
involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya yaitu:
o Lochia Rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanuga dan mekonium, selama 2 hari PP.

o Lokia Sanguinolenta: berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7 PP.

o Lochia Serosa: berwarna kuning cairan dan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 PP.

o Lochia Alba: cairan putih setelah 2 minggu.

o Lochia Purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

o Lochiasstasis: lokia tidak lancar keluarnya.

- Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, astium eksterna dapat
dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu serviks menutup.

- Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan tugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia
menjadi lebih menonjol.

- Perenium

Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan
kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perenium sudah mendapatkan
kembali sebagaian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur pada keadaan sebelum
melahirkan.

- Payudara

Perubahan pada payudara dapat meliputi:

 Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon


piolaktin setelah persalinan.
 Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke-2
atau hari ke-3 setelah persalinan.
 Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulanya proses laktasi.

- Laktasi

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI), yang
merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu yang
melahirkan akan tersedia makanan bagi dirinya, dan bagi si anak akan merasa puas dalam
pelukan ibunya, merasa aman, tentram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan
faktor penting bagi perkembangan anak selanjutnya.

2. Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu
melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemoroid,
laserasi jalan lahir. Rasa sakit di daerah perenium juga dapat menghalangi keinginan ke
belakang. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang
mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.

3. Sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan
edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan.

Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan cliviesis. Ureter yang berdilatasi akan
kembali normal dalam tempo 6 minggu.

4. Sistem Musculoskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir,
secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

5. Sistem Endokrin

- Hormon Plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chronionic Gonodotiopin
(HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post
partum dan sebagai onset pemenuhan mammae pada hari ke-3 PP.

6. Sistem Kordiovaskuler

Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang
meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterin. Penarikan kembali
estrogen menyebabkan aturesis terjadi yang secara cepat mengurangi volume plasma kembali
pada porposi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama
masa nifas ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya progesteron membantu
mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya voskulei pada jaringan tersebut
selama kehamilan bersam-sama dengan trauma persalinan.

Pada persalinan pervoginam kehilangan darah sekitar 200-400 cc. bila kelahiran melalui seksio
cesaria, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah (blood
volume) dan hemotokrit (hoemoconcentration). Bila persalinan pervaginam, hemotrokit akan
naik dan pada seksio cesaria, hemotokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.

7. Sistem Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama PP, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan
faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih mencapai
15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dan masa PP. Jumlah
sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25.000 atau 30.000 tanpa adanya kondisi
patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobine, hemorokit, dan
eritrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal masa PP sebagai akibat volume darah, volume
plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi
oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut.

Kira-kira selama kelahiran dan masa PP terjadi kehilangan darah sekitar 200-250 ml. penurunan
volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit
dan hemoglobine pada hari ke 3-7 PP dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu PP.

8. Perubahan Tanda-Tanda Vital

- Suhu Badan

Suhu badan akan naik sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan yang
berlebihan dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari
ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkok,
berwarna merah karena kebanyakan ASI. Bila suhu tidak menurun kemungkinan adanya infeksi
pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau sistem lain.

- Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi
akan lebih cepat.

- Tekanan Darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada PP dapat menandakan terjadinya preeklamsia post
partum.

- Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan dnyut nadi. Bila suhu nadi
tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran nafas.
e. patway

Persalinan

Hormon estrogen dan progesterone menurun

Produksi asi dimulai

Ibu tidak meneteki Kurangnya pengetahuan Kurangnya kebersihan di area mamae

Pengosongan mamae tidak sempurnah Kurangnya pengetahuan Kerak pada putting

Pembengkakan Penurunan stressor Lidah dan bibir bayi kasar

Suhu tubuh meningkat Mekanisme koping tidak efektif Lecet pada area putting

Nyeri

Gangguan rasa nyaman nyeri Ceman b/d kurangnya Gangguan pola tidur b/d nyeri
b/d bendungan asi pengetahuan tentang perawatan pada payudarah
payudarah
F) Komplikasi

Komlikasi pada masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan masa nifas. Adapun
juga sbb:

- Pembengkakkan payudara
- Mastitis adanya peradangan payudara
- Endometritis (peradangan pada endometrium)
- Postpartum blues
- Infeksi puerperialis ditandai dengan pembengkakkan, rasa nyeri, kemerahan pada
jaringan terinfeksi atau pengeluarran cairan berbau dari jalan lahir selama persalinan atau
sesudah persalinan.

G) Pemeriksaan penunjang

- Pemeriksaan umum: tensi, nadi, keluhan.


- Keadaan umum; TTV selera makan.
- Payudara : air susu, putting
- Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
- Sekresi yang keluar atau lochea keadaan alat kandungan
- Hemoglobin, hematocrit, leukosit, ureum
- Ultrasosografi untuk melihat sisa plasenta.

H) Penatalaksanaan

- Observasi ketat 2 jam postpartum (adanya komplikasi perdarahan )


- 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang usahan miring kanan kiri
- Hari ke 1-2 ; memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan
payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi
tentang senam nifas.
- Hari ke 2: mulai latihan duduk
- Hari ke 3: diperkenankan latihan berdiri dan berjalan.
BAB III

Konsep Asuhan keperawatan

A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data
a. Identitas
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, suku bangsa, bahasa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan.

B. STATUS KESEHATAN

a) Keluhan utama : nyeri


Keluhan saat pengkajian : klien mengatakan pengeluaran ASI nya sedikit,
payudara terasa keras dan sakit saat menyusui.
b) Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan ASI nya sedikit dan payudara terasa sakit saat menyusui sejak
3 hari yang lalu , payudara terasa keras dan tegang.
Kilen mengatakan ini adalah anak pertama dan cemas akan bayinya karena
bayinya menangis terus menerus
c) Riawayat penyakit keluarga
Klien tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti DM, Hipertensi, TBC.

C. KEBIASAAN SEHARI-HARI

a. Nutrisi

biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena pengaruh dari keinginan


menyusui bayinya. Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada saat makan dan tidak ada
pantangan.

b. eliminasi

BAK dan BAB tidak ada keluhan apapun

c. istirahat

pada umumnya ibu mengalami gangguan pola tidur , karena nyeri pada payudara

d. aktivitas

aktivitas nya terbatas karena nyeri pada payudara.

e. psikososial

pada umumnya ibu merasa cemas karena ASI keluar hanya sedikit sehingga bayi
menangis terus menerus.

D. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : Baik

- kesadaran : compos mentis

2. Tanda-tanda vital
- TD : 130/90 mmHg

- Nadi : 80 x/menit

- Nafas : 22 x/menit

- Suhu : 38,5°c

3. TB dan BB. : TB = 160 BB = 60

4. Inspeksi

a. Muka. : Bulat, bersih, tidak oedem

b. Mulut dan gigi : bersih, bibir tampak pucat, tidak ada caries gigi, tidak ada stomatitis,
gigi lengkap, tidak ada gangguan menelan

c. Leher. : tidak ada pembendungan vena jugularis, tidak ada pembengkakan


kelenjar tiroid dan limfe

d. Payudara. : bentuk payudara kanan dan kiri tidak simetris, teraba keras, ada nyeri
tekan, tidak terdapat benjolan, pembesaran ada namun pada bagian kanan lebih besar dari
bagian kiri dan sudah ada pengeluaran ASI namun puting susu sebelah kanan ibu
tenggelam sedikit

e. Abdomen : masih terlihat linea alba dan striae gravidarum, tidak teraba masa
atau tumor, tidak ada nyeri tekan pada perut bagian bawah, tidak ada pembesaran hepar

f. Ekstremitas. : tidak ada udema, akral hangat, tidak ada varises

g. Genetalia : tidak ada tanda-tanda infeksi

h. Jahitan dalam : 2 jahitan

i. Jahitan luar : 5 jahitan

j. Lochea : serosa, kecoklatan, bau khas

k. Anus. : tidak ada hemoroid

Analisa data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1 DS : klien mengatakan nyeri pada Bendungan ASI NYERI
payudara
DO:
P: Nyeri karena terbendungnya ASI
Q: seperti tertekan
R: Daerah payudara kiri dan kanan
S: skala nyeri 4
T: sewaktu-waktu

2 DS: klien mengatakan cemas karena Kurangnya Cemas


ASI yang di keluarkan sedikit pengetahuan tentang
DO: klien sering melamun perawatan payudara

3 DS: klien mengatakan kurang tidur Nyeri pada Gangguan pola tidur
karena nyeri pada payudara payudara
DO: Terlihat klien tampak gelisah
dan sulit tidur.
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan bendungan ASI
2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan payudara
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kesulitan menjalani posisi biasa, sekunder
akibat: nyeri pada payudara.

Rencana asuhan keperawatan


No. Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Rasional
keperawatan
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. ajarkan teknik 1. teknik
nyaman : nyeri b/d perawatan 1x30 menit, relaksasi relaksasi akan
bendungan ASI klien mengatakan : 2. kompres pada sangat
1. nyeri area nyeri membantu
berkurang/hilang 3. kolaborasi mengurangi rasa
2. ibu dapat menyusui pemberian obat nyeri
bayinya dengan nyaman analgetik 2. kompres
3. bendungan ASI dapat 4. lakukan hangat akan
berkurang/hilang pengurutan yang membantu
dimulai dari melancarkan
putting kea rah peredaran darah
korpus mamae pada area nyeri
untuk mengurangi 3. pemberian
bendungan di vena obat analgetik
dan pembuluh bekerja
getah bening dalam mengurangi rasa
payudara nyeri
5. jelaskan pada 4. proses
ibu tentang pengurutan akan
penyebab dan cara membantu
mengatasi melancarkan
bendungan ASI peredaran darah
pada area nyeri
5. pengetahuan
yang benar akan
menambah
kooferatif ibu
2. Cemas b/d Setelah dilakukan 1. anjurkan ibu dan 1. dengan
kurangnya tindakan diharapkan : ajari ibu untuk mempraktekan
pengetahuan 1. klien tidak melakuan langsung dapat
tentang perawatan merasakan cemas lagi perawatan merubah
payudara 2. klien mengerti payudara perilaku ibu
tentang cara perawatan 2. ajari ibu 3. dengan posisi
payudara meneteki yang yan benar dapat
3. klien tidak bertanya- benar meningkatan
tanya lagi tentang 3. anjurkan ibu rangsangan ASI
perawatan payudara untuk menyusui secara maksimal
bayinya lebih 4. dengan
sering pada kedua menyusui lebih
payudara secara sering akan
bergantian merangsang
4. anjurkan ibu ASI keluar
untuk memberi dengan lancar
kompres hangat 5. dengan
pada payudara kompres hangat
sebelum ditetekkan merangsang
produksi ASI
3. Gangguan pola Setelah dilakukan 1. kaji tingkat 1. untuk
tidur b/d kesulitan tindakan diharapkan kelelahan dan mengetahui
menjalani posisi klien akan mengatakan kebutuhan istirahat tingkat
biasa, sekunder keseimbangan optimal pasien kebutannya
akibat : nyeri pada anara istirahat dan 2. kaji factor-faktor sehingga
payudara aktifitas penyebab terpenuhi pola
gangguan pola istirahatnya
tidur mengetahui
3. berikan penyebab
lingkungan yang sehingga dapat
nyaman tidur dengan
4. beri kesempatan baik
iu mengungkapkan 2. untuk
perasaanya memberikan
5. ajarkan untuk kenyamanan
mandi air hangat dan ketenangan
sebelum tidur pasien
3. untuk terapi
psikis dan
mengurangi
beban pikiran
dan membantu
mengatasi
masalahnya
4. relaksasi
dapat membuat
tidur lebih
nyenyak
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Masa nifas adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada
keadaan tidak hamil, masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu, pada masa nifas
banyak terjadi perubahan fisiologis maupun perubahan psikologis, diantara perubahan
fisiologis tanda-tanda vital, pada masa nifas perubahan tanda-tanda vital harus dilakukan
karena untuk membantu tenaga kesehatan dalam pengawasan postpartum/nifas. Tekanan
darah harus dalam keadaan stabil, suhu turun secara perlahan dan stabil pada 24 jam post
partum, nadi menjadi normal setelah persalinan.
SARAN
Tenaga kesehatan hendaknya memberikan edukasi dan konseling tentang manfaat ASI
ekseklusif, manajemen laktasi dan cara mengatasi hambatan dalam proses menyusui kepada
ibu hamil pada saat kunjungan ANC maupun setelah ibu melahirkan agar ibu memiliki
intensi yang kuat untuk memberikan ASI eksklekusif.
Daftar pustaka

Diah wulandari, S. (2010). Asuhan kebidanan nifas. jogjakarta: nuha medika .


ely dwi wahyuni, S. (2018). asuhan kebidanan nifas dan menyusui. Kemenkes RI.
Weni kristiyanasari, S. (2009). asi menyusui dan sadari. yogyakarta: nuha medika.
Widiarti, D. (2011). Manajemen Laktasi. Jakarta: BUKU KEDOKTERAN EGC.

Anda mungkin juga menyukai