Anda di halaman 1dari 13

PENGEMBANGAN MASYARAKAT

“ ASSET BASED VS PROBLEM BASED”


Makalah ini dikerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Masyarakat

Dosen Pengampu :
Mukhamat Iqbal, M.Pd

Disusun Oleh :

1. M. Reza Zamroni G73216045


2. M. Reza Syaputra G03216009
3. Lujeng Lutfiyah G73216042
4. Abdurrachman Albourih G03216001
5. Siti Nurjannah G73216052

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah memberikan karunia dan melimpahkan rahmat, petunjuk,
hidayah, inayah, ridho, berkah, dan bimbingan-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asset Based vs Problem Based” ini tepat
pada waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita rasul akhir zaman Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini dibuat agar kiranya dapat dijadikan sebagai bahan


pembelajaran lebih lanjut mengenai pemberdayaan masyarakat berbasis aset dan
berbasis masalah. Makalah ini disusun berdasarkan kepentingan-kepentingan dan
pembahasan pokok terkait dengan pemberdayaan masyarakat melalui dua
pendekatan yaitu aset dan masalah

Dengan selesainya makalah ini, pembaca diharapkan mampu memahami


tentang pemberdayaan masyarakat berbasis aset dan masalah. Dalam penyusunan
makalah ini kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari semua
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam makalah


ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kami dan mendapatkan ridho Allah
SWT. Amin.

Surabaya, 19 November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... ii


Daftar Isi................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengembangan Masyarakat........................................................... 6
2.2 Asset Based Community Development .......................................................... 6
2.3 Problem Based Community Development ...................................................... 8
2.3.1 Penanganan Masalah Oleh Masyarakat ....................................................... 9
2.4 Perbedaan Antara Asset Based Community Development
dengan Problem Based Community Development ............................................... 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 12
3.2 Saran ................................................................................................................ 12
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengembangan masyarakat bisa juga disebut dengan pemberdayaan


masyarakat. Pemberdayaan masyarakat ialah memaksimalkan potensi-potensi yang
ada dalam sebuah organisasi atau masyarakat. Pemberdayaan sangat penting
dilakukan karena program pemberdayaan masyarakat ini dapat mendorong beberapa
aspek dalam sebuah organisasi contohnya seperti dalam aspek perekonomian.

Dalam pengembangan masyarakat terdapat beberapa model pendekatan,


contohnya yaitu pengembangan masyarakat berbasis aset dan berbasis masalah.
Pengembangan masyarakat berbasis aset tentunya merupakan pengembangan yang
dilakukan oleh masyarakat menggunakan aset-aset yang telah mereka miliki,
contohnya seperti lahan pertanian, aset financial dan lain sebagainya, sedangkan
pengembangan masyarakat berbasis masalah mengembangkan masyarakat karena
sebab masalah-masalah yang ada di dalam masyarakat itu sendiri, contohnya seperti
masalah kemiskinan, pengangguran dan lain sebagainya. Maka, dalam makalah ini,
akan dibahas dua pendekatan pemberdayaan masyarakat tersebut yaitu Asset based
community development dan problem based community development yang artinya
pemberdayaan masyarakat berbasis aset dan pemberdayaan masyarakat berbasis
masalah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Asset based community development ?


2. Apa yang dimaksud dengan problem based community development ?
3. Apa perbedaan antara Asset based community development dengan problem
based community development?

4
C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Asset based community


development
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan problem based community
development
3. Untuk mengetahui apa perbedaan antara Asset based community development
dengan problem based community development

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat adalah upaya untuk mengembangkan sebuah


kondisi masyarakat secara berkelanjutan dan aktif berdasarkan prinsip-prinsip
keadilan sosial dan saling menghargai. Pengembangan masyarakat adalah komitmen
dalam memberdayakan masyarakat lapisan bawah sehingga mereka memiliki berbagai
pilihan nyata menyangkut masa depan.1

Pengembangan masyarakat dapat didefinisikan sebagai metode yang


memungkinkan individu-individu dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Pemberdayaan masyarakat yang sebenarnya adalah sebuah konsep pembangunan
ekonomi dan politik yang merangkum berbagai nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradigma baru pembangunan yakni yang bersifat “people centered, participatory,
empowering, and a sustaniable” 2.

2.2 Asset based Community Development

Asset based community development (ABCD) artinya adalah pengembangan


masyarakat berbasis aset, yang berarti pengembangan masyarakat yang disesuaikan
dengan aset yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Pendekatan pemberdayaan
masyarakat berbasis aset dirancang dan diterapkan oleh Kreztzmann dan McKnight
pada tahun 1993 dalam penelitian di Pusat Penelitian dan Kebijakan Perkotaan
Northwestern, Illinois, Amerika Serikat sebagai cara untuk menangkal pendekatan
berbasis masalah dalam sebuah pengembangan masyarakat. Pendekatan ini tercipta
melalui pengamatan yang dilakukan pada tahun 1980 an yang memperlihatkan bahwa
masyarakat memiliki tingkat aset individu atau organisasi yang belum dimanfaatkan.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat berbasis aset ini menuntut masyarakat untuk
berpikir mengenai aset-aset apa saja yang mereka miliki sehingga dapat diberdayakan

1
Dr. Zubaedi, Pengembangan Masyarakat (wacana &praktik) 2014
2
Komunitaspemberdayaanmasyarakat.co.id diakses pada tanggal 20 november 2018 pukul 12.20

6
atau dikembangkan. Pendekatan ini menekankan masyarakat untuk menghargai
berbagai aset yang ada didalam sebuah masyarakat.

United Kingdom Departement for International Development (DFID)


mengidentifikasikan adanya 5 (lima) aset dalam sumber penghidupan (dalam Carney
et.al, 1999), yaitu:

1. Aset Manusia: keterampilan, pengetahuan, kemampuan untuk bekerja dan


pentingnya kesehatan yang baik agar mampu menerapkan strategi-strategi dalam
sumber penghidupan yang berbeda. Ini merupakan aset penting karena dalam
sebuah pemberdayaan masyarakat, manusia sendiri itulah yang berperan dalam
melakukan pengembangannya.

2. Aset Fisik: infrastruktur dasar (seperti lahan, transportasi, perumahan, air,


energi, dan alat-alat komunikasi) dan alat-alat produksi serta cara yang
memampukan masyarakat untuk meningkatkan sumber penghidupannya.

3. Aset Sosial: sumber daya sosial (jaringan sosial, anggota kelompok, hubungan
dan kepercayaan, akses yang luas terhadap institusi sosial) untuk dapat
meningkatkan sumber penghidupan mereka. Modal sosial melekat dalam asosiasi
di mana anggota bekerja bersama dalam tindakan kolaboratif

4. Aset Finansial: sumber-sumber keuangan yang digunakan oleh masyarakat


(seperti tabungan, pinjaman atau kredit, pengiriman uang, atau dana pensiun)
untuk dapat memilih sumber penghidupan yang cocok bagi mereka.

5. Aset lingkungan: persediaan sumber-sumber alam (seperti tanah, air,


biodiversifikasi, sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan dapat
digunakan dalam sumber penghidupan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat sebagai strategi untuk meningkatkan kesejahteraan


masyarakat atau meningkatkan kualitas masyarakat harus memperhatikan atau
memahami kondisi masyarakat, termasuk aset-aset yang ada di dalamnya. Karena aset
yang ada di dalam masyarakat dapat menjadi keunggulan yang dapat dikembangkan
untuk kesejahteraan masyarakat. Melalui pemberdayaan masyarakat maka aset-aset

7
yang belum dimaksimalkan dapat dikembangkan untuk membantu masyarakat dalam
meningkatkan kualitas hidupnya.

Menurut Kretzmann dan McKnight, 1993 terdapat empat prinsip utama yaitu
adalah bahwa perubahan harus berasal dari dalam masyarakat, pengembangan harus
membangun kapasitas dan aset yang ada di dalam masyarakat, perubahan harus
didorong oleh hubungan dan perubahan harus berorientasi pada keberlanjutan. serta
pertumbuhan komunitas

2.3 Problem Based Community Developmet

Problem based community development artinya pemberdayaan masyarakat


berbasis masalah, yang berarti pengembangan masyarakat melalui masalah-masalah
yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Di Afrika, pendekatan berbasis masalah
adalah pendekatan yang lebih disukai untuk pembangunan sepanjang tahun 1950-an
dan 1960-an, dan hingga akhir 1970-an penduduk negara-negara Afrika Sub-Sahara
jarang ditanya apa prioritas dan kekhawatiran mereka - organisasi bantuan hampir
tidak pernah menganggap bahwa orang mungkin memiliki sesuatu yang berharga
untuk ditawarkan dalam menanggapi krisis kemanusiaan yang tak terhitung
jumlahnya yang mereka temui.3
Pada halnya seperti Pengembangan komunitas berbasis masalah Dalam
praktik kerja sosial, pendekatan berbasis masalah diterapkan di tingkat mikro, meso
dan makro. Sebelum tahun 1850, pekerja sosial-proto menggunakan pemecahan
masalah untuk membantu pembenaran dan penyederhanaan layanan kepada orang-
orang dengan cacat intelektual dan emosional. Selama era Rekonstruksi (1865-1880)
dan Progresif (1880-1915), pekerja sosial menggunakan pemikiran pemecahan
masalah untuk merencanakan penyediaan amal pribadi, dan dengan cara ini
memberikan kontribusi untuk menempatkan pemerintah dalam konteks. Pada 1930-an
dan 1940-an pemikiran pemecahan masalah diperpanjang oleh John Dewey's How
We Think pada tahun 1933. Dewey berpendapat bahwa pemecahan masalah yang

3
Booy, D., Sena, O. and Arusha, S “Capacity Building using the Appreciative Inquiry Approach: The
Experience of World Vision Tanzania” Global Social Innovations of the GEM Initiative 3:4-11. (2000)

8
efektif membutuhkan pengejaran langkah-langkah spesifik dalam urutan yang tepat
dan sistematis.4

Selama tahun 1950 dan 1960-an Perlman adalah orang pertama yang secara
terbuka menghubungkan praktik kerja sosial dengan pemecahan masalah. Pada tahun
1957 Perlman mengembangkan kerangka kerja untuk menggambarkan metode kerja
kasus sosial sebagai proses pemecahan masalah dengan langkah-langkah yang
berbeda.5 Pemecahan masalah yang rasional seperti yang dijelaskan oleh
Brueggemann (2006) membentuk fondasi di mana klien, kelompok dan komunitas
dibantu oleh para profesional untuk menyelesaikan masalah pribadi dan sosial. Profesi
kerja sosial terutama menerapkan model praktik 'problem-focused' karena pekerjaan
sebelumnya dengan defisit manusia, masalah sosial dan atribut disfungsional dan
keterbatasan dalam kelompok dan komunitas 6.
Menurut Kreztzmann dan McKnight, dengan mengacu pada pengembangan
masyarakat berbasis masalah, titik berangkatnya yaitu pada pemetaan dan analisis
kebutuhan, masalah atau hambatan dalam masyarakat. Dengan berfokus pada
masalah, maka para ahli dan masyarakat akan cenderung berkonsentrasi pada apa
yang disfungsional dan yang tidak ada dimasyarakat.

2.3.1 Pola Penanganan Masalah Oleh Masyarakat

Dalam proses pemberdayaan masyarakat, dimana penilaian keberhasilan


tentang keberdayaan masyarakat sampai dengan saat ini masih belum ditemukan tolak
ukur yang baku karena proses pemberdayaan masyarakat disetiap wilayah berbeda
tetapi prinsip bahwa masyarakat sebagai subyek pembangunan tetap kedepankan.

Demikian juga terhadap munculnya suatu masalah, dipastikan bahwa


masyarakat harus mendapatkan informasi yang jelas dan diberi kesempatan untuk

4
Brueggemann, W.G. The Practice of Macro Sosial work Belmont: Brooks/Cole, Third Edition.
5
Compton, B.R., Galaway, B and Cournoyer, B.R. (2005). Sosial Work Processes Belmont: Thomson
Brooks/Cole, Seventh Edition. (2006)
6
Russell, C. and Smeaton, T. From Needs to Assets: Charting a sustainable path towards
Development in Sub-Sahara African Countries Asset Base Community Develompent Institute,
Northwestern University, Chicago, Ilinois. (2010)

9
melakukan penanganan melalui pendampingan sehingga tetap berada pada koridor
aturan yang telah ditetapkan dan disepakati oleh masyarakat sendiri.

Pola penanganan masalah berbasis masyarakat pada prinsipnya penanganan


masalah diselesaikan sendiri oleh masyarakat, kelompok masyarakat atau forum
musyawarah yang telah melalui proses fasilitasi identifikasi sampai analisis masalah
dengan pendekatan non litigasi, seperti Alternative Dispute Resolution-ADR (kondisi,
negosiasi, mediasi, penilaian ahli dan konsultasi) atau penyelesaian masalah melalui
lembaga alternatif penyelesaian sengketa. Dimunkinkan juga langkah penyelesaian
masalah dengan pendekatan tradisi lokal dengan mempertahankan aspek budaya dan
kearifan lokal.

Dari berbagai kasus atau masalah dalam program pemberdayaan masyarakat,


ada beberapa pihak yang menyaksikan bila diselesaikan melalui proses non ligitasi,
karena hasil evaluasi selama ini bahwa masalah yang terlaporkan terindikasi punya
kepentingan dari pihak-pihak tertentu dalam kehidupan sosial kemasyarakatan,
misalnya dampak pilkades, calon yang kalah masih belum bisa menerima
kekalahanya, pelaksana yang “tidak bisa kerjasama”dengan aparat diwilayah,
komunikasi dan infirmasi yang tertutup, tidak tranparan sehingga memunculkan
kecemburuan sosial.

Sudah banyak contoh penanganan masalah yang penyelesaiannya


dikembalikan ke masyarakat melalui suatu forum sesuai dengan aturan yang telah
disepakati sebelumnya dengan harapan semua pihak bisa mengawasi dan
dilaksanakan dengan baik. Hasilnya ternyata lebih memuaskan semua pihak,
transparan dan dapat dipertanggung jawabkan serta didukung dengan berita acara
penyelesaian, dimana masyarakat menginginkan adanya upaya lain dan menyatakan
belum selesai, maka dapat dilakukan peninjauan kembali, dalam hal ini perlu dibuat
kesepakatan. Dan juga banyak kasus atau masalah yang diteruskan ke proses hukum
formal karena fasilitasi pola alternative dispute resolution-adr yang tidak berhasilk
atau hasilnya tidak signifikan sehingga sesuai keputusan dan kesepakatan masyarakat
dilaporkan ke proses hukum.

10
Model atau pola penanganan masalah seperti inilah yang akan terus dilakukan
dan disosialisasikan keberbagai pihak mulai dari masyarakat sampai ke penegak
hukum dan aparat pemerintah dalam proses kegiatan pemberdayaan masyarakat.

2.4.Perbedaan antara Asset based community development dengan problem based


community development

Perbedaan
No Asset based community
Problem based community development
development
1 Berkonsentrasi pada kekuatan,
Penekanannya pada masalah, kebutuhan,
aset, kemampuan, kapasitas, dan
kelemahan, dan kekurangan
peluang
2 Mengasumsikan bahwa semua
Berfokus pada kelemahan dan kekurangan
komunitas atau anggota
sehingga anggota masyarakat melihat diri
masyarakat (yang paling miskin
mereka sendiri sebagai orang yang tidak
sekalipun) pasti memiliki sumber
memiliki apa apa dan perlu diselamatkan
daya, aset, serta kekuatan yang
oleh para ahli dari luar
dapat dikembangkan
3 Menekankan pada peran aktif Masyarakat cenderung menjadi klien dan
anggota masyarakat sebagai konsumen layanan, yang bergantung pada
warga Negara yang produktif para ahli untuk diselamatkan
4 Memfasilitasi kolaborasi dan
kemitraan antara pemangku Membutuhkan anggota masyarakat untuk
kepentingan yang berbeda memenuhi peran penerima dan
dimasyarakat dan memungkinkan memaksakan ketergantungan
pemberdayaan berlangsung

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengembangan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kualitas hidup


sebuah komunitas atau masyarakat. Dalam pengembangan masyarakat terdapat
pendekatan berbasis aset dan berbasis masalah. Dalam pengembangan masyarakat
berbasis aset cara pengembangannya terfokus terhadap aset yang dimiliki oleh
masyarakat atau komunitas tersebut, sedangkan pengembangan masyarakat berbasis
masalah menitik beratkan fokusnya terhadap masalah-masalah yang ada dikomunitas
tersebut. Kedua pendekatan tersebut berbeda namun berkaitan yang digunakan oleh
para ahli untuk memecahkan permasalahan dalam hal pengembangan masyarakat.
Kedua pendekatan tersebut dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi oleh masing-masing komunitas.

3.2 Saran

Berdasarkan proses penyusunan makalah ini sudah dijelaskan mengenai dua


pendekatan pengembangan masyarakat. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
sangat tidak sempurna, maka dari itu kami meminta saran yang bersifat membangun
untuk makalah kami selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Zubaedi, 2014, Pengembangan Masyarakat (wacana &praktik), Jakarta: PT. Fajar
Interpratama Mandiri

Edmarie Pretorius dan Hanna Nel, 2012, reflection on the problem based approach
and the asset based approach to community development

Komunitaspemberdayaanmasyarakat.co.id
Brueggemann, W.G. (2006). The Practice of Macro Sosial work Belmont: Brooks/Cole, Third
Edition.

Compton, B.R., Galaway, B and Cournoyer, B.R. (2005). Sosial Work Processes Belmont:
Thomson Brooks/Cole, Seventh Edition.

Russell, C. and Smeaton, T. (2010). From Needs to Assets: Charting a sustainable


path towards Development in Sub-Sahara African Countries Asset Base Community
Develompent Institute, Northwestern University, Chicago, Ilinois.

Booy, D., Sena, O. and Arusha, S.(2000). “Capacity Building using the Appreciative
Inquiry Approach: The Experience of World Vision Tanzania” Global Social Innovations of
the GEM Initiative 3:4-11.

13

Anda mungkin juga menyukai