PARTISIPASI MASYARAKAT
H Muhamad Rezky Pahlawan MP, S.H., M.H
A. TUJUAN BELAJAR
1.3 Mahasiswa dapat menjabarkan Tujuan dan Manfaat Serta Pola Peran Serta
Masyarakat
B. URAIAN MATERI
Adapun pendapat dari seorang Mikkelsen yang membagi partisipasi menjadi 6 (enam)
pengertian, ialah2:
1
Adi, Isbandi Rukminto, Perencanaan Partisipasi berbasis Aset Komunitas dari Pemikiran
menuju Penerapan, FISIP UI Press, Depok, 2007, hal 27
2
Mikkelsen, Britha, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan,
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1999, hal 64
67
b. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat yang untuk
memberi peningkatan kemauan serta menerima dan kemampuan dalam
menanggapi suatu proyek-proyek di pembangunan.
c. Partisipasi merupakan suatu keberlangsungan terkait keterlibatan sukarela dari
dan untuk masyarakat dalam aspek perubahan yang ditentukan sendiri.
d. Partisipasi merupakan proses yang aktif, dimana pemandangan yang memiliki
arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, pengambilan inisiatif serta
menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.
e. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan
para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar
supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak
social.
f. Partisipasi merupakan suatu keterlibatan masyarakat di dalam suatu proses
pembangunan diri, lingkungan serta kehidupan meraka.
Dari tiga kara yang memberikan suatu pendapatnya mengenai pengertian dari
partisipasi maka dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa suatu partisipasi merupakan suatu
keterlibatan aktif dari seseorang, dan atau sekelompok masyarakat yang secara sadar
dalam pengimplementasian terhadap kontribusi sukarela di dalam program pembangunan
serta keterlibatan dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.
a. Prinsip cakupan dimana semua orang atau wakil dari suatu kelompok
masyarakat yang terkena dampak dari hasil atas keputusan atau proses proyek
pembangunan.
b. Prinsip kesetaraan dan kemitraan dimana suatu prinsip yang mengedepankan
proses dialog tanpa perhitungan atas jenjang dan struktur para pihak,
68
dikarenakan setiap manusia memiliki kemampuan serta ketrampilan yang
menjadikan sebagai prakarsa untuk terlibat dalam proses pembangunan.
c. Prinsip kerja sama diperlukan adanya suatu sinergitas antara satu orang
dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok agar partisipasi berjalan
beriringan dan menutup kelemahan di beberapa sektor.
d. Prinsip transparansi dimana suatu partisipasi yang menumbuhkan rasa
komunkatif dan terciptanya suatu dialog yang terbuka serta iklim yang kondusif.
e. Prinsip pemberdayaan (Empowerment) yang mana melibatkan segala pihak
yang tak lepas dari segala power dan weakness yang dimiliki setiap orang dan
kelompok, dengan demikian dengan keterlibatan aktif pada proses kegiatan,
adanya suatu proses yang saling belajar dan memberdayakan antara sesama.
f. Prinsip kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership) segala
pihak harus dapat mendistriubusikan kewenangannya sesuai dengan aturan
yang berlaku agar tidak adanya suatu dominasi kelompok tertentu.
g. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak
mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya
kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses
pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.
Bentuk partispasi masyarakat dapat berupa partispasi harta, uang, benda, tenaga,
buah pemikiran, keterampilan, sosial, representative, dan partispasi alam proses
pengambilan keputusan. Dengan demikian suatu partisipasi memiliki beberapa bentuk
yang sudah disebutkan sehingga macam-macam dari partisipasi masyarakat dapat
beraneka ragam dan bermacam-macam tergantung kapasitas dan kapabilitas seseorang.
Sehingga partisipasi dalam bentuknya dibagi menjadi dua bagian yang pertama ialah
partisipasi nyata atau berwujud dan partisipasi tidak nyata atau abstrak. Adapun contoh
dari partisipasi yang nyata ialah, harta benda, uang, ketrampilan, tenaga adapun contoh
dari partisipasi masyarakat yang tidak nyata adalah buah pemikiran, partisipasi sosial,
partisipasi pengambilan keputusan dan representatitf. Dimana untuk kita ketahui bahwa
sebagai contoh dalam hal kaitannya dengan partisipasi uang maka uang menjadikan
suatu unsur untuk memperlancar usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang
memerlukan secara nyata adapun jika partisipasi harta benda adalah menyumbang harta
dan juga benda yang dimiliki, partisipasi tenaga adalah suatu bentuk partisipasi untuk
memberikan tenaga untuk menunjang usaha yang menjadikan keberhasilan lebih terasa,
adapun partisipasi keterampilan merupakan suatu partisipasi dengan memberikan suatu
dorongan melalui keterampilan yang dimiliki untuk diberikan atau disalurkan kepada
anggota masyarakat lain yang membutuhkannya.
Dengan demikian tujuan dimana orang tersebut untuk dapat melakukan suatu
kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Partisipasi buah pikiran lebih
merupakan partisipasi berupa sumbang ide dan atau pendapat yang konstruktif baik
69
dalam suatu penyusunan program ataupun untuk memperlancar atas pelaksanaan
program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberi suatu pengalaman dan
pengetahuan guna dalam tahap pengembangan atas kegiatan yang diikutinya. Adapun
partisipasi dalam tahap pengambilan keputusan ialah dimana masyarakat terlibat dalam
suatu diskusi ataupun forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang mana ini
terikat kepada suatu kepentingan umum atau kepentingan bersama. Selain itu adapun dari
partisipasi representative ialah melakukan suatu partisipasi dengan melalui pemberian
kepercayaan atau suatu mandate kepada wakilnya yang duduk di dalam organisasi atau
kepanitiaan.
Kendati demikian tidak adanya suatu kepastian dan jaminan dimana suatu
program berkelanjutan melalui partisipasi bersama semata, dimana kita ketahui harus
dilihat juga sampai pada sejauh dan seserius apa partispasi masyarakat itu terlaksana
dalam suatu proses penerapannya. Dengan demikian harus dilihat juga sampai sejauh
mana pemahaman masyarakat terhadap sautu program sehingga ia turut serta
berpaetisipasi. Dalam suatu proses partisipasi yang mana pada berbagai program
pembangunan para praktisi atau pelaku partisipasi pembangunan pun telah melakukan
persiapan sosial agar supaya program tersebut betul-betul langsung bersentuhan pada
aspek kepentingannya, kebutuhan dan juga masalah masyarakat melalui tahapan keikut
sertaan masyarakat menyeluruh. Adapun maksud pada proses persiapan sosial
dimaksudkan agar dimana paket dalam pembangunan dapat terkomunikasikan secara
efektif dan juga efisien. Perlu juga untuk diketahui bersama bahwa analisis pada proses
partisipasi atau kontribusi dalam hal keikutsertaan masyarakat ini menjadi penting
diakrenakan akan memperoleh suatu pembangunan ke dalam masyarakat yang
mendapatkan hasil maksimal. Adapun maksud dari analisis yang disebutkan adalah :
70
secara psikososial telah memaksa anggota masyarakat yang bersangkutan
untuk turut bertanggung jawab atas segala pelaksanaan dalam suatu
pengembangan paket program yang telah dikomunikasikan bersama. Dengan
demikian adanya suatu saling percaya dan menjaga serta memiliki rasa
tanggung jawab yang besar dikarenakan meras terlibat dalam hal yang
berkaitan pertisipasi pembangunan sosial.
Kendati demikian walaupun tahapan yang sudah dipaparkan cukup jelas dan
tersistematis akan tetapi karena adanya suatu keterbatasan pengetahuan serta
keterampilan masyarakat dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi serta penghitungan kemanfaatan secara ekonomis. Namun dengan itu semua
apabila diterapkannya sistem partisipasi bottom up planning yang berjalan seimbang
dengan top down planning akan menghasilkan suatu partisipasi yang baik. Dalam
partispasi yang telah dibahas ada beberapa cara yang efektif yang diterapkan oleh Asian
Development Bank dalam suatu unsur kegiatan yang mereka laksanakan dimana
diantaranya ialah :
71
b. Partisipasi dengan cara melalui konsultasi atau mendapatkan suatu umpan
balik konsultasi yang mana ini mencari salah atu cara bagi Asian Development
Bank dan instansi lain dalam pelaksanaan pemerinahan untuk
mengikutsertakan para stakeholder dalam prakarsa pada pembangunan..
72
ditentukan sebelumnya dimana para professional dan atau organisasi pembangunan
mengidentifikasikan suatu problem atau masalah yang akan dibahas dan menghimpun
suatu kelompok untuk berkolaborasi membahas topik tersebut. Akan tetapi stakeholder
mungkin tidak memprakarsai kolaborasi itu, namun demikian bahwa secara signifikan
mempengaruhi hasil. Suatu kelompok ataupun subkelompok dibuat agar pembangunan
jaringan serta meningkatnya mutu struktur tatanan praktek. Karena suatu pekerjaan yang
dilakukan akan berubah terkait interaksi yang telah dilakukan baik itu menjadi positif atau
negative, karena setiap gagasan para stakeholder mengubah desain proyek ataupun juga
bahkan rencana pelaksanaan serta menyumbang pada kebijakan atau strategi baru.
Dimana yang paling penting ialah professional agar segala sudut pandang akan sejalan
dan selaras demi pembangunan untuk kemakmuran dan kesejahteraan.
Kendali bersama ini harus memberi partispasi yang lebih dalam daripada
kolaborasi itu sendiri. Dengan demikian maka apabila peran serta diberikan peran lebih
maka akan semakin bertanggung jawab dengan apa yang menjadi perkembangan
pembangunan yang sedang dibangun terhadap sautu perspektif yang nyata dan tegas.
Fasilitator yang harus berperan adalah para profesional pembangunan terhadap suatu
proses yang sedang dibanung oleh suatu daerah. Pemegang kendali adalah juga para
stakeholder serta pemilikan atas komponen mereka pada suatu proyek dan juga
suatu program, dalam membuat suatu keputusan yang sesuai dengan hal tersebut.
Dimana pada tahap ini, suatu peran partisipasi daerah sangat amat berkelanjutan
dikarenakan masyarakat yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang ada di dalam
dimana pertahanan struktur atau praktek tercapai. Pemantauan partisipatif di mana
setiap orang-orang, kelompok atau organisasi mengevaluasi suatu tindakan mereka
sendiri dengan memakai suatu prosedur dan juga indikator kinerja yang mereka pilih saat
mereka menyelesaikan rencananya yang juga memperkuat pemberdayaan dan
keberlanjutan. Dengan demikian karena lebih bersifat kepada unsur pelengkap, daripada
pengganti untuk, pemantauan eksternal, pemantauan partisipatif telah disebut
“penyempurna” pembangunan partisipatif.
Dengan demikian maka apabila dulu tidak adanya suatu partispasi yang secara
signifikan, maka suatu proses pengumpulan informasi dan atau konsultasi dapat
dipandang sebagai suatu tonggak penting, karena disamping itu adanyan suatu tantangan
dan kendala serta peluang khusus yang akan diberikan oleh tiap masing-masing konteks
yang mengartikan bahwa hal-hal demikian ini terkadang dapat dinilai pada segala cara
partisipsi yang juga paling sesuai. Adapun kesempatan yang lain ialah dimana setiap hal
dapat melengkapi dan saling mendukung dalam bentuk partisipati yang lebih rumit.
Banyak suatu kasus yang dilihat adalah pada eksperimen atau kumpulan langkah pertama
yang dirancang untuk memperkenalkan stakeholder didalam dan diluar kepada suatu
teknik-teknik partisipasi. Adapun selainitu ialah banyak suatu kegiatan yang sulit dan rumit
dengan menggunakan beberapa suatu bentuk partisipasi, terkadang mulai dari tingkat
satu dan menjadi lebih dalam saat para professional pembangunan dan stakeholder
daerah belajar bersama. Sehingga segala aspek tertentu dari tiap-tiap kasus disoroti
73
dengan upaya suatu makalah atau proposal agar memperjelas segala bentuk partisipasi
tersebut.
Pada perkembangannya dimana partisipasi terbagi menjadi dua pola yang pertama
ialah pola partisipasi secara individu dan yang kedua adalah pola partisipasi secara
kelompok. Seseoramg yang aktif dan juga inovatif dalam segala pembangunan akan
sangat memberikan sumbangsih yang nyata bagi dirinya, keluarga, daerah, bangsa dan
Negara dalam aspek peningkatan ekonomi dan spiritual. Kendati demikian manusia
merupakan makhluk sosial yang mana ini harus dikembangkan menjadi suatu kelompok
atau anggota lainnya sehingga dengan terjalinnya ini akan lahir lah suatu pola partisipasi
masyarakat atau kelompok dikarenakan setiap kelompok memiliki suatu unsur dan elemen
yang beraneka ragam dimana antara perbedaan tersebut memiliki suatu interaksi yang
kaya akan sebuah konsep-konsep. Pada pengembanganya dimana partisipasi anggota
secara kelompok perlu menggunakan pendekatan ‘Partisipation Action Model (PAM)’ yang
dikembangkan oleh Prof. S. Chamala untuk pengembangan Group Skill Management
Forland Care. Dimana metode ini dikembangkan atas dasar pertimbangan :
b. Setiap orang memiliki hak dan juga kewajiban yang sama untuk turut serta
dalam berpartisipasi pada suatu proses pembangunan nasional.
Metode “Partisipation Action Model” berasaskan pada suatu hal sebagai berikut :
“telling adults provokes reaction, showing them triggers the imagination, involving them
gives them understanding, empowering them leads to commitment and action “,
memberitahu orang dewasa dapat memprovokasi reaksi, sedangkan menunjukan kepada
mereka dapat memicu imajinasi, melibatkan mereka memberi mereka pemahaman,
memperdayakan mereka mengarah ke komitmen dan tindakan. Adapun factor yang
kiranya dapat untuk mempengaruhinya ada bebrapa factor dimana partisipasi masyarakat
dalam suatu program dan juga sifat dari faktor tersebut dapat mendukung suatu
74
keberhasilan program yang namun ada pula yang memiliki sifat dapat menghambat
keberhasilan program..
Sebagai contoh dari faktor terbatasnya harta benda, faktor usia, faktor pekerjaan,
faktor pendidikan dan faktor penghasilan. Angell mengatakan partisipasi yang tumbuh
dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu3:
a. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia
menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma
masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi
daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.
b. Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan
bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa
dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah
mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan
tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan
perempuan yang semakin baik.
c. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan
dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap
lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan
seluruh masyarakat.
e. Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal didaerah tersebut dimana ini akan mempengruhi
tingkat persentase yang akan timbul dalam aspek partispasinya dengan
3
Ross, M. G., Community Organization: Theory, Principle, and, Practice, Harper and Row
Publisher,New York, 1967, hal 130
75
semakin lama ia tinggal di dalam lingkungan tertentu, maka akan memiliki rasa
yang lebih terkait keperdulian terhadap lingkungannya.
Setiap kebijakan yang dikeluarkan atas suatu partispasi masyarakat yang telah di
bahas sebelumnya terkait pola pola dan bentuk suatu partispasi atau ditetapkan oleh
pemerintah pasti memiliki tujuan. Sesuai dengan pendapat Chandler dan Plano ”Kebijakan
publik adalah Pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada
untuk memecahkan masalah-masalah public atau pemerintah”4. Partisipasi masyarakat
sangat dibutuhkan dalam perumusan kebijakan publik Karen beberapa alasan berikut:
a. Kebijakan publik yang mana pada dasarnya untuk demi kepentingan setiap
masyarakat, dengan demikian maka kebijakan publik haruslah bertumpu
kepada keinginan, tuntutan, harapan serta kebutuhan dari masyarakat.
c. Dengan tanpa adanya dukungan dari setiap orang maka suatu kebijakan publik
tidak akan dapat terlaksana dengan baik atau bahkan lebih parah dar itu yaitu
memunculkan suatu protes dan pergejolakan.
4
Tangkilisan, H.N.S., Kebijakan Publik Yang Membumi, Lukman Offset, Yogyakarta, 2003,
hal 1
76
b. Terbentuk dan berperannya Forum Stkaeholder (Pihak yang terkait dan
berkepentngan dengan kebijakan public) di darah dalam rangka penyampaian
aspirasi dan memperjuangkan kepentingan masyarakat.
e. Adanya perubahan pola piker dan prilaku dari aparat pemerintah dalam
mewujudkan kepernerintahan yang baik.
77
dilakukan.
c. Pemilihan Alternatif Kebijakan Untuk Memecahkan Masalah
Setelah masalah-masalah publik didefinisikan dengan baik dan para perumus
kebijakan sepakat untuk memasukkan masalah tersebut ke dalam agenda
kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah membuat pemecahan masalah.
Para perumus kebijakan akan berhadapan dengan alternatif-alternatif pilihan
kebijakan yang dapat diambil untuk memecahkan masalah
d. Tahap Penetapan Kebijakan
Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan diambil sebagai
cara untuk memecahkan masalah kebijakan, maka tahap paling akhir dalam
pembentukan kebijakan adalah menetapkan kebijakan yang dipilih tersebut
sehingga mmempunyai kekuatan hukum yang mengikat.
Kesimpulan
78
Soal :
D. DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto, Perencanaan Partisipasi berbasis Aset Komunitas dari Pemikiran
menuju Penerapan, FISIP UI Press, Depok, 2007.
Ross, M. G., Community Organization: Theory, Principle, and, Practice, Harper and Row
Publisher,New York, 1967.
Tangkilisan, H.N.S., Kebijakan Publik Yang Membumi, Lukman Offset, Yogyakarta, 2003
Winarno, Budi., Kebijakan Publik Teori & Proses, PT.Buku Kita, Jakarta, 2008
79