Anda di halaman 1dari 10

HAND OUT

Mata Kuliah : Askeb Perempuan & Anak dgn Kondisi Rentan


Jumlah SKS : 3 SKS
Pokok Bahasan : Kemiskinan dan Banyak Anak
Dosen : Cucu Nurmala, S.ST.,M.Keb
Pertemuan ke :8
Daftar Pustaka
1. United Nations Children’s Fund. Situasi anak di Indonesia. 2020. Jakarta : UNICEF.
2. United Nations Children’s Fund. Dampak Covid-19 Terhadap Kemiskinan Dan
Mobilitas Anak Di IndonesiA. 2021. Jakarta : UNICEF.
3. Agenda Tindakan untuk Mengatasi Tantangan Sosial Ekonomi. Agenda Tindakan untuk
Mengatasi Tantangan Sosial Ekonomi. 2020. Jakarta : UNICEF.
4. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Kajian Backround Study RPJMN 2020-
2024 Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. 2018. Jakarta : Direktorat
Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga.
5. Strategi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Berbasis Hak untuk Percepatan
Akses terhadap Pelayanan Keluarga Berencana yang Terintegrasi dalam mencapai
Tujuan Pembangunan Indonesia

A. KEMISKINAN
1. Pengertian
Secara umum, kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi saat seseorang atau
sekelompok orang tak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan
dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Syawie, 2011).
Sedangkan menurut ideologi konservatif yang berakar pada kapitalisme dan
liberalism abad ke-19. Umumnya kaum konservatif melihat masalah kemiskinan
sebagai kesalahan pada orang miskin sendiri. Mereka cenderung menilai positif
struktur sosial yang sudah ada, maka orang-orang yang miskin dianggap sebagai
orang yang gagal menyesuaikan diri dalam tata sosial yang ada atau bahkan
menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang diharapkan dan yang sudah disetujui
masyarakat. Kaum konservatif senang menyebarluaskan contoh-contoh orang yang
berhasil naik jenjang. Kaum konservatif tidak memandang kemiskinan sebagai
masalah yang serius dan percaya bahwa kemiskinan akan terselesaikan dengan
sendirinya (Wijaya, 2015).
Menurut pendapat para ahli dan tokoh mengenai definisi kemiskinan,
diantaranya adalah:
a. Hall dan Miidgley
Menurut Hall dan Midgley pengertian kemiskinan adalah kondisi deprivasi
materi dan sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah standar kehidupan
yang layak, atau kondisi di mana individu mengalami deprivasi relatif
dibandingkan dengan individu yang lainnya dalam masyarakat.
b. Faturachman dan Marcelinus Molo
Menurut Faturachman dan Marcelinus Molo, pengertian kemiskinan adalah
ketidakmampuan seseorang atau beberapa orang (rumah tangga) untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya.
c. Suparlan
Menurut Suparlan arti kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang rendah
karena kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang bila dibandingkan
dengan standar kehidupan yang berlaku di masyarakat sekitarnya.
d. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPENAS)
Menurut BAPPENAS, arti kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena
keadaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang
dimilikinya.
2. Klasifikasi Kemiskinan
a. Kemiskinan Subjektif
Jenis kemiskian ini terjadi karena seseorang memiliki dasar pemikiran sendiri
dengan beranggapan bahwa kebutuhannya belum terpenuhi secara cukup,
walaupun orang tersebut tidak terlalu miskin. Contohnya: pengemis musiman
yang muncul di kota-kota besar.
b. Kemiskinan Absolut
Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan dimana seseorang/ keluarga
memiliki penghasilan di bawah standar kelayakan atau di bawah garis
kemiskinan. Pendapatannya tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan,
sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan. Contoh kemiskinan absolut:
keluarga yang kurang mampu
c. Kemiskinan Relatif
Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan yang terjadi karena pengaruh
kebijakan pembangunan yang belum menyentuh semua lapisan masyarakat.
Kebijakan tersebut menimbulkan ketimpangan penghasilan dan standar
kesejahteraan. Contohnya: banyaknya pengangguran karena lapangan pekerjaan
sedikit.
d. Kemiskinan Alamiah
Ini merupakan kemiskinan yang terjadi karena alam sekitarnya langka akan
sumber daya alam. Hal ini menyebabkan masyarakat setempat memiliki
produktivitas yang rendah. Contohnya: masyarakat di benua Afrika yang
tanahnya kering dan tandus.
e. Kemiskinan Kultural
Ini adalah kemiskinan yang terjadi sebagai akibat kebiasaan atau sikap
masyarakat dengan budaya santai dan tidak mau memperbaiki taraf hidupnya
seperti masyarakat modern. Contohnya: suku Badui yang teguh
mempertahankan adat istiadat dan menolak kemajuan jaman
f. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan ini terjadi karena struktur sosial tidak mampu menghubungkan
masyarakat dengan sumber daya yang ada. Contohnya: masyarakat Papua yang
tidak mendapatkan manfaat dari Freeport.
3. Penyebab Kemiskinan
Setelah memahami pengertian kemiskinan dan jenis-jenisnya, maka kita juga perlu
mengetahui apa penyebanya. Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab
kemiskinan yang paling umum :

a. Laju Pertumbuhan Penduduk


Angka kelahiran yang tinggi akan mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk
suatu negara menjadi besar. Bila laju pertumbuhan ini tidak sebanding dengan
pertumbuhan ekonomi, maka hal ini akan mengakibatkan angka kemiskinan
akan semakin meningkat di suatu negara.
b. Angka Pengangguran Tinggi
Lapangan kerja yang terbatas menyebabkan angka pengangguran di suatu
negara menjadi tinggi. Semakin banyak pengangguran maka angka kemiskinan
juga akan meningkat. Peningkatan angka pengangguran juga dapat
menimbulkan masalah lain yang meresahkan masyarakat. Misalnya munculnya
pelaku tindak kejahatan, pengemis, dan lain-lain.
c. Tingkat Pendidikan Yang Rendah
Masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah cenderung tidak memiliki
keterampilan, wawasan, dan pengetahuan yang memadai. Sehingga mereka
tidak bisa bersaing dengan masyarakat yang berpendidikan tinggi di dunia kerja
maupun dunia usaha. Hal ini kemudian membuat angka pengangguran dan
kemiskinan menjadi bertambah.
d. Bencana Alam
Bencana alam merupakan faktor penyebab kemiskinan yang tidak dapat dicegah
karena berasal dari alam. Bencana alam seperti tsunami, banjir, tanah longsor,
dan lain-lain, akan menimbulkan kerusakan pada infrastruktur maupun
psikologis. Peristiwa bencana alam yang besar dapat mengakibatkan masyarakat
mengalami kemiskinan karena kehilangan harta
4. Tantangan Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia
Berbagai upaya/strategi pengentasan kemiskinan sebetulnya telah dijalankan
oleh pemerintah setiap tahunnya. Akan tetapi program-program pengentasan
kemiskinan tersebut belum bisa mengatasi kemiskinan secara signifikan. Hal ini
bukan karena program pengentasan kemiskinan yang tidak sesuai, ataupun dana
yang digelontorkan tidak mencukupi. Kegagalan dari berbagai upaya pengentasan
kemiskinan lebih disebabkan oleh permasalahn strktural, dan juga adanya berbagai
kecurangan dalam program pengentasan kemiskinan. Berikut ini beberapa
tantangan yang dihadapi Indonesia dalam pengentasan Kemiskinan (M.Saichudin):
a. Jumlah Penduduk Miskin Yang Sangat Besar
Proporsi penduduk miskin yang begitu besar menjadi salah satu tantangan
terbesar bagi negara ini. Hal ini karena jumlah penduduk miskin yang besar
juga akan membutuhkan dana yang besar pula dalam upaya mengatasi
kemiskinan tersebut. Sampai akhir tahun 2015, jumlah penduduk miskin di
Indonesia mencapai 28,51 juta orang.

b. Semakin Tingginya Disparias Pendapatan


Kesenjangan pendapatan yang semakin tinggi menjadi catatan buruk dalam
upaya pengentasan kemiskinan. Walaupun sebetulnya negara yang memiliki
pemerataan pendapatan yang baik jarang ditemui, sekalipun negara maju.
Namun perlu dijadikan perhatian bahwa pemerataan pendapatan menjadi salah
satu indikator kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia sendiri pemerataan
pendapatan masih menjadi persoalan yang besar. Mengingat pada tahun 2015
kesenjangan pendapatan di perkotaan indonesia semakin tinggi. esenjangan
pendapatan yang tinggi menggambarkan bagaimana sumberdaya ekonomi di
Indonesia belum bisa dioptimalkan oleh seluruh masyarakat. seperti kita
ketahui bersama bahwa di Indonesia hanya beberapa orang saja yang bisa
merespon pembangunan dan sumber permodalan. Orang-orang tersebut yaitu
para pengusaha dari golongan menengah keatas. Sementara bagi kelas bawah
termasuk masyarakat miskin tidak memiliki akses untuk hal tersebut. Sehingga
sudah jelas bahwa “yang kaya akan semakin kaya, dan yang miskin akan
semakin miskin
c. Kecurangan-Kecurangan Dalam Penyelenggaraan
Program pengentasan kemiskinan Salah satu faktor yang menjadikan program
pengentasan kemiskinan gagal yaitu adanya berbagai kecurangan dalam
penyelenggaraannya. Hal ini telah menjadi dilematis karena praktek-praktek
korupsi dilakukan pada programprogram kemanusian. Adanya berbagai
kecurangan seperti korupsi, menjadikan dana-dana yang seharusnya
digunakkan untuk membantu dan memberdayakan masyarakat miskin bocor
dan hilang sia-sia.
d. Isolisasi Penduduk Miskin Terhadap Sumber-Sumber Permodalan
Sering kali masyarakat miskin terkendala dalam mencari pinjaman modal
usaha. Persyaratan yang rumit dan jaminan yang tidak dapat dipenuhi oleh
penduduk miskin membuat mereka tidak dapat mengakses sumber-sumber
permodalan. Sehingga yang sering terjadi adalah tersangkutnya para penduduk
miskin pada pinjaman-pinjaman non-formal dengan bunga yang tinggi seperti
rentenir
e. Tidak mampunya masyarakat miskin dalam beradaptasi dengan program
pembangunan perkembangan zaman
Sejatinya berbagai program pembangunan yang diselenggarakan pemerintah
adalah untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Program bembangunan yang
dijalankan memang secara makro berhasil, yaitu dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi negara. Namun jika dicermati secara lebih dalam,
terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut hanya disumbangkan oleh para
pengsaha besar/ menengah ke atas. Karena hanya para pengusaha menengah
keatas lah yang mempu merespon pembangunan misalnya prasarana jalan dan
jembatan. Sementara bagi para pengusaha kecil seperti golongan masyarakat
miskin kurang mampu mendapatkan imbas dari pembangunan tersebut. Hal ini
dikarenakan oleh skala usaha yang kecil dengan lingkup lokal sebenarnya
program pembangunan yang paling dibutuhkan adalah bantuan permodalan/
alat-alat produksi
5. Bonus Demografi dan Peningkatan Kesejahteraan
Penurunan Fertilitas memberikan probabilitas terhadap peningkatan
Kesejahteraan, karena ada bonus demografi. Bonus Demografi merupakan
demographic divident atau demographic gift dalam jangka waktu 15 tahun
kedepan setelah mereka ikut Keluarga Berencana memberikan sumbangan
terhadap penurunan Dependency Ratio. Karena tenaga produktif bebannya
terhadap tenaga non produktif akan semakin kecil. Kondisi ini tentu akan
memberikan dampak terhadap beban pemerintah dan masyarakat yang pada
akhirnya akan meningkatkan produktivitas masyarakat.
Bagaimana peran atau dampak terjadinya Bonus Demografi dan bagaimana
dapat hal ini selanjutnya akan memberikan manfaat terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat?. Untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan diatas
dapat dijelaskan sebagai berikut : Dengan adanya Bonus Demografi merupakan
The Window Of Opportunity melalui kelahiran tercegah. Ibu-ibu akan banyak
mempunyai waktu yang lebih banyak untuk melakukan hal-hal yang bukan
melahirkan dan merawat anak atau masa melahirkan dan merawat anak lebih
pendek. Kenyataan ini akan berpengaruh secara signifikans terhadap peningkatan
kesempatan keluarga untuk melakukan kegiatan produktif. Kegiatan produktif
akan bermuara terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, yakni : (1)
Meningkatkan motivasi perempuan untuk masuk pasar kerja, (2) Memperbesar
peran perempuan, (3) Tabungan masyarakat, dan (4) Modal manusia (human
capital) tersedia.
Kelahiran tercegah merupakan initial factors of endowment yang akan
menentukan arah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Williamson
mengemukakan Kelahiran tercegah merupakan faktor yang penting dalam
menentukan proses perjalanan dan kecepatan pertumbuhan ekonomi. Karena dapat
meningkatkan propensitas orang tua untuk menanamkan investasi modal manusia
dalam diri anak-anaknya (human capital accumulation). Lebih lanjut Bloom,
Canning dan Sevilla menambahkan bahwa peningkatan harapan hidup telah
merubah gaya hidup masyarakat disegala aspek, yaitu :
a. Sikap dan perilaku masyarakat tentang pendidikan, keluarga, peranan
perempuan (accounting effects dan behavioral effects).
b. Pandangan terhadap manusia lebih meningkat dan dihargai sebagai aset
pembangunan.
c. Hasrat orang tua terhadap investasi pendidikan anak-anaknya, karena
masyarakat meyakini akan hasilnya bagi hari tua anak-anaknya.
d. Apabila perempuan ini dilahirkan oleh generasi yang sudah menganut
keluarga kecil, maka mereka cenderung memiliki keluarga kecil juga. Berarti
terjadi perubahan pola pikir yang positif bagi masyarakat. Perempuan
cenderung memilih untuk mempunyai anak sedikit dan dapat masuk ke pasar
kerja atau memanfaatkan Opportunity Cost (Konadi & Iba, 2011)
6. hal yang bisa dilaksanakan untuk memaksimalkan manfaat bonus demografi
di Indonesia sebagai berikut:
a. Mengembangkan kualitas manusia melalui pendidikan dan pelatihan
Globalisasi menyebabkan persaingan semakin ketat, sehingga penduduk usia
produktif perlu memiliki keahlian dan keterampilan yang sejalan dengan
kebutuhan industri. Kualitas dan kuantitas pendidikan dan pelatihan di
Indonesia perlu ditingkatkan untuk menciptakan tenaga kerja yang berkualitas
dan berdaya saing, serta sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.
Pemerintah dapat melakukan revitalisasi dan mengembangkan pendidikan
kejuruan atau vokasi untuk meningkatkan tenaga terampil, meningkatkan
inovasi, dan kreativitas. Penciptaan tenaga terampil melalui pendidikan non
formal juga perlu ditingkatkan melalui pemberian kursus dan pelatihan di Balai
Latihan Kerja.

b. Mengelola Pertumbuhan Polpulasi


Bonus demografi yang ada perlu dijaga dengan baik, sehingga pertumbuhan
populasi perlu dikontrol untuk menjaga agar rasio ketergantungan (dependency
ratio) tetap berada di titik yang optimal. Rasio ketergantungan yang terlalu
tinggi dapat membebani pertumbuhan ekonomi, sehingga perlu dijaga dengan
baik. Hal ini bisa dilakukan salah satunya melalui program Keluarga Berencana
(KB).
c. Meningkatkan Tingkat Kesehatan Penduduk
Penduduk di usia produktif yang tidak sehat tidak akan mendukung produksi
dan akan menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Maka melimpahnya
penduduk usia produktif perlu didukung dengan tingkat kesehatan yang tinggi.
Dalam hal ini, pemerintah dapat mendukung dengan meningkatkan kualitas
asuransi kesehatan dan mengeluarkan kebijakan yang dapat mendukung
kesehatan masyarakat (Setiawan, 2018).
B. BANYAK ANAK
1. Konsep Dasar
Sosiologi pengetahuan merupakan cabang termuda dari sosiologi. Hal ini yang
menjadikannya sebagai alat untuk menganalisis antara pengetahuan dan kehidupan.
Cabang keilmuan ini dipakai untuk menelusuri perkembangan kemampuan
manusia, teori ini ingin mengaitkan antara pemikiran dan kenyataan, antara
pengalaman individu satu dengan yang lain yang memiliki latar belakang yang
sama, pendidikan yang sama akan tetapi kenyataanya berbeda dalam perspektif,
yang mana kenyataan tersebut merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terus
berlanjut dalam kehidupan. Sosiologi pengetahuan memandang ketika seseorang
berfikir maka dikatakan bahwa ia tidak memunculkan pikiranya sendiri, akan tetapi
meneruskan pikiran yang ada sebelumnya, oleh karena itu keberadaan individu di
satu sisi menemukan keadaan yang sudah jadi, akan tetapi di sisi lain juga menemui
pola pemikiran dan tingkah laku yang terbentuk sebelumnya.
Menurut Sosiologi Pengetahuan, pemikiran manusia bisa terjadi karena
adanya Eksternalisasi, obyektifikasi dan internalisasi. Hal ini terjadi pula pada
masyarakat pinggiran yang mayoritas masih memegang erat tradisi yang turun
temurun di wariskan oleh para leluhur, termasuk kepemilikan anak yang lebih dari
tiga.
Kehidupan masyarakat terdahulu masih menganggap jumlah anak yang
banyak akan menjadikan pekerjaan mereka semakin ringan, dengan logika jika
seorang anak bekerja maka akan menambah pemasukan ekonomi keluarga, apalagi
jika anaknya lebih dari satu, sampai tiga bahkan tujuh, maka penjamin kehidupan
orang tua akan semakin banyak pula. Dengan demikian anggapan banyak anak
banyak rezeki bagi masyarakat merupakan pemikiran yang lahir dari keyakinan
masyarakat yang dipengaruhi oleh pemikiran sebelumnya, Pernyataan tersebut
sesuai dengan teori sosiologi pengetahuan.
Begitupun dengan anak. Ketika memiliki banyak anak, merekapun meyakini
bahwa anak juga rezeki bagi mereka. Kehadiran anak dinilai sebagai anugerah yang
tiada terkira. Maka ketika anak tersebut sudah mulai bisa membantu pekerjaan
orang tua, yaitu membantu pekerjaan rumah dan meringankan beban pekerjaan
orang tua di rumah, hal itu sudah dimaknai sebagai rezeki karena orang tua
menikmati hasil pekerjaan yang dilakukan anak sekalipun tidak menghasilkan uang
ataupun materi.
2. Pandangan Masyarakat sekarang
Dewasa ini, semakin berkembangnya kemajuan berpikir, manusia semakin
berpikir kritis. Semakin tinggi sesorang menempuh pendidikan, jalan berpikirnya
semakin rasional. Manusia tak lagi sempat berpikir akan memiliki banyak anak.
Mereka berpikir bahwa nantinya anak hanya akan menjadi beban bagi kondisi
ekonominya. Seperti dari biaya merawatnya, memberi makan, bagaimana ia
disekolahkan, dan masih banyak lagi faktor yang menjadikan anggapan bahwa
“banyak anak, banyak masalah”.Sehingga banyak keluarga yang sengaja
membatasi jumlah kelahiran anak. Apalagi pemerintah juga mendukung
pembatasan jumlah anak melalui program KB (Keluarga Berencana) dengan
slogannya dua anak cukup.
Menurut data Badan Pusat Statistik yang dikeluarkan pada Februari 2015,
sebanyak 400 ribu pemuda Indonesia yang bertitel sarjana menjadi pengangguran.
Besarnya jumlah pengangguran tentu menjadi salah satu faktor "pincang" nya
ekonomi suatu negara. Terlebih bagi kondisi ekonomi suatu keluarga itu sendiri.
Memiliki sedikit anakpun bila tidak dibentuk kualitasnya maka akan menjadi
beban ekonomi keluarga jug
3. Penyebab Banyaknya Jumlah Anak Yang dimiliki
a. Usia Kawin Pertama Peristiwa kelahiran tidak terlepas dari masa subur yang
dimiliki seorang wanita (fekunditas). Hal ini berarti kesuburan seorang wanita
merupakan kemampuan untuk berproduksi sehingga akan berpengaruh pada
kemampuan melahirkan. Usia kawin pertama PUS adalah usia dari wanita PUS
pada waktu menikah dengan seorang laki- laki pilihan yang sah sebagai
suaminya. Usia perkawinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingginya jumlah anak yang dimiliki, karena pada umumnya umur perkawinan
usia muda maka frekuensi untuk memiliki anak akan lebih besar.
b. Pandangan Terhadap Nilai Anak Keluarga
Anak adalah harapan keluarga karena anak mempunyaibanyak arti dan fungsi
bagi keluarga. Oleh karena itu mempunyai anak sangat didambakan, baik dalam
keluarga orang desa, maupun orang kota. Nilai anak dalam keluarga
mepengaruhi banyaknya jumlah anak yanga dimiliki oleh setiap keluarga.
Tergantung nilai dan fungsi yang diinginkan orang tua.
4. Peran Bidan
Tahun 2020 merupakan tahun pertama pelaksanaan Rencana Pembangunan
Jangka menengah Nasional (rpjmn) Tahun 2020-2024 dan juga Rencana Strategis
(Renstra) Kementrian Kesehatan tahun 2020-2024. Dalam upaya pencapaian target
sasaran yang telah ditetapkan dan untuk kesinambungan penyelenggaraan program
pembangunan kesehatan maka diperlukan perencanaa pembangunan kesehatan
yang sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan memerlukan kolaborasi serta
peran aktif pemerintah pusat dan daerah.
Renstra kementrian kesehatan 2020-2024, program Indonesia sehat masih
menjadi program utama pembangunan kesehatan. Program Indonesia sehat
dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu :
1. Pilar Paradigma Sehat, dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan
dalam pembangunan, penguatan promotif , preventuf dan pemberdayaan
masyarakat.
2. Pilar penguatan pelayanan kesehatan , dilakukan dengan strategi peningkatan
akses pelayanan kesehatan, optimalisasi system rujukan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan menggunakan pendekatan Continuum of care dan
intervensi berbasis risiko kesehatan.
3. Pilar jaminan kesehatan nasional, dilakukan dengan strategi perluasan sasaran
dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.
Penekanan penguatan pelayanan kesehatan dasar melalui Peningkatan
Upaya Promotif dan Preventif, serta didukung oleh inovasi dan pemanfaatan
teknologi , sehingga bonus demografi mendatang kita memperoleh sumber daya
manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan garda erdepan yang sangat
dekat keberadaannya dengan masyarakat, maka perlu menjalankan program
pemerintah tersebut dengan sungguh-sungguh :
a. Upaya Promotif
Adalah “peningkatan” menurut WHO promosi kesehatan adalah proses
untuk kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik,
mental dan social. Contoh upaya tersebut dapat berupa memberikan
pendidikan kesehatan kepada individu maupun masyarakat yang berkaitan
dengan masalah yang sedang dihadapi.
b. Upaya Preventif
Adalah “Pencegahan” suatu upaya melakukan berbagai tindakan untuk
menghindari terjadinya berbagai masalah kesehatan yang dapat mengancam
diri sendiri maupun orang lain dimasa yang akan datang .Hal yang bisa
dilakukan oleh bidan salah satunya adalah untuk mendukung program
BKKBN .

Anda mungkin juga menyukai