Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

“COMMUNITY DEVELOPMENT”

Tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemberdayaan Masyarakat

Dosen Pengampu:
Drs.Muhammad llyas,MA

Disusun Oleh Kelompk 8:


Ayu Nabila Tasya E1S021064
Desak Made Dea Anggi Sapitri E1S021067
Baiq Onteng Purwe Dani E1S021066

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
UNIVERSITAS MATAM
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang telah memberikan rahmat dan idayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Community Develpoment dengan baik.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Drs. Muhammad Ilyas .MA selaku dosen
pengampu mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat. Terima kasih juga kami ucapkan kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini sehingga kami bisa menyelesaikannya
dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa Makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik dari
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pembaca guna menjadi evaluasi dan acuan
dalam penyusunan makalah berikutnya.
Semoga makalah dengan judul Community Development ini bisa menjadi salah satu sumber
pembelajaran para pembaca dan bisa bermanfaat untuk menambah wawasan bagi siapapun.

Mataram ,12 September

Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Community Development
B. Ruang lingkup Community development
C. Prinsip-prinsip Community Development
D. Proses Community Development
E. Tujuan Community Development
F. Managemen Community Development
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
community development (pengembangan masyarakat) muncul dalam diskursus keilmuan
sebagai sebuah respon terhadap banyaknya masalah yang dihadapi umat manusia pada akhir
abad ke 20. Beberapa ahli menyatakan, pengembangan masyarakat merupakan penjelmaan dari
sebuah format politik baru pada awal abad ke-20. Pengembangan masyarakat mulai tumbuh
sebagai sebuah gerakan sosial pada tahun 1970-an menyusul mulai bangkitnya kesadaran
progresif dari sebagian komunitas internasional untuk memberi perhatian terhadap kebutuhan
layanan kesejahteraan bagi orang-orang lemah (disadvantage), menerima model kesejahteraan
redistributif secara radikal, memberlakukan model kewarganegaraan aktif dan memberi ruang
bagi partisipasi warga dalam proses pembangunan (participatory model) (Winsome Robert,
2005: 47).
Keberpihakan terhadap nasib orang-orang lemah dilakukan dengan mengubah model
gerakan sosial dari kontrol sosial ke metode praktek yang mencoba memberdayakan dan
melibatkan mereka dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program-program
kemasyarakatan secara kolaboratif-partisipatoris. Dari sini, aksi pengembangan masyarakat,
perencanaan sosial dan advokasi sosial untuk pertama kalinya menjadi metode praktek social
workyang khusus dan menyempurnakan model kerja kemasyarakatan tradisional yang pernah
ada.
Pengembangan masyarakat dalam konteks ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengembangkan kemampuan masyarakat lapis bawah dalam mengidentifikasi kebutuhan,
mendapatkan sumber daya dalam memenuhi kebutuhan serta memberdayakan mereka secara
bersama-sama. Dengan gerakan ini, masyarakat lapis bawah bisa memiliki kendali secara kuat
terhadap kehidupannya sendiri. Orang-orang ikut serta dalam kegiatan pengembangan
masyarakat sepanjang waktu, misalnya sebagai pekerja yang dibayar, aktivis masyarakat, pekerja
dalam layanan kemanusiaan dan anggota kepanitian masyarakat lokal yang tidak dibayar
(Kenny, Susan, 1994: 5-7)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Community Development?
2. Apa saja ruang lingkup Community Development?
3. Prinsip-prinsip Community Development?
4. Bagaimana proses Community Development?
5. Apa tujuan dari Community Development?
6. Bagaimana Managemen Community Development?
C. Tujuan
1. Untuk mengtahui pengertian Community Development
2. Untuk mengetahui ruang lingkup Community Development
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Community Development
4. Untuk mengetahui proses Community Development
5. Untuk mengetahui tujuan dari Community Development
6. Untuk mengetahui managemen Community Development

D. Manfaat
1. Manfat teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Serta juga
diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang secara teoritis
dipelajari di bangku perkuliahan.
2. Manfaat praktis –
Bagi penulis Makalah ini diharapkan bisa menjadi sumber acuan dalam penulisan
makalah selanjutnya. - Bagi pembaca Makalah ini diharapkan dapat menjadi pedoman
atau referensi bagi pembaca

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Community Development
Pengembangan masyarakat (community development) merupakan konsep dasar yang
digunakan sejak lama dengan penggunaan istilah yang bervariasi. Menurut pandangan Gilbert
dan Specht (1981; dan Soetarso 1991; dalam Suharto, 2014) disebutkan bahwa dalam diskursus
akademis melalui pendekatan pekerjaan sosial, pengembangan masyarakat lebih dikenal sebagai
community organization atau community development (CO/CD) atau Bimbingan Sosial
Masyarakat. Sementara itu, terdapat berbagai istilah lainnya seperti community resource
development; rural areas development; community economic development; rural revitalization
dan ada yang mengistilahkan sebagai “community based development”. Terlepas dari varian
istilah tersebut, community development menggambarkan makna penting dari dua konsep, yakni
community yang bermakna kualitas hubungan sosial; dan development yaitu perubahan ke arah
kemajuan yang terencana dan bersifat gradual (Nasdian, 2014).
Community Development (Pengembangan Masyarakat) adalah komitmen dalam
memberdayakan masyarakat lapis bawah sehingga mereka memiliki berbagai pilihan nyata
menyangkut masa depannya. Masyarakat lapis bawah umumnya terdiri atas orang-orang lemah,
tidak berdaya dan miskin karena tidak memiliki sumber daya atau tidak memiliki kemampuan
untuk mengontrol sarana produksi. Mereka umumnya terdiri atas buruh tani, petani penggarap,
petani berlahan kecil, para nelayan, masyarakat hutan, kalangan pengangguran, orang cacat dan
orang-orang yang dibuat marginal karena umur, keadaan gender, ras dan etnis (zubaedi,
Pengembangan masyarakat wacana dan praktik).
Ferdian Tonny Nasdian Mengutip menurut Poston, community development sebagai suatu
proses membangun relasi atau hubungan sosial baik secara horizontal (dalam satu komunitas)
maupun secara vertical (antara dan antar komunitas). Pandangan lain dikemukakan oleh
Christensen dan Robinson (1980), mereka memandang community development sebagai suatu “a
group of people working together in a community setting on a shared to intiate a process to
change their economic, social, cultural environmental situation (sekelompok orang yang bekerja
bersama dalam pengaturan komunitas pada suatu tempat bersama untuk memulai proses untuk
mengubah situasi lingkungan ekonomi, sosial, budaya mereka)” (Ferdian Tonny, Pengembangan
Masyarakat).
Menurut Budimanta Community Development dapat didefinisikan sebagai ”kegiatan
pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk
mencapai kondisi social-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan
pembangunan sebelumnya” (Budimanta, 2003).
Community development (Pengembangan Masyarakat) adalah kegiatan pengembangan
atau pembangunan masyarakat (komunitas) yang dilakukan secara sistematis, terencana dan
diarahkan untuk memperluas akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi. dan
kualitas kehidupan yang lebih baik jika dibandingkan dengan kegiatan pengembangan
sebelumnya (Budimanta, 2002). Hakekatnya Pengembangan Masyaraka merupakan proses
adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap
kehidupan masyarakat (Rudito, 2003). Tujuan dari program Pengembangan Masyarakat sendiri
adalah pemberdayaan masyarakat (Pemberdayaan. bagaimana anggota masyarakat dapat
mengaktualisasikan diri mereka dalam pengelolaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan
memenuhi kebutuhannya secara mandiri tanpa Ketergantungan dengan pihak-pihak perusahaan
maupun pemerintah. Kegiatan Pengembangan Masyarakat dalam pelaksanannya dikaitkan
dengan kebijakan publik, tindakan pemerintah, kegiatan ekonomi, pengembangan situasi dan
bentuk-bentuk lain tidak hanya mempengaruhi orang-orang (masyarakat), tetapi juga
mempengaruhi masyarakat. Terutama dikaitkan dengan orang-orang sebagai stimulator proses
tindakan sosial, sehingga terjadi suatu perubahan dalam pertumbuhan kehidupan masyarakat dan
ketergantungan diantara keduanya, perusahaan dan komunitas sekitar.
Melengkapi definisi di atas, community development adalah usaha-usaha yang
terorganisasi yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat, dan
memberdayakan masyarakat untuk mampu bersatu dan mengarahkan diri sendiri. Pembangunan
masyarakat bekerja terutama melalui peningkatan organisasi- organisasi swadaya dan usaha-
usaha bersama dari individu-individu di dalam masyarakat, tetapi biasanya dengan bantuan
teknis baik dari pemerintah maupun organisasi-organisasi sukarela.
B. Ruang Lingkup Community Development
1) Community Services; merupakan pelayanan perusahaan untuk memenuhi kepentingan
masyarakat, seperti pembangunan fasilitas umum...pengembangan kualitas pendidikan...
keagamaan dan lain sebaginya
2) Community Empowering; adalah program- program yang berkaitan dengan memberikan
akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya.
3) Community Relations yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan
komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait (Budimanta, 2003).
C. Prinsip-prinsip Community Development
Menurut Ife (1995 dalam Nasdian, 2014) terdapat 22 prinsip pengembangan masyarakat
(community development), yaitu:
1) Integrated Development (Pembangunan Terpadu)
2) Confronting Structural Disadvantage (Melawan Kesenjangan Struktural)
3) Human Rights (Hak Asasi Manusia)
4) Sustainability (Keberlanjutan)
5) Empowerment (Pemberdayaan)
6) The Personal and The Political (Pribadi dan Politik)
7) Community Ownership (Kepemilikan Komunitas)
8) Self-Reliance (Kemandirian)
9) Independence from the State (Ketidaktergantungan pada Pemerintah)
10) Immediate Goals and Ultimate Vision (Tujuan dan Visi)
11) Organic Development (Pembangunan bersifat Organik)
12) The Pace o f Development (Kecepatan Gerak Pembangunan)
13) External Experties (Keahlian Pihak Luar)
14) Community Building (Membangun Komunitas)
15) Process and Outcome (Proses dan Hasilnya)
16) The Integrity o f the Process (Keterpaduan Proses)
17) Non-Violence (Tanpa Kekerasan)
18) Inclusiveness (Inklusif)
19) Consensus (Konsensus)
20) Cooperation (Kerja sama)
21) Participation (Partisipasi)
22) Defining Need (Mendefinisikan Kebutuhan).
Dua puluh dua (22) prinsip community development tersebut saling berhubungan dan
melengkapi satu sama lainnya. Prinsip-prinsip ini diasumsikan menjadi ukuran bagi sukses atau
tidaknya suatu kegiatan pengembangan masyarakat, termasuk konsisten atau inkonsisten bagi
penciptaan keadilan sosial komunitas sasaran.
Suatu usaha bisa dikatakan berkembang dengan baik jika prinsip-prinsip community
development dalam suatu usaha tersebut berjalan dengan lancar serta memaksimalkan
pekerjanya dalam suatu produktifitas yang di jalaninya. Secara garis besar terdapat lima prinsip-
prinsip community development (pengembangan masyarakat) yaitu :
1) Partisipasi, masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan
pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan.
2) Kesetaraan dan keadilan gender, laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam
perannya di setiap tahap pembangunan serta dalam menikmati manfaat dari kegiatan
tersebut secara adil.
3) Demokratis, setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah
dan mufakat dengan tetap berorientasi pada suatu kepentingan masyarakat.
4) Transparansi dan Akuntabel, masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap
segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat
dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung jawabkan baik secara moral, teknis, legal
maupun administratif.
5) Keberlanjutan, setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan
peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan
dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. (Muhtadi Tantan Hermansyah, Manajemen
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI).
Prinsip utama dalam mengembangkan konsep pemberdayaan masyarakat menurut Drijver
dan Sajise (dalam Sutrisno, 2005; 18) ada 5 (lima) macam, yaitu:
1. Pendekatan dari bawah (buttom up approach), pada kondisi ini pengelolaan dan para
stakeholder setuju pada tujuan yang ingin dicapaiuntuk kemudian mengembangkan
gagasan dan beberapa kegiatan setahap demi setahap untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya.
2. Partisipasi (participation), di mana setiap aktor yang terlibat memiliki kekuasaan dalam
setiap fase perencanaan dan pengelolaan.
3. Konsep keberlanjutan, merupakan pengembangan kemitraan dengan seluruh lapisan
masyarakat sehingga program pembangunan yang berkelanjutan dapat diterima secara
sosial dan ekonomi,
4. Keterpaduan, yaitu kebijakan dan strategi pada tingkat lokal, regional dan nasional.
5. Keuntungan sosial dan ekonomi, merupakan bagian dari program pengelolaan
D. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat sejalan dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan jika
programnya dirancang dan dilaksanakan dengan memperhatikan keberlanjutan dari segi ekonomi
maupun segi sosial. Keberlanjutan ekonomi berarti bahwa tidak ada eksploitasi ekonomi dari
pelaku ekonomi yang kuat terhadap yang lemah. Dalam kaitannya ini maka perlu ada
kelembagaan ekonomi yang menyediakan, menampung dan memberikan akses bagi setiap
pelaku. Keberlanjutan sosial berarti bahwa pembangunan tidak melawan, merusak dan atau
menggantikan system dan nilai sosial yang positif yang telah teruji sekian lama dan telah
dipraktekkan oleh masyarakat.
Proses pemberdayaan masyarakat sebagaimana digambarkan oleh United Nations
(Mangatas Tampubolon, 2001: 12-13) meliputi:
1. Getting to know the local community Mengetahui karakteristik masyarakat setempat
(lokal) yang akan diberdayakan, termasuk perbedaan karakteristik yang membedakan
masyarakat desa yang satu dengan yang lainnya. Mengetahui artinya untuk
memberdayakan masyarakat diperlukan hubungan timbal balik antara petugas dengan
masyarakat.
2. Gathering knowledge about the local community Mengumpulkan pengetahuan yang
menyangkut informasi mengenai masyarakat setempat. Pengetahuan tersebut merupakan
informasi faktual tentang distribusi penduduk menurut umur, sex, pekerjaan, tingkat
pendidikan, status sosial ekonomi, termasuk pengetahuan tentang nilai, sikap, ritual dan
custom, jenis pengelompokan, serta faktor kepemimpinan baik formal maupun informal.
3. Identifying the local leaders Segala usaha pemberdayaan masyarakat akan sia-sia apabila
tidak memperoleh dukungan dari pimpinan/tokoh-tokoh masyarakat setempat. Untuk itu,
faktor "the local leaders" harus selau diperhitungkan karena mereka mempunyai
pengaruh yang kuat di dalam masyarakat.
4. Stimulating the community to realize that it has problems Di dalam masyarakat yang
terikat terhadap adat kebiasaan, sadar atau tidak sadar mereka tidak merasakan bahwa
mereka punya masalah yang perlu dipecahkan. Karena itu, masyarakat perlu pendekatan
persuasif agar mereka sadar bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan, dan
kebutuhan yang perlu dipenuhi.
5. Helping people to discuss their problem Memberdayakan masyarakat bermakna
merangsang masyarakat untuk mendikusikan masalahnya serta merumuskan
pemecahannya dalam suasana kebersamaan.
6. Helping people to identify their most pressing problems Masyarakat perlu diberdayakan
agar mampu mengidentifikasi permasalahan yang paling menekan. Dan masalah yang
paling menekan inilah yang harus diutamakan pemecahannya.
7. Fostering self-confidenceTujuan utama pemberdayaan masyarakat adalah membangun
rasa percaya diri masyarakat. Rasa percaya diri merupakan modal utama masyarakat
untuk berswadaya.
8. Deciding on a program action Masyarakat perlu diberdayakan untuk menetapkan suatu
program yang akan dilakukan. Program action tersebut perlu ditetapkan menurut skala
prioritas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tentunya program dengan skala prioritas
tinggilah yang perlu didahulukan pelaksanaannya
9. Recognition of strngths and resources Memberdayakan masyarakat berarti membuat
masyarakat tahu dan mengerti bahwa mereka memiliki kekuatan-kekuatan dan sumber-
sumber yang dapat dimobilisasi untuk memecahkan permasalahn dan memenuhi
kebutuhannya.
10. Helping people to continue to work on solving their problems Pemberdayaan masyarakat
adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan. Karena itu, masyarakat perlu
diberdayakan agar mampu bekerja memecahkan masalahnya secara kontinyu.
11. Increasing people!s ability for self-help Salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat
adalan tumbuhnya kemandirian masyrakat. Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat
yang sudah mampu menolong diri sendiri.
Upaya pemberdayaan, seperti dikatakan Kartasasmita (1996: 159-160) harus dilakukan
melalui tiga arah. Yaitu , menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling). Artinya, setiap manusia atau setiap masyarakat telah memiliki potensi,
sehingga pada saat melaksanakan langkah pemberdayaan diupayakan agar mendorong dan
membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengembankan potensi-potensi yang
telah dimiliki, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Artinya,
langkah pemberdayaan diupayakan melalui aksi-aksi nyata seperti pendidikan, pelatihan,
peningkatan kesehatan, pemberian modal, informasi, lapangan kerja, pasar serta sarana prasarana
lainnya, melindungi masyarakat (protection). Hal ini berarti dalam pemberdayaan masyarakat
perlu diupayakan langkah-langkah yang mencegah persaingan secara tidak seimbang serta
praktek eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah, melalui keberpihakan atau adanya aturan
atau kesepakatan yang jelas dan tegas untuk melindungi golongan yang lemah.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya membangun kemampuan (capacity building)
masyarakat dan memberdayakan sumber daya manusia (SDM) yang ada melalui pengembangan
kelembagaan, sarana dan prasarana serta pengembangan tiga-p (pendampingan, penyuluhan dan
pelayanan). Pendampingan yang dapat menggerakkan partisipasi total masyarakat, Penyuluhan
dapat merespon dan memantau ubahan-ubahan yang terjadi di masyarakat dan Pelayanan yang
berfungsi sebagai unsur pengendali ketepatan distribusi aset sumberdaya fisik dan non fisik yang
diperlukan masyarakat. (Vitayala, 2000).
E. Tujuan dari Community Development
Mukerji (1961 dalam Nasdian, 2014) menyatakan bahwa tujuan community development
adalah untuk membangun kehidupan manusia sebagai individu dan sebagai anggota
komunitasnya dengan cara mengembangkan pandangan yang progresif, kemandirian, dedikasi
terhadap tujuan komunitas, dan kerja sama. Keberagaman pandangan tentang pengertian dan
pendekatan community development ini tentu dilatarbelakangi oleh kompleksitas
perkembangannya yang telah dilakukan berbagai pihak. Walaupun demikian kompleksnya, Cary
(1970 dalam Nasdian, 2014) merangkum community development ke dalam enam aspek utama,
antara lain: pertama, komunitas dipandang sebagai unit aksi. Kedua, inisiatif dan kepemimpinan
dalam komunitas sebagai sumber daya. Ketiga, menggunakan sumber daya internal dan
eksternal. Keempat, partisipasi semua warga komunitas. Kelima, pendekatan komprehensif yang
diorganisir dengan melibatkan seluruh warga komunitas. Dan, Keenam, demokratis, rasional,
dan tugas yang menyeluruh.
F. Managemen Community Development (Pengembangan Masyarakat)
Pengembangan masyarakat secara umum diaktualisasikan dalam beberapa tahapan
managemen mulai dari perencanaan, pengkoordinasian dan pengembangan berbagai langkah
penanganan program atau proyek kemasyarakatan. Sebagai suatu kegiatan kolektif,
pengembangan masyarakat melibatkan beberapa aktor seperti: pekerja sosial, masyarakat
setempat, lembaga donor serta para mitra terkait. Mereka bekerjasama dalam perencanaan,
pelaksanaan sampai monitoring-evaluasi program.(Suharto, 1997: 292-293).
Program pengembangan masyarakat umumnya menekankan penerapan CBM (community-
based management/managemen berbasis masyarakat), yaitu: pendekatan pengelolaan program
yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat lokal sebagai dasarnya. Carter
memberikan definisi CBM sebagai : “A strategy for achieving a people-centered development
where the focus of decision making with regard to the sustainable use of natural resources in an
area lies with the people in the communities of that area” (Latama, Gunarto, et.all, 2000: 2).
Menurut definisi ini, CBM adalah suatu strategi untuk mewujudkan praktek pembangunan yang
berpusat pada manusia, di mana pusat pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan sumber
daya secara berkelanjutan di suatu daerah berada ditangan organisasi-organisasi dalam
masyarakat di daerah tersebut. CBM membawa konsekuensi bahwa masyarakat diberikan
kesempatan dan tanggung jawab dalam melakukan pengelolaan terhadap sumber daya yang
dimilikinya. Mereka sendiri yang mendefinisikan kebutuhan, tujuan, aspirasi dan membuat
keputusan demi kesejahteraannya.
Kebanyakan pekerja sosial menyusun kegiatan pengembangan masyarakat melalui
beberapa langkah secara bertahap sesuai kondisi dan kebutuhan warga yang menjadi sasaran
kegiatan. Langkah-langkah perencanaan program itu setidak-tidaknya meliputi 6 tahap. Pertama,
tahap problem posing (pemaparan masalah) yang dilakukan aktivis dengan mengelompokkan
dan menentukan masalah-masalah dan persoalan-persoalan yang dihadapi warga dari kelompok
sasaran. Warga masyarakat umumnya menyadari permasalahan-permasalahan mereka sendiri
meskipun hal itu tidak diungkapkan. Peran pekerja sosial ketika dalam tahapan ini berjalan
adalah memberi penjelasan, informasi dan memfasilitasi kegiatan musyawarah atau diskusi
diantara warga dari kelompok sasaran.
Kedua, tahap problem analysis (analisis masalah). Tahap ini dilakukan oleh pekerja sosial
dengan mengumpulkan informasi mulai dari jenis, ukuran dan ruang lingkup permasalahan-
permasalahan yang dihadapi warga dan membuat informasi tersebut dapat diakses oleh pihak-
pihak yang berkepentingan.
Ketiga, tahap penentuan tujuan (aims) dan sasaran (objectives). Tujuanmenunjuk pada visi,
tujuan jangka panjang dan statemen tentang petunjuk umum. Contoh visi pengembangan
masyarakat yang dirumuskan oleh pekerja sosial adalah pembentukan kehidupan masyarakat di
mana seluruh warganya terlibat secara aktif dalam program untuk mempertahankan sistem
lingkungan dan membuat faktor sosial, ekonomi dan politik yang ada dapat menjamin persamaan
secara maksimal di kalangan warga untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan dasar dan
pelayanan.
Keempat, tahap action plans (perencanaan tindakan). Tahap ini dilakukan oleh pekerja
sosial dengan kegiatan perencanaan berbagai aksi untuk mencapai tujuan. Dalam merencanakan
aksi, pekerja sosial memperhatikan tenaga kerja, peralatan, jaringan sosial, dana, tempat,
informasi, waktu tersedia, faktor-faktor penghambat, faktor-faktor pendukung, permasalahan-
permasalahan stake holder, tugas-tugas nyata yang dilakukan, pihak-pihak berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil, pemain-pemain kunci baik secara individual dan kelompok, dilema
atau kontradiksi atau ketegangan antara alat dengan tujuan dan hasil-hasil yang mungkin dicapai.
Kelima, tahap pelaksanaan kegiatan. Tahap ini dilakukan oleh pekerja sosial dengan
mengimplementasikan langkah-langkah pengembangan masyarakat yang telah dirancang. Para
aktivis ketika berada dalam tahapan ini dituntut untuk memperhitungkan konsekuensi yang
mungkin timbul sebagai akibat dari aksi yang dilakukan. Keenam, tahap evaluasi yang dilakukan
oleh pekerja sosial secara terus menerus baik secara formal atau semi formal pada akhir proses
pengembangan masyarakat. maupun secara informal dalam setiap bulan, mingguan dan bahkan
harian.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Community development (Pengembangan Masyarakat) adalah kegiatan pengembangan atau
pembangunan masyarakat (komunitas) yang dilakukan secara sistematis, terencana dan
diarahkan untuk memperluas akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi. Ruang
lingkup Community Services; merupakan pelayanan perusahaan untuk memenuhi kepentingan
masyarakat, seperti pembangunan fasilitas umum pengembangan kualitas pendidikan.
keagamaan dan lain sebaginya Community Empowering; adalah program- program yang
berkaitan dengan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang
kemandiriannya.Community Relations yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan
komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait. prinsip community development
tersebut saling berhubungan dan melengkapi satu sama lainnya. Prinsip-prinsip ini diasumsikan
menjadi ukuran bagi sukses atau tidaknya suatu kegiatan pengembangan masyarakat, termasuk
konsisten atau inkonsisten bagi penciptaan keadilan sosial komunitas sasaran. Proses
Pemberdayaan masyarakat sejalan dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan jika
programnya dirancang dan dilaksanakan dengan memperhatikan keberlanjutan dari segi ekonomi
maupun segi sosial. tujuan community development adalah untuk membangun kehidupan
manusia sebagai individu dan sebagai anggota komunitasnya dengan cara mengembangkan
pandangan yang progresif, kemandirian, dedikasi terhadap tujuan komunitas, dan kerja
sama.management Pengembangan masyarakat secara umum diaktualisasikan dalam beberapa
tahapan managemen mulai dari perencanaan, pengkoordinasian dan pengembangan berbagai
langkah penanganan program atau proyek kemasyarakatan.

B. Saran
Community development (Pengembangan Masyarakat) menjadi suatu hal yang perlu
diperhatikan agar kegiatan pengembangan atau pembangunan masyarakat (komunitas) yang
dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperluas akses masyarakat guna
mencapai kondisi sosial, ekonomi yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik (Jakarta: Kencana


Prenada Media Group, 2013), hlm. 4
Ferdian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta : Yayasan Pustaka
Obor Indonesia, 2015 cetakan kedua), hlm. 32
I Gde Pitana,2011,pengantar ilmu Pariwisata,Andi Publishing,Yogyakarta,hlm 23
Jurnal Manajemen Pemerintahan \ vol 9 no.2\Oktober 2017:157-164

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai