KAJIAN PUSTAKA
A. Partisipasi
1. Pengertian Partisipasi
13
mempengaruhi atau mengendalikan pengambilan keputusan yang langsung
dan Dedi Supriadi (2001: 201-202), di mana partisipasi dapat juga berarti
14
mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses
pengertian, yaitu:
15
berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat
evaluasi.
mereka sendiri.
2. Partisipasi Masyarakat
16
34-35) menegaskan bahwa partisipasi masyarakat telah mengalihkan
masyarakat.
17
f. Partisipasi masyarakat dapat meningkatkan kepercayaan publik
3. Prinsip-prinsip Partisipasi
18
a. Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang
pembangunan.
menimbulkan dialog.
selanjutnya.
lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak,
19
terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu
sama lain.
manusia.
yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk
partisipasi representatif.
20
menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.
ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program
kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda
panitia.
21
partisipasi vertikal karena terjadi dalam kondisi tertentu, masyarakat
terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam
mandiri.
buku atau bentuk bantuan lainnya. Sedangkan partisipasi non fisik adalah
22
juga sebagai tingkatan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat.
23
profesional tidak berkewajiban mengajukan pandangan-pandangan
habis.
bergantung pada pihak luar (fasilitator, dll) tetapi pada saatnya mampu
mandiri.
24
7. Self mobilization,masyarakat berpartisipasi dengan mengambil
25
a. Usia
kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih
lainnya.
b. Jenis kelamin
terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai
c. Pendidikan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan
26
kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi
yang mapan.
e. Lamanya tinggal
27
umum yang semu karena pencampuran kepentingan perseorangan atau
masyarakat;
28
memungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnya prakarsa,
dalam Siti Irene Astuti D., 2009: 39). Dengan demikian partisipasi
rasional.
29
Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Partisipasi masyarakat
Ndraha dan Cohen dan Hoff dalam Siti Irene Astuti D. (2009: 39), ruang
program yang bisa dicapai. Dari segi kualitas, keberhasilan suatu program
pelaksanaan program telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau ada
30
dalam Siti Irene Astuti D. (2009: 40) dijelaskan dalam tahap-tahap sebagai
berikut :
kepentingan bersama.
dilaksanakan.
7. Tingkatan Partisipasi
tingkatan, yaitu :
31
bernegosiasi, toleransi dengan seluruh anggota kelompok. Kelemahan
tahap ini semua orang memikirkan resiko yang diharapkan dari hasil
mutual. Equal tidak hanya sekedar dalam bentuk struktur dan fungsi
B. Kebijakan
1. Pengertian Kebijakan
bahasa Yunani, yaitu “Polis” yang artinya kota (city). Dalam hal ini,
32
merupakan pola formal yang sama-sama diterima pemerintah/lembaga
analisis kebijakan (Policy Analysis) dalam arti historis yang paling luas
33
Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi
2. Kebijakan Pendidikan
34
Kebijakan pendidikan menurut Arif Rohman (2001) merupakan
pendidikan.
a. Penyusunan Agenda
isu lain.
suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah.
35
Issue kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah
dramatis;
masyarakat ;
36
Penyusunan agenda kebijakan dilakukan berdasarkan tingkat
keterlibatan stakeholder.
b. Formulasi kebijakan
ditolak.
d. Implementasi kebijakan
37
Kebijakan yang sudah direkomendasikan untuk dipilih oleh
e. Evaluasi/Penilaian Kebijakan
dampak kebijakan.
38
Penyusunan Agenda
Perumusan
Masalah
Forecasting
Formulasi Kebijakan
(peramalan)
publiksebagai berikut:
pemerintah?
39
b. Formulasi kebijakan (formulation): Bagaimana mengembangkan
formulasi kebijakan?
40
ini dimungkinkan untuk mengetahui bagaimana partisipasi
Kanisius Kadirojo.
lain-lain).
itu.
41
d. Faktor teknologi. Dalam perumusan kebijakan publik perlu
C. Mutu
1. Pengertian Mutu
bagi setiap pegawai. Fokus mutu didasari upaya positif yang dilakukan
individu.
42
pendidikan yang diselenggarakan sekolah dituntut untuk memiliki
yang absolut, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan benar,
standar yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu
yang relatif dipandang sebagai suatu yang melekat pada sebuah produk
relatif ini produk atau layanan akan dianggap bermutu bukan karena ia
43
(fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan
mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, keadaan, taraf, atau derajat
berlaku.
(2011), pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif
44
ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga
berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran- sasaran yang ingin dicapai
input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat
45
b. Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu
mengembangkan dirinya).
46
c. Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja
47
2. Tujuan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
untuk:
tersedia.
bersama.
48
d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu
49
peningkatan partisipasi orang tua, misalnya, orang tua dapat mengawasi
tua, peserta didik, dan masyarakat yang lebih luas dalam perumusan-
tanggungjawab.
Intelligences)
setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Howard
50
Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur
berikut :
a) Kecerdasan matematika-logika
51
Peserta didik ini juga sangat menyukai berbagai permainan
bermain teka-teki.
b) Kecerdasan bahasa
c) Kecerdasan musikal
52
Kecerdasan musikalmenunjukkan kemampuan seseorang
musik.
d) Kecerdasan visual-spasial
53
dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di
kepramukaan.
e) Kecerdasan kinestetik
Hal ini dapat dijumpai pada peserta didik yang unggul pada
renang, dan sebagainya, atau bisa pula dijumpai pada peserta didik
bermain sulap.
f) Kecerdasan interpersonal
g) Kecerdasan intrapersonal
54
Kecerdasan intrapersonalmenunjukkan kemampuan
h) Kecerdasan naturalis
atau hutan.
55
melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka, tetapi kecerdasan
kinerja komite sekolah pada fungsi pengelolaan sarana dan prasarana baik,
56
komite sekolah sebagai badan pengawas adalah dalam kategori sedang,
sekolah baik, kinerja pada fungsi pelaksanaan program baik, dan kinerja
royong itu pun jika diminta oleh sekolah, sedangkan partisipasi dalam hal
yang lain masyarakat masih belum banyak terlibat; 2) Belum ada upaya
kebutuhan.
57
Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad
langsung dan tidak langsung. Langsung berupa tatap muka dengan anggota
dilaksanakan oleh DPRD) dan tidak langsung melalui media cetak maupun
media elektronik.
Penelitian ini tidak akan membahas tentang tiga hal yang telah
E. Kerangka Berpikir
58
Penelitian ini berawal dari adanya kebijakan desentralisasi
yang terdiri dari guru, komite, orang tua, dan warga masyarakat sangat
59
Gambar 2. Kerangka berpikir
Desentralisasi Pendidikan
Kebijakan Sekolah
Warga Komite
masyarakat sekolah
Proses Kebijakan
Stake holders
Pemerintah Daerah
Keputusan
Partisipatif
60
F. Pertanyaan Penelitian
sekolah?
61
62