Anda di halaman 1dari 18

Permasalahan Sosial Politik Pelayanan

Kebidanan dan HAM dalam Bereproduksi

Disusun Oleh : kelompok  


1. Berliana Febrianti
2. Cindy Fitri Yanti
3. Desty Komarika Sari
4. Diajeng Yollanda Sari
  
Dosen Pembimbing: Wewet Savitri, SST, M.keb
A. Permasalahan sosial politik pelayanan kebidanan

1. Kekerasan terhadap perempuan


Adalah setiap tindakan beradasarkan perbedaan jenis
kelamin yang berakibat kesengsaraan atau
penderitaperempuan secara fisik , seksual atau
psikologi, termasuk ancaman tindakan tertentu,
pemaksaan atau perampasaan kemerdekaan secara
sewenang – wenang, baik yang terjadi diranah public
atau dalam kehiduoan pribadi.
2. Perkosaan dan pelecehan seksual

a. Perkosaan
Adalah hubungan seksual tanpa kehendak bersama,
yang dipaksakan oleh satu pihak kepada pihak lain,
yang juga dapat merupakan tindak pseudo seksual
yaitu perilaku seksual yang tidak selalu di motivasi
dorongan seksual sebagai motivasi primer, melainkan
berhubungan dengan penguasaan dan dominan, agresi
dan perendahaan pada satu pihak (korban) oleh pihak
lainya (perilaku).
b. Persepsi masyarakat tentang perkosaan
• Biasanya korban yang memprovokasi/ mengundang kejadian perkosaan
dengan menggunakan pakaian yang minim ataupun dandanan yang
berlebihan
• Sebenarnya perempuan dapat menghindari terjadinya tindakan perkosaan
• Hanya perempuan tertentu yang akan diperkosa
• Perkosaan hanya terjadi didaerah asing pada malam hari
• Perkosaan hanya dilakukan oleh orang sakit/ kiminal
• Pria baik-baik tidak akan memperkosa kecuali karena undangan/ rayauan
dari perepuan
• Perempuan sering mengaku diperkosa untuk balas dendam, mendapat
santunan atau pun karena ia mempunyai kepribadian mencari perhatian
• Perkosaan terjadi karena pelakutidak dapat mengendalikan implus
seksualnya
3. Kehamilan tidak diinginkan (KTD)

• Kehamilan tidak diinginkan (KTD) dibagi menjadi empat kelompok yang


rentan KTD yaitu:
• Kelompok pertama “unmet need” yaitu terdiri dari para pasangan usia
subur yang tidak menginginkan anak tetapi tidak mau menggunakan
kontrasepsi
• Kelompok kedua yaitu terdiri dari para remaja yang melakukan seks
bebas tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
• Kelompok ketiga adalah para “PSK” atau perempuan pelaku seks
komersial. Dengan minimnya posisi tawar mereka (apalagi yang masih
anak-anak), maka kecil kemungkinan mereka bisa meminta para lelaki
hidung belang untuk menggunakan kondom pada saat transaksi seks.
• Kelompok keempat adalah para korban kekerasan seksual. Walaupun
belum transparan, namun kian hari semakin banyak terungkap kasus
kekerasan seksual baik berupa perkosaan, incert maupun perbudakan
seksual.
4. Aborsi
• Aborsi adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak terlatih atau yang tidak mengikuti prosedur
kesehatan atau dua – duanya.
• Dari kehamilan yang tidak diharapkan tersebut dapat
mendorong terjadinya aborsi.
• Masyarakat cenderung menyisihkan dan menyudutkan wanita
hamil di luar nikah. Karena wanita tersebut selalu disalahkan
dan, di tekan dan disudut kan yang mengakibatkan wanita
tersebut akan memperlakukan kehamilannya sebagai KTD dan
harus di akhiri dengan cara abrosi.
5. Pekerja sek komersial dan drug abuse

Adalah setiap orang yang menjual seks dengan uang atau


dengan bermacam macam jenis keuntungan kepada siapapun
tanpa keterlibatan emosi sama sekali. Drug abuse adalah
penyalahgunaan obat seperti narkoba, narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif.
6. Sasaran Global untuk mencapai kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan :

• Mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan di


mana pun
• Menghilangkan segala bentuk kekerasan terhadap kaum perempuan di
ruang publik dan pribadi, termasuk perdagangan manusia dan eksploitasi
seksual, serta berbagai jenis eksploitasi lainnya
• Menghilangkan semua praktek berbahaya, seperti pernikahan anak,
pernikahan dini dan paksa, serta sunat perempuan
• Menjamin partisipasi penuh dan efektif, dan kesempatan yang sama bagi
perempuan untuk memimpin di semua tingkat pengambilan keputusan
dalam kehidupan politik, ekonomi, dan masyarakat
• Menjamin akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi,
dan hak reproduksi
B. HAM dalam bereproduksi

1. Hak-hak kesehatan reproduksi Perempuan


Menurut Igede Manuaba Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian
bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya
luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter
kemampuan negara dalam Pembahasan mengenahi Kesehatan Reproduksi
sangat luas cakupannya karena mengandung beberapa aspek, bukan hanya
masalah sakit atau kecatatan. Hal ini harus terlebih dahulu dipahami oleh
perempuan sebelum lebih lanjut membahas hak-haknya yang berhubungan
dengan kesehatan reproduksi.
perlindungan hukum merupakan salah satu unsur yang harus
ada dalam hak sehingga kepentingan terlindungi. Pasal 1 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan menyebutkan Kesehatan adalah keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
Tujuan umum program kesehatan reproduksi WHO
adalah untuk memperkuat kapasitas negara untuk
memungkinkan masyarakatuntuk meningkatkan dan
memproteksi kesehatannya danpasangannya berkaitan
dengan seksualitas dan reproduksi, dan mendapatkan
akses dan menerima pelayanan kesehatan berkualitas
saat memerlukan.
2. Perlindungan hukum terhadap Hak kesehatan reproduksi Perempuan
dari kekerasan berbasis Jender.
Hak atas sehatan reproduksi juga dijamin dalam Pasal 49 ayat (2) dan
(3)

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asazi Manusia


(HAM) yang menyebutkan bahwa:
” (2) Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam
pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat
mengancam
keselamatan dan atau kesehatannya berkenaan dengan fungsi reproduksi
wanita.”5
“(3) Hak khusus yang melekat pada diri wanita dikarenakan fungsi
reproduksinya, dijamin dan dilindungi oleh hukum.”
Hak atas pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
dengan kebutuan fisik, mental, spiritual, dan sosial dijamin
dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak.
Pasal 5 Undang-undamg Nomor 23 tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT)
yang menyebutkan bahwa :Setiap orang dilarang melakukan
kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup
rumah tangganya, dengan cara:
a. Kekerasan fisik;
b. Kekerasan Psikis;
c. Kekerasan seksual; atau
d. Penelantaran Rumah Tangga.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan Pasal 4 menyebutkan “setiap orang berhak
atas Kesehatan” selanjutnya dalam Pasal 5
menyebutkan “Setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan” Setiap orang berarti tidak
memperhatikan jenis kelamin oleh karena itu tidak
boleh ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan
secara umum.
Peraturan khusus dan terinci tentang kesehatan reproduksi memang belum
diatur di Indonesia tetapi Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan, Undangundang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asazi
Manusia (HAM) dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlinduang Anak serta Undang-undamg Nomor 23 tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT) dalam pasal-
pasalnya telah mengatur masalah kesehatan reproduksi secara umum.
Meskipun belum diatur secara khusus dan terperinci namun
Pemenuhan hak pelayanan kesehatan reproduksi perempuan telah dijamin
dalam konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan tahun 1979, yang diratifikasi oleh Indonesia, dengan Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan KonvensiMengenai
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Convention
On The Elimination Of All Forms Of Discrimination Against Women
(CEDAW)). Dalam pasal 12 dari CEDAW (Convention On The
Elimination Of All Forms Of Discrimination Against Women) 1979
• Kewajiban pemerintah juga terdapat dalam hasil Konferensi International
tentang kependudukan dan pembangunan (International Conference on
Population and Development- ICPD) di kairo tahun 1994, yang terdiri atas
sepuluh program kesehatan reproduksi, berupa kesehatan primer yang harus
diperhatikan oleh semua negara, termasuk Indonesia, yaitu
• Pelayanan sebelum, semasa kehamilan dan pasca kehamilan;
• Pelayanan kemandulan
• Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang optimal
• Pelayanan dan penyuluhan HIV/AIDS
• Pelayanan Aborsi
• Pelayanan dan pemberian Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
• Pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi remaja
• Tanggung jawab keluarga
• Peniadaan sunat dan mutilasi anak perempuan dan
• Pelayanan kesehatan lansia
7 Aksi Dalam Millenium Project Task Force in Education And Gender
Equility
a. Memperkuat akses anak perempuan untuk mendapat pendidikan dasar
sembilan tahun;
b. Menjamin hak-hak dasar reproduksi dan seksual perempuan;
c. Membangun infrastruktur untuk mengurangi beban kerja perempuan dan
anak perempuan;
d. Menjamin hak waris dan hak kepemilikan properti perempuan dan
anak perempuan (zoz);
e. Menjamin tak ada diskriminasi terhadap perempuan dalam pekerjaan;
f. Menjamin keterwakilan perempuan dalam parlemen dan pemerintah
daerah;
g. Meningkatkan upaya penghapusan kekerasann terhadap perempuan dan
anak perempuan.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai