Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH IMUNOSEROLOGI

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

NAMA: AYU SETYA NINGRUM


NIM:PO.71.34.1.19.45
KELAS: 3B
JURUSAN: DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
DOSEN PEMBIMBING: Hamril Dani, AMAK., S.Pd., M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM
MEDIS
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 10 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….. 1

1.3 Tujuan ………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………. 3

2.1 Sifilis.............................……………………………………………… 3

2.2 Human immunodeficiency virus ………………………..................6

2.3 Hepatitis B......... ………………………………………………… 8

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………… 11

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………….. 11

3.2 Saran ………………………………………………………………… 11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit menular seksual (PMS) adalah suatu gangguan atau penyakit-penyakit


yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak atau hubungan eksual.
Pertama sekali penyakit ini sering disebut ‘penyakit kelamin’ atau veneral disease,I tetapi
sekarang sebutan yang paling tepat adalah secara umum disebut penyakit menular
seksual. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus dan parasit (Noor,
2013)

PMS dikalangan remaja sudah banyak di temukan dewasa ini. derasnya arus
media massa ditambah kurangnya informasi mengenai seksiologi, membuat fenomena
infeksi menular seksual dikalangan remaja bagaikan bom waktu . PMS selalu menjadi
salah satu masalah yang tidak kunjung habis untuk dibahas. Setiap tahunnya selalu
meningkat jumlah pengidap penyakit menular seksual perlu ditekankan terutama pada
kelompok remaja. Perilaku seksual pranikah yang dilakukan pada usia remaja menjadi
faktor tinggi terkena infeksi menular seksual. Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga
dengan penyakit menular seksual adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui
hubungan seksual (Hakim,2014)

Menurut badan kesehatan duni, world helh organitation terdapat kurang lebih 30
jenis mikroba (bakteri, virus dan parasit) yang dapat ditularkan melalui kontak seksual.
Kondisi yang paling sering ditemukan adalah gonorrhea,chlamydia, herpesgenitalis,
infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan trichomonas vaginalis. Bebrapa PMS
dapat meningkatkan resiko penularan human immuunodeficiency virus tiga kali lipat atau
lebih (WHO 2013). Di Indonesia sendiri, penyebaran PMS sulit ditelusuri sumbernya
sebab tidak pernah dilakukan registrasi terhadap penderita yang ditemukan. Mayoritas
PMS hadir tanpa gejala. Jumlah penderita yang sempat terdata hanya sebagian kecil dari
jumlah data yang sesungguhnya, dimana kesulitan yang terutama adalah variabel yang
dikumpulkan mencakup informasi yang sensitif dan pribadi (Hidayat, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apa pengertian dari Penyakit Menular Seksual ?


1.2.2. Apa saja macam-macam Penyakit Menular Seksual ?
1.2.3. Apa saja prosedur pemeriksaan Penyakit Menular Seksual ?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Penyakit Menular Seksual
1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam Penyakit Menular Seksual
1.3.3 Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan Penyakit Menular Seksual

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sifilis

2.1.1. Pengertian Sifilis

Sifilis merupakan salah satu IMS (infeksi menular seksual) yang menimbulkan
kondisi cukup parah misalnya infeksi otak (neurosifilis), kecacatan tubuh (guma). Pada
populasi ibu hamil yang terinfeksi sifilis, bila tidak diobati dengan adekuat, akan
menyebabkan 67% kehamilan berakhir dengan abortus, lahir mati, atau infeksi neonatus
(sifilis kongenital). Walaupun telah tersedia teknologi yang relatif sederhana dan terapi
efektif dengan biaya yang sangat terjangkau, sifilis masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang meluas di berbagai negara di dunia. Bahkan sifilis masih merupakan
penyebab

2.1.2. Gejala Sifilis

 Ruam yang tampak seperti masalah kulit biasa ini umumnya terlihat coklat
kemerahan, kecil, padat, datar atau terangkat pada kulit setinggi kurang dari 2
sentimeter (cm).
 Ada luka kecil terbuka pada selaput lendir pada lapisan kulit.
 Ada luka berisi nanah atau luka lembab, seperti kutil.
 Pada orang berkulit gelap, warna luka mungkin terlihat lebih terang dibandingkan
dengan kulit di sekitarnya.

2.1.3. Penyebab Sifilis

Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar melalui hubungan seksual
dengan penderita sifilis. Meski demikian, bakteri penyebab sifilis juga bisa
menyebar melalui melalui kontak fisik dengan luka yang ada di penderita. Melihat
penularannya, sifilis rentan tertular pada seseorang yang sering bergonta-ganti pasangan
seksual.

2.1.4. Pengobatan Sifilis

Pengobatan siflis atau raja singa ini akan lebih efektif jika dilakukan ketika tahap
awal. Sifilis dapat diatasi denganantibiotik penisilin. Selama masa pengobatan,

3
penderita dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seks, sampai dokter memastikan
infeksi sudah sembuh.

2.1.4. pencegahan Sifilis

Penularan sifilis dapat dicegah dengan perilaku seks yang aman, yaitu setia pada
1 pasangan seksual atau menggunakan kondom. Selain itu, pemeriksaan atau skrining
terhadap penyakit atau sipilis ini juga perlu dilakukan secara rutin pada orang-orang yang
memiliki faktor risiko tinggi mengalami penyakit ini.

2.1.5. Prosedur pemeriksaan

Prinsip :Tes STL (Syphilis TPHA Liquid) menggunakan metode Hemaglutinasi tidak
langsung (indirect hemagglutination) untuk mendeteksi antibody spesifik terhadap
Treponema Pallidum.

Tujuan : Tes hemaglutinasi untuk menentukan Antibodi terhadap Treponema pallidum


kuantitatif.

Alat dan bahan:

1. Mikropipet (25 µl, 75 µl, 100 µl).


2. Rak tabung.
3. Sentrifugasi.
4. Spuit.
5. Mikroplate
6. Tabung K3.
7. Tourniqutte.
8. Kapas alkohol.
9. Rapid test.
10. Reagen TPHA (control cell, test cell, buffer conjugate).
11. Sampel darah(serum atau plasma).

Metode kualitatif

1. Tambahkan 190 ul diluents pada well 1


2. Tambahkan 10 ul serum pada well 1 (ini akan menghasilkan pengenceran 1;20)
3. Dengan menggunakan clinipette, campur isi well 1 dan pindaahkan masing-
masing 25 ul ke well 2 dan well 3

4
4. Tambahkan 75 ul control sel ke well 2, dan 75 ul tes sel ke well 3
5. Goyang mikroplate dengan perlahan-lahan untuk mencampur isi
6. Inkubasi selama 45-60 menit pada temperatur suhu kamar
7. Perhatian:
Hindari mikroplate dari panas sinar matahari langsung dan beberapa sumber
getaran
8. Baca hasil. Hasil stabil dalam 24 jam.

Interpretasi hasil :

Hasil Test sel Kontrol

Positif kuat Pola sel penuh menutupi bagian Tidak ada aglutinasi yang
bawah well menutup rapat

Positif lemah Pola sel menutupi hampir 1/3 bagian Tidak ada aglutinasi yang
bawah sel menutup rapat

Intermediet Pola sel menunjukkan bagian tengah Tidak ada aglutinasi yang
terbuka dengan tegas menutup rapat

Negatif Sel teratur sampai memadat dibagian Tidak ada aglutinasi yang
bawah, khususnya dengan bagian menutup rapat
kecil ditengah

Dengan cara Kuantitatif :

1) Dipipet sebanyak 50 µl (serum) lalu dipindahkan pada lubang A dan B masing 25


µl dari W1(TPHA well).
2) Diambil sebanyak 25µl dari lubang B, campur lalu pindahkan ke C sebanyak 25
µl, begitu seterusnya hingga ke lubang H dan 25 µl terakhir disisihkan.
3) Tambahkan DILUENT dari B hingga H sebanyak 25 µl dan Test Cell 75 µl.
Inkubasi selama 45 – 60 menit.
A. INTERPRETASI HASIL

5
Hasil Posisitif : Terjadi Aglutinasi kemudian dilanjutkan untuk tingkatan
titer yang lebih besar
Hasil Negatif : Tidak terjadi aglutinasi

2.2 Human Immunodeficiency Virus

2.2.1. Pengertian HIV

Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah penyakit yang


disebabkan oleh virus HIV dan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sindrom atau kumpulan gejala yang
timbul karena sangat turunnya kekebalan tubuh penderita HIV dan merupakan stadium
akhir dari HIV.

2.2.2. Gejala HIV

Dalam beberapa minggu infeksi HIV, gejala seperti flu seperti demam, sakit
tenggorokan, dan kelelahan dapat terjadi. Kemudian penyakit ini biasanya tanpa gejala
sampai berkembang menjadi AIDS. Gejala AIDS termasuk penurunan berat badan,
demam atau berkeringat saat malam, kelelahan, dan infeksi berulang.

2.2.3. Pengobatan HIV

Tidak ada obat untuk AIDS, tetapi kepatuhan yang ketat untuk mengonsumsi
rejimen anti-retroviral (ARV) dapat secara dramatis memperlambat bertambah parahnya
penyakit serta mencegah infeksi sekunder dan komplikasi.

2.2.3. Pencegahan HIV

1. Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik seks melalui vagina atau
melalui dubur. ...
2. Hindari berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan.

3. Beri tahu pasangan bila Anda positif HIV, agar pasangan Anda menjalani tes HIV.

2.2.4. Prosedur pemeriksaan

Prinsip: Test ini meliputi deteksi antibody HIV-1 dan HIV-2 oleh protein
immunodominant pada virus HIV yang sudah dilumpuhkan dalam membran.Antigen
pengikatnya adalah protein rekombinan dari HIV-1 pada region gp-120 dan gp-41 juga

6
termasuk rekombinan gp-36. Keberadaan HIV ½ IgM dan IgG dapat dinyatakan dengan
konjugat protein A. Adanya antibody positif dapat dibaca dengan terbentuknya garis ungu
– keunguan pada membran (region T). Garis kontrol tambahan pada membran ( region C
) untuk memeriksa reaktivitas kit.
Metode: Strip

Tujuan : Untuk mendeteksi adanya antibody non-treponema (Reagin)

Alat: 1. Rapid test HIV / Strip


2. Spuit 3 cc
3. Karet pembendung
4. Kapas alcohol
5. Centrifuge
6. Tabung reaksi
7. Pipet tetes
8. Rak tabung
9. Stopwatch atau timer
Metode Strip

1. Sediakan alat dan bahan yang digunakan


2. Sampel berupa serum yang telah di sentrifuge, diletakan di rak tabung,dan siapkan
tabung dan pipet tetesnya.
3. Buka bungkusan rapid test HIV pada suhu kamar atau ruangan

4. Lalu teteskan serum (±50 µl) kedalam lubang sampel kemudian dilanjutkan dengan
meneteskan 3 tetes buffer(±90 µl)
5. Bacalah hasil antara 10-15 menit setelah meneteskan sampel

6. Tidak boleh lebih dari 15 menit karena bisa menimbulkan positif palsu
Interprestasi Hasil

Positif : Bila terbentuk 2 tanda garis warna merah pada strip yaitu garis
control (c) dan pada garis test (T)

Negatif : Bila terbentuk 1 tanda garis warna merah pada strip yaitu pada garis (c)
Invalid : Bila tidak terbentuk garis merah pada strip (c) atau test (T), atau bila ada
tanda garis merah pada garis (T),tapi pada garis (c) tidak tampak garis
merah

7
2.3 Hepatitis B

2.3.1. Pengertian Hepatitis B

Hepatitis B adalah peradangan organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
Virus ini dapat menular melalui hubungan seksual atau berbagi jarum suntik.Infeksi hepatitis
B merupakan penyakit yang tidak bertahan lama dalam tubuh penderita dan akan sembuh
sendiri tanpa pengobatan khusus. Kondisi ini disebut dengan hepatitis akut atau infeksi
hepatitis B akut. Akan tetapi, infeksi hepatitis B juga dapat menetap dan bertahan dalam
tubuh seseorang (menjadi kronis). Penyakit hepatitis B masih banyak ditemukan di
Indonesia dengan angka kasus yang kian meningkat.Infeksi hepatitis B kronis ini dapat
menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan nyawa, yaitu sirosis dan kanker
hati. Oleh karena itu, penderita hepatitis B kronis perlu melakukan kontrol secara berkala
ke dokter untuk mendapatkan penanganan dan deteksi dini bila terjadi komplikasi. Perlu
diketahui, hepatitis B dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi hepatitis B.

2.3.2 Gejala Hepatitis B

Hepatitis B sering kali tidak menimbulkan gejala, sehingga penderitanya tidak


menyadari bahwa dia telah terinfeksi. Meski demikian, gejala tetap dapat muncul setelah
1-5 bulan sejak pertama kali terpapar virus. Gejala yang dapat muncul adalah demam,
sakit kepala, mual, muntah, lemas, serta pennyakit kuning

2.3.3. Penyabab Hepatitis B


Hepatitis B tidak akan menular bila hanya berbagi alat makan atau berpelukan
dengan penderitanya.Penularan virus ini terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom
dan berbagi jarum suntik dengan penderita hepatitis B. Hal ini karena virus hepatitis B
berada di dalam darah dan cairan tubuh, seperti sperma dan cairan vagina.Selain itu,
hepatitis B juga dapat ditularkan dari wanita yang sedang hamil kepada bayi dalam
kandungannya.

2.3.4. Pengobatan Hepatitis B

Tidak ada langkah penanganan khusus untuk kondisi hepatitis B akut. Infeksi
akan sembuh sendiri tanpa memerlukan pengobatan khusus. Penanganan hanya bertujuan
untuk meredakan gejala yang muncul. Akan tetapi, sebagian infeksi hepatitis B akut akan
menjadi kronis.

8
Salah satu langkah pengobatan untuk penderita hepatitis B kronis adalah dengan
mengonsumsi obat antivirus. Pemberian obat antivirus bertujuan untuk mencegah
perkembangan virus, bukan untuk menghilangkan virus dari tubuh penderitanya secara
tuntas. Dengan penanganan yang tepat dan gaya hidup sehat, pasien hepatitis B juga
bisa hidup normal.
Pengobatan hepatitis B kronis membutuhkan kepatuhan penderitanya untuk
kontrol secara berkala ke dokter untuk melihat perkembangan penyakit dan mengevaluasi
pengobatan. Hal tersebut karena hepatitis B kronis dapat menyebabkan kerusakan organ
hati. Jika kerusakan hati cukup parah, dokter mungkin akan menganjurkan
prosedur transplantasi hati
2.3.5 Prosedur Pemeriksaan
Prinsip : imunokromatografi dengan prinsip serum yang diteteskan pada bantalan
sampel bereaksi dengan partikel yeng telah dilapisi dengan anti HBs (antibodi).
Campuran ini selanjutnya akan bergerak sepanjang strip membran untuk berikatan
dengan antibody spesifik. Pada daerah tes, sehingga akan menghasilkan garis warna.
Tujuan : untuk mengetahui adanya virus hepatitis B dalam serum penderita
Alat dan Bahan
1. Tabung reaksi
2. Serum
3. Strip HBsAg atau strip ACON
Prosedur kerja:
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Siapkan serum dalam tabung reaksi
3. Keluarkan strip HBsAg dari kemasannya
4. Celupkan kedalam seru, biarkan selama 15 menit
5. Amati hasil test yang terjadi
Interpretasi Hasil
 Positif (+) : terdapat 2 garis pada daerah control dan test
 Invalid : tidak terjadi garis merah pada control test
 Negatif (-) : terdapat satu garis pada kontrol
Negatif ( -) posotf (+) invalif

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Infeksi menular seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang.
Infeksi menular seksual (IMS) merupakan penyakit yang penularannya menyebar
terutama melalui hubungan seksual. Terdapat lebih dari 30 bakteri, virus dan parasit
berbeda yang dapat menyebabkan IMS. Jenis penyakit yang umum terjadi adalah
gonorrhoea, syphilis, trichomoniasis, chancroid, human immunodeficiency virus (HIV),
chlamydia, herpes genital, kutil kelamin, dan infeksi hepatitis B.

seks juga dapat membahayakan jika dilakukan secara sembarangan. Selain itu,
penggunaan jarum suntik secara bergantian atau berulang pun akan meningkatkan risiko
penularan. Namun, perilaku seks bebas adalah faktor pemicu utama penyakit menular
seksual.Infeksi ini disebabkan oleh patogen yang ditularkan saat beraktivitas seksual.
Terdapat lebih dari 30 jenis patogen yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
Infeksi dari penyakit menular seksual disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini memang masih banyak
sekali kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna yang dilihat dari segi bahasa,
penulisan dan pengolahan untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan,saran dan
masukkan yang sifatnya membangun. Atas saran dan kritikan serta masukkan yang
diberikan penulis megucapkan banyak terima kasih

10
DAFTAR PUSTAKA

Liana, P., Patricia, V., Ieawi, C., & Ienawi, C. (2018). Prevalensi Kejadian Penyakit
Menular Seksual (HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, dan Sifilis) pada Wanita Penjaja
Seks di Palembang. Sriwijaya Journal of Medicine, 1(2), 101-107.

Andini, T. D., & Sutiawati, P. (2012). Sistem Pakar Berbasis Web untuk Membantu
Diagnosa Penyakit Menular Seksual (Gonore, Sifilis, Chancroid, Herpes
Simpleks, Kondiloma Akuminata) dengan metode certainty factor. Jurnal Ilmiah
Teknologi Informasi Asia, 6(2), 60-73.

Syahputra, T., Halim, J., & Ishak, I. (2019). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit
Menular Seksual (HIV/AIDS) Dengan Menggunakan Metode Case Based
Reasoning (CBR). Jurnal SAINTIKOM (Jurnal Sains Manajemen Informatika
dan Komputer), 18(1), 62-69.

Wulandari, S. (2015). Hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan penyakit


menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS dengan pemanfaatan pusat informasi
konseling remaja (PIK-R) pada remaja SMKN Tandun Kabupaten Rokan
Hulu. Jurnal Martenity and Neonatal, 2(1), 10-22.

Anda mungkin juga menyukai