Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEMITRAAN

Disusun Oleh : Kelompok 5


1. Adestina 5. Nurul Pratiwi
2. Annisa Rima Patimbang 6. Rosmala Aprelia
3. Diajeng Yollanda Sary 7. Tania Tara Safitri H.
4. Luky Febryani 8. Tri Astuti

Mata kuliah : Pemberdayaan Masyarakat, Kosma Heryati, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya serta kemudahan yang
diberikan sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan judul. “Kemitraan Dalam
Mewujudkan Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya untuk itu saran beserta kritik yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Bengkulu, April 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
A. Good Governance............................................................................... 3
B. .Pemberdayaan Masyarakat................................................................ 4
C. Kemitraan ........................................................................................... 9
D. Dimensi-Dimensi Kemitraan................................................................. 17
E. Kemitraan Antara Pemerintah Desa dengan BPD............................... 17
F. Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat..........................................18
BAB II PENUTUP ....................................................................................... 19
A. Kesimpulan......................................................................................... 19
B. Saran................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat yang
Karena ketidak mampuannya baik karena faktor internal maupun eksternal. Pemberdayaan
diharapkan mampu mengubah tatanan hidup masyarakatk earah yang lebih baik, sebagai man
acita-cita bangsa untuk mewujud kan masyarakat yang adil, demokratis, sejahtera dan maju.
Pemberdayaan masyarakat kini telah menjadi agenda penting pemerintah, terutama sebagai
kelanjutan dari kegagalan konsep pembangunan masa lalu. Tidak hanya pemerintah, tapi
dunia usaha juga memiliki program pemberdayaan masyaraka tsebagai bentuk tanggung
jawab social mereka terhadap masyarakat, (Corporat Social Responsibility/CSR). Namun hal
ini sering kali bertentangan dengan kenyataan dilapangan. Program pemberdayaan kurang
mengenasasaran, karena sering dilakukan secaracharity, ditambah lagi program pemberdayaan
malah menguras dan “memperdayai” rakyat. Sehingga praktek korupsi semakin merajalela,
yang kaya semakin berkuasa, yang miskin semakin tidak berdaya.
Kemitraana dalah suatu bentuk kerja sama atas dasar kesepakatan dan rasa saling
membutuhkan dalam rangka meningkat kan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha
tertentu atau tujuan tertentu sehingga memperoleh hasil yang lebih baik. Kemitraan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui model-model dalam penerapan
Desa siaga aktif adalah bentuk pengembangan dari desa siaga yang telah dimulai sejak
tahun 2006. Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau kelurahan yang penduduknya
dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan
setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau saranak esehatan yang ada di
wilayah tersebut seperti Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya, penduduk mengembangkan Usaha
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat
(Kemenkes RI, 2010).
Pengembangan desa siaga aktif ini telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 564/Menkes/SK/VIII/2006 tanggal 2 Agustus 2006 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Desa Siaga. Dalam pengembangan desa siaga aktif diperlukan langkah-langkah
pendekatan edukatif, yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani
proses pembelajarannya yang berupa proses pemecahan masalah yang dihadapi melalui
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) sebagai embrio atau titik awal
pengembangan desa menuju desa/kelurahan siaga aktif (Misnaniarti, 2011).
Desa atau Kelurahan Siaga Aktif memiliki criteria dan tingkatan yang perlu dicapai,
pentahapan dari Desa Siaga Aktif terdiri dari Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri.
Semakin tinggi tingkatan Desa Siaga aktif di suatu desa maka semakin tinggi pembangunan
kesehatan di wilayah tersebut yang ditunjukkan dengan peningkatan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan kesehatan (Ismawati,
2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kemitraan?
2. Bagaimana kemitraan dalam mewujudkan desa dan kelurahan?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami dan mengetahui tentang kemitraan
2. Dapat memahami dan mengetahui kemitraan dalam mewujudkan desa dan kelurahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Good Governance

Menurut Rochman dalam Sedarmayanti (2009), good governance merupakan

mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang substansial dan

penerapannya untuk menunjang pembangunan yang stabil (dengan syarat utama efisien)

serta relatif merata. Menurut Sedarmayanti (2009) setiap pelaku good governance

memiliki peran dan tugas masing-masing dalam mencapai tujuan hidup bernegara, yaitu

1. Negara (state) berperan untuk menciptakan lingkungan politik dan hukum yang

kondusif, Negara berperan dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan

public, penyelenggaraan kekuasaan pemerintah, dan membangun lingkungan yang

kondusif bagi tercapainya tujuan pembangunan pada tingkat lokal, nasional, maupun

internasional serta global.

2. Sektor swasta berperan untuk menciptakan pekerjaan dan pendapatan. Peran sektor

swasta sangat penting dalam pola kepemerintahan dan pembangunan, karena

perannya sebagai sumber peluang untuk meningkatkan kegiatan produktivitas,

penyerapan tenaga kerja, sumber penerimaan, investasi publik, pengembangan usaha

dan pertumbuhan ekonmi.

3. masyarakat madani berperan dalam memfasilitasi interaksi sosial dan politik,

menggerakkan kelompok masyarakat, berperan serta dalam kegiatan ekonomi, sosial

dan politik.
B. Pemberdayaan Masyarakat

Konsep pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya menawarkan suatu proses

perencanaan pembangunan dengan memusatkan pada partisipasi, kemampuan dan

masyarakat lokal. Maka masyarakat perlu dilibatkan pada setiap tahap pelaksanaan, dan

evaluasi program yang mereka lakukan. Hal ini berarti, menempatkan masyarakat sebagai

aktor (subyek) pembangunan dan tidak sekedar menjadikan mereka sebagai penerima pasif

pelayanan saja (Suparjan dan Hempri Suyatna, 2003:24).

Sumodiningrat (1999:44) mengemukakan pemberdayaan masyarakat merupakan

upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan

masyarakat agar rakyat mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan

dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan. Menurut Margono (2000:123)

pemberdayaan masyarakat adalah mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa

hingga masyarakat memiliki daya dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya

tanpa adanya kesan bahwa perkembangan itu adalah hasil kekuatan eksternal, masyarakat

harus dijadikan subyek bukan obyek. Sedangkan menurut Sulistiyani (2004:77).

pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses

pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang

kurang atau belum berdaya.


Kutut Suwondo (2002:74) mengemukakan dalam pemberdayaan atau empowerment

memiliki tujuan, yaitu : Pertama, meningkatkan kemampuan sumber daya masyarakat

dalam penguatan kelembagaan, organisasi sosial ekonomi melalui sosialisasi, pembinaan,

pelatihan keterampilan. Kedua, mewujudkan masyarakat dengan peran keswadayaan dari

masyarakat sebagai pelaku pembangunan. Ketiga, meningkatkan kesejahteraan,

mengurangi masyarakat miskin dengan mengembangkan sistem perlindungan sosial dan

dukungan bantuan sebagai upaya stimulant.

Sumodiningrat (1999) juga mengemukakan indikator keberhasilan yang dipakai

untuk mengukur pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat mencakup :

1. Berkurangnya jumlah penduduk miskin.

2. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan penduuk miskin

dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

3. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan

keluarga miskin di lingkungannya

4. Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya

usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok,

makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi sosial

dengan kelompok lain. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemerataan

pendapatan yang ditandai dengan peningkatan pendapatan keluarga miskin yang

mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.


Inti dari pemberdayaan meliputi 3 hal, yaitu pengembangan (enabling), memperkuat

potensi atau daya (empowerment), terciptanya kemandirian (Winarni, 1998:75).

Pemberdayaan masyarakat melalui BKM juga meliputi kegiatan penguatan kapasitas dari

masyarakat itu sendiri. Penguatan kapasitas berfungsi sebagai pembangunan yang

membangun sumber daya manusianya melalui pelatihan-pelatihan. Pelatihan-pelatihan

tersebut diberikan oleh BKM seperti pelatihan keterampilan, dan pengelolaan keuangan.

Pemberdayaan merupakan proses pembangunan, dalam melaksanakan

pembangunan melalui proses pemberdayaan yang memiliki tahapan-tahapan, antara lain

(Sulistyani, 2004:8) :

1. Tahapan penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli

sehingga mereka membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan,

keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga

dapat mengambil peranan di dalam pembangunan.

3. Tahapan peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan sehingga

terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian.

Tahapan pemberdayaan tersebut meerupakan sebuah proses yang diawali oleh

penyadaran pada potensi yang dimiliki oleh masyarakat yang dapat dikembangkan, dan

pada tahapan selanjutnya merupakan proses di mana msyarakat belajar

mengembangkan potensi yang dimiliki melalui usaha mereka sendiri, dan pada proses

yang ketiga merupakan proses yang masyarakat telah menyadari dan mampu untuk

mengembangkan potensi mereka sehingga mewujudkan masyarakat yang mandiri.


Dalam program pemberdayaan yang dijalankan, keseluruhan proses mulai dari perencanaan

hingga pelaksanaan tidak hanya dikontrol dan dimonopoli oleh pihak BKM, namun

partisipasi masyarakat lebih diutamakan dalam program pemberdayaan.

Pemberdayaan merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat

perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat

senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak

yang diberdayakan dan pihak yang memberdayakan (Sumodiningrat, 1999). Dalam proses.

Dalam program pemberdayaan yang dijalankan, keseluruhan proses mulai dari

perencanaan hingga pelaksanaan tidak hanya dikontrol dan dimonopoli oleh pihak BKM,

namun partisipasi masyarakat lebih diutamakan dalam program pemberdayaan.

Pemberdayaan merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat

perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat

senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak

yang diberdayakan dan pihak yang memberdayakan (Sumodiningrat, 1999). Dalam proses

belajar untuk mencapai kemandirian di dalam pemberdayan, Sulistiyani (2004)

memberikan penjelasan mengenai tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam

pemberdayaan.

a. tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar serta peduli sehingga

merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

b. tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan

agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil

peran dalam proses pembangunan.


c. tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga

terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada

kemandirian.
C. Kemitraan

Menurut Sulistiyani (2004), kemitraan secara etimologis berasal dari kata

partnership yang berasal dari suku kata partner yang berarti kawan, sekutu atau mitra.

Secara definisi, kemitraan adalah suatu bentu kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa

saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang

usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga memperoleh hasil yang lebih baik. Kemitraan

dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui model-model dalam penerapan.

kemitraan itu sendiri. Menurut Sulistiyani (2004), model-model kemitraan terbagai atas

sebagai berikut :

1. Pseudo partnership (kemitraan semu)

Merupakan persekutuan yang terjadi antara dua pihak atau lebih, namun tidak

sesungguhnya melalukan kerjasama secara seimbang satu dengan yang lain. Bahkan

ada satu pihak yang belum tentu memahami secara benar akan makna sebuah

kerjasama yang dilakukan, dan untuk tujuan apa itu semua dilakukan serta disepakati.

Ada sesuatu yang unik dari semacam kemitraan ini, bahwa kedua belah pihak atau

lebih sama-sama merasa penting untuk melakukan kerjasama, akan tetapi pihak-pihak

yang bermitra belum tentu mengerti dan memahami substansi yang diperjuangkan dan

manfaatnya apa. (dikasih penjelasan??)

2. Mutualism partnership (kemitraan mutualistik)

Merupakan persekutuan dua pihak atau lebih yang sama-sama menyadari aspek

pentingnya melakukan kemitraan, yaitu saling memberikan manfaat lebih, sehingga

akan mencapai tujuan secara optimal. Berawal dari pemahaman akan pentingnya
melakukan kemitraan, dua organisasi atau kelompok atau lebih yang memiliki status

sama atau berbeda melakukan kerjasama. Manfaat saling silang antara pihak-pihak

yang melakukan kerjasama dapat diperoleh sehingga memudahkan masing-masing,

dalam mewujudkan visi dan misinya, dan sekaligus saling menunjang satu dengan

yang lain.

3. Conjugation partnership (kemitraan melalui peleburan atau penggabungan)

Merupakan kemitraan yang dianalogikan sebagai paramecium. Dua paramecium

melakukan konjungsi untuk mendapatkan energi dan kemudian terpisah satu sama lain

dan selanjutnya dapat melakukan pembelahan diri. Bertolak dari analogi tersebut,

maka suatu organisasi atau kelompok-kelompok, perorangan yang memiliki kelemahan

di dalam melakukan usaha atau kegiatan dapat melakukan kemitraan dengan model ini.

Kemitraan melalui peleburan dan pengembangan merupakan sebuah

persekutuan antara dua pihak atau lebih yang sama-sama memiliki kelemahan di dalam

melakukan usaha atau mencapai tujuannya. Kedua pihak atau lebih dapat melakukan

konjungsi dalam rangka meningkatkan kemampuan masing-masing.

Menurut setiawan (2004:33) misi utama dari kemitraan adalah membantu

memecahkan permaslahan ketimpangan dalam kesempatan berusaha, ketimpangan

pendapatan, dan ketimpangan antar wilayah yang dibangun atas landasan saling

membutuhkan, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan fungsi dan

tanggungjawab yang sesuai dengan kemampuan dan proporsi masing-masing terlibat.


Bentuk kemitraan dalam pemberdayaan masyarakat. Dalam menghadapi

tantangan-tantangan pelayanan public, pemerintah perlu mengetahui berbagai

bentuk/pola kemitraan antar pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat. menurut

Mustopadidjaja (dalam Suharyanto, 2005 : 98-102) (suharyanto, hadryanus. 2005.

Administrasi public, entrepreneurship, kemitraan, dan reinventing government.

Yogyakarta : media wacana) bentuk kemitraan dapat diidentifikasikan dalam beberapa

tingkat dan satuan yaitu :

a) kemitraan makro. Kemitraan ini merupakan kontribusi yang bersifat antar sektor

pelayanan public. Kemitraan makro ini dapat dilihat dalam lingkup internasional

dan nasional. Dalam lingkup internasional kemitraan diperlukan untuk

menghadapi era globalisasi yang mengarah kepada sitem ekonomi yang membuka

peluang bagi pemerintah Negara maupun untuk membuka kegiatan usaha di

Negara lain.

b) kemitraan sektoral. Merupakan hubungan kerjasama para agen pembangunan

dalam pelayanan public di masing-masing sektor. Pemerintah mempunyai peran

untuk menyediakan dan pihak swasta diberi kesempatan untuk terlibat dalam

pelayanan public, terutama di wilayah yang mempunyai intensitas kebutuhan dan

tingkat pertumbuhan pelayanan public tinggi serta mempunyai kelayakan ekonomi

(menguntungkan) bagi pihak swasta. Untuk meningkatkan kemitraan sektoral,

peranan yang perlu ditempuh oleh pemerintah adalah sebagai berikut :

1) meningkatkan pelayanan informasi, termasuk prioritas alokasi dana pemerintah

dalam pelayanan public.


2) memberikan perhatian khusus bagi pengembangan sumber daya yang dikelola

oleh masyarakat dalam skala menengah dan kecil, guna menopang atau

memperkuat struktur ekonomi masyarakat.

3) mendorong kemitraan pembiayaan dalam menanggung beban biaya

pembnagunan sarana dan prasarana pelayanan public, terutama di bidang sosial,

ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

4) melakukan identifikasi kegiatan-kegiatan pelayanan public yang penting namun

tidak dijangkau atau tidak dapat diserahkan kepada pihak swasta. Hasil

identifikasi ditindaklanjuti dengan memberikan pelayanan public seperti

kegiatan lainnya.

kemitraan regional. Kemitraan ini ditujukan untuk menghadapi kesenjangan dan

mewujudkan pemerataan pembangunan beserta pelayanan publiknya, dengan

mendorong investasi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di wilayah

yang belum berkembang. Perhatian khususn diberikan kepada wilayah yang secara

geografis terpencil, minus, kritis, kantong kemiskinan, dan terbelakang.

Menurut setiawan (2002) (setiawan, bakti. 2002. Materi perkuliahan metode dan

teknik perencanaan. Mpkd ugm (setiawan . 2004, kemitraan berbasis governance

(studi pembngunan pasar kasombi bandung. Tesis map ugm))) terdapat empat

bentuk kemitraan, yaitu :

a) contributory partnership (kemitraan melalui kontribus), yaitu suatu kesepakatan

yang mana sebuah organisasi swasta atau public menyetujui memberikan

sponsor atau dukungan, umumnya berupa dana, untuk beerapa kegiatan yang
akan mempunyai sedikit atau sama sekali efek terhadap proses partisipasi.

Sementara kontribusi dana selalu merupakan hal yang esensial bagi suksesnya

kegiatan.

b) operational partnership (kemitraan operasional) merupakan jenis kemitraa dengan

peserta atau mitra melakukan pembagian kerja, tidak hanya dalam pengambilan

keputusan. Penekanannya untuk mencapai kesepatakan atas tujuan yang

diinginkan bersama, kemudian bekerjasama untuk mencapainya. Kerjasama ini

dapat begitu tinggi, pihak yang bermitra saling berbagi sumber daya namun

bukan dana dalam jumlah besar..

c) consultative partnership, yaitu bentuk kemitraan di mana instansi yang bertugas

mengelola sumber daya atau lingkungan secara aktif mencari masukan dari

pereseorangan, kelompok serta organisasi lain di luar pemerintah.

Mekanismenya melalui pembentukan komite, yang dirancang terutama untuk

memberikan saran pada instansi public tentang isu atau kebijakan khusus.

Kontrol jelas masih dipegang instansi public yang mempunyai kebebasan untuk

memilih saran yang diberikan.

d) collaborative partnership, dalam kemitraan ini terjadi pembagian kekuasaan dalam

pengambilan keputusan yang sesungguhnya. Tujuannya untuk mencapai tujuan

yang diterima oleh semua pihak, inforasi, dana dan tenaga saling dipertukarkan.

Dalam kemitraan ini, masing-masing pihak yang bermitra mempunyai otonomi.

Pemerintah memberikan beberapa kekuasaannya kepada organisasi non

pemerintah.
Dalam pelaksanaan program plpbk, pemerintah memiliki peranan yang

sangat menentukan dalam melakukan pembinaan, pelatihan dan pengawasan

program plpbk terutama pada bkm sebagai motor penggerak keberhasilan

program. Begitu juga peran masyarakat yang cukup penting khususnya dalam

melaksanakan program dalam memberikan partisipasinya.

Pemerintah pusat berperan dalam memberikan arahan kebijakan program serta

memfasilitasi terealisasinya dan bantuan dari world bank kepada masyarakat serta

melakukan pembinaan bagi keberlangsungan program melalui pembinaan secara

berjenjang dari struktur pemerintah yang ada di bawahnya hingga ke tingkat

kelurahan. Pemerintah tingkat provinsi dan kabupaten/kota berperan sebagai tim

koordinasi pelaksana program (TKPP), dan penanggung jawab operasional kegiatan

(pjok) berada pada tingkat kota. Di tingkat kecamatan, camat melakukan kontrol

dan pengawasan secara umum pelaksanaan program serta ikut bertanggung jawab

atas keberhasilan program plpbk yang berada di wilayahnya. Pejabat kelurahan

berperan untuk memberikan pembinaan sekaligus mendorong bagi terwujudnya

pemberdayaan masyarakat, memberikan fasilitas yang dibutuhkan bagi terwujudnya

kondisi positif bagi pengembangan kegiatan bkm dan ksm/ panitia kemitraan yang

ada dalam program, dan melakukan pengawasan kegiatan bkm dan ksm/ panitia

kemitraan yang ada di wilayahnya, serta bertanggungjawab dalam program tersebut.

Peran masyarkat dalam hal ini masyarakat lokal secara keseluruhan diharapkan

bias.
berperan penuh untuk aktif dalam proses pemberdayaan, mendukung kegiatan

pemberdayaan yang dilakukan oleh bkm.

Pengertian kemitraan

Menurut Muh. Jafar Hafsah (2000), kemitraan merupakan suatu strategi

bisnis yang dilakukan dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk

meraih manfaat bersama ataupun keuntungan bersama dengan prinsip saling

membutuhkan dan saling membesarkan. Jafar hafsah, Muhammad. 2000. Kemitraan

usaha : konsepsi dan strategi, Jakarta : pustaka sinar harapan.

Kemitraan adalah hubungan kerjasama yang terjadi antara civil society, pemerintah

dan swasta dalam rangka mencapai suatu tujuan yang didasarkan pada prinsip

kepercayaan, kesetaraan dan kemandirian (sumarto, 2004 :18). (sumarto, H.S.J.

2004. Inovasi, partisipasi dan good governance. Yayasan obor Indonesia, jakarta)

Jadi, kemitraan dapat dilakukan jika terdapat dua pihak atau lebih yang ingin

bekerjasama, memiliki kesamaan visi dan misi, terjadi kesepakatan satu dengan

yang lain dan tentunya memberikan dampak yang positif bagi masing-masing pihak.
D. Dimensi-dimensi Kemitraan

Mengenai kemitraan ini, Butler dan Waldroop mengemukakan beberapa dimensi kemitraan
hubungan kerja sebagai berikut1:
1. Pengaruh: professional yang menikmati pekerjaan mereka dan senang mengembangkan
dan memperluas area pengaruh mereka. Mereka senang dalam hal persuarsi, negosiasi dan
memegang informasi dan ide-ide penting. Tipikal bagi negosiator pembuat
kebijakan/keputusan.
2. Fasilitas interpersonal; orang-orang yang senang dengan aspek interpersonal dalam situasi
pekerjaan. Mereka secara intuitif berfokus pada pengalaman orang lain dan mereka bisa
bekerja di belakang layar. Degan cara in mereka membuat rekan-rekan sekerjanya menjadi
berkomitmen dan terikat untuk megerjakan proyek dengan lancar. Tipikal bagi manajer
SDM.

3. Kreativitas hubungan: orang-orang yang bagus dalam membina hubungan dengan


sekelompok orang melalui penggambaran visual dan verbal. Tipikal bagi orang-orang
pemasaran dan manajer.

4. Kepemimpinan tim: orang-orang ini ingin melihat orang lain dan berinteraksi dengan
mereka. Mereka menyukai pekerjaan manajemen dan bekerja dalam tim berenergi tinggi
dalam situasi yang padat. Tipikal bagi manajer program dan manajer delivery.

E. Kemitraan Antara Pemerintah Desa dengan BPD

Pada awalnya sering terjadi ketidakharmonisan antara Pemerintah Desa dan BPD
karena2:

1. Cara pemahaman peraturan yang kurang menyeluruh dan kurang baik yang disebabkan
oleh tingkat pengetahuan dan pendidikan yang relatif rendah sehingga pemahaman
terhadap UU hanya sepotong-sepotong,
2. Banyak terjadi ketidak-disiplinan terhadap tata tertib yang dibuat oleh mereka sendiri,
3. Kesalahpahaman terhadap hak dan kewajiban mereka.
1
2
F. Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat
1. Input
Input sebuah kemitraan adalah jenis dan jumlah sumber daya yang dimilikioleh masing-
masing unsur yang menjalin kemitraan meliputi sumber dayamanusia, sumber daya
lainnya seperti dana, sistem informasi, teknologi danlain sebagainya.
2. Proses
Proses dalam kemitraan pada hakikatnya merupakan kegiatan-kegiatanuntuk membangun
hubungan kemitraan. Kegiatan membangun kemitraandapat dilakukan melalui sebuah
pertemuan dengan tahapan diantaranyaa.penjajakan sosialisasi/advokasic. Di bangunnya
kesepakatan pertemuan mendalam dan penyusunan rencana kerja.
3. Output
yang dimaksud pada kemitraan yaitu terbentuknya jangringan kerja atau networking
,aliansi atau forum. Disamping itu pada output kemitraan juga terdapat penguraian tugas,
fungsi dan tanggungjawab masing-masinganggota mitra
4. Outcome
adalah dampak dari kemitraan terhadap peningkatan kesehatanmasyarakat. Oleh karena
itu,outcome kemitraan dapat dilihat dari indikator-indikator derajat kesehatan masyarakat,
yang merupakan akumulasi dampakdari upaya-upaya lain disamping kemitraan. Contoh
dari outcome kemitraanyaitu meningkatnya status gizi balita, meningkatnya cakupan asi
eksklusifdimasyara
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan dankemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran
kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan (menjelaskan
lebih rinci bahwa secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang
berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka
pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau
kemampuan, dan atau proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang
memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Berdasarkan beberapa
pengertian pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, makadapat disimpulkan bahwa
pada hakekatnya pemberdayaan adalahs uatu proses dan upaya untuk memperoleh atau
memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan masyarakat lemah
agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta
masalah yang dihadapi dan sekaligus memili hal ternatif pemecahnya dengan
mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimiliki secara mandiri.
Kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling
membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang
usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.
Kemitraan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui model-model dalam
penerapan

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih banyak kekurangan, karena
kurangnya referensi dan pengetahuan pada saat pembuatan makalah ini, kami sebagi
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi. Demikian makalah ini kami buat untuk
menambah pengetahuan dan informasi yang dapat berguna demi kepentingan bersama,
terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan

Kepemimpinan Masa Depan : Mewujudkan Pelayanan Prima dan Good

Governance (Kepemerintahan yang Baik). Bandung : PT RefikaAditama.

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan.

Yogyakarta :Gava Media.

Sumodiningrat,Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman

Sosial.Jakarta :Gramedia.

Suparjan dan Hempri Suyatno. 2003. Pengembangan Masyarakat dari Pembangunan


Sampai Pemberdayaan. Yogyakarta : Aditya Media.

Anda mungkin juga menyukai