Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK STASE PERSALINAN


KEHAMILAN POSTTERM

Dosen Pembimbing : Dr.Rika Nurhasanah,SST.,M. Keb

Disusun Oleh :

Fitriyani : 2250351057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU TEKNOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KEHAMILAN POSTTERM

Dosen Pembimbing Pendidikan : Dr.Rika Nurhasanah,SST.,M. Keb


Dosen Pembimbing Lapangan : Hj Eneng Rodiah,SST.,Bdn

Cimahi, 01 Januari 2023

Pembimbing Preceptor Mahasiswa

Dr.Rika Nurhasanah,SST.,M. Keb Hj Eneng Rodiah,SST.,Bdn Fitriyani

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan (LP) tentang persalinan
postterm.

Laporan Pendahuluan ini telah penulis susun dengan maksimal dan


mendapatkan bantuan dari beberapa pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan Laporan Pendahuluan (LP) ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan LP ini. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki LP ini.

Akhir kata penulis berharap semoga LP tentang persalinan postterm ini


dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Cimahi, 01 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUANL...................................................................................................2
1. Latar Belakang..............................................................................................................2
2. Tujuan............................................................................................................................3
3. Manfaat..........................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................4
1. Pengertian persalinan....................................................................................................4
2. Macam – macam persalinan..........................................................................................4
3. Sebab Mulainya Persalinan...........................................................................................5
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan..............................................................5
5. Tahap Persalinan...........................................................................................................6
6. Tanda-tanda Persalinan.................................................................................................8
8. Persalinan Postterm.......................................................................................................8
a. Pengertian..................................................................................................................8
b. Etiologi......................................................................................................................8
c. Diagnosis...................................................................................................................9
d. Manifestasi klinis.......................................................................................................9
e. Permasalahan kehamilan lewat bulan......................................................................10
f. Pengelolaan kehamilan lewat bulan........................................................................11
g. Penatalaksanaan.......................................................................................................11
9. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................12
10. Penanganan persalinan dengan Kehamilan Lewat Waktu.......................................12
11. Pengelolaan selama Persalinan dengan Kehamilan Lewat Waktu..........................13
12. Proses Manajemen Kebidanan.................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA4

iii
BAB I

PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUANL

1. Latar Belakang
Target global Millenium Developmen Goals (MDGs) ke-5 adalah untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup
(KH) pada tahun 2015. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, angka kematian ibu masih tinggi yakni sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup (Infodatin, 2014). AKI merupakan jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan, nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan
lainnya di setiap per 100.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu 1 tahun (Kemenkes,
2016).
Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan
(HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di indonesia masih
didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan (HDK), dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan
dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin
meningkat. Pada tahun 2013, lebih dari 25% kematian ibu di indonesia disebabkan oleh
HDK (Kemenkes RI, 2016).
Menurut WHO persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan,
beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi
dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara
37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi di dalam keadaan
baik (Walyani dkk, 2015). Menurut WHO kehamilan lewat waktu adalah kehamilan
yang telah berlangsung selama 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari
pertama haid terahir menurut rumus Nagele dengan siklus haid rata-rata 28 hari
(Maryunani dkk, 2015).
Induksi merupakan suatu proses memulai aktivitas uterus untuk mencapai pelahiran
pervaginam (Liu, 2008). Peran bidan dalam hal ini yakni memantau dengan seksama,
1
memberi dukungan serta kenyamanan ibu baik dari segi perasaan maupun fisik, selain
itu

2
2

juga melakukan perawatan tubuh dan perawatan penunjang selama kala I-II guna
memperlancar proses kelahiran (Walyani dan Purwoastuti, 2015). Pengelolaan
kehamilan lewat waktu dapat dengan cara menilai kematangan serviks untuk dilakukan
induksi persalinan (Prawiroharjo, 2009).

2. Tujuan
LP ini bertujuan untuk mengetahui dasar teori persalinan postterm secara lengkap

3. Manfaat
Diharapakan dapat menambah pengetahuan ilmu kebidanan khususnya di stase
persalinan ini.
BAB II

TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI

1. Pengertian persalinan
Menurut Maryunani dan Sari (2016), Persalinan adalah proses dimana bayi,
plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit.
Menurut Manuaba dalam Nurasiah dkk (2014), Persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau hampir
cukup bulan dan dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)”
2. Macam – macam persalinan
Menurut Manuaba dalam buku Walyani dan Purwoastusi (2015), mengatakan ada 2
jenis persalinan, yaitu berdasarkan bentuk persalinan dan menurut usia kehamilan:
a. Jenis persalinan berdasarkan bentuk persalinan:
1) Persalinan spontan Adalah proses persalinan seluruhnya brlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan buatan Adalah proses persalinana dengan bantuan tenaga luar.
3) Persalinan anjuran Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. (Walyani dan Purwoastuti,
2015).
b. Jenis persalinan menurut usia kehamilan:
1) Abortus Pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan mencapai 20
minggu atau berat badan kurang dari 500 gram.
2) Pertus immatur Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan mencapai 20
minggu dan 28 minggu atau berat badan janin antara 200 gram dan kurang dari
1000 gram.
3) Partus prematur Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan mencapai
28 minggu dan Partus matur atau prtus aterm Pengeluaran buah kehamilan

3
antara usia kehamilan mencapai 37 minggu dan 42 minggu atau berat badan
janin lebih

4
4

dari 2500 gram.


4) Partus matur atau prtus aterm Pengeluaran buah kehamilan antara usia
kehamilan mencapai 37 minggu dan 42 minggu atau berat badan janin lebih dari
2500 gram.
5) Partus serotinus atau partus postmatur Pengeluaran buah kehamilan lebih dari 42
minggu. (Walyani dan Purwoastuti, 2015)

3. Sebab Mulainya Persalinan


Menurut Asrinah dalam buku Nurasiah dkk (2014) sebab-sebab terjadinya
persalinan meliputi:
1) Penurunan hormon progesteron Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun
menjadikan otot-otot sensitif sehingga menimbulkan his.
2) Keregangan otot-otot Otot rahim akan meregang dengan majunya kehamilan, oleh
karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya atau
mulai persalinan.
3) Peningkatan hormon oksitosin Pada akhir kehamilan hormon oksitosin bertambah
sehingga dapat menimbulkan his.
4) Pengaruh janin Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang peranan
dalam proses peralinan, oleh karena itu pada anencepalus kehamilan lebih lama dari
biasanya.
5) Teori prostaglandin Prostaglandin yang dihasilkan dari desidua meningkat saat umur
kehamilan 15 minggu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan.
6) Plasenta menjadi tua Dengan tuanya kehamilan plasenta menjadi tua, villi corialis
mengalami perubahan sehingga kadar progesteron dengan estrogen menurun
(Nurasiah dkk, 2014).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan


Menurut Nurasiah dkk (2014), keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu:
1) Power (kekuatan) Power adalah kekeuatan atau tenaga yang mendorong janin
keluar, kekeuatan tersebut meliputi:
5

a) His (Kontraksi Uterus)


His adalah adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna.
b) Tenaga mengedan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah atau dipecahkan, serta
sebagian presentasi sudah berada di dasar panggul, sifat kontraksi berubah,
yakni bersifat mendorong keluar dibantu dengan keinginan ibu untuk mengedan
atau usaha volunter.
2) Passage (Jalan Lahir) Passage atau jalan lahir dibagi menjadi dua:
a) Bagian keras: tulang panggul
b) Bagian lunak: otot-otot dan ligamen-ligamen.
3) Passenger (Janin dan Plasenta)
Menurut Sumarah dalam Nurasiah (2014), Passenger atau janin bergerak sepanjang
jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni kepal janin, presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka
dia dianggap sebagaivbagia dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta
jarang menghambat proses persalinan normal.
4) Psikologis
Menurut Asrinah dalam Nurasiah (2014), keadaan fisiologi ibu memepengaruhi
proses persalinan. Ibu bersalin yang didampingi oleh suami dan orang yang
dicintainya cenderung mengalami 15 proses persalinan yang lebih lancar dibanding
dengan ibu bersalin tanpa pendamping.
5) Pysician (Penolong)
Menurut Asrinah dalam Nurasiah (2014), kompetisi yang dimiliki penolong sangat
bermanfaat untuk memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal
dan neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetisi yang baik diharapkan kesalahan
atau mal praktik dalam memberikan asuhan tidak terjadi.

5. Tahap Persalinan
Menurut Prawiroharjo dalam Nurasiah dkk (2014) tahap persalianan dibagi menjadi
4 kala, yaitu:
a. Kala I (Satu)
6

Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya)
yang menyebabkan pembukaan, sampai serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I
terdiri dari dua fase, yaitu:
1) Fase Laten
a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan pembukaan sampai dengan
3 cm.
b) Pada umumnya berlangsung selama 8 jam.
2) Fase Aktif, dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
a) Fase akselerasi Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b) Fase dilatasi maksimal Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung
cepat dari 4 cm menadi 9 cm.
c) Fase deselerasi Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam dari
pembukaan 9 cm menjadi 10 cm. Pada primipara, berlangsung selama 12 jam
dan pada multipara sekitar 8 jam. Kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam
atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
b. Kala II (Dua)
Persalinan Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berahir dengan lahirnya bayi. Proses Kala II berlangsung selama 2 jam pada
primipara dan berlangsung selama 1 jam pada multipara. Tanda pasti Kala II
ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah:
1) Pembukaan serviks telah lengkap (10 cm)
2) Terlihatnya bagian bayi melalui introitus vagina.
c. Kala III (Tiga)
Persalinan Kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berahir dengan lahirnya
plasenta serta selap 17 ut ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Biasanya plasenta akan lepas dalam waktu 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan dari fundus uteri.
d. Kala IV (Empat)
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan selaput ketuban sampai 2
jam postpartum (Nurasiah dkk, 2014)
7

6. Tanda-tanda Persalinan
Menurut Asrinah dalam Nurasiah dkk (2014), tanda-tanda persalinan meliputi:
a. Terjadinya his persalinan yang ditandai dengan:
1) Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan.
2) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin besar. c)
3) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus.
4) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.
b. Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina). Dengan his
permulaan, terjadi prubahan pada serviks yang menimbulkan perdarahan dan
pembukaan, lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh
darah pecah, yang menjadikan perdarahan sedikit.
c. Pengeluaran cairan Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek.
Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap, tetapi kadang
pecah pada pembukaan kecil (Nurasiah dkk, 2014).

8. Persalinan Postterm
a. Pengertian
Menurut Maryunani dan Sari (2013), persalinan lewat waktu (postterm) adalah
persalinan pada umur kehamilan >42 minggu. Kehamilan postterm disebut juga
kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged
pregnancy, extented pragnancy, postdate/post datimes atau pascamaturitas.
Menurut Mansjoer dalam Norma dan Dwi (2013), kehamilan post date adalah
kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Diagnosa usia
kehamilan lebih dari 42 minggu didapat dari penghitungan seperti rumus neagle atau
dengan tinggi fundus uteri serial.

b. Etiologi
Menurut Nugroho (2012), beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab antara
lain:
1) Cacat bawaan : an encefalus
2) Defisiensi sulfatese plasenta
3) Pemakaian obat-obatan yang berpengaruh pula sebagai tokolitik anti
8

prostaglandin: albutamol, progestin, asam mefenamat, dan sebagainya.


4) Menuruanifa dalam Norma dan Dwi (2013), faktor lain adalah hereditas, karena
post matur/ post date seiring dijumpai pada suatu keluarga tertentu.
5) Karena saraf uterus, tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser
akan mengakibatkan kontraksi uterus. Pada keadaan tidak ada tekanan pada
pleksus, seperti kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi
sehingga diduga sebagai penyebab kehamilan postterm. (Maryunani dan Sari,
2013)

c. Diagnosis
Menurut Manuaba dkk (2012), dalam menilai apakah kehamilan matur atau
tidak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Mengetahui tanggal haid terahir, sehingga perkiraan tanggal lahir dapat
ditentukan dengan rumus neagle.
2) Melalui perkiraan aktivitas janin dalam rahim.
3) Membandingkan dengan kehamilan orang lain yang sudah bersalin.
4) Berat badan ibu turun dan lingkaran perut mengecil dan air ketuban berkurang.
5) Pemeriksaan USG, dengan pemeriksaan ini diameter biparental kepala janin
dapat diukur dengan teliti tanpa bahaya. (Norma dkk, 2013).
6) Pemeriksaan rontgenologik, dengan pemeriksaan ini pada janin matur dapat
ditemukan pusat osifikasi pada os cuboid, bagian distal femur dan bagian
proksimal tibia, diameter bipariental kepala 9.8 cm lebih. Keberatan pemeriksaan
ini adalah kemungkinan pengaruh tidak baik sinar rongen terhadap janin
(Nugroho, 2012).
7) Pemeriksaan sitologi liquor amnion. Amnioskopi dan pemeriksaan pH-nya
dibawah 7,20 dianggap sebagai tanda gawat janin (Nugroho, 2012).

d. Manifestasi klinis
Keadaan klinis dapat ditemukan:
1) gerakan janin yang jarang, secara subyektif kurang dari 7x/20 menit atau secara
obyektif kurang dari 10x/20 menit.
2) Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi:
9

a) Stadium I: kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga


kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
b) Stadium II: seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di
kulit.
c) Satdium III: seperti stadium I disertai pewarnaan pada kuku, kulit, dan tali
pusat (Nugroho, 2012)

e. Permasalahan kehamilan lewat bulan


1) Perubahan pada plasenta
a) Plasenta mengalami disfungsi-insufisiensi, sehingga tidak mampu
memberikan nutrisi dan O2 yang cukup, akan terjadi sebaliknya, dan disebut
sebagai sindrom postmature.
b) Oligohidramnion, disebabkan janin kurang mengeluarkan urin karena
kekurangan nutrisi dan oksigen akibat plasenta menua (Manuaba dkk, 2012).
c) Penimbunan kalsium, hal ini dapat menyebabkan keadaan gawat janin
bahkan kematian intrauterin.
d) Selaput vaskulonsisial menjadi tembah tebal dan jumlahnya berkuang.
Keadaan ini dapat menurunkan mekanisme transpor plasenta.
e) Terjadi degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan fibrinoid,
fibrosis, trombosit intevili, dan infrak vili.
f) Perubahan biokimia. Adanya insufisiensi plasenta menyebabkan protein
plasenta dan kadar DNA di bawah normal, sedangkan konsentrasi RNA
meningkat (Prawiroharjo, 2008).
2) Pengaruh pada janin menurut Saifuddin (2009)
a) Janin besar sehingga dapat menyebabkan distosia bahu, fraktur klavikula,
palsi Erb-Duchene.
b) Pertumbuhan janin terhambat
c) Gawat janin
d) Keluarnya mekonium akibat oligohidramnion e) Kelaian cairan amnion yang
mengakibatkan tali pusat tertekan hingga menyebabkan kematian janin
mendadak.
3) Pengaruh pada ibu menurut Saifuddin (2009)
10

a) Kecemasan ibu
b) Persalinan traumatis akibat Janin besar
c) Angka kejadian seksio sesarea meningkat. Tindakan operasi Sectio Caesarea
dilakukan dengan pertimbangan persalinan lama, terjadi tanda gawat janin,
infertilitas, kesalahan letak janin (Nugroho, 2012).

f. Pengelolaan kehamilan lewat bulan


Menurut Prawirohardjo dalam Maryunani dan Sari (2013), sebelum mengambil
langkah, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kehamilan
postterm adalah:
1) Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan atau
bukan.
2) Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.
3) Periksa kematangan serviks dengan skor bishop.

g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Manuaba dkk (2013), meliputi:
1) Mempertimbangkan usia kehamilan benar-benar lebih dari 42 minggu, berat
janin, evaluasi hasil USG, dan kematangan servik uteri.
2) Melakukan expectative manajemen (manajemen menunggu), yaitu mengharap
proses persalinan tanpa rangsangan dari luar, dengan tetap melakukan evaluasi
kesejahteraan janin yang adekuat.
3) Melakukan induksi dengan infus oksitosin, pituitrin atau sintosinon 5 unit dalam
500 cc glukosa 5% di mulai dari 8 tetes, dengan maksimal 40 tetes/menit.
Kenaikan tetesan setiap 15 menit sebanyak 4-8 tetes sampai kontraksi optimal.
Bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, mka tetesan
dipertahannkan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi induksi dengan selang aktu 24-
48 ja, atau lakukan operasi seksio sesarea (Maryunani dan Eka, 2013).
4) Anjurkan pasien tidur miring kiri, melakukan pemantauan elektronik jantung
janin, memberi oksigen bila ditemukan keadan jantung yang abnormal,
memperhatikan jalanya persalinan, dan segera setelah bayi lahir harus diperiksa
terhadap kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi, dan polisitemi
11

(Saifuddin, 2009).
5) Langsung dengan seksio sesarea

9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang apabila dana dan sarana memenuhi menurut Nugroho


(2017) antara lain :

a. Sitologi vagina yaitu dengan indeks kariopiknotik meningkat (>20 %).

b. Foto rontgen untuk melihat inti penulangan terutama pada os cubiod, proximal tibia
dan bagian distal femur

c. USG yaitu menilai jumlah dan kekeruhan air ketuban, derajat maturitas plasenta,
besarnya janin, keadaan janin.

d. Kardiotokografi yaitu menilai kesejahteraan janin dengan Non Stress test (NTS)
relaktif atau tidak, maupun Contraction Stress Test (CTS) negatif atau positif.

e. Amniostropi yaitu warna air ketuban.

10. Penanganan persalinan dengan Kehamilan Lewat Waktu


Menurut Manuaba (2010), kehamilan postterm dapat membahayakan janin karena
sensitif terhadap rangsangan kontraksi yang menimbulkan asfiksia sampai kematian
dalam rahim. Dalam melakukan pengawasan hamil dapat diperkirakan bahwa
kehamilan lewat waktu dengan:
a. Anamnesa.
1) Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu
2) Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali. Hasil
anamnesa penderita perlu diperhatikan sebagai dasar permulaan.
b. Hasil pemeriksaan klinik
1) Berat badan ibu mendatar atau menurun
2) Gerak janin menurun (normal janin bergerak dalam 24 jam 10 kali).
c. Hasil pemeriksaan diagnostic Pada pemeriksaan diagnostik menurut Manuaba
(2010), terdapat dua pemeriksaan, yaitu :
1) Pemeriksaan USG Hasil USG pada kehamilan postterm dapat dilihat :
a) Gerakan janin berkurang
12

b) Air ketuban berkurang < 500 cc (oligohidramnion)


c) terjadi insufisiensi plasenta
2) Amnioskopi Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin
keadaan janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung
mekonium akan mengalami risiko 33% asfiksia.
d. Tatalaksana persalinan
Penatalaksanaan pada ibu bersalin dengan kehamilan lewat bulan menurut Nugroho
(2017) yaitu:
1) Setelah usia kehamilan melebihi 40 minggu yang perlu diperhatikan adalah
monitoring janin sebaik-baiknya meliputi detak jantung janin serta gerakan
janin.
2) Apabila tidak terdapat tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, apabila sudah
matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.
4) Ibu harus dirawat di rumah sakit apabila: a) Terdapat hipertensi, preeklamsia b)
Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas c) Kehamilan lebih dari
40-42 minggu
5) Tindakan operasi sectio caesaria dapat dipertimbangkan pada kasus insufisiensi
plasenta dengan keadaan serviks belum matang, pembukaan belum lengkap,
persalinan lama, gawat janin, primigravida tua, kematian janin dalam
kandungan, preeklamsia, hipertensi menahun, infertilitas, kesalahan letak janin.
Menurut Saifuddin (2010) penatalaksanaan kehamilan postterm diawali dari
umur kehamilan 41 minggu. Bila dipastikan umur kehamilan mencapai 41
minggu, pengelolaan tergantung dari derajat kematangan serviks.
a) Bila serviks sudah matang (skor bishop >5) dilakukan induksi persalinan.
Namun apabila terdapat janin besar lakukan tindakan sectio caesaria.
b) Pada serviks yang belum matang (skor bishop <5) maka diperlukan
pengkajian janin lebih lanjut apabila kehamilan tidak diakhiri.
c) Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri dengan persalinan
anjuran.
13

11. Pengelolaan selama Persalinan dengan Kehamilan Lewat Waktu


Menurut Kurniawati (2009) yaitu pengolalaan selama persalinan tentang serotinus
sebagai berikut :
a. Pemantauan yang baik terhadap ibu (aktivitas uterus) dan kesejahteraan janin.
b. Hindari penggunaan obat penenang atau analgetika selama persalinan.
c. Awasi jalannya persalinan.
d. Persiapan oksigen dan bedah sesar bila sewaktu – waktu terjadi kegawatan janin.
e. Cegah terjadinya aspirasi mekoneum dengan segera mengusap neonatus dan
dilanjutkan resusitasi sesuai dengan prosedur pada janin dengan cairan ketuban
bercampur mekonium.
f. Segera setelah lahir, bayi harus segera di periksa terhadap kemungkinan
hipoglikimia, hipovolemi, hipotermi, dan polisitemi.
g. Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan tanda – tanda serotinus.
h. Hati – hati kemungkinan terjadinya distosia bahu
i. Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi janin serotinus
sehingga setiap persalinan kehamilan serotinus harus dilakukan pengamatan ketat
dan sebaiknya dilaksanakan di rumah sakit.

12. Proses Manajemen Kebidanan


a. Langkah I: Pengkajian (pengumpulan data dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulakn semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.
1) Anamnesa (Data Subyektif)
Merupakan informasi yang diperoleh dari klien yang dicatat sebagai kutipan
langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa (Nurasiah dkk,
2014).
a) Biodata
 Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak
keliru dalam memberikan penanganan (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
 Umur
14

Umur perlu diketahui guna mengetahui apakah klien dalam kehamilan


yang beresiko atau tidak. (Walyani, 2014).
 Suku bangsa
Ras, etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka memberikan
perawatan yang peka budaya pada klien dan mengidentifikasi wanita
atau keluarga yang memiliki kondisi resesif otosom dengan insiden yang
tinggi pada populasi tertentu (Walyani, 2014).
 Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
 Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya. (Ambarwati dan Wulandari,
2010)
 Pekerjaan
Berguna untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya,
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
 Alamat ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat bidan. Dituliskan
sesuai dengan yang diungkapkan oleh klien serta tanyakan juga sejak kapan hal
tersebut dikeluhkan oleh klien (Walyani, 2014). Pada kasus kehamilan serotinus
ibu dan keluarga menjadi cemas bila mana kehamilan terus berlangsung
melewati taksiran persalinan (Prawiroharjo, 2009).
3) Riwayat menstruasi
a) Menarche
Usia wanita pertama haid bervariasi, antara 12—16 tahun.
b) Siklus
15

Siklus terhitung mulai dari hari pertama haid hingga hari pertama haid
berikutnya, siklus perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah klien
mempunyai kelainan siklus haid atau tidak.
c) Lamanya
Lamanya haid yang normal adalah ±7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari
berarti sudah abnormal dan kemungkinan adnaya gangguan ataupun
penyakit yang mempengaruhinya.
d) Banyaknya
Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari. Apabila darahnya
terlalu berlebih, itu berarti telah menunjukkan gejala kelainan banyaknya
darah haid.
e) Disminorhoe
Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah klien menderitanya
atau tidak di tiap haidnya . (Walyani, 2014).
4) Riwayat perkawinan
Perlu dikaji untuk mengetahui berapa kali menikah, status menikah syah atau
tidak, karena jika melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan
psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas. (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
5) Riwayat kehamilan, persalian dan nifas yang lalu
a) Kehamilan Untuk mengetahui jumlah kehamilan (gravid) yang pernah
dialami, jumlah anak yang hidup, jumlah kelahiran prematur, jumlah
keguguran.
b) Persalinan untuk mencatat kelahiran terdahulu apakah pervaginam, melalui
bedah sesar, dibantu forsep, atau vakum. Tanyakan pada klien apakah
pernah mengalami perdarahan pasca persalinan sebelumnya. (Walyani,
2014).
6) Riwayat kehamilan sekarang
a) Hari pertama haid terahir (HPHT) Untuk mengetahui tanggal hari pertama
dari menstruasi terahir klien untuk memperkirakan kapan kira-kira sang bayi
akan dilahirkan.
16

b) Hari perkiraan lahir (HPL) Untuk membantu menetapkan penetapan tanggal


perkiraan kelahiran dan ditentukan dengan perhitungan internasional
menurut hukum naegele. Penghitungan dilakukan dengan mengurangi bulan
dengan 3, kemudian menambahkan 7 hari dan 1 tahun.
c) Ante natal care (ANC) Untuk mengetahui riwayat ANC selama kehamilan
teratur atau tidak pada trimester I—III, tempat ibu melakukan ANC dan
berapa kali melakukan ANC selama Hamil.
d) Keluhan Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan klien pada kehamulan
trimester I—III.
e) Penyuluhan yang pernah didapat Penyuluhan yang pernah didapatkan klien
perlu ditanyakan untuk mengetahui pengetahuan apa saja yang kira-kira
telah didapatkan klien dan berguna bagi kehamilannya.
f) Imunisasi TT Untuk menanyakan apakah klien sudah pernah mendapatkan
imunisasi TT (Walyani, 2014).
7) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,
berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana
KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
8) Riwayat kesehatan
Untuk mengetaui penyakit apa yang sedang klien derita sekarang, riwayat
penyakit terdahulu maupun penyakit sistemik seperti jantung, ginjal, asma,
TBC, hepatitis, epilepsy, serta riwayat penyakit menurun/ menular, dan riwayat
keturunan kembar (Walyani, 2014).
9) Kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi Untuk mengetahui jenis makanan yang biasa dikonsumsi, porsi
makan, frekuensi makan klien perhari, pantangan makan dan alasan
memantang makanan (Walyani, 2014).
b) Eliminasi Untuk mengetahui kebiasaan eliminasi klien seperti, BAB klien
teratur tidak, warna feses normal/ tidak (normal feses berwarna kuning
kecoklatan muda), klien sering berkemih atau tidak, warna urine, dan bau
17

urinnya (Walyani, 2014).


c) Istirahat dan aktivitas Untuk mengetahui pola kebiasaan istirahat pada klien
yang dapat menyebabkan hambatan yang mungkin muncul menjelang
persalinan, pola aktivitas klien sehari-hari bila terlalu berat dapat
menyebabkan kelelahan dan akan berdampak pada perkembangan janin
(Walyani, 2014).
d) Personal hygiene Untuk mengetahui seberapa sering klien mandi,
menggosok gigi, mengganti pakaiannya dalam sehari, apakah ada masalah
dengan daerah vulvanya.
e) Pola seksual Dikaji untuk mengetahui berapa kali klien melakukan
hubungan seksual dalam satu minggu, dan ada masalah atau tidak (Walyani,
2014).
10) Psikososial
a) Respon ibu terhadap kehamilannya Dalam pengkajian ini dapat dilakkan
dengan menanyakan secara langsung pada klien tentang bagaimana
perasaannya terhadap kehamilannya.
b) Respon suami terhadap kehamilan Data respon suami terhadap kehamilan ini
sangat penting karena dapat dijadikan sebagai acuan mengenai bagaimana
pola kita dalam memberikan asuhan pada klien.
c) Dukungan keluarga lain terhadap kehamilan Hal ini juga perlu untuk
ditanyakan karena keluarga selain suami juga sangat berpengaruh besar bagi
kehamilan klien.
d) Pengambilan keputsan Pengambilan keputusan perlu ditanyakan karena
untuk mengetahui siapa yang diberi kewenangan klien dalam mengambil
keputusan apabila bidan mendiagnosa adanya keadaan patologis bagi
kondisi kehamilan klien yang memerlukan adanya penanganan serius.
e) Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan masa hamil. Hal ini perlu
ditanyakan karena bangsa indonesia mempunyai beraneka ragam suku
bangsa yang tentunya dari tiap suku bangsa tersebut mempunyai tradisi yang
dikhususkan bagi wanita saat hamil. Bila klien mempunyai kebiasaan buruk,
bidan harus bisa tegas mengingatkan bahwa kebiasaan klien tersebut dapat
18

membahayakan bagi kehamilannya (Walyani, 2014).

2) Data Obyektif
Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu
pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan laboratorium, USG, dll. Apa yang
diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang
akan ditegakkan (Nurasiah dkk, 2014).
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan apakah keadaan klien dalam keadaan baik atau lemah
(Sulistyawati, 2012).
b) Kesadaran
Gambaran tentang kesadaran pasien pada kehamilan serotinus seperti
composmentis yakni sadar penuh (Sulistyawati, 2012).
c) Tanda vital
 Tekanan darah Deteksi tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai
adanya gejala hipertensi dan preeklamsi. Tekanan darah normalnya
berkisar sistolik 110−120 mmHg dan diastolik 80−90 mmHg (Walyani,
2014).
 Nadi Untuk mengetahui denyut nadi ubu, normalnya 60−100 x/menit
(Walyani, 2014).
 Pernafasan Untuk mengetahui kelainan saluran nafas, normalnya 18−24
x/menit (Walyani, 2014).
 Suhu Untuk mengetahui suhu ibu, pada suhu badan normalnya 36,5
C−37,5 C (Walyani, 2014).
d) Tinggi badan
Ukuran tinggi badan yang sangat penting untuk mengeahui ukuran panggul.
Tinggi badan ibu dikategorikan beresiko apabila hasil pengukuran
160x/menit.
e) Berat badan
Untuk mengetahui kenaikan berat badan, karena kenaikan berat badan yang
mendadak dapat menyebabkan preeklamsia. Kenaikan berat badan ibu hamil
19

normalnya berkisar 6,5-16kg (Saryono dalam Walyani ,2014). Pada


pemeriksaan kehamilan dengan serotinus berat badan ibu turun dan lingkar
perut mengecil dan air ketuban berkurang (Menurut Nugroho, 2012).
f) LILA (lingkar lengan atas)
Untuk mengetahui status gizi klien (Sulistyawati, 2012).
g) Pemeriksaan sistematik
 Kepala
 Rambut Untuk mengetahui bagaimana keadaan kulit kepala pada
rambut untuk menilai kebersihan, kelembapan, kerontokan.
 Muka Untuk mengetahui keadaan muka, pucat dan tidak. Ada
oedema dan cloasma gravidarum atau tidak.
 Mata Untuk mengetahui konjungtiva pucat atau tidak, sklera putih
atau tidak.
 Telinga Untuk melihat simetris kanan dan kiri atau tidak, keadaan
telinga, liang telinga, ada serumen atau tidak.
 Hidung Untuk menilai ada benjolan tidak, ada sekret atau tidak pada
hidung.
 Mulut/gigi/gusi Untuk mengetahui kebersihan mulut, ada caries atau
tidak pada gigi, ada pembengakakn atau tidak pada gusi.
 Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tyroid dan
pembesaran klenjar getah bening atau tidak.
 Dada dan axilla
Untuk mengetahui ada kelainan atau tidak, bentuk paudara, simetris
kanan dan kiri atau tidak, sudah keluar kolostrum atau belum.
 Ekstremitas
Pada kaki dan tangan apakah terjadi oedema, ada varices atau tidak,
reflek patella positif atau negatif .
h) Pemeriksaan khusus obstetri
 Abdomen
 Inspeksi Pemeriksaan secara inspeksi adalah memeriksa dengan
20

melihat langsung seluruh tubuh pasien atau bagian-bagian tubuh


tertentu (Lammarisi, 2015).
 Palpasi Tahap palpasi merupakan pemeriksaan fisik dengan cara
meraba atau menekan menggunakan tangan (Lammarisi, 2015).
Menggunakan tehnik leopold:
 Leopold I
Untuk mengetahui tinggi fundus uteri bagian yang berada pada
bagian fundus dan mengukur tinggi fundus uteri dari simpisis
untuk menetukan usia kehamilan (Walyani, 2015). Dikarenakan
lingkar perut mengecil akibat berkurangnya air ketuban, pada
kasus serotinus TFU biasanya tidak mengalami penambahan
tinggi fundus tetapi mengalami penurunan. (Menurut Norma dan
Dwi, 2013).
 Leopold II
Untuk mengetahui letak janin memanjang atau melintang, dan
bagian janin yang teraba disebelah kanan dan kiri (Walyani,
2015).
 Leopold III
Untuk menentukan bagian janin yang ada di bawah (presentasi)
(Walyani, 2015).
 Leopold IV
Untuk menentukan apakah bagian janin sudah masuk panggul
atau belum (Walyani, 2015).
 TFU
Perkiraan tinggi fundus uteri dilakukan dengan palpasi fundus dan
membandingkan dengan patokan. Untuk menentukan umur
kehamilan dan TFU (taksiran fundus uteri). Menurut Norma dan Dwi
(2013), dikarenakan lingkar perut mengecil akibat berkurangnya air
ketuban, pada kasus serotinus TFU biasanya tidak mengalami
penambahan tinggi fundus tetapi mengalami penurunan.
 TBJ
21

Perkiraan ini hanya berlaku untuk janin dengan presentasi kepala.


Rumusnya adalah sebagai berikut: (TFU (cm)-n)x155=berat (gram).
Bila kepala belum masuk panggul maka n-12, kepala sudah masuk
panggul maka n-1. Menurut Prawiroharjo (2009), ada janin yang
dalam masa kehamilan 42 minggu lebih berat badannya meningkat
terus. Hal ini disebabkan karena plasenta yang tidak berfungsi
dengan baik, sehinga janin tidak tumbuh seperti biasa.
 Auskultasi
Tahap ini merupakan tahap pemeriksaan pasien dengan cara
mendengarkan bunyi dari bagian-bagian tubuh tertentu melalui alat
seperti statoskop (Lammarisi, 2015). Kehamilan dapat dinyatakan
sebagai kehamilan postterm bila didapat 3 atau lebih dari 4 kriteria
hasil pemeriksaan sebagai berikut:
 Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif
 Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar doppler
 Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerakan janin pertama
kali
 Telah lewat 22 minggu sejak terdengar DJJ pertama kali dengan
stetoskop leannec (Prawiroharjo, 2009).
 Perkusi
Tahap perkusi merupakan pemeriksaan pasien dengan cara
mengetuk-mengetukkan tangan atau menggunakan alat seperti
perkusi hammer ke bagian-bagian tubuh tertentu (Lammarisi, 2015).
 Pemeriksaan panggul
 Distansia spinarum Yaitu jarak antara spina iliaka anterior
suoperior kanan dan kiri, ukuran normal 23-26 cm.
 Distansia kristarum Yaitu jarak yang terjauh antara krista iliaka
kanan dan kiri 26-29 cm.
 Konjungata eksterna Yaitu jarak antara pinggir atas symphisis
dan ujung processusnspinosum ruas tulang lumbal ke V ±18−20
cm.
22

 Ukuran lingkar panggul Dari pinggir atas symphisis ke


pertengahan antara spina iliaka anterior superior dan trocanter
mayor sepihak dan kembali melalui tempat yang sama, di pihak
yang lain ukurannya ± 80-90 cm. (Walyani, 2014). Pada postterm
sering terjadi disproporsi kepala panggul dan distosia bahu (8%
pada kehamilan genap bulan, 14% pada postterm). (Prawiroharjo,
2009).
 Anogenital
 Genital
Apakah oedema atau tidak, pengeluaran pervagianam, ada
kelainan atau tidak.

 Anus
Untuk mengetahui apakah ada hemoroid atau kelainan.
 VT (pemeriksaan dalam)
Untuk mengetahui keadan vagina, porsiokeras atau lunak,
pembukaan serviks berapa, penurunan kepala, UUK dan
mendeteksi panggul normal atau tidak (Nurasiah dkk, 2014).
Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus, seperti
pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih
tinggi, semuanay diduga penyebab terjadinya kehamilan postterm
(Prawiroharjo, 2009).
i) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk melengkapi data yang telah ada yang
biasanya meliputi pemeriksaan laboratorium, dan ultrasonografi (Walyani,
2014). Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kehamilan postdate
seperti USG, KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin, warna air
ketuban dengan amnioskopi atau 58 amniotomi, dan pemeriksaan sitologi
vagina dengan indeks kariopiknotik (Norma dan Dwi (2013).

b. Langkah II interpretasi data


Pada langkah ini data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
23

dapat merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik (Walyani, 2014).


Interpretasi data dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1) Diagnosa kebidanan Diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek
kebidanan Diagnosa: Ny. X, umur X tahun, GxPxAx, hamil X minggu, letak
melintang/ memanjang, presentasi kepala/ bokong, punggung kanan/ kiri, bagian
terbawah janin masuk X bagian, dengan kehamilan serotinus inpartu kala I fase
X. Data dasar:
a) Data subyektif Mengetahui data subyektif dari pasien meliputi:
 Ibu mengatakan bernama Ny. X
 Ibu mengatakan berumur X tahun
 Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke-X pernah melahirkan... dan
keguguran...
 Ibu mengatakan hari pertama haid terahir pada...
 Ibu mengatakan belum merasa kenceng-kenceng
 Ibu mengatakan gerakan janinnya berkurang
b) Data obyektif Menurut Prawiroharjo (2008), Pada ibu bersalin dengan
kehamilan serotinus didapatkan data:
 KU : baik
 TTV : meluputi tekanan darah normalnya: sistole 110-120 dan diastole
80-90 mmHg, nadi: 60- 100x/ menit, respirasi: 18-24x/ menit, dan suhu:
36,5 C−37,5 C (Walyani, 2014).
 Palpasi :
 Leopold I: dikarenakan lingkar perut ibu mengecil akibat
berkurangnya air ketuban, pada kasus serotinus TFU biasanya tidak
mengalami penambahan tinggi fundus tetapi mengalami penurunan
(Norma dan Dwi, 2013).
 Leopold II: letak memanjang atau melintang, dan bagian janin yang
teraba disebelah kanan dan kiri.
 Leopold III: menentukan bagian janin yang berada di bawah
(persentasi).
 Leopold IV: menentukan apakah bagian janin sudah masuk panggul
24

atau belum. (Walyani, 2015) 60


 Auskultasi : janin bisa mengalami fetal distres dengan DJJ 160x/menit.
 Vagina toucher : belum terjadi pembukaan, porsio tebal atau tipis,
penurunan hodge berapa, ubun-ubun apa, kulit ketuban +/-, lendir darah
ada atau tidak.
 Data pemeriksaan Menurut Nugroho (2012), pada kasus persalinan
serotinus pada hasil USG menunjukkan:
 Gerakan janin kurang
 Air ketuban berkurang (oligohidramnion)
2) Masalah
Masalah berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan
terhadap diagnosisnya (Sulistyawati, 2009). Ibu dan keluarga menjadi cemas
bilamana kehamilan terus berlangsung melewati taksiran persalinan
(Prawiroharjo (2009).
3) Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan
masalahnya (Sulistyawati, 2009). Menentukan apakah kehamilan memang telah
berlangsung lewat bulan (postterm) atau bukan (Prawiroharjo, 2009).

c. Langkah III merumuskan diagnosa potensial


Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi (Walyani,
2014). Pada kehamilan serotinus bila tidak ditangani dengan segera dihawatirkan
akan memperburuk keadaan seperti terjadi Janin besar , pertumbuhan janin
terhambat, gawat janin, keluarnya mekonium akibat oligohidramnion, kelaian cairan
amnion yang mengakibatkan tali pusat tertekan hingga menyebabkan kematian janin
mendadak (Saifuddin, 2009).
Pada ibu akan menimbulkan kecemasan ibu, persalinan traumatis, angka
kejadian seksio sesarea meningkat atas pertimbangan persalinan lama, terjadi tanda
gawat janin, infertilitas, kesalahan letak janin (Nugroho, 2012).

d. Langkah IV tindakan segera


25

Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan/ dokter untuk


konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain (Walyani,
2014). Antisipasi pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus yaitu
kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi (infus glukosa,) dan
pemantauan pada denyut jantung janin (DJJ) dengan menggunakan doppler leanec
(Nugoho, 2012).
e. Langkah V merencanakan asuhan kebidanan
Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencaa asuhan sesuai dengan
hasil pembahasan rencana bersama klien dan keluarga, kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya (Walyani, 2014). Menurut
Penatalaksanaan menurut Manuaba dkk (2013), meliputi:
1) Mempertimbangkan usia kehamilan benar-benar lebih dari 42 minggu, berat
janin, evaluasi hasil USG, dan kematangan servik uteri.
2) Melakukan expectative manajemen (manajemen menunggu), yaitu mengharap
proses persalinan tanpa rangsangan dari luar, dengan tetap melakukan evaluasi
kesejahteraan janin yang adekuat.
3) Melakukan induksi dengan infus oksitosin, pituitrin atau sintosinon 5 unit dalam
500 cc glukosa 5% di mulai dari 8 tetes, dengan maksimal 40 tetes/menit.
Kenaikan tetesan setiap 15 menit sebanyak 4-8 tetes sampai kontraksi optimal.
Bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan
dipertahannkan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi induksi dengan selang aktu
24-48 ja, atau lakukan operasi seksio sesarea (Maryunani dan Eka, 2013).
4) Anjurkan pasien tidur miring kiri, melakukan pemantauan elektronik jantung
janin, memberi oksigen bila ditemukan keadan jantung yang abnormal,
memperhatikan jalanya persalinan, dan segera setelah bayi lahir harus diperiksa
terhadap kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi, dan polisitemi
(Saifuddin, 2009).
5) Langsung dengan seksio sesarea

f. Langkah VI melaksanakan asuhan kebidanan


Pada langkah ini rencana asuhan yang komperhensif yang telah dibuat dapat
dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau dokter atau tim kesehatan
26

lain (Walyani, 2014). Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
induksi atas indikasi serotinus disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat
(Manuaba dkk, 2009).
g. Langkah VII evaluasi
Melakukan evaluasi dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah bnar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
diagnosa/masalah (Walyani, 2014). Evaluasi pada ibu bersalin dengan induksi atas
indikasi serotinus meliputi:
1) KU : baik
2) TTV : tekanan darah normalnya: sistole 110-120 dan diastole 80-90 mmHg,
nadi: 60-100x/menit, respirasi: 18-24x per menit, dan suhu: 36,5 C−37,5 C.
3) Input dan output cairan seimbang
4) Induksi persalinan berhasil
5) Terjadinya kemajuan persalinan
6) Bayi lahir dengan selamat
7) Ibu sehat, plasenta lahir lengkap, tidak terjadi perdarahan.
8) Data perkembangan Berdasarkan evaluasi, selanjutnya rencana asuhan
kebidanan dituliskan dalam catatan perkembangan yang menggunakan SOAP
menurut Walyani (2014), yang meliputi:
 S: Subyektif
Menggambarkan pendokumenasian pengumpulan data klien melalui
anamnsa.
 O: Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil
laboratorium, dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung assesment.
 A: Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalam siatu identifikasi.
 P: Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
27

berdasarkan assesment.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham F.G. (2012). Obstetri Williams. Jakarta : EGC.


Manuaba, Ida Bagus Gede (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Prawiroharjo,Sarwono (2016) Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Buku Acuan


Nasional

Saifudin, Abdul Bari (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai