Anda di halaman 1dari 30

“Pemberdayaan Sosial”

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu:
FIVIEN MUSLIHATINNINGSIH, S.E., M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Firma Ulfiyah (180810101072)
Kend Tiara Vitaloka (180810101079)
Ari Prasetyo (180810101086)
Fahrul Aiman (180810101087)
Yulia Fara Mesti (180810101096)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
”Perangkap Liquiditas dan Ekspansi Fiskal Jepang”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Jember, 02 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ........................................................................ 3
2.2 Struktur Sosial dan Lembaga Masyarakat ................................................................. 13
2.3 Pembangunan Dan Masyarakat.................................................................................. 17
2.4 Pemberdayaan dalam Pembangunan.......................................................................... 20
2.5 Studi Empiris ............................................................................................................ 25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 26
3.2 Saran .......................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat adalah hal yang sangat lumrah
dibicarakan untuk kemajuan dan perubahan bangsa saat ini kedepan, apalagi jika dilihat
dari skill masyarakat indonesia kurang baik sehingga menghambat pertumbuhan
ekonomi itu sendiri, konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian
pembangunan masyarakat (community development) dan pembangunan yang bertumpu
pada masyarakat (community based development).
Pertama-tama perlu dipahami arti dan makna pemberdayaan dan pembangunan
masyarakat, keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang
bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang
bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar meliki kesehatan fisik dan mental,
serta didik dan kuat inovatif, tentunyan memiliki keberdayaan yang tinggi, sedangkan
pembangunan masyarakat adalah suatu hal yang perlu di minit untuk kemampuan
masyarakat itu sendiri.
Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak
untuk ditangani, khususnya di wilayah perkotaan. Salah satu ciri umum dari kondisi
masyarakat yang miskin adalah tidak memiliki sarana dan prasarana dasar perumahan
dan permukiman yang memadai, kualitas lingkungan yang kumuh, tidak layak huni.
Kemiskinan merupakan persoalan struktural dan multidimensional, mencakup politik,
sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Sehingga secara umum “Masyarakat Miskin”
sebagai suatu kondisi masyarakat yang berada dalam situasi kerentanan, ketidak
berdayaan, keterisolasian, dan ketidak mampuan untuk menyampaikan aspirasinya.
Situasi ini menyebabkan mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan minimal
kehidupannya secara layak (manusiawi). Program penanggulangan kemiskinan yang
dievaluasi meliputi, Program Pengembangan Kecamatan (PPK), dan Proyek
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), yang dikategorikan sebagai Program
Kerja Mandiri (Self Employment Program), dan Proyek Pembangunan Fisik dalam
program PPK yang dikategorikan sebagai Program Padat Karya (Public Work Progam).

1.2 Rumusan Masalah

1
Berdasarkan uaraian di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud pemberdayaan?
2. Apakah yang dimaksud struktur social dan lembaga masyarakat?
3. Apakah yang dimaksud pembangunan dan masyarakat?
4. Apakah yang dimaksud pemberdayaan dalam pembangunan?
1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui gambaran umum pemberdayaan.
2. Untuk mengetahui gambaran umum struktur social dan lembaga masyarakat.
3. Untuk mengetahui gambaran umum pembangunan dan masyarakat.
4. Mengetahui pemberdayaan dalam pembangunan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata power yang
berarti kekuasaan atau keberdayaan. Konsep pemberdayaan berawal dari penguatan modal
sosisl di masyarakat (kelompok) yang meliputi penguatan penguatan modal social. Dengan
memiliki modal sosial yang kuat maka kita akan dapat menguatkan Knowledge, modal
(money), dan people. Konsep ini mengandung arti bahwa konsep pemberdayaan
masyarakat adalah Trasfer kekuasaan melalui penguatan modal sosial kelompok untuk
menjadikan kelompok produktif yang mencapai kesejahteraan sosial. Modal sosial yang
kuat akan menjamin keberlanjutan didalam membangun rasa kepercayaan dalam
masyarakat khususnya anggota kelompok (how to build thr trust).
Jimmu, (2008) menyatakan bahwa pengembangan masyarakat tidak hanya
sebatas teori tentang bagaimana mengembangkan daerah pedesaan tetapi memiliki arti
yang kemungkinan perkembangan di tingkat masyarakat. Pembangunan masyarakat
seharusnya mencerminkan tindakan masyarakat dan kesadaran atas identitas diri. Oleh
karena itu, komitmen untuk pengembangan masyarakat harus mengenali keterkaitan antara
individu dan masyarakat dimana mereka berada. Masyarakat adalah sebuah fenomena
struktural dan bahwa sifat struktural dari kelompok atau masyarakat memiliki efek pada
cara orang bertindak, merasa dan berpikir. Tapi ketika kita melihat struktur tersebut,
mereka jelas tidak seperti kualitas fisik dari dunia luar. Mereka bergantung pada
keteraturan reproduksi sosial, masyarakat yang hanya memiliki efek pada orang-orang
sejauh struktur diproduksi dan direproduksi dalam apa yang orang lakukan.
Pemberdayaan ini memiliki tujuan dua arah, yaitu melepaskan belenggu kemiskinan
dan keterbelakangan dan memperkuat posisi lapisan masyarakat dalam struktur kekuasaan.
Konsep pemberdayaan menurut Friedman (1992) dalam hal ini pembangunan alternatif
menekankan keutamaan politik melalui otonomi pengambilan keputusan untuk melindungi
kepentingan rakyat yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung melalui
partisipasi, demokrasi dan pembelajaran sosial melalui pengamatan langsung.
Menurut Chambers, (1995) pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep
pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people centred, participatory,
empowering, and sustainable”.

3
Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan memiliki dua
kecenderungan, antara lain : pertama, kecenderungan primer, yaitu kecenderungan proses
yang memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan
(power) kepada masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat
dilengkapi pula dengan upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan
kemandirian mereka melalui organisasi; dan kedua, kecenderungan sekunder, yaitu
kecenderungan yang menekankan pada proses memberikan stimulasi,mendorong atau
memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan
apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog ( Sumodiningrat, 2002).
Menurut Wilson (1996) terdapat 7 tahapan dalam siklus pemberdayaan
masyarakat. Tahap pertama yaitu keinginan dari masyarakat sendiri untuk berubah
menjadi lebih baik. Pada tahap kedua, masyarakat diharapkan mampu
melepaskan halangan-halangan atau factor-faktor yang bersifat resistensi terhadap
kemajuan dalam dirinya dan komunitasnya. Pada tahap ketiga, masyarakat diharapkan
sudah menerima kebebasan tambahan dan merasa memiliki tanggung jawab
dalam mengembangkan dirinya dan komunitasnya. Tahap keempat yaitu upaya untuk
mengembangkan peran dan batas tanggung jawab yang lebih luas, hal ini juga terkait
dengan minat dan motivasi untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Pada tahap
kelima ini hasil-hasil nyata dari pemberdayaan mulai kelihatan, dimana peningkatan rasa
memiliki yang lebih besar menghasilkan keluaran kinerja yang lebih baik. Pada tahap
keenam telah terjadi perubahan perilaku dan kesan terhadap dirinya, dimana keberhasilan
dalam peningkatan kinerja mampu meningkatkan perasaan psikologis di atas posisi
sebelumnya. Pada tahap ketujuh masyarakat yang telah berhasil dalam memberdayakan
dirinya, merasa tertantang untuk upaya yang lebih besar guna mendapatkan hasil yang
lebih baik. Siklus pemberdayaan ini menggambarkan proses mengenai upaya individu dan
komunitas untuk mengikuti perjalanan kearah prestasi dan kepuasan individu dan pekerjaan
yang lebih tinggi.
2.1.2 Teori Pemberdayaan Masyarakat
1. Teori Ketergantungan Kekuasaan (power-dependency)
Tujuan dari kekuasaan adalah untuk mencegah kelompok dari berpartisipasi
dalam proses pengambilan keputusan dan juga untuk memperoleh persetujuan
pasif kelompok ini untuk situasi ini. Power merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari interaksi sosial. Kekuasaan adalah fitur yang tidak terpisahkan

4
dari kehidupan sosial. Hal ini selalu menjadi bagian dari hubungan, dan tanda-
tanda yang dapat dilihat bahkan pada tingkat interaksi mikro (Sadan, 1997).
2. Teori Sistem (The Social System)
Talcott Parsons (1991) melahirkan teori fungsional tentang perubahan. Seperti
para pendahulunya, Parsons juga menganalogikan perubahan sosial pada
masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada mahkluk hidup. Komponen utama
pemikiran Parsons adalah adanya proses diferensiasi. Parsons berasumsi bahwa
setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang berbeda berdasarkan
strukturnya maupun berdasarkan makna fungsionalnya bagi masyarakat yang
lebih luas. Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat tersebut akan
tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan
hidupnya. Dapat dikatakan Parsons termasuk dalam golongan yang memandang
optimis sebuah proses perubahan.
Parsons (1991) menyampaikan empat fungsi yang harus dimiliki oleh sebuah
sistem agar mampu bertahan, yaitu :
a. Adaptasi, sebuah sistem hatus mampu menanggulangu situasi eksternal yang
gawat. Sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b. Pencapaian, sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan
utamanya.
c. Integrasi, sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagian yang menjadi
komponennya. Sistem juga harus dapat mengelola hubungan antara ketiga
fungsi penting lainnya.
d. Pemeliharaan pola, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan
memperbaiki motivasi individual maupun pola-pola kultural yang
menciptakan dan menopang motivasi.
3. Teori Ekologi (Kelangsungan Organisasi)
Organisasi merupakan sesuatu yang telah melekat dalam kehidupan kita, karena
kita adalah makhluk sosial. Kita hidup di dunia tidaklah sendirian, melainkan
sebagai manifestasi makhluk sosial, kita hidup berkelompok, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Struktur organisasi merupakan kerangka antar
hubungan satuan-satuan organisasi yang didalamnya terdapat pejabat, tugas serta
wewenang yang masing-masing mempunyai peranan tertentu. Struktur organisasi
akan tampak lebih tegas apabila dituangkan dalam bentuk bagan organisasi.
4. Teori Konflik

5
Chalid, (2005) konflik akan selalu muncul dan akan selalu dapat ditemukan
dalam semua level kehidupan masyarakat. Dalam interaksi, semua pihak
bersinggungan dan sering malahirkan konflik. Belajar dari konflik yang
kemudian disadari menghasilkan kerugian para pihak akan memunculkan inisiatif
meminimalisir kerugian itu. Caranya adalah mengupayakan damai untuk kembali
hidup bersama. Dalam konteks demikian, konflik didefinisikan bukan dari aspek
para pelaku konflik, tetapi merupakan sesuatu yang given dalam interaksi sosial.
Teori konflik mengacu pada dua aspek, yang pertama tentang ekonomi/uang
yaitu berkaitan dengan modal sebagai sarana untuk kelompok dapat dikatakan
berdaya dan mandiri. Aspek kedua menyangkut tentang organisasi, apbila
kelompok dapat memanajemen konflik dengan baik, maka keutuhan dan
kekuatan organisasi/ kelompok orang akan terus kuat dan lestari sehingga mereka
akan memiliki daya dari sisi finansial dan sisi keanggotaan massa.
5. Teori Mobilisasi Sumberdaya
Jasper, (2010) menyatakan gerakan sosial terdiri dari individu-individu
dan interaksi di antara anggota suatu masyarakat. Pendekatan pilihan rasional
(rational choice) menyadari akan hal ini, tetapi versi mereka memperhitungkan
individu sebagai yang abstrak untuk menjadi realistis. Pragmatisme, feminisme,
dan yang terkait dengan berbagai tradisi yang mendorong lahirnya studi tentang
aksi-aksi individu (individual action) dan aksiaksi kolektif (collective action)
sejak tahun 1960-an, yakni penelitian tentang perlawanan (social resistence),
gerakan sosial (social movement) dan tindakan kolektif (collective
behavior) berkembang di bawah inspirasi dari teori-teori besar tersebut. Dua
dari mereka di antaranya dipengaruhi oleh pandangan Marxisme, terutama
sosiologi makro versi Amerika yang menekankan teori mobilisasi sumber daya
(resource mobilization theory) dan interaksi dengan negara.
Rusmanto, (2013) menyimpulkan bahwa untuk mengetahui keinginan
seseorang akan sangat terkait dengan tujuan di akhir orang tersebut. Seseorang
dari pertanyaan tersebut mengarah kepada sebuah tujuan. Dalam hal ini, maka
tujuan adalah pusat pendekatan yang strategis sebagai taktik, meskipun dalam
pemahaman umum, telah keliru memahami bahwa strategi merupakan instrumen
tujuan yang bersifat sementara mencerminkan budaya dan emosi.
6. Teori Constructivist

6
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda
dengan teori behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme
lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan
pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamannya. Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang
belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai
tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam
belajar juga dinilai penting.
2.1.2 Proses Pemberdayaan
Kartasasmita (1995) menyatakan bahwa proses pemberdayaan dapat dilakukan
melalui tiga proses yaitu: Pertama: Menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Titik tolaknya adalah
bahwa setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada
sumberdaya manusia atau masyarakat tanpa daya. Dalam konteks ini, pemberdayaan
adalah membangun daya, kekuatan atau kemampuan, dengan mendorong (encourage)
dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimiliki serta berupaya
mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh
masyarakat (empo-wering), sehingga diperlukan langkah yang lebih positif, selain dari
iklim atau suasana. Ketiga, memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam
proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh
karena kekurangberdayaannya dalam menghadapi yang kuat.
Proses pemberdayaan warga masyarakat diharapkan dapat menjadikan masyarakat
menjadi lebih berdaya berkekuatan dan berkamampuan. Kaitannya dengan indikator
masyarakat berdaya, Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya
yaitu: (1) mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan
(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan), (2) mampu mengarahkan dirinya sendiri,
(3) memiliki kekuatan untuk berunding, (4) memiliki bargaining power yang memadai
dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, dan (5) bertanggungjawab
atas tindakannya.
Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud dengan masyarakat
berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi, berkesempatan,
memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative,

7
mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan
menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai dengan situasi. Proses
pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti yang
diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan
partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.
Adi (2003) menyatakan bahwa meskipun proses pemberdayaan suatu masyarakat
merupakan suatu proses yang berkesinambungan, namun dalam implementasinya tidak
semua yang direncanakan dapat berjalan dengan mulus dalam pelaksanaannya. Tak
jarang ada kelompok-kelompok dalam komunitas yang melakukan penolakan terhadap
”pembaharuan” ataupun inovasi yang muncul.
Adi, (2003) menyatakan beberapa kendala (hambatan) dalam pembangunan
masyarakat, baik yang berasal dari kepribadian individu maupun berasal dari sistem
sosial:
a. Berasal dari Kepribadian Individu; kestabilan (Homeostatis),
kebiasaan (Habit), seleksi Ingatan dan Persepsi (Selective Perception and
Retention), ketergantungan (Depedence), Super-ego yang terlalu kuat, cenderung
membuat seseorang tidak mau menerima pembaharuan, dan rasa tak percaya diri
(self- Distrust)
b. Berasal dari Sistem Sosial; kesepakatan terhadap norma tertentu (Conformity to
Norms), yang ”mengikat” sebagian anggota masyarakat pada suatu komunitas
tertentu, kesatuan dan kepaduan sistem dan budaya (Systemic and Cultural
Coherence), kelompok kepentingan (vested Interest), hal yang bersifat sacral (The
Sacrosanct), dan penolakan terhadap ”Orang Luar” (Rejection of Outsiders)
2.1.3 Langkah-langkah Pemberdayaan Masyarakat
Sebagai suatu proses, Jackson (1989), Labonte (1994), dan Rissel (1994) mengatakan,
pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa komponen berikut, yaitu:
a. Pemberdayaan personal.
b. Pengembangan kelompok kecil.
c. Pengorganisasian masyarakat.
d. Kemitraan.
e. Aksi sosial dan politik.
Dengan demikian,pemberdayaan masyarakat mempunyai spektrum yang cukup
luas,meliputi jenjang sasaran yang diberdayakan (level of objects), kegiatan internal
masyarakat/komunitas maupun eksternal berbentuk kemitraan (partnership) dan

8
jejaring (networking) serta dukungan dari atas berbentuk kebijakan politik yang
mendukung kelestarian pemberdayaan.
Untuk itu maka pemberdayaan masyarakat dapat dilakasanakan dengan mengikuti
langkah-langkah:
1. Merancang keseluruhan program
Termasuk didalamnya kerangka waktu kegiatan,ukuran program, serta
memberikan perhatian kepada kelompok masyarakat yang terpinggirkan.
Perancangan program dilakukan menggunakan pendekatan partisipatoris, dimana
antara agen perubahan (pemerintah dan LSM) dan masyarakat bersama-sama
menyusun perencanaan. Perencanaan partisipatoris (participatory planning) ini
dapat mengurangi terjadinya konflik yang muncul antara dua pihak tersebut selama
program berlangsung dan setelah program dievaluasi.Sering terjadi apabila sutu
kegiatan berhasil, banyak pihak bahkan termaksud yang tidak berpartisipasi,
berebut saling claim tentang peran diri maupun kelompoknya. Sebaliknya jika
program tidak berhasil, individu maupun kelompok bahkan yang sebenarnya
berkontribusi atas kegagalan tersebut, saling menyalahkan.
Perencanaan program pemberdayaan masyarakat harus memperhatikan adanya
kelompok masyarakat yang terpinggirkan (termarginalisasi). Marginalisasi adalah
sutu proses sejarah masyrakat yang kompleks,yang membuat mereka tidak
memiliki kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya, tidak mempunyai
akses yang memadai terhadap sumber daya. Oleh karenanya, untuk menghindari
agar ini tidak semakin terpinggirkan, diperlukan perencanaan yang lebih
komprehensif.
2. Menetapkan tujuan
Tujuan promosi kesehatan biasanya dikembangkan pada tahap perencanaan dan
bisanya berpusat pada mencegah penyakit,mengurangi kesakitan dan kematian dan
manajemen gaya hidup melalui upaya perubahan perilaku yang secara spesifik
berkaitan dengan kesehatan. Adapun tujuan pemberdayaan biasanya berpusat
bagaimana masyarakat dapat mengontrol keputusannya yang berpengaruh pada
kesehatan dan kehidupan masyarakatnya.
3. Memilih strategi pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang terdiri dari lima
pendekatan, yaitu: pemberdayaan, pengembangan kelompok kecil, pengembangan
dan penguatan pengorganisasian mayrakat, pengembangan dan penguatan jaringan

9
antarorganisasi, dan tindakan politik. Strategi pemberdayaan meliputi: pendidikan
masyarakat, mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat sebagai pra-syarat pokok
tumbuhnya tanggung jawab sebagai anggota masyarakat (community
responsibility), fasilitasi upaya mengembangkan jejaring antar masyarakat, serta
advokasi kepada pengambil keputusan (decision maker).
4. Implementasi strategi dan manajemen.
Implementasi strategi serta manajemen program pemberdayaan dilakukan
dengan cara:
a.meningkatkan peran serta pemercaya (stakeholder),
b.menumbuhkan kemampuan pengenalan masalah,
c. mengembangkan kepemimpinan local,
d.membangun keberdayaan struktur organisasi,
e. meningkatkan mobilisasi sumber daya,
f. memperkuat kemampuan stakeholder
g. meningkatkan control stakeholder atas manajemen program,
h. membuat hubungan yang sepadan dengan pihak luar.
5. Evaluasi program
Pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung lambat dan lama, bahkan boleh
dikatakan tidak pernah berhenti dengan sempurna. Sering terjadi, hal-hal tertentu
yang menjadi bagian dari pemberdayaan baru tercapai beberapa tahun sesudah
kegiatan selesai.Oleh karenanya, akan lebih tepat jika dievaluasi diarahkan pada
proses pemberdayaannya daripada hasilnya.
2.1.4 Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Upaya pemberdayaan masyarakat haruslah melibatkan beberapa dan strategi sebagai
berikut:
1. Memulai dengan tindakan mikro
Proses pembelajaran rakyat harus dimulai dengan tindakan mikro, namun
memiliki konteks makro dan global. Dialog mikro – makro harus terus menerus
menjadi bagian pembelajaran masyarakat agar berbagai pengalaman mikro dapat
menjadi policy input dan policy reform sebagai unsur utama pemberdayaan
sehingga memiliki dampak yang lebih luas.
2. Membangun kembali kelembagaan rakyat
Peran serta masyarakat menjadi keniscayaan bagi semua upaya pemberdayaan
masyarakat. Peran serta masyarakat secara teknis membutuhkan munculnya

10
kelembagaan sosial, ekonomi dan budaya yang benar-benar diciptakan oleh
masyarakat sendiri.
3. Pengembangan kesadaran rakyat
Karena peristiwa ekonomi juga merupakan peristiwa politik atau lebih dikenal
politik ekonomi, maka tindakan yang hanya ber-orientasi memberikan bantuan
teknis jelas tidak memadai. Yang diperlukan adalah tindakan politik yang berasis
pada kesadaran rakyat untuk membebaskan diri dari belenggu kekuatan-kekuatan
ekonomi dan politik yang menghambat proses demokratisasi ekonomi. Pendidikan
alternatif dan kritis merupakan pendekatan yang sangat penting sebagai upaya
membangun kesadaran rakyat.
4. Redistribusi sumberdaya ekonomi merupakan syarat pokok pemberdayaan rakyat
Redistribusi aset bukanlah sejenis hibah. Tapi merupakan keikutsertaan dalam
pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumberdaya ekonomi nasional serta
pendayagunaannya dengan segala resiko dan keuntungan yang akan dihadapi.
5. Menerapkan model pembangunan berkelanjutan
Sudah tidak jamannya lagi mempertentangkan pendekatan ekonomi dan
lingkungan. Memperpanjang perdebatan masalah ini akan memperpanjang deretan
kerusakan sumberdaya lingkungan yang mengancam terhadap proses
pembangunan itu sendiri. Yang harus diwujudkan adalah setiap peristiwa
pembangunan harus mampu secara terus menerus mengkonservasi daya dukung
lingkungan. Dengan demikian daya dukung lingkungan akan dapat dipertahankan
untuk mendukung pembangunan.
6. Kontrol kebijakan dan advokasi
Upaya menciptakan sistem ekonomi modern dan meninggalkan sistem
ekonomi primitif (primitive capitalisme) haruslah didukung oleh berbagai
kebijakan politik yang memadai oleh pemerintah. Agar kebijakan pemerintah
benar-benar mendukung terhadap upaya pemberdayaan rakyat maka kekuasaan
pemerintahan harus dikontrol. Setiap kebijakan yang bertentangan dengan upaya
pemberdayaan rakyat haruslah diadvokasi. Untuk ini sangatlah penting munculnya
kelompok penekan yang melakukan peran kontrol terhadap kebijakan.
7. Pengembangan sektor ekonomi strategis sesuai dengan kondisi lokal (daerah)
Ini merupakan upaya untuk menggeret gerbong ekonomi agar ekonomi rakyat
kembali bergerak. Yang dimaksud produk strategis (unggulan) di sini tidak hanya

11
produksi yang ada di masyarakat laku di pasaran, tetapi juga unggul dalam hal
bahan baku dan teknis produksinya, serta memiliki keterkaitan sektoral yang tinggi.
8. Mengganti pendekatan kewilayahan administratif dengan pendekatan kawasan
Pemberdayaan masyarakat tidak mungkin didasarkan atas kewilayahan
administratif. Pendekatan kewilayahan administratif adalah pendekatan
birokrasi/kekuasaan. Pendekatan kawasan berarti lebih menekankan pada
kesamaan dan perbedaan potensi yang dimiliki oleh suatu kawasan tertentu.
Dengan pendekatan ini akan memungkinkan terjadinya pemberdayaan
masayarakat dalam skala besar disamping keragaman model yang didasarkan atas
keunggulan antara kawasan satu dengan lainnya. Lebih lanjut akan memungkinkan
terjadinya kerjasama antar kawasan yang lebih produktif.
9. Mengembangkan penguasaan pengetahuan teknis
Perlu dipahami bersama bahwa desakan modernisasi telah menggusur ilmu
pengetahuan dan teknologi lokal dan menciptakan ketergantungan rakyat pada
imput luar serta hilangnya kepercayaan diri yang sangat serius. Pendidikan
alternatif yang mampu mengembalikan kepercayaan diri rakyat serta dapat
menggerakkan proses pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang benar-
benar sesuai dengan kebutuhan mereka sangat penting untuk dikembangkan.
10. Membangun jaringan ekonomi strategis
Jaringan ekonomi strategis akan berfungsi untuk mengembangkan kerjasama
dalam mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki kelompok ekonomi satu
dengan lainnya baik dalam bidang produksi, pemasaran, teknologi dan permodalan.
Disamping itu jaringan strategis juga akan berfungsi sebagai media pembelajaran
rakyat dalam berbagai aspek dan advokasi.
2.1.5 Prisip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat
1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat
2. Mengembangkan gotong-royong masyarakat
3. Menggali konstribusi masyarakat
4. Menjalin kemitraan
5. Desentralisas
2.2 Strbuktur Masyarakat dan Lembaga Masyarakat
2.2.1 Pengertian dan Ciri Struktur Masyarakat
Secara harfiah structum atau struktur bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk,
struktur juga tidak harus bentuk fisik, akan tetapi ada yang berbentuk sosial. Pengertian

12
struktur sosial secara umum adalah, susunan atau tatanan sosial yang membentuk suatu
kelompok-kelompok sosial pada masyarakat. Sedangkan dilihat dari sisi pengertian
menurut para ahli ialah sebagai berikut,
 Soerjono Soekanto: Hubungan timbal balik antara posisi-posisi dan peranan-peranan
sosial.
 Koentjaraningrat: Suatu kerangka yang bisa memberikan gambaran keterkaitan
berbagai unsur yang terdapat di dalam masyarakat.
 Coleman: Pola hubungan antara manusia dan kelompok manusia.
 George Simmel: Kumpulan individu beserta pola dan perilakunya.
 George C. Homans: Suatu hal yang mempunyai hubungan erat dengan perilaku sosial
dasar dalam kehidupan sehari-hari.
 William Kornblum: Susunan yang dapat bisa terjadi karena adanya pengulangan pola.
 Raymonf Firth: Pergaulan hidup manusia yang meliputi berbagai tipe kelompok dan
melibatkan banyak orang yang meliputi lembaga-lembaga yang orang-orangnya ikut
andil di dalamnya.
 Borgotta: Lingkungan sosial bersama yang tidak bisa diubah oleh satu orang/individu
yang menyediakan lingkungan untuk setiap tindakan individu di sekitarnya.
Struktur sosial merupakan suatu tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat
yang mengandung dua pengertian. Pertama di dalam struktur sosial terdapat peranan yang
bersifat empiris, kedua dalam setiap perubahan dan perkembangan terdapat tahap
perhentian. Struktur sosial ini dapat dilihat dengan cara memperhatikan ciri-cirinya. Ciri-
ciri struktur sosial atau masyarakat adalah sebagai berikut,
1. Bersifat Abstrak
Abstrak yang artinya tidak bisa dilihat ataupun diraba. Struktur sosial adalah sebuah
hierarki/tingkatan kedudukan dari mulai yang tertinggi samapai yang paling rendah,
hierarki berfungsi sebagai saluran kekuasaan dan pengaturan pemenuhan kebutuhan
masyarakat secara menyeluruh.
Kita ambil contoh, misal dalam suatu negara pasti terdapat struktur organisasi
pemerintahan entah itu struktur politik, ekonomi, dan budaya. Jika unsur-unsur tersebut
digabungkan maka akan terbentuk satu kesatuan bangunan abstrak suatu masyarakat.
2. Terdapat Dimensi Vertikal dan Horisontal
Maksud dari dimensi vertikal adalah suatu hierarki status sosial dalam masyarakat
dengan segala peranannya sehingga menjadikan satu sistem yang tidak bisa dipisahkan dari

13
struktur status tertinggi sampai yang paling rendah. Kita ambil contoh struktur
pemerintahan desa, yang di sana terdapat lurah, carik, kepala dusun dsb.
Sedangkan pada struktur dimensi horisontal, keseluruhan masyarakat berdasarkan
karakteristiknya yang terbagi dalam kelompok-kelompok sosial dan memiliki karakteristik
sama seperti suku bangsa, agama, ras, dan gender.
3. Sebagai Landasan Suatu Proses Sosial Masyarakat
Proses yang terjadi dalam struktur sosial termasuk cepat dan lambatnya proses itu
sendiri, selain itu juga sangat dipengaruhi bagaimana struktur sosial tersebut. Hal ini bisa
kita ambil contoh pada masyarakat yang mempunyai bentuk sosial kaku, maka proses sosial
akan sulit dilakukan seperti sebagaimana pada masyarakat terpencil.
4. Pengaturan Tata Kelakuan dan Pola Hubungan Masyarakat
Struktur sosial yang dimiliki suatu masyarakat berfungsi untuk mengatur berbagai
bentuk hubungan antar individu yang ada di dalam masyarakat tersebut.
5. Berkembang dan Bisa Berubah
Yang terakhir yaitu, struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan
masyarakat.
2.2.2 Fungsi Struktur Sosial
Mengenai fungsinya secara umum terbagi menjadi 5 yaitu:
1. Sebagai instrumen masyarakat yang mempunyai peran sebagai penyelenggara dalam
penataan kehidupan secara menyeluruh di dalam setiap aspek kehidupan.
2. Sebagai sistem yang menghubungkan setiap aspek dalam kehidupan sehingga
kehidupan menjadi lebih harmonis dan juga tertur.
3. Sebagai ciri atau karakteristik dari suatu kelompok masyarakat. Hal ini membuat
sekelompk masyarakat menjadi terlihat khas dan berbeda dengan kelompok lainnya.
4. Sebagai pengawas sosial yang artinya, struktur berlaku untuk mengantisipasi berbagai
macam pelanggaran norma dan nilai yang berlaku di lingkungan masyarakat tersebut.
5. Sebagai dasar penanaman kedisiplinan untuk setiap individu yang ada dalam suatu
kelompok masyarakat.
2.2.3 Bentuk-Bentuk Struktur Sosial
Secara umum hal ini dapat dilihat menjadi 3 sudut pandang yaitu, dari sifatnya,
identitas keanggotaan masyarakatnya, dan ketidak samaan sosial. Untuk lebih jelasnya di
bawah ini akan dijelaskan secara rinci.
a. Dilihat dari Sifatnya

14
Menurut sifatnya struktur ini dapat dibedakan lagi menjadi 4 yaitu struktur sosial kaku,
luwes, formal, dan informal.
1. Sosial kaku adalah bentuk struktur sosial yang tidak bisa dirubah atau setidaknya
masyarakat akan menghadapi kesulitan besar jika melakukan perpindahan status
ataupun kedudukannya. Sosial kaku biasanya terjadi pada masyarakat yang menganut
sistem kasta.
2. Sosial lues adalah bentuk sosial yang memberikan kebebasan bergerak terhadap
masyarakat untuk melakukan perubahan.
3. Sosial formal adalah bentuk sosial yang sudah diakui oleh pihak yang berwenang.
4. Sosial informal adalah bentuk sosial yang nyata dan berfungsi, akan tetapi tidak
mempunyai ketetapan hukum dan tidak diakui oleh pihak berwenang.
b. Dilihat dari Identitas Keanggotaan Masyarakat
Apabila dilihat dari segi identitas keanggotan yang ada dalam masyarakat, struktur sosial
dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu homogen dan heterogen. Berikut penjelasannya.
1. Homogen yang berarti mempunyai latar belakang kesamaan identitas dari setiap
anggotanya, seperti kesamaan suku bangsa, ras, dan agama.
2. Heterogen ini ditandai dengan keanekaragaman identitas anggota masyarakatnya.
Struktur sosial heterogen mempunyai latar belakang suku, rasa, dan agama yang
berbeda dari para anggota masyarakatnya.
c. Dilihat dari Ketidaksamaan Sosial
Sosial jenis ini didasarkan pada ketidaksamaan yaitu pengelompokan manusia secara
horizontal maupun vertikal. Pengelompokan ini bisa didasarkan ciri fisiknya yang meliputi
gender, bentuk tubuh, ras, warna rambut dsb. Tidak hanya fisik bisa juga dilihat dari ciri
sosial budaya yang meliputi keterampilan, kecerdasan, motivasi, minatm dan bakat.
2.2.4 Lembaga Masyarakat
Lembaga kemasyarakatan ini selalu melekat dalam kehidupan masyarakat, tidak
dipersoalkan apakah bentuk masyarakat itu masih sederhana ataupun telah maju; setiap
masyarakat sudah tentu tidak akan terlepas dengan kompleks kebutuhan atau kepentingan
pokok yang apabila dikelompok-kelompokkan, terhimpun menjadi lembaga kemasyarakatan ,
dan wujud konkrit dari lembaga sosial disebut asosiasi. Sebagai contoh, Universitas merupakan
lembaga kemasyarakatan, sedangkan Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung,
Universitas Gajah Mada, atau Universitas Airlangga adalah contoh asosiasi. Selain kegunaan
seperti di atas, lembaga kemasyarakatan memuat arti penting dalam masyarakat, yaitu
mengkondisikan keteraturan dan menjaga integrasi dalam masyarakat; yang secara umum

15
Soekanto mengemukakan bahwa lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pokok manusia itu pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana seharusnya
mereka bertingkah-laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam
masyarakatnya, terutama yang menyangkut berbagai kebutuhan.
2. Menjaga keutuhan masyarakat
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian
sosial (social control); artinya sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah-laku
anggota-anggotanya.
Erat hubungannya dengan lembaga sosial, yaitu proses pelembagaan
(institutionalization), oleh karena pada hakekatnya suatu lembaga sosial mencakup himpunan
norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada kebutuhan pokok manusia. Proses
pelembagaan yaitu suatu proses yang dilewati oelh suatu norma kemasyarakatan yang baru
untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan; dalam arti bahwa norma
kemasyarakatan itu dikenal, diakui, dihargai, dan kemudian ditaati dalam kehidupan seharihari.
Suatu norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial tertentu, belum tentu berlaku pada sistem
sosial lainnya; misalnya, poligami diperkenankan dalam suatu masyarakat Islam, akan tetapi
dilarang dalam masyarakat Katolik. H.M. Johnson (Sunarto, 2004 )mengatakan bahwa suatu
norma akan terlembaga (institutionalized) dalam suatu sistem sosial tertentu, apabila paling
sedikit memenuhi tiga syarat, yaitu :
1. bagian terbesar dari warga suatu sistem sosial menerima norma-norma tersebut,
2. norma-norma tersebut telah menjiwai bagian terbesar warga-warga sistem sosial
tersebut,
3. norma tersebut bersanksi.
Selain itu, maka perlu pula difahami aspek-aspek lain dari pelembagaan tersebut yang
mencakup hal-hal, sebagai berikut :
1. norma-norma yang terlembaga berlaku bagi warga-warga sistem sosial sesuai dengan
posisi sosialnya di dalam sistem sosial tersebut
2. ada berbagai derajat penjiwaan („internalization‟) pada warga-warga sistem sosial
tersebut
3. luasnya penyebaran norma-norma tadi juga menyangkut derajat-derajat tertentu.
2.3 Pembangunan Masyarakat
Pembangunan merupakan hal yang terpenting dalam Pertimbangan sosial
ekonomi, sehingga perencanaan pembangunan menjadi salah satu prioritas. namun

16
demikian jika pembangunan itu dirasa belum maksimal, maka pemerintah kembali
memaksimalkan perencanaan pembangunan yang sebelumnya sudah disiapkan.
Berbagai rencana pembangunan yang dimiliki pemerintah semestinya sudah mulai
mengajak partisipasi masyarakat. Karena tanpa didukung peran serta masyarakat,
pembangunan yang dilaksanakan akan menjadi kurang efektif. Dari tahun ke tahun,
proses pembangunan yang dilakukan pemerintah ternayta juga semakin dikritisi oleh
masyarakat. Dan dampaknya, tumbuh bisa-bisa negatif dari masyarakat terhadap proses
pembangunan yang sedang atau akan dilakukan. Salah satu gejala negatif yang muncul
di tengah masyarakat, yaknitumbuhnya sebuah sikap yang apatis terhadap proyek
pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Sekurang-kurangnya, ternyata
masyarakat ada yang tidak peduli dengan proses pembangunan yang sedang dan akan
dilakukan.maka dari itu Pembangunan dan Masyarakat sangat penting untuk
menyokong pemberdayaan sosial yang ada di Indonesia.
Untuk melaksanakan pembangunan daerah secara tepat, efektif dan efisien,
dibutuhkan kredibilitas sumber daya manusia masyarakat dan kualitas aparatur
pemerintahan yang mampu merumuskan dan memformulasikan kebijakan, di sini
dibutuhkan adanya kebijakan-kebijakan dari sumber daya manusia pemerintah daerah
yang mampu merespon persoalan masyarakat setempat karena pada hakekatnya
pembangunan daerah merupakan tugas yang terbebankan kepada seluruh masyarakat
di daerah dan pembangunan suatu daerah tidak hanya dimonopoli oleh aktor-aktor
kebijakan eksekutif (pemerintahan provinsi, pemerintah kabupaten dan kota)dan
legislatif (anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) saja, melainkan terdapat peranan
dari seluruh masyarakat untuk merencanakan, mengarahkan, menentukan dan
mengawasi proses pelaksanaan pembangunan daerah itu sendiri.
2.3.1 Pembangunan
Menurut Korten (1987), pilihan pendekatan pembangunan yang berorientasi
pada pertumbuhan ekonomi bukan saja telah mengakibatkan berbagai bentuk
ketimpangan sosial tetapi juga menimbulkan berbagai persoalan lain seperti timbulnya
akumulasi nilai-nilai hedonistik, ketidak pedulian social, erosi ikatan kekeluargaan dan
kekerabatan, lebih dari itu pendekatan pembangunan tersebut telah menyebabkan
ketergantungan masyarakat pada birokrasi-birokrasi sentralistik yang memiliki daya
absorsi sumber daya yang sangat besar, namun tidak memiliki kepekaan terhadap
kebutuhan-kebutuhan lokal, dan secara sistematis telah mematikan inisiatif masyarakat
lokal untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi. Program-program

17
masyarakat yang disiapkan harus memenuhi kebutuhan masyarakat. Perencanan-
perencanaan yang menyusun program-program pembangunan atau industri-industri
yang membangun kegiatan usahanya di suatu daerah harus melakukan analisis
kebutuhan masyarakat. Dalam melakukan analisis kebutuhan masyarakat harus benar-
benar dapat memenuhi kebutuhan (need analisis), dan bukan sekedar membuat daftar
keinginan (list of wants) yang bersifat sesaat. Analisis kebutuhan harus dilakukan
secara cermat agar dapat menggali kebutuhan-kebutuhan yang sesungguhnya
dibutuhkan oleh masyarakat banyak, bukan merupakan keinginan beberapa orang saja,
apakah tokoh masyarakat, atau kepala desa yang mempunyai kewenangan menentukan
keputusan.
konsep pembangunan yang selama ini diterapkan belum mampu menjawab
tuntutan-tuntutan yang menyangkut keadilan dan pemerataan serta keberpihakannya
kepada masyarakat, sehingga pembangunan yang digagas belum mampu mengangkat
penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan. Upaya meningkatkan keberpihakan
pembangunan kepada kepentingan masyarakat, sepertinya tidak dapat dilepaskan dari
upaya pemberdayaan masyarakat agar mampu berpartisipasi dalam pembangunan
dimaksud. Berbagai kendala dalam penerapan disebabkan adanya perbedaan persepsi
dalam menyikapi tentang pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
2.3.2 Masyarakat
Pembangunan masyarakat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat, dimana mereka mampu mengindentifikasikan kebutuhan dan masalah
secara bersama (Raharjo, 2006). Menurut Zamhariri (2008) pembangunan
masyarakat adalah kegiatan yang terencana untuk menciptakan kondisi-kondisi
bagi kemajuan sosial ekonomi masyarakat dengan meningkatkan partisipasi
masyarakat. Pembangunan sektor sosial ekonomi masyarakat perlu diwujudkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang didukung oleh organisasi dan
partisipasi masyarakat yang memiliki kapasitas, kapabilitas, dan kinerja yang
secara terus menerus tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Meskipun paradigma pembangunan berazaskan pemerataan dan
penanggulangan kemiskinan masih tetap penting, namun terdapat pergeseran
menuju paradigma pembangunan partisipasi pelaku pembangunan ekonomi
masyarakat yang menuntut kerangka perencanaan pembangunan spasial (tata
ruang). Kebijakan pembangunan berwawasan spasial itu harus dapat menjawab

18
beberapa pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan peningkatan partisipasi dan
produktivitas penduduk / masyarakat (Zamhariri,2008), yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana dapat mendorong partisipasi masyarakat, terutama keluarga
keluarga berpendapatan rendah dalam proses pembangunan.
2. Bagaimana dapat menciptakan dan meningkatkan kegiatan peekonomian
antar sector di tingkat pedesaan dan antar pedesaan.
3. Bagaimana dapat menyusun perencanaan dan program pembangunan yang
benar-benar dibutuhkan masyarakat pedesaan.
4. Bagaimana dengan mengaktualisasikan peran serta masyarakat yang telah
lama melembaga di tengah tradisi masyarakat seperti gotong royong, rembug desa,
dan lain sebagainya.
Meskipun pembangunan masyarakat selalu menjadi fokus perhatian pemerintah
sejak lama, namun azas dan strategi pembangunan masyarakat (pedesaan)
seringkali mengalami perubahan.
Menurut Dirjen Bangdes dalam Zamhariri (2008), pada hakekatnya
pembangunan masyarakat merupakan proses dinamis yang berkelanjutan dari
masyarakat untuk masyarakat untuk mewujudkan keinginan dan harapan hidup
yang lebih sejahtera dengan strategi menghindari kemungkinan tersudutnya
masyarakat sebagai pengguna akses dari pembangunan regional / daerah atau
nasional. Pengertian tersebut mengandung makna betapa pentingnya inisiatif lokal,
partisipatif masyarakat sebagai bagian dari model-model pembangunan yang dapat
menyejahterakan masyarakat desa. Program pembangunan ini tidak berpusat pada
birokrasi melainkan berpusat pada masyarakat atau komunitasnya sendiri.
Pembangunan masyarakat harusnya menerapkan prinsip-prinsip sebagi berikut :
1. Transparansi (keterbukaan)
2. Partisipasi
3. Dapat dinikmati masyarakat
4. Dapat dipertanggungjawabkan (akuntabilitas)
5. Berkelanjutan (sustainable) (Soelaiman, 1998)
Perubahan paradigma pembangunan dari pembangunan yang berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi kearah model pembangunan alternative yang lebih
menekankan pada partisipasi dan pemberdayaan terhadap masyarakat. Kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan dapat dilanjutkan dan dikembangkan ke seluruh
pelosok daerah untuk seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan masyarakat ini

19
pada dasarnya adalah dari, oleh, dan untuk seluruh masyarakat, oleh karena itu
pelibatan masyarakat seharusnya diajak untuk menentukan visi (wawasan)
pembangunan masa depan yang akan diwujudkan.
Kajian Empiris pembangunan masyarakat:
Usaha Penginapan di Desa Mon Ikeun Suatu daerah mungkin mempunyai
keunikan tertentu yang bisa dikembangkan untuk menarik wisatawan. Potensi
tersebut bisa berbentuk keindahan alam, kenyamanan udara dan iklim maupun
daya tarik lainnya seperti sejarah dan penampilan seni. Daya tarik ini merupakan
peluang besar untuk bisa menambah penghasilan bagi masyarakat di wilayah
tersebut. Dibeberapa wilayah seperti Jogja dan Bali misalnya, sector pariwisata ini
telah menjadi usaha unggulan masyarakat. Terlebih lagi, jika usaha pariwisata
tersebut tidak hanya terhenti pada usaha penginapan, rumah makan dan
transportasi. Namun, hendaknya usaha pariwisata ini bisa melebar ke usaha-usaha
lain lagi seperti pengadaan barang souvenir, kerajinan, kesenian, pemandu wisata
dan bentuk jasa lainnya. Sehingga keuntungan yang didapat tidak hanya pada
segelintir orang yang mempunyai akses pada usaha penginapan, makanan dan
transport, tapi juga pada masyarakat di sekeliling daerah wisata tersebut. Bukan
tidak mungkin, apa yang dimiliki Bali dan Jogja juga bisa dihadirkan di Aceh,
Kawasan Lho’nga mempunyai banyak pantai yang indah. Namun untuk tulisan ini
lebih dikhususkan bagi pantai Babah Dua (yang berdekatan dengan Babah Kuala)
atau yang lebih dikenal dengan nama Surfing Beach. Berbeda dengan pantai-pantai
yang lain, seperti pantai Kapuk, Pantai Cemara, pantai Lampuuk dan pantai
Tebing, Surfing Beach lebih banyak dikunjungi oleh turis mancanegara yang
khusus datang untuk berselancar.
2.4 Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan
2.4.1 Pemberdayaan Masyarakat

Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan


masyarakat (social emprovment) secara aktif yang berorientasi pada pencapaian hasil
pembangunan yang dilakukan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya
pemanfatatan dan pengelolaan sumber daya masyarakat secara lebih efektif dan
efisien jika dilihat dari : (a) aspek masukan atau input (SDM, dana, peralatan/sarana,
data, rencana, dan teknologi, (b) aspek proses (pelaksanaan, monitoring, dan
pengawasan), (c) aspek keluaran atau ouput (pencapaian sasaran, efektivitas dan

20
esisiensi). Dengan partisipasi masyarakat, perencanaan pembangunan diupayakan
menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program pembangunan yang disusun itu
adalah sesuai dengan yang dibutuhkan dengan masyarakat. Hal ini berate dalam
penyusunan rencana atau program pembangunan dilakukan adanya penentuan
prioritas (urutan berdasarkan besar kecilnya tingkat kepentingannya). Dengan
demikian, pelaksanaan program pembangunan akan terlaksana secara efektif dan
efisien.

Prinsip dasar pemberdayaan untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya atau


mandiri:
a. Penyadaran
Penyadaran berarti bahwa masyarakat secara keseluruhan menjadi sadar bahwa
mereka mempunyai tujuan-tujuan dan masalah-masalah. Masyarakat yang sadar
juga mulai menemukan peluang-peluang dan memanfaatkannya, menemukan
sumberdaya-sumberdaya yang ada ditempat itu yang barangkali sampai saat ini
tak pernah dipikirkan orang. Masyarakat yang sadar menjadi semakin tajam
dalam mengetahui apa yang sedang terjadi baik di dalam maupun diluar
masyarakatnya. Masyarakat menjadi mampu merumuskan kebutuhan-kebutuhan
dan aspirasinya.
b. Pelatihan
Pendidikan di sini bukan hanya belajar membaca,menulis dan berhitung, tetapi
juga meningkatkan ketrampilan-ketrampilan bertani, kerumahtanggaan, industri
dan cara menggunakan pupuk. Juga belajar dari sumber-sumber yang dapat
diperoleh untuk mengetahui bagaimana memakai jasa bank, bagaimana membuka
rekening dan memperoleh pinjaman. Belajar tidak hanya dapat dilakukan melalui
sekolah, tapi juga melalui pertemuan-pertemuan informal dan diskusi-diskusi
kelompok tempat mereka membicarakan masalah-masalah mereka. Melalui
pendidikan, kesadaran masyarakat akan terus berkembang. Perlu ditekankan
bahwa setiap orang dalam masyarakat harus mendapatkan pendidikan, termasuk
orangtua dan kaum wanita.
c. Pengorganisasian
Organisasi berarti bahwa segala hal dikerjakan dengan cara yang teratur, ada
pembagian tugas diantara individu-individu yang akan bertanggungjawab
terhadap pelaksanaan tugas masing-masing dan ada kepemimpinan yang tidak

21
hanya terdiri dari beberapa gelintir orang tapi kepemimpinan diberbagai
tingkatan.
d. Pengembangan kekuatan
Kekuasaan berarti kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Bila dalam
suatu masyarakat tidak ada penyadaran, latihan atau organisasi, orang-orangnya
akan merasa tak berdaya dan tak berkekuatan. Mereka berkata “kami tidak bisa,
kami tidak punya kekuatan”.
e. Membangun Dinamika
Dinamika masyarakat berarti bahwa masyarakat itu sendiri yang memutuskan
dan melaksanakan program-programnya sesuai dengan rencana yang sudah
digariskan dan diputuskan sendiri. Dalam konteks ini keputusan-keputusan
sedapat mungkin harus diambil di dalam masyarakat sendiri, bukan diluar
masyarakat tersebut. Lebih jauh lagi, keputusan-keputusan harus diambil dari
dalam masyarakat sendiri.

Dengan dilakukannya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan, maka


dapat memberikan arahan pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan masyarakat
secara optimal dan berkelanjutan. Arah yang jelas dapat dijadikan sebagai landasan
untuk mengendalikan dan mengevaluasi tingkat keberhasilan. Dapat juga membantu
menyinkronisasikan kepentingan berbagai unsur masyarakat. Dengan demikian
dapat memberikan manfaat serentak dan serempak kepada seluruh kelompok
masyarakat dan pelaku pembangunan. Disamping tu, pemberdayaan masyarakat
dalam pembangunan berhubungan dengan efektifitas dan efisiensi.

2.4.2 Contoh Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan

Banyak contoh-contoh kasus dalam pemberdayaan masyarakat yang ada di


Indonesia, contoh ini terdiri dari berbagai aspek. Baik ekonomi, politik, pendidikan,
budaya, ataupun di dalam aspek religi (agama) dan sistem pengetahuan.

1. Pendidikan
Contoh pemberdayaan masyarakat yang teradi di Indonesia dalam pendidikan,
misalnya saja dibangunnnya “Kampung Inggris” di Kabupaten Kediri, Jawa
Timur. Kampung ini sebenarnya adalah desa biasanya pada awal terbentuknya,
tidak mengenal sama sekali Bahasa Inggris yang berkembang disana. Hingga
ahkhirnya kondisi keberadaan kampung inggris ini menjadi tempat penunjang

22
masyarakat yang ada di seluruh Nusatara untuk belajar di Pare. Baik masyarakat
yang ingin mencari pekerjaan, masyarakat ingin melanjutkan pendidikan, dan lain
sebaginya.
2. Ekonomi
Contoh pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi juga berhasil dilakukan di
wilayah perkampungan. Khususnya di daerah Magelang. Wilayah ini berada di
Jawa Tenggah, dengan sistem pemberdayaan masyarakat yang dilakukan yakni
dengan mengajarkan masyarakat untuk mengelola blog serta menulis konten-
konten yang berkualitas.Tujuannya ialah untuk mendingkatkan perekonomian
dan pendapatan bagi masyarakat disana. Langkah pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan, khususnya dalam bidang ekonomi ini dinilai berhasil di
Indonesia, lantaran banyak pihak yang berduyun-dutun datang ke sana untuk
mendapatkan penghasilan dari dollar.
3. Wisata
Contoh pemberdayaan masyarakat di bidang wisata juga banyak dilakukan di
Indonesia. Salah satunya berdirinya Kampung Warna Warni di Kota Malang,
Jawa Timur. Kampung ini menjadi begitu terkenal karena ciri khasnya sebagai
tempat paling indah untuk berselfie. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di
bidang ini lebih didasari pada lingkungan desa yang awalnya kumuh. Dengan giat
pemerintah daerah bekerjsama dengan Cat Tempak Avitex menciptakan kondisi
dan indah, sebagimana dengan membingkai rumah-rumah tersebut. Pada akhirnya
sampai saaat ini kampung warna warni menjadi salah satu kampung yang paling
dinilai berhasil dari pengembangan keratifitas warga, untuk mendapatkan
tambahan penghasilan dengan megembangan ide, seperti berjualan, sofenir, dan
lain sebaginya.
4. Sistem Pengetahuan
Contoh pemberdayaan masyarakat di bidang system pengetahuan dilator
belakangi oleh perkembangan di dalam globalisasi yang pada saat ini tidak
terbatas lagi. Pengertian globalisasi ini identik dengan berkembang pesat
masyarakat, kemudian kondisi ini mendorongan salah masyarakat di Indonesia
khususnya masyarakat di Purbolinggo mendirikan sistem pengetahuan dalam
menambah penghasilan dengan mendirikan “Kampung Marketer”. Kampung
marketer adalah salah satu nama kampung yang ada di Purbolinggo, dengan cara

23
berjualan online kampung ini berhasil mendirikan salah satu pemberdayaan
masyarakat yang memiliki nilai untuk berjualan secara online.
5. Agama
Agama juga menjadi salah satu apek penting dalam pemberdayaan masyarakat,
contohnya saja untuk kasus ini banyak dilakukan oleh Pondok Pesantren di
Indonesia, dengan sistem pendidikannya ia mampu bertahan dan menumbuhakan
kayakinan, bagi masyarakat yang beragama Islam.
6. Kesehatan
Contoh mengenai pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah Pendiri
Bank Sampah. Sampah yang menjadi masalah klasik utama di Indonesia bisa di
tukarkan dengan berobat gratis bagi masyarakat. Secara tidak langsung
pemberdayaan masyarakat ini dinilai berhasil lantaran banyak pihak yang
memandang positif.
7. Pertanian
Indonesia sebagai negara agraris memiliki berbagai keunggulan dalam bidang
pertanian, keunggulan ini kemudian dilakukan pemberdayaan masyarakat, salah
satu contohnya ialah dengan adanya tanaman hidropinik yang dilakukan oleh
salah satu oragnisasi “Petani Muda”. Organsiasi ini memberikan solusi di wilayah
perkotaan untuk tetap membuat tanaman-tanaman yang berkualitas.
8. Sosial dan Budaya
Contoh pemberdayaan masyarakat di bidang sosial dan budaya, juga banyak
dilakukan oleh berbagai pihak. Baik secara individu atau kelompok sosial.
Contohnya saja dalam hal ini ialah pendirian sanggar tari ilalang yang ada di
Wilayah Jawa Timur, tepatnya di Kota Surabaya.
2.5 Kajian Empiris
a. Menkeninfo
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara meluncurkan lima
Program Pemberdayaan Masyarakat di bidang Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Kelima program pemberdayaan masyarakat bidang TIK dimaksud
adalah Kartini Next Generation Award (KKG Award), Duta Internet Cerdas,
Kreatif, dan Produktif (CAKAP), Indonesia ICT Award, Festival TIK untuk
Rakyat (FesTik) dan Festival Desa TIK (DesTIKa).
b. PNPM Support Facility

24
telah berhasil memberdayakan kelompok-kelompok terpinggirkan sehingga
menjadi lebih mandiri dan hidup lebih bermartabat, dan menikmati kualitas
hidup yang lebih besar. Tujuan program ini adalah memperkuat kapasitas
Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) Indonesia agar mampu mencapai dan
memberdayakan kelompok-kelompok terpinggirkan untuk memperbaiki
kondisi sosial-ekonomi mereka. Pada tahun pertama, PNPM Peduli telah
membantu lebih dari 12.000 orang terpinggirkan mendapatkan keterampilan
baru, akses informasi, akses layanan, membangun kepercayaan serta
menciptakan peluang baru untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat
secara luas.

25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberdayaan masyarkat sangat perlu diterapkan terutama untuk memberikan
kesejahteraan pada masyarkat. Peran pemerintah dalam menjalankan program kerja ini
harus selalu didukung agar berhasil memperdayakan masyarakat. Hal ini juga kan
mendorong pertumbuhan ekonomi jika masyarkat sudah mulai sejahtera.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca khalayak banyak. Yang bias untuk
refrensi dalam pembelajaran ataupun mendapatkan informasi.

26
DAFTAR PUSTAKA
Suparjan, Hempri Suyatno, 2003, Pengembangan Masyarakat dari Pembangunan sampai
Pemberdayaan, Yogyakarta: Aditya Media.

Mardi Yatmo Hutomo, 2000, Pemberdayaan Masyarkat dalam Bidang Ekonomi : Tinjauan
Teoritik dan Implementasi, Naskah No.20 Juni-Juli
Raharjo Adisasmita, 2006, Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muhammad Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial: Kajian Ringkas tentang Pembangunan
Manusia Indonesia, Penerbit Buku Kompas, 2007
Agnes Sumartiningsih, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Aditya Media, 2004
Soekanto, Soerjono. (1983). Beberapa Teori Sosiologi Tentang Sturktur Sosial, Jakarta: CV
Rajawali.

27

Anda mungkin juga menyukai