Anda di halaman 1dari 13

BENTUK MODEL PARTISIPASI DALAM

MASYARAKAT
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas individu
Mata Kuliah Kokurikuler
Dosen Pengampuh : Masniati, SE., M.Kes.

Oleh:

SRIWENTI BANNE ALIK ( B0217007 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’allaikum Wr.Wb.
          Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah mengenai Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan,
          Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi
Politik. Semoga makalah ini dapat memberikan nilai tambah bagi penulis khususnya
dalam mata kuliah Sosiologi Politik.
          Masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam menyelesaikan tugas
makalah ini semoga pembimbing memaklumi karena masih tahap belajar.
          Akhirnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang
selama ini telah memberi banyak arahan dan ilmu,semoga menjadi bekal bagi penulis
untuk melanjutkan dan menuntut ilmu ke tingkat yang lebih tinggi.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada Hakekatnya tujuan pembangunan suatu Negara adalah untuk


mensejahterakan masyarakat, demikian halnya dengan Negara Indonesia. Dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan Pembangunan
Nasional Bangsa Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Dalam merealisasikan tujuan pembangunan, maka segenap potensi alam harus
digali, dikembangkan, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Begitu pula dengan potensi
manusia berupa penduduk yang banyak jumlahnya harus ditingkatkan pengetahuan
dan keterampilannya sehingga, mampu menggali, mengembangkan dan
memanfaatkan potensi alam secara maksimal. Bratakusumah (1999) mengatakan
bahwa paradigma pembangunan yang sangat dikembangkan sekarang ini adalah
paradigma pemberdayaan yang berintikan partisipasi masyarakat. Masyarakat
ditempatkan sebagai pelaku utama pembangunan dan pemerintah tidak lagi sebagai
provider, tetapi lebih bertindak sebagai intermediasi dan katalisator segenap
perencanaan pembangunan. Artinya pemerintah seharusnya memberikan kepercayaan
dan kesempatan yang lebih banyak kepada masyarakat, didalam menumbuh
kembangkan segala potensi yang dimilikinya bersama dengan lingkungannya.
B. Rumusan Masalah
a.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Partisipasi Masyarakat
Partisipasi sendiri berasal dari bahasa Inggris yakni participate. Kata
tersebut memiliki dua pengertian. Pertama, memiliki sejumlah atribut,
benda atau kualitas dari seseorang. Kedua, mengambil bagian dalam suatu
kegiatan atau membagi sesuatu dalam kebersamaan. Perkembangan
partisipasi dapat diukur melalui besar maupun arahnya. Arah tersebut perlu
dikendalikan agar tidak kebablasan atau salah arah. Selain itu, perlu
adanya pencermatan keberadaan "bibit" partisipasi publik di masing-
masing daerah. Kualitas bibit lingkungan yang berpengaruh terhadap
partisipasi publik dan lain halnya merupakan satu masalah yang menarik
untuk dicermati. Koho (2007:126) menjelaskan bahwa partisipasi
masyarakat dapat terjadi pada empat jenjang, yakni:
a. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan,
b. Partisipasi dalam pelaksanaan,
c. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil
d. Partisipasi dalam evaluasi.
Beberapa definisi dari partisipasi masyarakat itu sendiri berdasarkan
sudut pandang beberapa ahli antara lain:
a. Keith Davis (1962) “Partisipasi adalah keterlibatan mental dan
emosi orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong
mereka untuk menyumbangkan pada tujuan-tujuan kelompok dan
bersama-sama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut”.
b. Mubyarto (1997) Partisipasi adalah tindakan mengambil bagian
dalam kegiatan, sedangkan partisipasi masyarakat adalah
keterlibatan masyarakat dalam suatu proses pembangunan di mana
masyarakat ikut terlibat mulai dari tahap penyusunan program,
perencanaan dan pembangunan, perumusan kebijakan, dan
pengambilan keputusan.
c. Sulaiman (1985:6) Partisipasi sosial sebagai keterlibatan aktif
warga masyarakat secara perorangan, kelompok, atau dalam
kesatuan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan bersama,
perencanaan dan pelaksanaan program serta usaha pelayanan dan
pembangunan kesejahteraan sosial di dalam dan atau di luar
lingkungan masyarakat atas dasar rasa kesadaran tanggung jawab
sosialnya.
d. Ach. Wazir Ws. (1999:29) Partisipasi bisa diartikan sebagai
keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam
situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa
berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam
kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain
dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan
tanggungjawab bersama.
e. Isbandi (2007:27) Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan
masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi
yang ada di 14 masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan
tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan
upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam
proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Dari beberapa definisi para ahli diatas dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa partisipasi masyarakat sangat berperan penting
dalam pemerintahan jika dilihat dari berbagai sudut pandang.
Keberadaan partisipasi masyarakat juga sangat membantu pemerintah
dalam menjalankan segala aktivitas kepemerintahannya. Partisipasi
masyarakat merupakan keikutsertaan maupun keterlibatan masyarakat
dalam segala hal baik dalam pembangunan maupun semacamnya yang
berkaitan dengan tujuan pemerintah dalam mewujudkan tujuan negara.
Masyarakat berperan secara aktif untuk memberikan kontribusi demi
perbaikan kualitas pelayanan pemerintah, terlebih lagi untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat dan tujuan negara seutuhnya. Sedangkan
menurut Canter (dalam Arimbi, 1993:1) mendefinisikan: Partisipasi
publik sebagai feed-forward information dan feedback information.
Definisi partisipasi masyarakat diartikan sebagai proses komunikasi
dua arah yang terus menerus dapat diartikan bahwa partisipasi
masyarakat merupakan komunikasi antara pihak pemerintah sebagai
pemegang kebijakan dan masyarakat di pihak lain sebagai pihak yang
merasakan langsung dampak dari kebijakan tersebut. Dari pendapat
Canter juga tersirat bahwa masyarakat dapat memberikan respon
positif dalam artian mendukung atau memberikan masukan terhadap
program atau kebijakan yang diambil oleh pemerintah, namun dapat
juga menolak kebijakan. 15 Pendapat Mubyarto (1997:35)
mendefinisikan bahwa “partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu
keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang
tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri”. Nelson, Bryant
dan White (1982:206) juga menyebutkan bahwa “keterlibatan
kelompok atau masyarakat sebagai suatu kesatuan, dapat disebut
partisipasi kolektif, sedangkan keterlibatan individual dalam kegiatan
kelompok dapat disebut partisipasi individual”. Partisipasi yang
dimaksud ialah partisipasi vertikal dan horisontal masyarakat. Disebut
partisipasi vertikal karena bisa terjadi dalam kondisi tertentu
masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak
lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada pada posisi sebagai
bawahan, pengikut atau klien. Disebut partisipasi horisontal, karena
pada suatu saat tidak mustahil masyarakat mempunyai kemampuan
untuk berprakarsa, di mana setiap anggota atau kelompok masyarakat
berpartisipasi horisontal satu dengan yang lain, baik dalam melakukan
usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan
pihak lain. Tentu saja partisipasi seperti itu merupakan suatu tanda
permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara
mandiri. Bank Dunia (Suhartanta, 2001) menambahkan definisi
“partisipasi sebagai suatu proses para pihak yang terlibat dalam suatu
program yang ikut mempengaruhi dan mengendalikan inisiatif
pembangunan dan pengambilan keputusan serta pengelolaan sumber
daya pembangunan 16 yang mempengaruhinya”. Partisipasi sebagai
salah satu elemen dalam pembangunan merupakan proses adaptasi
masyarakat terhadap perubahan yang sedang berjalan. Dengan
demikian partisipasi mempunyai posisi yang penting pula dalam
pembangunan. Peneliti berpendapat bahwa partisipasi masyarakat
sangat membantu keberhasilan pemerintah dalam penyelenggaraan
pemerintahannya. Jika dilihat dari beberapa teori diatas dapat ditarik
titik temu dimana partisipasi masyarakat menjadi faktor penting
keberhasilan berbagai program yang diselenggarakan pemerintah
termasuk pelayanan publik. Ini artinya, jika pemerintah mau dan
mampu memaksimalkan ruang partisipasi masyarakat, maka
pemerintah akan mendapatkan feedback yang baik, disamping animo
positif masyarakat terhadap pemerintah, kepuasan masyarakat juga
akan diperoleh pemerintah.
Sedangkan untuk jenis-jenis partisipasi sendiri, dalam
(Hamijoyo, 2007:2 & Pasaribu dan Simanjuntak, 2005:11) serta
(Chapin, 2002:43 & Holil, 1980:81) menyebutkan adanya tiga jenis
partisipasi masyarakat jika dilihat dari segi partisipasi berupa buah
pikiran yaitu:
a. Partisipasi Sosial adalah partisipasi sebagai tanda
paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan
lainnya bisa juga berupa sumbangan perhatian atau tanda
kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk
berpartisipasi.
b. Partisipasi dalam Proses Pengambilan Keputusan adalah
masyarakat terlibat dalam setiap diskusi atau forum dalam
rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan
kepentingan bersama.
c. Partisipasi Representatif adalah partisipasi yang dilakukan
dengan cara memberikan kepercayaan atau mandat kepada
wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.
B. Bentuk- Bentuk Partisipasi Masyarakat
a. Arnstein
Pengertian Tangga partisipasi publik oleh Arnstein atau the
Arnstein’s Ladder Of public participastion adalah sebuah ukuran
partisipasi publik yang cetuskan oleh sherry r. Arnstein yang
digambarkan dalam bentuk tangga yang berisi delapan tingkatan.
Urutan delapan tingkatan anak tangga tersebut antara lain dari bawah
ke atas :

1. Manipulation atau Memanipulasi, pada bagian ini otoritas tidak


memberitahu sama sekali kepada publik terkait apapun keputusan-
keputusan dari kegiatan atau program yang digelar oleh
pemerintah.
2. Therapy atau Memulihkan, pada bagian ini publik hanya diberitahu
sedikit informasi terkait apapun keputusan yang telah ditetapkan
oleh wakil publik, dan publik hanya dapat mendengarkan tanpa
dapat memberikan kontribusi apapun baik berupa argumen,
masukan maupun saran terhadap keputusan yang telah ditetapkan.
3. Informing atau Menginformasikan, pada bagian ini otoritas
memberi informasi kepada masyarakat terkait berbagai macam
kegiatan atau program yang dielenggarakan, namun masyarakat
masih tidak dapat memberi respon atau umpan balik secara
langsung dalam artian otoritas hanya memberi informasi secara
searah.
4. Consultation atau Merundingkan, pada bagian ini, pemerintah
menggelar diskusi dengan masyarakat untuk merumuskan suatu
eksekusi. Semua saran dan masukan dari masyarakat diterima oleh
pemerintah. Namun permasalahan digunakan atau tidaknya saran
dan masukan dari masyarakat dalam mengambil keputusan hanya
otoritas atau yang mempunyai kuasa yang berhak memutuskan.
5. Placation atau Mendiamkan, pada bagian ini, pemerintah sebagai
orang yang berkuasa seakan-akan memberi janji-janji palsu.
Sebagai contoh mereka telah membuat sebuah janji yang telah
disepakati dengan masyarakat namun secara diam-diam pemerintah
tetap menjalankan keputusan sendiri yang tidak sesuai dengan apa
yang telah dirundingkan dengan publik.
6. Partnership atau Bekerjasama, pada bagian ini, para pemegang
kekuasaan menjadikan masyarakat sebagai partner atau rekan
kerja. Di mana pemerintah bekerjasama dengan masyarakat dalam
berbagai macam kegiatan atau agenda
7. Delegated Power atau Pendelegasian Wewenang. Pada bagian ini
masyarakat mempunyai berbagai macam hak dan keleluasaan atas
keterlibataannya dalam suatu kegiatan yang diberi oleh otoritas.
Dengan kata lain masyarakat mempunyai hak veto. Sehingga
masyarakat dapat ikutserta dalam berbagai macam peran dalam
suatu agenda kegiatan yang digelar oleh pemerintah.
8. Citizen Control atau Publik Mengontrol. Pada bagian ini
merupakan level tertinggi dari tangga partisipasi arnstein. Pada
level ini masyarakat mempunyai peran yang mendominasi daripada
peran pemerintah sendiri. Menurut pendapat saya, hal ini
merupakan sebuah partisipasi publik yang paling ideal karena hal
ini memungkinkan terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat
untuk berpartisipasi dalam berbagai agenda yang diselenggarakan
oleh pemerintah.

Dimana setelah Arnstein mengelompokkan tingkatan partisipasi publik


menjadi delapan anak tangga, lalu Arnstein kembali mengelompokkannya
menjadi 3 bagian yang lebih kecil. Yakni :

1. Nonpartisipation atau tidak ada partisipasi sama sekali dari masyarakat.


Bagian ini terdiri dari dua tingkatan tangga yakni manipulation atau
memanipulasi dan therapy atau memulihkan. Pada bagian pertama ini,
masyarakat tidak dapat ikut serta atau turut berpartisipasi dalam suatu
kegiatan sama sekali sehingga tidak ada partisipasi publik karena pihak
yang berkuasa menghapus segala bentuk partisipasi publik.
2. Tokenism atau citra. Bagian ini terdiri dari tiga tingkatan tangga yakni
informing atau menginformasikan, consultation atau konsultasi dan
placation atau pendiaman. Bagian ini masyarakat sudah diberi akses untuk
ikut serta berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang digelar oleh otoritas,
namun masyarakat tidak diberi akses dalam pengambilan keputusan dalam
artian keberadaan masyarakat hanya sebagai hadirin atau pihak yang
diabaikan dan tidak bisa dikatakan sebagai eksekutor. Eksekutor atau
pengambil keputusan tetaplah pihak yang berkuasa.
3. Dan yang terakhir adalah citizen Power atau kekuatan publik. Bagian ini
terdiri dari partnership atau kerjasama, delegated power atau kewenangan
delegasi dan citizen control atau publik yang mengontrol. Bagian ini
keberadaan masyarakat sangat penting dan masyarakat diberi keleluasaan
sebesar-besarnya atau kedudukan masyarakat menjadi yang utama dalam
suatu kegiatan yang digelar oleh otoritas. Sehingga keikutsertaan
masyarakat menjadi aspek yang penting untuk ikut serta dalam
pengambilan keputusan.

Jika ditanya terkait dimana letak atau pada tangga berapa kedudukan
partisipasi publik yang ada di Indonesia, maka saya akan membahasnya kali
ini.

Indonesia merupakan negara yang demokratis atau negara yang menjunjung


tinggi demokrasi. Definisi demokrasi adalah publik dalam hal ini masyarakat
mempunyai hak yang sama dalam pengambilan keputusan. Dimana
masyarakat diberi akses sebesar-besarnya dalam berpartisipasi baik secara
langsung maupun secara diwakilkan untuk menyampaikan pendapatnya untuk
selanjutnya dipertimbangkan dalam perumusan dan pengambilan keputusan.
Namun pada kenyataannya banyak sekali kejadian-kejadian terutama di
pelosok daerah yang mana keberadaan demokrasi masih menjadi hal yang
dianggap sebelah mata. Hal ini dibuktikan dari banyaknya keputusan-
keputusan yang tidak menyertakan masyarakat dalam artian keberadaan publik
hanya sebagai pihak yang ikut serta dalam sebuah kegiatan namun tidak
mempunyai kuasa untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan. Keputusan
tetap dibuat oleh pemerintah atau pihak yang berkuasa. Selain itu tidak sedikit
pula masyarakat yang masih bersifat apatis atau tidak peduli terhadap
kegiatan-kegiatan atau program yang digelar oleh pemerintah sehingga
menyebabkan rendahnya angka partisipasi masyarakat. Selain daripada
masalah tersebut diatas, terdapat pula permasalahan lain seperti
ketidakberdayaan masyarakat misalnya rendahnya tingkat pendidikan rata-rata
masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan dan ketidaktepatan
masyarakat dalam mengambil keputusan sehingga pemerintah “menyebelah-
matakan” kontribusi dari masyarakat yang mana menyebabkan
ketidakefektifan partisipasi masyarakat dan lagi-lagi publik dalam hal ini
masyarakat hanya sebagai pihak yang ikut serta namun tidak memberikan
kontribusi atau pengaruh apapun dalam pengambilan sebuah keputusan.

Dari yang telah dijlaskan sebelumnya, saya berpendapat bahwa tingkat


keberadaan partisipasi publik yang ada di Indonesia dalam tangga partisipasi
Arnstein (the Arnstein’s Ladder Of public participastino) masih berada pada
kelompok kedua yakni tokenism dan lebih tepatnya mempunyai kedudukan
pada tangga ke 5 yakni consultation. Contohnya keterlibatan masyarakat
dalam musrenbang. Memang masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan
pembangunan. Namun realitanya tidak semua usulan masyarakat dipakai
dalam menghasilkan suatu keputusan. Sehingga pemerintah meninggalkan
kesan bahwa pemerintah hanya menggelar diskusi dengan masyarakat dan
masyarakat tidak diberi andil untuk dapat ikut serta dalam eksekusi final dari
keputusan yang akan diambil dari adanya diskusi tersebut karena hanya
pemegang kuasa lah yang berhak memutuskan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam mewujudkan tujuan program pembangunan pada setiap lembaga


dibutuhkan suatu pola manajerial dalam pengelolaan pembangunan, pola
manajerial tersebut dimaksudkan agar hasil pembangunan dan program
program pemerintahan lainnya dapat dirasakan dan dinikmati manfaatnya oleh
masyarakat. Salah satu hal yang dibutuhkan adalah kesadaran danpartisipasi
aktif dari seluruh masyarakat dalam menunjang suksesnya pelaksanaan
program pembangunan. Selain itu juga diperlukan kebijaksanaan pemerintah
untuk mengarahkan serta membimbing masyarakat untuk bersama-sama
melaksanakan program pembangunan. Partisipasi masyarakat merupakan
modal utama dalam upaya mencapai sasaran program pemerintah diseluruh
wilayah Republik Indonesia. Keberhasilan dalam pencapaian sasaran
pelaksanaan program pembangunan bukan semata-mata didasarkan pada
kemampuan aparatur pemerintah, tetapi juga berkaitan dengan upaya
mewujudkan kemampuan dan keamanan masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan program pembangunan. Adanya partisipasi msyarakat akan
mampu mengimbangi keterbatasan biaya dan kemampuan pemerintah dalam
pencapaian pelaksanaan program pembangunan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

 http://arvyndilawijaya.wordpress.com

         www.Google.com
    http://blogkuliah-ti.blogspot.com/2011/05/pengertian-
Partisipasimasyarakatdalam pembangunan.html
         http://rendramm2.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai