Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

MACAM-MACAM POSISI BERSALIN (MELAHIRKAN)

Disusun oleh :

M. Rois Ilham (P1337420617039)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan saya


kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita
tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafaatnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah atas limpahan


nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun sehat pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas dari matakuliah Keperawatan Maternitas dengan
judul “MACAM-MACAM POSISI BERSALIN (MELAHIRKAN)” .

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak


khususnya kepada dosen pembimbing keperawatan Maternitas
yang telah membimbing saya dalam menulis makalah ini

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata


sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat . terima kasih

Semarang, 27 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah.............................................................. 2
1.3. Tujuan............................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian......................................................................... 3
2.2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Persalinan Dimulai............ 4
2.3. Fase Persalinan.................................................................. 5
2.4. Macam-macam Persalinan................................................... 7
2.5. Manfaat Posisi Persalinan.................................................... 7
2.6. Posisi Persalinan................................................................. 8
2.7. Kelebihan dan Kekurangan.................................................. 11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan........................................................................ 14
3.2. Saran................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tak ada posisi melahirkan yang paling baik. Posisi yang
dirasakan paling nyaman oleh si ibu adalah hal yang terbaik.
Namun umumnya, ketika melahirkan dokter akan meminta ibu
untuk berbaring atau setengah duduk. Namun pada saat proses
melahirkan berlangsung, tidak menutup kemungkinan dokter akan
meminta ibu mengubah posisi agar persalinan berjalan lancar.
Misalnya, pada awal persalinan ibu diminta berbaring, namun
karena proses kelahiran berjalan lamban maka dokter
menganjurkan agar ibu mengubah posisinya menjadi miring.
Berbagai studi ilmiah tentang pergerakan dan posisi
persalinan pada kala I dilakukan yang membandingkan dampak
berbagai posisi tegak (upright position) dengan posisi horizontal
(supine) terhadap nyeri dan kemajuan persalinan.
Dalam menjelang persalinan banyak hal yang menjadi
kecemasan para calon ibu. Hal tersebut tidak lain karena
kurangnya pengetahuan akan hal – hal yang berkenaan dengan
proses persalinan. Salah satu hal yang tidak kalah penting dan
dapat menimbulkan kecemasan bagi calon ibu yang baru pertama
kali melahirkan adalah cara mengejan/ meneran. Pengetahuan ibu
dapat mempengaruhi sikap atau perilaku ibu dalam menghadapi
proses persalinan. Persalinan merupakan peristiwa fisiologis tanpa
disadari dan terus berlangsung. Posisi persalinan mempengaruhi
adaptasi anatomidan fisiologi persalinan. Penolong persalinan
dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks, maka penolong
persalinan tidak boleh mengatur posisi meneran. Penolong
persalinan harus memfasilitasi ibu dalam memilih posisi meneran

iv
dan menjelaskan alternative – alternative posisi meneran bila
posisi yang dipilih ibu tidak efektif ( Sumarah, dkk,2009 : 102 ).
Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang
sangat pesat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari persalinan dan posisi bersalin ?

2. Apa factor yang memicu persalinan ?

3. Bagaiman fase dalam persalinan ?

4. Apa macam-macam persalinan ?

5. Apa manfaat posisi persalinan ?

6. Apa macam-macam posisi persalinan ?

7. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing-masing posisi


persalinan ?

1.3. Tujuan
1. Untuk menyelesaikan tugas matakuliah keperawatan maternitas

2. Untuk melakukan penelitian jurnal tentang posisi persalinan

3. Untuk memberikan informasi bagi pembaca tentang posisi


melahirkan.

BAB II
v
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

1. Pengertian persalinan (melahirkan)


Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks,
lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Secara normal persalinan
dimulai ketika janin sudah cukup mature untuk dapat
mempertahankan dirinya dari kehidupan intrauterine kepada
kehidupan ekstrauterine (viable). Sejak itu maka kehidupan seorang
wanita hamil yang usia kehamilannya aterm (3742 minggu) harus
mampu melahirkan janin secara spontan dari rahim melalui jalan
lahir tanpa membahayakan ibu maupun janin. Namun demikian
pada masa persalinan dan kelahiran ini merupakan saat yang
berisiko baik terhadap ibu maupun janinnya (Bobak, 2000; Pilliteri,
2003).

2. Pengertian posisi persalinan


Menurut Syafrudin ( 2012 ) posisi dalam persalinan adalah
posisi yang digunakan untuk persalinan yang dapat mengurangi
rasa sakit pada saat bersalin dan dapat mempercepat proses
persalinan. Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa
yang normal, tanpa disadari dan mau tidak mau harus
berlangsung. Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks
sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan pilihan posisi
yang diinginkan oleh bidan dalam persalinannya. Sebaliknya,
peranan bidan adalah mendukung ibu dalam pemilihan posisi
apapun yang dipilihnya, menyarankan alternative – alternative
hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan bagi
dirinya sendirinya atau bagi bayinya. Bila ada anggota keluarga
yang hadir untuk melayani sebagai pendamping ibu, maka bidan

vi
bisa menawarkan dukungan pada orang yang mendukung ibu
tersebut.
Saat ibu memberikan dukungan fisik ,aupun emosional dalam
persalinan, atau membantu keluarga untuk memberikan dukungan
persalnan, bidan tersebut harus melakukan semuanya itu dengan
cara yang bersifat saying ibu meliputi :
A. Aman sesuai dengan evidence Base pada keselamatan ibu

B. Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, secara emosional


serta merasa didukung dan didengarkan
Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat
dipahami

2.2. Faktor yang Menyebabkan Persalinan Dimulai


1. Peregangan otot uterus, dengan bertambahnya usia kehamilan,
kapasitas uterus bertambah dan otototot dinding uterus
semakin tegang. Kondisi ini menyebabkan perangsangan
mekanik berupa kontraksi uterus
2. Tekanan pada serviks. Kondisi tersebut merangsang pelepasan
oksitosin dan menyebabkan kontraksi uterus.
3. Stimulasi oksitosin. Pada akhir kehamilan kadar oksitosin
meningkat dan otot-otot uterus sangat peka terhadap pengaruh
oksitosin. Oksitosin bekerjasama dengan prostaglandin untuk
menimbulkan kontraksi.
4. Perubahan rasio antara hormon estrogen dan progesteron
berangsurangsur menurun pada akhir kehamilan dibandingkan
dengan kadar estrogen, hal ini merangsang kontraksi uterus.
5. Usia plasenta. Dengan tuanya kehamilan maka usia plasenta
menjadi tua. Proses tersebut menyebabkan vili khorialis
mengalami perubahanperubahan sehingga kadar progesteron
dan estrogen menurun. Hal ini merangsang kontraksi uterus.

vii
6. Peningkatan kadar kortisol janin. Hal ini menyebabkan
menurunnya pembentukan progesteron dan meningkatnya
prostaglandin yang merangsang timbulnya kontraksi uterus.
7. Selaput janin memproduksi prostaglandin. Kondisi tersebut
merangsang kontraksi uterus.

2.3. Fase Persalinan

1. Kala I (Pematangan atau Pembukan Serviks)


Fase ini dimulai pada waktu serviks membuka karena his,
yaitu kontraksi uterus yang teratur, makin lama makin kuat,
makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-
lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. .
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida
dan multigravida.
Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka
lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis
kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida,
ostium uteri internum dan eksternum sudah sedikit terbuka.
Penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama
pada pembukaan. Ketuban akan pecah sendiri ataupun harus
dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah
lengkap, bila ketuban pecah sebelum mencapai pembukaan 5
cm disebut ketuban pecah dini. Kala I selesai apabila
pembukaan serviks uteri lengkap, yang pada primigravida
berlangsung selama kurang lebih 13 jam sedangkan pada
multigravida kurang lebih 7 jam (Prawirohardjo, 2005).

Berakhirnya fase pematangan pada waktu pembukaan


serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks

viii
tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah
spontan pada saat akhir kala I.

2. Kala II (Fase Pengeluaran Bayi)


Kala II dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap
dan berakhir pada saat bayi telah lahir lengkap. Pada fase ini,
his menjadi lebih kuat, lebih sering dan sangat kuat. Selaput
ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala II.
Peristiwa penting pada kala II persalinan yaitu, bagian
terbawah janin (kepala) turun sampai dasar panggul. Ibu
merasa reflex ingin mengejan yang semakin berat. Perineum
meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis). Kepala
dilahirkan terlebih dahulu dengan suboksiput di bawah simfisis
(simfisis pubis sebagai sumbu putar), selanjutnya dilahirkan
badan dan anggota badan. Kemungkinan diperlukan
pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir
(episiotomy). Lama kala II pada ibu primigravida kurang lebih
1,5 jam.

3. Kala III (Fase Pengeluaran Plasenta)


Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap dan berakhir
dengan lahirnya plasenta. Kelahiran plasenta adalah lepasnya
plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran
plasenta dari cavum uteri.
Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan di dinding
uterus bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah
lepas dan berdarah. Pada keadaan normal, kontraksi uterus
bertambah keras, fundus setinggi sekitar di atas pusat. Plasenta
lepas spontan kurang lebih 5 sampai 15 menit setelah bayi
lahir.

ix
4. Kala IV (Fase Observasi Pasca Persalinan)
Sampai dengan satu jam post partum dilakukan observasi.
Tujuh pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4:
a. Kontraksi uterus harus baik
b. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
c. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
d. Kandung kemih harus kosong
e. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada
hematom
f. Resume keadaan bayi
g. Resume keadaan ibu

2.4. Macam – Macam Persalinan


1. Persalinan spontan : persalinan yang berlangsung dengan
kekuatan sendiri dan melalui jalan lahir
2. Persalinan buatan : persalinan yang dibantu dengan tenaga
dari luar (misalnya : vacuum extraction, sectio caesaria)
3. Persalinan anjuran : persalinan yang tidak dimulai sendiri,
tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian pytocin / prostaglandin.

2.5. Manfaat Posisi Persalinan


Keuntungan dan manfaat pilihan posisi meneran/ mengejan
berdasarkan keinginan ibu:
a. Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan
b. Lama kala II lebih pendek
c. Laserasi Perinium lebih sedikit
d. Nilai APGAR lebih baik

e. Lebih membantu dalam meneran (mengejang)

2.6. Posisi Persalinan

x
1. Terlentang
Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih
lama, besar kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan
dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan
punggung.Dan juga menyebabkan beberapa hal seperti :

a. Dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan


isinya menekan aorta, vena cava inferior serta pembuluh-
pembuluh darah lain sehingga menyebabkan suplai darah
ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu dapat
pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun
anoksia janin.
b. Ibu mengalami gangguan untuk bernafas.
c. Buang air kecil terganggu.
d. Mobilisasi ibu kurang bebas.
e. Ibu kurang semangat.
f. Resiko laserasi jalan lahir bertambah.
g. Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan
punggung.
h. Rasa nyeri yang bertambah.

Gambar. Posisi Terlentang

2. Posisi duduk atau setengah duduk

xi
Posisi ini akan membantu dalam penurunan janin dengan
bantuan gravitasi bumi untuk menurunkan janin kedalam
panggul dan terus turun kedasar panggul. Posisi berjongkok
akan memaksimumkan sudut dalam lengkungan Carrus, yang
akan memungkinkan bahu besar dapat turun ke rongga
panggul dan tidak terhalang (macet) diatas simpisis pubis.
Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa
lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya, dimana
kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat
penurunan bagian bawah janin.

Gambar. Posisi Duduk/Setengah Duduk


3. Posisi jongkok atau berdiri
Jongkok atau berdiri memudahkan penuran kepala janin,
memperluas panggul sebesar dua puluh delapan persen lebih
besar pada pintu bawah panggul, memperkuat dorongan
meneran. Namun posisi ini beresiko terjadinya laserasi
( perlukaan jalan lahir). Dalam posisi berjongkok ataupun
berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan kandung
kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh akan dapat
memperlambat penurunan bagian bawah janin.

Posisi Jongkok/Berdiri
4. Posisi miring

xii
Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi penekanan
pada vena cava inferior sehingga dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya hipoksia, karena suplay oksigen tidak
terganggu, dapat member suasana rileks bagi ibu yang
mengalami kecapekan dan dapat pencegahan terjadinya
laserasi/robekan jalan lahir.

Gambar. Posisi Miring

5. Posisi merangkak
Posisi ini akan meningkatkan oksigenisasi bagi bayi dan bisa
mengurangi rasa sakit punggung bagi ibu. Posisi merangkak
sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit punggung,
mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta
peregangan pada perineum berkurang. Posisi merangkak juga
dapat membantu penurunan kepala janin lebih dalam ke
panggul

Gambar. Posisi merangkak

2.7. Kelebihan dan Kekurangan

1. Berbaring

xiii
Ibu terlentang di tempat tidur bersalin dengan
menggantung kedua pahanya pada penopang kursi khusus
untuk bersalin.
Kelebihan: Dokter bisa lebih leluasa membantu proses
persalinan. Jalan lahirpun menghadap ke depan, sehingga
dokter dapat lebih mudah mengukur perkembangan
pembukaan dan waktu persalinan pun bisa diprediksi secara
lebih akurat. Kepala bayi lebih mudah dipegang dan
diarahkan. Sehingga apabila terjadi perubahan posisi kepala
bayi, maka dokter langsung bisa mengarahkan pada posisi
yang seharusnya.

Kelemahan: Posisi berbaring membuat ibu sulit untuk


mengejan. Hal ini karena gaya berat tubuh ibu yang berada di
bawah dan sejajar dengan posisi bayi. Posisi ini pun diduga
bisa mengakibatkan perineum (daerah di antara anus dan
vagina) meregang sedemikian rupa sehingga menyulitkan
persalinan. Pengiriman oksigen melalui darah yang mengalir
dari si ibu ke janin melalui plasenta pun jadi relative
berkurang. Hal ini karena letak pembuluh besar berada di
bawah posisi bayi dan tertekan oleh massa/berat badan bayi.
Apalagi jika letak ari-ari juga berada di bawah si bayi.
Akibatnya, tekanan pada pembuluh darah bisa meninggi dan
menimbulkan perlambatan peredaran darah balik ibu.

2. Posisi miring
Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan dengan salah
satu kaki diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan
lurus. Posisi ini umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi
belum tepat.

xiv
Kelebihan: Selain peredaran darah balik ibu bisa mengalir
lancar, pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin
melalui plasenta juga tidak terganggu. Sehingga proses
pembukaan akan berlangsung secara perlahan-lahan sehingga
persalinan berlangsung lebih nyaman.
Kelemahan: Posisi miring ini menyulitkan dokter untuk
membantu proses persalinan karena letal kepala bayi susah
dimonitor, dipegang, maupun diarahkan. Dokter pun akan
mengalami kesulitan saat melakukan tindakan episiotomy

3. Jongkok
Biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang
berguna menahan kepala dan tubuh bayi.
Kelebihan: Merupakan posisi melahirkan yang alami karena
memanfaatkan gaya gravitasi bumi, sehingga ibu tidak usah
terlalu kuat mengejan.
Kekurangan: Selain berpeluang membuat cedera kepala
bayi, posisi ini dinilai kurang menguntungkan karena
menyulitkan pemantauan perkembangan pembukaan dan
tindakan-tindakan persalinan lainnya, semisal episiotomi.

4. Posisi setengah duduk


Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar
bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi
ini cukup membuat ibu nyaman.
Kelebihannya: Sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin
untuk bisa keluar jadi lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke
janin pun juga dapat berlangsung secara maksimal.

xv
Kelemahan: Posisi dapat menimbulkan rasa lelah dan
keluhan punggung pegal. Apalag jika proses persalinan
tersebut berlangsung lama.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pada dasarnya posisi melahirkan yang baik untuk persalinan
adalah posisi yang dirasakan paling nyaman oleh. Pada saat
melahirkan yang telah menjadi sepengetahuan masyarakat pada
umumnya adalah posisi berbaring. Namun pada saat proses

xvi
melahirkan berlangsung, tidak menutup kemungkinan dokter akan
meminta ibu mengubah posisi agar persalinan berjalan lancar.
Dengan macam-macam posisi yang mempunyai kelebihan dan
kekurangan tersendiri.
Berikut adalah posisi melahirkan yang terangkum pada
makalah ini :
1. Terlentang
2. Duduk atau setengah duduk
3. Jongkok atau berdiri
4. Miring
5. Dan merangkak

3.2. Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan terutama sebagai perawat
profesional yang dalam hal ini akan berkolaborasi dengan dokter
dalam menangani proses persalinan di rumah sakit. Maka dari itu
kita perlu memperhatikan poin-poin penting bagaimana kita
membantu seorang klien dalam proses persalinan dengan
menjaga ketenangan, kenyamanan, kesalamatan dalam proses
persalinannya.

DAFTAR PUSTAKA

Widyantun Diah. 2012. “MACAM POSISI MENRAN MENGEJAN SAAT


BERSALIN”. Diakses pada : 14 April 2019. Pada :
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/macam-posisi-
meneranmengejan-saat.html

xvii
Kade Erni. 2015. “MAKALAH FISDA PERSALINAN“. Diakses pada : 14 April
2019. Pada :
https://www.academia.edu/19688101/Makalah_fisdas_persalinan
erni kade 2015

Tigo Maximus. 2015. “PENGGUNAAN KONSEP FISIKA UNTUK


MENENTUKAN POSISI PERSALINAN YANG TEPAT”. Fakultas Ilmu
Biologi. Universitas Tanjungpura. Pontianak, Kalimantan Barat.

xviii

Anda mungkin juga menyukai