LAPORAN PENDAHULUAN
POSTNATAL CARE (PNC)
Disusun Oleh :
KELOMPOK II
(...........................................) (...........................................)
2022
KATA PENGANTAR
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan masukan demi perbaikan laporan ini dimasa
Semoga laporan ini dapat dengan mudah dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Penulis mohon maaf apabila ada penggunaan kata-kata yang kurang
berkenan.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Definisi .................................................................................. 1
B. Klasifikasi .............................................................................. 1
A. Pengkajian ............................................................................. 28
ii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Masa nifas disebut masa postpartum atau puerperium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam
Masa nifas adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai
selama kira-kira 6 minggu (Zubaidah, 2021). Masa nifas adalah masa sesudah
persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk
kurang lebih 6 minggu. Masa nifas atau yang disebut juga masa puerperium,
berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan partus yang artinya
Rahayu, 2018).
B. Klasifikasi
1
postpartum). Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap
tahun.
Secara garis besar terdapat tiga proses penting dimasa nifas, yaitu sebagai
Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat mengecil
serta membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah selnya. Pada wanita
yang tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram dengan ukuran kurang lebih
sebesar telur ayam. Selama kehamilan, rahim makin lama semakin membesar.
Setelah bayi lahir, umumnya berat rahim menjadi sekitar 1000 gram dan dapat
2
kembali mengecil perlahan-lahan kebentuknya semula setelah 6 minggu dengan
perkiraan beratnya sekitar 40-60 gram. Ibu seringkali beranggapan bahwa masa
nifas sudah selesai pada saat ini. Namun, sebenarnya rahim akan kembali
keposisinya yang normal dengan berat 30 gram dalam waktu 3 bulan setelah
Selama hamil darah ibu relatif encer, karena jumlah cairan darah ibu
kadar Hemoglobin (Hb) akan tampak sedikit menurun dari angka normalnya
sebesar 11-12 gr%. Jika hemoglobinnya terlalu rendah, maka bisa jadi anemia
atau kekurangan darah. Oleh karena itu, selama hamil ibu perlu diberi obat-
darah atau hemoglobinnya normal atau tidak terlalu rendah. Setelah melahirkan,
sistem sirkulasi darah ibu kembali seperti semula. Darah kembali mengental,
kadar perbandingan sel darah dan cairan darah kembali normal. Umumnya hal
ini terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-15 pasca persalinan (Purwanto, Nuryani
tidak dihasilkan lagi, sehingga terjadi produksi ASI. ASI keluar 2-3 hari pasca
melahirkan. Namun hal yang luar biasa adalah sebelumnya di payudara sudah
terbentuk kolostrum yang sangat baik untuk bayi, karena mengandung zat kaya
gizi, dan anti bodi pembunuh kuman (Purwanto, Nuryani and Rahayu, 2018).
3
a. Perubahan Sistem Reproduksi
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genetelia ini
disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya,
1) Perubahan Uterus
masa kehamilan dan persalinan. Pembesaran uterus tidak terjadi secara terus
menerus, sehingga adanya janin dalam uterus tidak dalam jangka waktu lama.
Bila adanya janin tersebut melebihi waktu yang seharusnya, maka terjadi
luar biasa membesar, begitu juga pembuluh darah ke dan dari uterus. Di dalam
4
Namun, sisa-sisa dalam jumlah kecil dapat bertahan selama bertahun-tahun
setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan
plasenta (plasenta site) sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding
uterus, mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali setelah 2
panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil (Suherni, 2009).
segera setelah pelahiran bayi, plasenta dan selaput janin, beratnya sekitar 1000 g.
Berat uterus menurun sekitar 500 g pada akhir minggu pertama postpartum dan
kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak hamil, yaitu 70 g pada minggu
perubahan lokasi uterus, yaitu uterus turun dari abdomen dan kembali menjadi
organ panggul. Setelah pelahiran, tunggi fundus uterus (TFU) terletak sekitar 2/3
hingga ¾ bagian atas antara simphisis pubis dan umbilicus. Letak TFU
kemudian naik, sejajar dengan umbilicus dalam beberapa jam. TFU tetap
terletak kira-kira sejajar (atau 1 ruas jari di bawah) umbilicus selama 1 atau 2
hari dan secara bertahap turun ke dalam panggul hingga tidak dapat dipalpasi
lagi di atas simphisis pubis setelah hari ke-10 postpartum (Purwanto, Nuryani
5
Proses Involusi uterus dimulai pada akhir kala III persalinan, uterus berada
bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat itu besar uterus kira-kira sama
besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram. Pasca
akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur saat kehamilan
jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan. Atrophi
jaringan terjadi sebagai akibat dari penghentian produksi estrogen efek dari
jumlah besar selama kehamilan akan mengalami atropi termasuk otot-otot uterus
dan lapisan desidua. Lapisan desidua selain atropi juga terlepas dan
oksitosin yang dilepaskan oleh kelenjar hipofise. Hormon oksitosin ini akan
mengurangi suplai darah ke uterus dan membantu mengurangi bekas luka tempat
6
Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan keluarnya
discharge vagina dalam jumlah bervariasi; duh ini disebut lokea. Secara
mikroskopis, lokea terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel-sel epitel dan
pada sebagian besar kasus juga ditemukan bahkan bila discharge diambil dari
rongga uterus. Ada berapa jenis lokea menurut yakni (Purwanto, Nuryani and
Rahayu, 2018):
b) Lokea sanguinoleta: warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini
c) Lokea serosa: berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari 7-
14 pasca persalinan. Lokea alba: cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2
minggu.
d) Lokea purulenta: lokea ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
tertinggalnya sisa/selaput plasenta. Lokea serosa atau alba yang berlanjut dapat
menandakan adanya endometris, terutama jika disertai demam, rasa sakit atau
7
nyeri tekan pada abdomen. Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk
yang disebut lochea purulenta. Pengeluaran lochea yang tidak lancar disebut
2) Serviks
Serviks mungkin memar dan edema, terutama di anterior jika terdapat tahanan
banyaknya pembuluh darah. Serviks terbuka hingga mudah dimasukkan 2-3 jari.
Serviks kembali ke bentuk semula pada hari pertama dan pelunakan serviks
serviks selama persalinan, servik tidak pernah kembali pada keadaan yang sama
kemudian hanya masuk 1 jari dan terhenti pada os internal. Os eksternal mulai
kembali pada bentuk tidak hamil di minggu keempat pasca salin. Servik
bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan
korpus uteri dan servik terbentuk cincin. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm
saat persalinan, menutup secara bertahap, pada minggu ke-6 pasca salin serviks
Perubahan vagina dan perineum pada masa nifas ini terjadi pada minggu
8
kembali. Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak
sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering
akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar.
Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan
memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi, yaitu
episiotomi sama seperti luka operasi lain. Perhatikan tanda-tanda infeksi pada
lukaepisiotomi seperti nyeri, merah, panas, bengkak atau keluar cairan tidak
Laserasi luas perineum saat persalinan diikuti relaksasi introitus. Bahkan bila tak
Vagina yang semula teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum
puerperium dengan latihan setiap hari (Purwanto, Nuryani and Rahayu, 2018).
Otot panggul pada masa nifas juga mengalami perubahan. Struktur dan
penopang otot uterus dan vagina dapat mengalami cedera selama waktu
9
melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan relaksasi panggul, yang berhubungan
penopang dasar panggul yang teregang saat ibu melahirkan akan kembali ke
tonus semula setelah enam bulan. Ligamen-ligamen dan diafragma serta fasia
oleh karena ligament, fasia dan jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor
sampai dengan 2 jam setelah melahirkan. Keletihan yang dialami pada ibu akibat
Seiring waktu berjalan kondisi kekuatan ibu mulai membaik, maka nafsu makan
ibu akan kembali normal bahkan meningkat karena dipengaruhi oleh laktasi. Ibu
samping itu rasa takut untuk buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada
perineum, jangan sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri. Buang air besar
harus dilakukan 3-4 hari setelah persalian. Bilamana masih juga terjadi konstipasi
10
dan BAB mungkin keras dapat diberikan obat laksan peroral atau per rektal
2) Perubahan Perkemihan
tergantung pada keadaan/status sebelum melahirkan. Pelvis ginjal dan ureter yang
teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu
lengkap dan residu urine. Uretra jarang mengalami obstruksi. Efek persalinan
pada kandung kemih dan uretra menghilang dalam 24 jam pascapartum kecuali
ibu mengalami infeksi. Diuresis mulai segera setelah melahirkan hingga hari
Jika terjadi peningkatan suhu 38°C yang menetapkan 2 hari setelah 24 jam
11
(infeksi selama postpartum), infeksi saluran kemih, edometritis (peradangan
b) Nadi: Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan
adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan
dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Keadaan ini bisa
lambat.
adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam
12
penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu terjadi
lebih 700-1000 cc. Bradikardia (dianggap normal), jika terjadi takikardia dapat
merefleksikan adanya kesulitan atau persalinan lama dan darah yang keluar lebih
dari normal atau perubahan setelah melahirkan. Pada minggu ketiga dan
keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun mencapai volume
sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini meningkat
bahkan lebih tinggi selama 30- 60 menit karena darah biasanya melintasi sirkulir
semua jenis persalinan. proses diuresisi yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali pada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah
merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen
mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya
masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung
cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus
13
dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
Leukositosis yang meningkat di mana jumlah sel darah putih dapat mencapai
15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa
postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik sampai 25.000-
30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan
lama. Jumlah hemoglobin, hematocrit dan eritrosit akan sangat bervariasi pada
awal-awal mas post partum sebagai akibat dari volume darah. Volume plasenta
dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Selama kelahiran dan masa
postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan
hematokrit dan hemoglobin pada hari ke-3 sampai dengan ke-7 postpartum dan
akan kembali dalam 4-5 minggu postpartum (Purwanto, Nuryani and Rahayu,
2018).
14
laktasi (hormon estrogen dan progesteron) kolostrum, cairan payudara yang keluar
sebelum produksi susu terjadi pada trimester III dan minggu pertama postpartum.
ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagai ditentukan oleh apakah ibu
menyusui atau tidak. Cairan menstruasi pertama setelah melahirkan biasanya lebih
banyak dari normal, dalam 3 sampai 4 sirkulasi, seperti sebelum hamil (Purwanto,
akibat lahir atau keluarnya bayi, plasenta dan cairan amnion atau ketuban dan
rata-rata penurunan berat badan tersebut berkisar 12 pon (4,5 kg). Pada minggu
ke-7 sampai ke-8, kebanyakan ibu telah kembali ke berat badan sebelum hamil,
sebagian lagi mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk kembali
angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan untuk
15
membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri (Purwanto,
b) Kulit abdomen
c) Striae
d) Perubahan ligament
Keadaan ini akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang
asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis, sehingga sebagian dari
dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.
selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur
sehingga berbulan-bulan yang disebut strie. Diastasis rekti adalah pemisahan otot
rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilicus, sebagai akibat
dari pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat peregangan mekanis
dinding abdomen. Selain itu juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke
arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis. Otot-otot dari dinding
abdomen dapat kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan
post natal. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus rektus
abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas,
16
pengembalian tonus otot menjadi normal. Tonus otot-otot dinding abdomen jika
tidak kembali, ruang antara otot rektus akan diisi dengan peritoneum, fasia dan
(abdomen pendulus pada multipara) yang berakibat nyeri punggung hebat dan
Rahayu, 2018).
Setelah janin lahir, ligament, diafragma pelvis dan fasia akan meregang
terjadi. Namun, hal ini dapat menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari
pemisahan simpisis pubis antara lain: nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan
nyeri saat bergerak di tempat tidur ataupun sewaktu berjalan. Pemisahan simpisis
pubis dapat dipalpasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau
bulan pasca melahirkan bahkan ada yang menetap (Purwanto, Nuryani and
Rahayu, 2018).
9) Perubahan Payudara
payudara menjadi besar ukurannya bias mencapai 800 gr, keras dan menghitam
pada aroela mammae di sekitar putting susu, ini menandakan dimulainya proses
17
menyusu dini, walaupunASI belum keluar , lancer namun suudah ada pengeluaran
kolostrum .
ASI. Pada hari ke-2 hingga ke-3 postpartum, sudah mulai diproduksi ASI matur
yaitu ASI berwarna. Pada semua ibu yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
produksi ASI dan sekresi ASI atau let down reflex, selama kehamilan, setelah
melahirkan. Ketika hormone yang dihasilakn plasenta tidak ada lagi, maka terjadi
prolaktim. Sampai hari ketiga setelah melahirkan. Efek prolaktim pada payudara
mulai bias dirasakan, perubahan darah payudara menjadi membesar terisi darah,
sehingga timbul rasa hangat. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai
dirinya lagi, dan merasa terpisah dengan bayinya sebelum dpt menyentuh bayinya.
Perasaan ibu oleh bayinya bersifat komplek dan kontradiktif. Banyak ibu merasa
takut disebut sebagai ibu yang buruk, emosi yang menyakitkan mungkin
dipendam sehingga sulit dalam koping dan tidur. Ibu menderita dalam
emosional terhadap ibu baru. Bahkan bisa menjadi kondisi yang sulit jika terjadi
18
perubahan fisik yang hebat. Factor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa
transisi ke masa menjadi orang tua pada masa postpartum, yaitu (Sulfianti et al.,
2021):
4. Pengaruh budaya
tanggung jawab bertambah seiring dengan hadirnya bayi yang barulahir, perhatian
penuh dari anggota keluarga merupakan dukungan positif untuk ibu dalam
persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus
dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan
meningkat.
b) Taking hold period Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi
perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga
19
c) Leting go period Dialami setelah tiba ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai
secara penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari
Perawatan masa nifas yang membantu ibu hingga masa nifas berakhir
1. Pengalaman Wanita
Masa nifas adalah hal yang sangat luar biasa, maka dari itulah wanita
yang sedang berada pada masa tersebut, sangat memerlukan banyak masukan
dari para tenaga kesehatan dan pihak keluarga agar dirinya mampu memiliki
banyak pengetahuan sebagai seorang ibu. Hal ini memiliki kaitan mengenai
nifas, hanya saja beberapa himbauan yang mungkin diberikan oleh tenaga
medis kiranya akan membantu ibu nifas untuk melalui masa barunya yang
berperan sebagai ibu dari bayinya. Selain itu, beberapa hal mengenai nutrisi
tidak ada pantangan kecuali memang terjadi alergi tertentu atau bahkan
dengan peran baru sebagai ibu, dan dukungan dari sekitar yang akan mampu
memberikan semangat serta wawasan lebih yang akan membantu ibu nifas
20
2. Merawat Bayi
banyak sekali himbauan bahkan wawasan dari tenaga kesehatan yang telah
memiliki banyak ilmu dan pengetahuan. Hal ini akan membawa masa nifas
ibu hamil menjadi jauh lebih menyenangkan dan selalu memberikan harapan
baru. Dengan banyak nasihat mengenai perawatan bayi baru lahir dari petugas
kesehatan akan memberikan pola pikir yang berbeda bagi ibu nifas. Hal
Memang benar adanya, sebuah adat istiadat serta budaya akan sangat
mempengaruhi pengolahan pola fikir serta langkah dari ibu nifas terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap sang buah hati. Hal ini dikarenakan, sebuah
adat dan budaya menjadi tempat tinggal yang nantinya akan dilaksanakan
tempat tinggal dari ibu nifas tersebut. Jadi, perlunya tenaga kesehatan
Jika sebuah adat tidak memberikan dampak negatif, tentu saja akan terdapat
tersebut. Begitu pula pada lingkup keluarga yang akan menjadikan budaya
dan adat sebagai sebuah dukungan agar ibu nifas mengikuti adat dan budaya
21
4. Nutrisi
Pada masa nifas atau transisi menjadi ibu baru, maka ibu nifas bukan
menjadikan ibu dan bayi sama-sama sehat. Maka dari itulah, asupan nutrisi
yang tepat dan seimbang untuk ibu nifas sangat penting. hal ini dikarenakan
oleh kebutuhan bayinya yang tentu didapatkan dari sang bunda. jadi, justru
penting tentang adanya asupan sehat seimbang bagi ibu nifas, sehingga secara
langsung akan terpenuhi pula kebutuhan dari sang buah hati tercinta.
kurang akan nilai gizi, kopi, hingga makanan yang mampu memberikan
5. Diet Nifas
dibutuhkan tubuh ibu nifas yang sangat memerlukan asupan gizi seimbang
sekaligus kesehatan seorang wanita. Dengan menu diet protein akan menjadi
asupan yang membantu dalam pemenuhan nutrisi ibu nifas. Bukan hanya itu,
namun ibu nifas juga dapat menambahkan dengan serat serta vitamin yang
nantinya akan melindungi atau menjadi benteng ibu nifas dari berbagai
macam penyakit atau kelelahan yang kiranya mudah menyerang ibu nifas.
ml cairan yang menjadi kebutuhan ibu nifas, maka dapat disiasati dengan
22
mengganti asupan 1000 ml cairan dari susu. Hal ini akan sangat berdampak
6. Eliminasi
dipenuhi oleh ibu nifas serta bayi baru lahir. dengan eliminasi yang lancar
dari ibu nifas serta bayinya maka akan berdampak bagi kesehatan keduanya.
Maka dari itulah perlunya tenaga kesehatan dan sanak keluarga untuk juga
ikut andil dalam memenuhi kebutuhan eliminasi dari ibu nifas dan bayi baru
lahir. Stres memang dapat terjadi pada masa transisi yang dialami oleh ibu
nifas, namun umumnya hanya akan terjadi dalam sementara waktu dan akan
segera kembali.
Dalam ulasan medis, buang air kecil atau berkemih yang tepat bagi
ibu nifas adalah 2 hingga 4 jam pertama usai persalinan. Sedangkan buang air
besar atau defekasi biasanya akan lancar setelah 24 jam pertama setelah
7. Produksi ASI
Produksi ASI (Air Susu Ibu) merupakan hal yang mutlak adanya
untuk bayi. Inilah asupan satu-satunya yang tepat didapatkan oleh bayi dari ia
lahir hingga dirinya berusia enam bulan pertaanya. Maka dari itulah, anda
dapat menggunakan beberapa cara yang saling berkaitan satu dengan lainnya,
seperti misalnya mengenai asupan nutrisi hingga istirahat yang pas dan tepat.
Hal ini akan membuat produksi ASI sangat berpengaruh. Begitu pula dengan
23
Dengan pelaksanaan ASI yang dijalankan seorang ibu nifas dengan
bayinya, maka akan terdapat banyak hal menakjubkan yang mampu terjadi.
bentuk semula seperti sedia kala. Bukan hanya itu, akan terdapat kasih sayang
yang dalam antara ibu dan bayinya yang mampu tercipta. Jadi, risiko depresi
atau stres pasca salin akan sangat sedikit atau bahkan nihil.
8. Kebersihan Diri
Kebersihan diri tersebut sangat penting bagi ibu nifas dan bayinya,
tentu saja penting. Masa nifas adalah masa seorang ibu yang akan rentan
terhadap infeksi, begitu pula bagi bayi baru lahir, masa awal kehidupannya
adalah masa transisi yang tidak lain menjadi masa yang juga rawan terhadap
Sebuah kebersihan bukan hanya sekedar bersih saja, namun juga dapat
ditelusuri dasar yang memberikan keefektifan dan daya guna dari kebersihan
diri yang ada. Hal itu akan memberikan banyak hal baru sehingga mampu
membuat ibu nifas dan bayinya terjaga dari segala macam bentuk penyakit
hingga hal-hal buruk yang tidak diinginkan. Dengan seorang ibu nifas dan
9. Istirahat
Dengan menjaga serta mengatur pola istirahat yang pas bagi ibu nifas
akan memberikan pengaruh besar terhadap kesehatan dari sang ibu sendiri.
Pola istirahat bagi bayi baru lahir juga tidak jauh pentingnya. Ini dikarenakan
24
akan memiliki banyak dampak besar dalam masa perkembangan dan
pertumbuhan dari sang buah hati. Maka dari itulah, perlunya menggunakan
pola istirahat yang tepat akan sangat memberikan banyak hal positif dan
membantu. Salah satunya adalah ASI yang akan dihasilkan ibu nifas sangat
sesuai dengan masanya yang tepat. Selain itu, istirahat juga akan sangat
mempengaruhi tingkat stres atau depresi pasca salin yang mungkin terjadi
pada beberapa ibu terhadap bayinya. Jadi, banyak sekali manfaat mengenai
istirahat yang akan memberikan dampak tertentu bagi ibu dan bayinya.
10. Seksualitas
kesehatan. Terlebih untuk ibu nifas yang akan memiliki banyak angan tentang
seputar seksualitasnya. Pola seksualitas akan penting jika suatu waktu ibu
nifas sudah berada pada suatu waktu yang mampu membawanya di masa
nifas yang telah terbilang pulih dan tetap penting adanya kontrol ulang dari
tenaga kesehatan dan memungkinkan bila pola seksualitas juga akan dapat
kembali seperti sedia kala, dalam batasan yang mungkin juga diberikan
dengan waktu yang tepat. Memang, pada awal akan takut, tetapi dengan
berjalannya keadaan, akan menjadi hal yang wajar jika ibu nifas kembali
25
11. Senam Nifas
Kebutuhan akan kesehatan dari ibu nifas tentu sangat penting adanya.
maka, latihan atau olahraga dengan senam nifas akan banyak memiliki
manfaat untuk ibu nifas. Dengan melaksanakan senam nifas, tentu terdapat
banyak manfaat nyata yang akan diraakan oleh ibu nifas tersebut. Jadi, senam
nifas juga perlu dilakukan karena akan membantu pencegahan terjadinya stres
tubuh ideal yang diinginkan wanita nifas usai kelahiran sang buah hati
tercinta. Senam nifas dapat dilakukan ibu nifas dengan berbagai macam cara.
Seperti memilih untuk mengikuti kelas senam ibu nifas, begitu pula
dengan melaksanakan sendiri di rumah dengan ketentuan atau cara yang tepat
dan aman untuk dilaksanakannya senam ibu nifas. Bahkan, hal yang
diperlukan untuk melaksanakan senam ibu nifas pun juga tidak terlalu banyak
dan rumit. Ibu nifas hanya perlu mempersiapkan matras atau tempat tidur,
bantal, baju olahraga dan dan kaset. Hal tersebut dapat dilakukan oleh ibu
12. Ambulasi
batasan maksimal tertentu, seperti batasan 4 jam pasca salin. Ambulasi dapat
diawali dengan menggerakkan kaki, memiringkan tubuh ke arah kiri dan juga
26
ke arah kanan, duduk, hingga bangun dari tempat tidur yang dilakukan oleh
ibu nifas.
dengan memberikan hasil yaitu bentuk tubuh yang baik atau bahkan kembali
seperti sediakala sebelum hamil. Selain itu juga mampu mencegah terjadinya
stress yang mungkin akan menghadang kesehatan ibu nifas. Begitu pula
dampaknya terhadap sirkulasi darah pada seluruh tubuh ibu nifas agar tetap
lancar
27
BAB II
A. Pengkajian
klien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam
Pengumpulan data pada klien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
2018).
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
menyertai.
3. Riwayat Kesehatan
meliputi:
28
a. Lamanya proses persalinan dan jenis persalinan
d. Respon janin pada saat persalinan dan kondisi bayi baru lahir (nilai APGAR)
f. Medikasi lain yang diterima selama persalinan atau periode immediate post
partum
g. Komplikasi yang terjadi pada periode immediate post partum seperti atonia
partum.
5. Pengkajian Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa tanda-
tanda vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan
29
berikutnya. Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukan kemungkinan adanya
1) Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum. Setelah
sementara waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari.
2) Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38⁰C. Pada hari ke 4 setelah
aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38⁰C pada hari
sepsis nifas.
3) Nadi, nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100. Denyut nadi ibu
utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus
nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi gejala shock
30
4) Pernapasan, pernapasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada umumnya
karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila
ada respirasi cepat post partum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya
rambut.
2) Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam.
4) Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau
energi.
5) Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis,
adanya infeksi, ditunjang dengan adanya data yang lain seperti hipertermi,
7) Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada
telinga.
31
c. Pemeriksaan Thoraks
1) Inspeksi Payudara
a) Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi ASI, perlu
diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak
c) Warna kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menunjukkan
adanya peradangan.
2) Palpasi Payudara
bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri tekan guna
menginspeksi puting dan areola apakah ada tanda tanda kemerahan dan
pecah, serta menanyakan ke ibu apakah ada nyeri tekan. Payudara yang
penuh dan bengkak akan menjadi lembut dan lebih nyaman setelah
menyusui.
32
d. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi Abdomen
b) Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras. Abdomen yang keras
merangsang kontraksi.
2) Palpasi Abdomen
hari.
c) Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya
hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup,
yang menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap
33
sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian secara cepat
e) Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis akibat
lebarnya. Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti sebelum hamil
tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk melakukan senam nifas.
Cara memeriksa diastasis rektus abdominis adalah dengan meminta ibu untuk
tidur terlentang tanpa bantal dan mengangkat kepala, tidak diganjal kemudian
Kaji dengan palpasi kandungan urin di kandung kemih. Kandung kemih yang
dan hal ini dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan.
34
kemudian didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri
pada betis, jika nyeri maka tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi
untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar. Refleks patella mintalah ibu
duduk dengan tungkainya tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan
hammer ketuklan rendon pada lutut bagian depan. Tungkai bawah akan
berlebihan dan capat maka hal ini mungkin merupakan tanda preeklamsi.
1) REEDA
episiotomi dan luka namun jika ada rasa sakit yang signifikan, diperlukan
2) Lochea
35
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhia pada ibu post partum.
Perubahan warna harus sesuai. Misalnya ibu postpartum hari ke tujuh harus
memiliki lochea yang sudah berwarna merah muda atau keputihan. Jika
ditangani.
3) Varises
pada data ibu saat sebelum hamil dan berat badan saat hamil, bukti simpanan
besi yang memadai (misal : konjungtiva) dan riwayat diet yang adekuat atau
persalinan.
selama ibu di rumah sakit. Ibu mungkin tidak bisa mengantisipasi kesulitan
36
8. Emosi
termasuk fluktuasi hormonal, kelelahan fisik, dan penyesuaian peran ibu. Ini
adalah bagian normal dari pengalaman post partum. Namun, jika gejala ini
berlangsung lebih lama dari beberapa minggu atau jika klien post partum
bayinya atau diri sendiri, klien harus diajari untuk segera melaporkan hal ini
B. Diagnosis Keperawatan
nifas menurut Saleha (2018) yang bersumber dari buku (Tim Pokja SDKI DPP
b. Batasan Karakteristik
Subjektif Objektif
kondisi istirahat
37
Subjektif Objektif
Sianosis
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
1) Anemia
5) Aritmia
7) Gangguan metabolic
8) Gangguan musculoskeletal
38
2. Diagnosis 2 : Nyeri Akut
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
b. Batasan Karakteristik
Subjektif Objektif
Gelisah
Sulit tidur
Subjektif Objektif
Menarik diri
Diaforesis
39
1) Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
5) Glaukoma
3. Diagnosis 3 : Ansietas
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi yang memungkinkan individu
b. Batasan Karakteristik
Subjektif Objektif
Sulit berkonsentrasi
40
Subjektif Objektif
Tremor
Suara bergetar
Sering berkemih
1) Krisis situasional
3) Krisis maturasional
41
12) Kurang terpapar informasi
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
6) Penyakit neurologis
b. Faktor Risiko
3) Malnutrisi
a) Gangguan paristalik
c) Perubahan sekresi pH
42
g) Merokok
a) Penurunan hemoglobin
b) Imununosupresi
c) Leukopenia
1) AIDS
2) Luka bakar
3) PPOK
4) DM
5) Tindakan invasive
7) Penyalahgunaan obat
9) Kanker
11) Imunosupresi
12) Lymphedema
13) Leukositopenia
43
5. Diagnosis 5 : Risiko Defisit Nutrisi
kebutuhan metabolisme.
b. Faktor Risiko
1) Stroke
2) Parkinson
3) Mobius syndrome
4) Cerebral palsy
5) Cleft lip
6) Cleft palate
8) Kerusakan neuromuscular
9) Luka bakar
10) Kanker
11) Infeksi
44
12) AIDS
14) Enterokolitis
a. Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
b. Batasan Karakteristik
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
45
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
1) Nyeri/kolik
2) Hipertiroidisme
3) Kecemasan
5) Kehamilan
b. Faktor Risiko
2) Trauma/perdarahan
3) Luka bakar
4) Aferesis
5) Asites
6) Obstruksi intestinal
46
7) Peradangan pancreas
9) Disfungsi Intestinal
3) Perdarahan
4) Luka bakar
individu.
b. Batasan Karakteristik
Subjektif Objektif
tubuh
Subjektif Objektif
47
Mengungkapkan perasaan bagian tubuh
hidup lalu
obesitas, jerawat)
6) Transisi perkembangan
7) Gangguan psikososial
48
C. Intervensi Keperawatan
Manajemen Energi
Observasi
kelelahan
- Monitor pola dan jam tidur - Untuk mengetahui pola tidur klien
49
- Monitor lokasi dan - Untuk mengetahui lokasi dan
Terapeutik
pasif dan atau/ aktif - Agar gerakan tubuh klien tidak kaku
atau berjalan
Edukasi
Kolaborasi
50
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
Meringis menurun
Gelisah menurun
Manajemen Nyeri
Observasi
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas tingkat nyeri yang dialami dan dapat
Terapeutik
51
- Berikan teknik non farmakologis - Untuk menurunkan atau
Edukasi
penyembuhan
Kolaborasi
nyeri
3. Diagnosis 3 : Ansietas
52
Frekuensi nadi membaik
Terapi Relaksasi
Observasi
dan suhu sebelum dan sesudah frekuensi nadi, tekanan darah dan
Terapeutik
dan tanpa gangguan dengan tenang dan nyaman pada saat klien
yang nyaman
53
- Gunakan pakaian longgar - Agar klien lebih mudah bergerak
berirama
Edukasi
Demam menurun
54
Kemerahan menurun
Nyeri menurun
Bengkak menurun
Pencegahan Infeksi
Observasi
Terapeutik
pengunjung
Edukasi
55
- Anjurkan meningkatkan - Menurunkan risiko infeksi akibat mal
infeksi
56
Sariawan menurun
Diare menurun
Manajemen Nutrisi
Observasi
57
NGT atau tidak
Terapeutik
58
asupan oral dapat ditoleransi epistaksis
Edukasi
proses pencernaan
dibutuhkan tubuh
Kolaborasi
59
Keluhan istirahat tidak cukup menurun
Intervensi Rasional
Observasi
antisipasi
yang menganggu tidur (mis. kopi, dapat membuat pola tidur tidak
sebelum tidur)
dikonsumsi
Terapeutik
- Batasi waktu tidur siang, jika perlu - Agar malam hari bisa cepat tidur
60
- Fasilitasi menghilangkan stress - Agar tidak memiliki beban pada saat
akupresur)
Edukasi
tidur baik
- Anjurkan menghindari
mengganggu tidur
61
pola tidur (mis. psikologis, gaya yang memicu gangguan pola tidur
Dehidrasi menurun
Manajemen Cairan
Observasi
62
akral, pengisian kapiler, memantau keseimbangan cairan
Terapeutik
kebutuhan cairan
perlu hipovolemik
Kolaborasi
63
Verbalisasi perubahan gaya hidup menurun
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
64
intervensi
65
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, T.S., Nuryani and Rahayu, T.P. (2018) Modul Ajar Asuhan Kebidanan
Nifas dan Menyusui. Prodi Kebidanan Magetan.
Sukma, F., Hidayati, E. and Jamil, S.N. (2017) Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
Sulfianti et al. (2021) Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yayasan KIta
Menulis.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI.
66