Anda di halaman 1dari 10

YAYASAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM RIAU

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PEKANBARU

PELAKSANAAN PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Dosen Pengampuh: Irwan Gesmi, S.Sos, M.Si

DISUSUN OLEH:

DEA RAHMA WAHIDA :


ERIKA MAYA SARI :187310772
MUHAMMAD RIDHO :187310780
MUHAMMAD CAHYADI :187310577
PRASETIO :

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa. Atas segala rahmatnya kami

dapat menyelesaikan tugas makalah ini hinggga selesai dengan tepat waktu. Tidak

lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

berkontribusi, Baik dengan memberikan sumbangan secara materi maupun pikiran

Harapan kami semoga makalah kami ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan teman-teman tentang Pelaksanaan Proses Pemberdayaan Masayarakat,

untuk kedepannya kami harap teman-teman semua bisa mengkoreksi dan

memperbaiki apa yang kurang dari makalah kami ini baik itu kata pengantar, isi, dan

cara penulisan maupun penyampainnya karena keterbatasan pengetahuan maupun

pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah kami, oleh

karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari teman-

teman demi kesempurnaan makalah kami ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimaksih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam menyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga tuhan

selalu meridhai segala usaha kami.

Wassalamu`alaikum Wr.Wb

Pekanbaru, Oktober 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan terus dilakukan pada setiap daerah di Indonesia. Dengan

pembangunan diharapkan masyarakat dapat hidup sejahtera mengikuti

perkembangan zaman yang ada. Atas dasar itulah, maka pembangunan desa perlu

terus dilanjutkan dan ditingkatkan dengan melibatkan prakarsa dan swadaya gotong-

royong masyarakat. Wilayah pedesaan dengan segenap potensi yang terkandung di

dalamnya, sesungguhnya merupakan hasil kehidupan dan penghidupan bangsa

Indonesia. Tetapi masyarakat tidak bisa begitu saja terjun langsung dalam

pembangunan. Disinilah perlu adanya pendampingan untuk melakukan proses

pembangunan.

Masyarakat melakukan pembangunan tidak sendiri. Mereka membentuk suatu

komunitas yang nantinya akan bersama-sama membangun daerah mereka sendiri.

Pembentukan komunitas ini perlu didukung dengan adanya kesadaran masyarakat itu

sendiri dalam menyejahterakan daerahnya. Kesadaran masyarakat perlu didorong

dengan peran aktif juga dari orang luar contohnya pemberdaya masyarakat sendiri

atau pihka pemerintahan. Komunikasi yang terjalin baik nantinya bisa membantu

proses mereka dalam membangun daerahnya.

Pemerintah berperan banyak dalam program pembangunan masyarakat. Segala

cara dilakukan untuk membentuk sebuah komunitas yang mampu membangun

daerahnya. Upaya dilakukan dengan memperkuat sistem pemerintahan yang ada

supaya masyarakat dapat terorganisir. Pelaksanaannya bisa dimulai dengan berbagai

sudut dimensi. Dimensi yang telah dibuat ini diharapkan akan mempermudah dalam

pelaksanaan program. Namun sekali lagi, peran aktif masyarakatlah yang memiliki
pengaruh untuk pembangunan. Dengan peran dari berbagai pihak ini diharapkan

tujuan pemberdayaan yaitu untuk kesejahteraan masyarakat dapat terealisasikan

secara merata.

Pemberdayaan berasal dari penerjemahan bahasa Inggris “empowerment”

yang juga dapat bermakna “pemberian kekuasaan” . Memberdayakan masyarakat

adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat.

(Wrihatnolo & Dwidjowijoto, 2007).

Selanjutnya pemaknaan pemberdayaan masyarakat menurut Madekhan Ali

(2007 : 86) yang mendefinisikan pemberdayaan masyarakat adalah sebagai bentuk

partisipasi untuk membebaskan diri mereka sendiri dari ketergantungan mental

maupun fisik. Partisipasi masyarakat menjadi satu elemen pokok dalam strategi

pemberdayaan dan pembangunan masyarakat.

Pemberdayaan Masyarakat pada dasarnya adalah suatu proses pertumbuhan dan

perkembangan kekuatan masyarakat untuk ikut terlibat dalam berbagai aspek

pembangunan di suatu wilayah. Dengan adanya pemberdayaan bisa melepaskan

masyarakat dari keterbelakangan dan kemiskinan, sehingga masyarakat mampu

bersaing dengan dunia luar (Almasri dan Desmiwar, 2014).

Budimanta & Rudito (2008), memasukkan konsep pemberdayaan masyarakat

ini ke dalam ruang lingkup Community Development. Pemberdayaan di sini

diterjemahkan sebagai program-program yang berkaitan dengan upaya memperluas

akses dan kapabilitas masyarakat untuk menunjang kemandiriannya.

2. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pemberdayaan Masyarakat?

2. Bagaimana pelaksanaan proses pemberdayaan masyarakat?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan berasal dari penerjemahan bahasa Inggris “empowerment”

yang juga dapat bermakna “pemberian kekuasaan” . Memberdayakan masyarakat

adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat.

(Wrihatnolo & Dwidjowijoto, 2007).

Selanjutnya pemaknaan pemberdayaan masyarakat menurut Madekhan Ali

(2007 : 86) yang mendefinisikan pemberdayaan masyarakat adalah sebagai bentuk

partisipasi untuk membebaskan diri mereka sendiri dari ketergantungan mental

maupun fisik. Partisipasi masyarakat menjadi satu elemen pokok dalam strategi

pemberdayaan dan pembangunan masyarakat.

Menurut Mardikanto (2003:100) Pemberdayaan masyarakat adalah proses

perubahan sosial, ekonomi, dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat

kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi

perubahan perilaku pada di semua stakeholder (individu, kelompok, kelembagaan)

yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin

berdaya, mandiri, partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan

Pemberdayaan Masyarakat pada dasarnya adalah suatu proses pertumbuhan dan

perkembangan kekuatan masyarakat untuk ikut terlibat dalam berbagai aspek

pembangunan di suatu wilayah. Dengan adanya pemberdayaan bisa melepaskan

masyarakat dari keterbelakangan dan kemiskinan, sehingga masyarakat mampu

bersaing dengan dunia luar (Almasri dan Desmiwar, 2014).


Budimanta & Rudito (2008), memasukkan konsep pemberdayaan masyarakat

ini ke dalam ruang lingkup Community Development. Pemberdayaan di sini

diterjemahkan sebagai program-program yang berkaitan dengan upaya memperluas

akses dan kapabilitas masyarakat untuk menunjang kemandiriannya.

Pada Pemberdayaan pendekatan proses lebih  memungkinkan pelaksanaan

pembangunan yang memanusiakan manusia. Dalam  pandangan ini pelibatan

masyarakat dalam pembangunan lebih mengarah kepada  bentuk partisipasi, bukan

dalam bentuk mobilisasi. (Soetomo, 2006).

B. Pelaksanaan Proses Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya fasilitas yang bersifat non instruktif guna

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu

mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan

memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas

sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat.

Menurut (Adi, 2013) tahapan dalam proses pengembangan masyarakat, yaitu:

1. Tahap persiapan (engagement) Tahap persiapan dalam kegiatan

pengembangan masyarakat terdiri dua hal, yaitu persiapan petugas dan

persiapan lapangan. Persiapan petugas diperlukan untuk menyamakan persepsi

antar anggota tim sebagai pelaku perubahan mengenai pendekatan apa yang

akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Sedangkan

persiapan lapangan dilakukan melalui studi kelayakan terhadap daerah yang

akan dijadikan sasaran, baik dilakukan secara formal maupun informal. Bila

sudah ditemukan daerah yang ingin dikembangkan, petugas harus mencoba

menerobos jalur formal untuk mendapat perizinan dari pihak terkait. Di


samping itu, petugas juga harus menjalin kontak dengan tokoh-tokoh informal

agar hubungan dengan masyarakat dapat terjalin dengan baik.

2. Tahap pengkajian (assessment) Proses pengkajian yang dilakukan dengan

mengidentifikasi masalah atau kebutuhan yang diekspresikan dan sumber daya

yang dimiliki komunitas sasaran. Masyarakat dilibatkan secara aktif agar

permasalahan yang keluar adalah dari pandangan mereka sendiri, dan petugas

memfasilitasi warga untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang mereka

sampaikan. Hasil pengkajian ini akan ditindaklanjuti pada tahap berikutnya,

yaitu tahap perencanaan.

3. Tahap perencanaan alternatif kegiatan (planning) Pada tahap ini petugas

secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah

yang mereka hadapi, bagaimana cara mengatasinya serta memikirkan

beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan.

4. Tahap formulasi rencana aksi (formulation action plan) Pada tahap ini petugas

membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan

program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan guna mengadaptasi

permasalahan yang ada. Pada tahap ini diharapkan petugas dan masyarakat

sudah dapat membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek tentang apa

yang akan dicapai dan bagaimana mencapai tujuan tersebut.

5. Tahap implementasi kegiatan (implementation) Tahap pelaksanaan ini

merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam proses pengembangan

masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik dapat

melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerjasama antara

pelaku perubahan dan warga masyarakat, maupun kerjasama antarwarga.


6. Tahap evaluasi (evaluation) Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga

dan petugas terhadap program yang sedang berjalan. Pada tahap ini sebaiknya

melibatkan warga untuk melakukan pengawasan secara internal agar dalam

jangka panjang diharapkan membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang

lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Evaluasi

dimaksudkan untuk memberikan umpan balik bagi perbaikan kegiatan.

7. Tahap terminasi (termination) Tahap ini merupakan tahap ‘perpisahan’

hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan

seringkali bukan karena masyarakat sudah dianggap mandiri, tetapi karena

proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang

ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada

penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan program tersebut.

Ketujuh tahapan intervensi di atas merupakan proses siklikal yang dapat

berputar guna mencapai perubahan yang lebih baik, terutama setelah dilakukan

evaluasi proses (monitoring) terhadap pelaksanaan kegiatan yang ada. Siklus juga

dapat berbalik di beberapa tahapan yang lainnya, misalnya ketika akan

memformulasikan rencana aksi, ternyata petugas dan masyarakat merasakan ada

keanehan atau perkembangan baru di masyarakat sehingga mereka memutuskan untuk

melakukan pengkajian kembali (reassessment) terhadap apa yang sudah dilakukan

sebelumnya. Karena keluwesan-keluwesan ini maka dalam tahap pengembangan

masyarakat dikatakan bersifat siklikal atau siklus spiral.


C. Proses Pemberdayaan Masyarakat

Berikut ini terdapat beebrapa proses permberdayaan masyarakat, terdiri atas:

1. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau

mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat

agar individu lebih berdaya.

2. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong

atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk

menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.

Adapun Tahapan dalam proses pemberdayaan masyarakat diungkapkan oleh

Randy R Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwidjowijoto (2007:101) sebagai

berikut:

1. Tahap Penyadaran, memberikan pemahaman terkait hak untuk menjadi mampu dan

memotivasi mereka agar keluar dari kemiskinan, biasanya tahap ini dilakukan dengan

pendampingan.

2. Tahap pengkapasitasan, memampukan masyarakat kurang mampu agar memiliki

ketrampilan untuk mengambil peluang yang diberikan dengan melakukan pelatihan –

pelatihan, dan kegiatan yang memiliki tujuan meningkatkan lifeskill.

3. Tahap Pendayaan, tahap dimana masyarakat diberi peluang sesuai kemampuan

melalui partisipasi aktif dan berkelanjutan dengan memberikan peran yang lebih besar

pada masyarakat sesuai kapasistas dan kapabilitas serta akomodasi aspirasi dan

dipandu untuk melakukan evaluasi diri terhadap hasil pelaksanaan pilihan

sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai