Anda di halaman 1dari 13

PERTEMUAN 14

PARTISIPASI MASYARAKAT
H Muhamad Rezky Pahlawan MP, S.H., M.H

A. TUJUAN BELAJAR

Setelah mahasiswa menyelesaikan pertemuan ke-7 ini diharapkan mampu:

1.1 Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian tentang Partisipasi Masyarakat

1.2 Mahasiswa dapat mendeskripsikan bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat

1.3 Mahasiswa dapat menjabarkan Tujuan dan Manfaat Serta Pola Peran Serta
Masyarakat

B. URAIAN MATERI

1. Pengertian Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Jadi, keikutsertaan kamu


dalam kegiatan sekolah dan rumah merupakan wujud partisipasi kamu ditempat tersebut.
Bagaimana dengan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan public didaerah.
Menurut Ach. Wazir Ws dimana partisipasi merupakan suatu keterlibatan dimana
seseorang yang secara sadar ke dalam ineraksi sosial di dalam situasi tertentu. Dengan
melihat pengertian itu, seseorang bisa dapat untuk berpartisipasi bila menemukan dirinya
dengan atau dalam suatu kelompok, dengan melewati segala proses dengan orang lain
dimana hal nilai, perasaan, tradisi, kesetiaan, tanggung jawab, dan kepatuhan. Adapun
partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh Isbandi Rukminto adalah keikutsertaan
masyarakat dalam suatu proses pengidentifikasian suatu masalah serta potensi yang
mana ada di tengah masyarakat, dimana pengambilan keputusan tentang alternatif solusi
untuk suatu penanganan permasalahan, keterlibatan masyarakat, upelaksanaan upaya
mengatasi masalah di dalam suatu aspek proses evaluasi perubahan yang terjadi1.

Adapun pendapat dari seorang Mikkelsen yang membagi partisipasi menjadi 6 (enam)
pengertian, ialah2:

a. Partisipasi ialah suatu pengkontribusian yang sukarela di tengah masyarakat


kepada proyek tanpa suatu ikatan untuk partisipasi dalam keputusan.

1
Adi, Isbandi Rukminto, Perencanaan Partisipasi berbasis Aset Komunitas dari Pemikiran
menuju Penerapan, FISIP UI Press, Depok, 2007, hal 27
2
Mikkelsen, Britha, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan,
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1999, hal 64

67
b. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat yang untuk
memberi peningkatan kemauan serta menerima dan kemampuan dalam
menanggapi suatu proyek-proyek di pembangunan.
c. Partisipasi merupakan suatu keberlangsungan terkait keterlibatan sukarela dari
dan untuk masyarakat dalam aspek perubahan yang ditentukan sendiri.
d. Partisipasi merupakan proses yang aktif, dimana pemandangan yang memiliki
arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, pengambilan inisiatif serta
menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.
e. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan
para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar
supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak
social.
f. Partisipasi merupakan suatu keterlibatan masyarakat di dalam suatu proses
pembangunan diri, lingkungan serta kehidupan meraka.

Dari tiga kara yang memberikan suatu pendapatnya mengenai pengertian dari
partisipasi maka dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa suatu partisipasi merupakan suatu
keterlibatan aktif dari seseorang, dan atau sekelompok masyarakat yang secara sadar
dalam pengimplementasian terhadap kontribusi sukarela di dalam program pembangunan
serta keterlibatan dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.

Pentingnya partisipasi dimana yang pertama adalah dimana partisipasi masyarakat


merupakan suatu alat guna perolehan informasi yang mengenai suatu kebutuhan, sikap,
dan kondisi masyarakat setempat dimana dengan tanpa adanya suatu kehadirannya maka
program pembangunan serta proyek strategis pembangunan bangsa akan gagal.
Masyarakat akan merasa percaya apabila suatu pembangunan ataupun proyek
pembangunan bangsa dimana apabila masyarakat itu sendiri merasa untuk dilibatkan,
sehingga peranan masyarkat akan terasa secara langsung dan transparan tanpa adanya
suatu unsur kedzaliman yang menjadi pikiran buruk dari masyarakat apabila tidak
dilibatkan. Perlu untuk diketahui dimana corak pemerintahan yang berdemokrasi
merupakan suatu unsur penting yang akan melahirkan masyarakat dalam hal partisipasi,
karena partisipasi merupakan salah satu contoh dari demokrasi itu sendiri. Partisipasi ini
memberikan peningkatan pemberdayaan setiap orang yang terlibat baik langsung ataupun
tidak langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka
dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang
lebih panjang. Adapun kita lihat terhadap suatu prinsip-prinsip dalam proses partisipasi
masyarakat ialah:

a. Prinsip cakupan dimana semua orang atau wakil dari suatu kelompok
masyarakat yang terkena dampak dari hasil atas keputusan atau proses proyek
pembangunan.
b. Prinsip kesetaraan dan kemitraan dimana suatu prinsip yang mengedepankan
proses dialog tanpa perhitungan atas jenjang dan struktur para pihak,

68
dikarenakan setiap manusia memiliki kemampuan serta ketrampilan yang
menjadikan sebagai prakarsa untuk terlibat dalam proses pembangunan.
c. Prinsip kerja sama diperlukan adanya suatu sinergitas antara satu orang
dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok agar partisipasi berjalan
beriringan dan menutup kelemahan di beberapa sektor.
d. Prinsip transparansi dimana suatu partisipasi yang menumbuhkan rasa
komunkatif dan terciptanya suatu dialog yang terbuka serta iklim yang kondusif.
e. Prinsip pemberdayaan (Empowerment) yang mana melibatkan segala pihak
yang tak lepas dari segala power dan weakness yang dimiliki setiap orang dan
kelompok, dengan demikian dengan keterlibatan aktif pada proses kegiatan,
adanya suatu proses yang saling belajar dan memberdayakan antara sesama.
f. Prinsip kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership) segala
pihak harus dapat mendistriubusikan kewenangannya sesuai dengan aturan
yang berlaku agar tidak adanya suatu dominasi kelompok tertentu.
g. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak
mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya
kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses
pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.

2. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat

Bentuk partispasi masyarakat dapat berupa partispasi harta, uang, benda, tenaga,
buah pemikiran, keterampilan, sosial, representative, dan partispasi alam proses
pengambilan keputusan. Dengan demikian suatu partisipasi memiliki beberapa bentuk
yang sudah disebutkan sehingga macam-macam dari partisipasi masyarakat dapat
beraneka ragam dan bermacam-macam tergantung kapasitas dan kapabilitas seseorang.
Sehingga partisipasi dalam bentuknya dibagi menjadi dua bagian yang pertama ialah
partisipasi nyata atau berwujud dan partisipasi tidak nyata atau abstrak. Adapun contoh
dari partisipasi yang nyata ialah, harta benda, uang, ketrampilan, tenaga adapun contoh
dari partisipasi masyarakat yang tidak nyata adalah buah pemikiran, partisipasi sosial,
partisipasi pengambilan keputusan dan representatitf. Dimana untuk kita ketahui bahwa
sebagai contoh dalam hal kaitannya dengan partisipasi uang maka uang menjadikan
suatu unsur untuk memperlancar usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang
memerlukan secara nyata adapun jika partisipasi harta benda adalah menyumbang harta
dan juga benda yang dimiliki, partisipasi tenaga adalah suatu bentuk partisipasi untuk
memberikan tenaga untuk menunjang usaha yang menjadikan keberhasilan lebih terasa,
adapun partisipasi keterampilan merupakan suatu partisipasi dengan memberikan suatu
dorongan melalui keterampilan yang dimiliki untuk diberikan atau disalurkan kepada
anggota masyarakat lain yang membutuhkannya.

Dengan demikian tujuan dimana orang tersebut untuk dapat melakukan suatu
kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Partisipasi buah pikiran lebih
merupakan partisipasi berupa sumbang ide dan atau pendapat yang konstruktif baik

69
dalam suatu penyusunan program ataupun untuk memperlancar atas pelaksanaan
program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberi suatu pengalaman dan
pengetahuan guna dalam tahap pengembangan atas kegiatan yang diikutinya. Adapun
partisipasi dalam tahap pengambilan keputusan ialah dimana masyarakat terlibat dalam
suatu diskusi ataupun forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang mana ini
terikat kepada suatu kepentingan umum atau kepentingan bersama. Selain itu adapun dari
partisipasi representative ialah melakukan suatu partisipasi dengan melalui pemberian
kepercayaan atau suatu mandate kepada wakilnya yang duduk di dalam organisasi atau
kepanitiaan.

Kendati demikian tidak adanya suatu kepastian dan jaminan dimana suatu
program berkelanjutan melalui partisipasi bersama semata, dimana kita ketahui harus
dilihat juga sampai pada sejauh dan seserius apa partispasi masyarakat itu terlaksana
dalam suatu proses penerapannya. Dengan demikian harus dilihat juga sampai sejauh
mana pemahaman masyarakat terhadap sautu program sehingga ia turut serta
berpaetisipasi. Dalam suatu proses partisipasi yang mana pada berbagai program
pembangunan para praktisi atau pelaku partisipasi pembangunan pun telah melakukan
persiapan sosial agar supaya program tersebut betul-betul langsung bersentuhan pada
aspek kepentingannya, kebutuhan dan juga masalah masyarakat melalui tahapan keikut
sertaan masyarakat menyeluruh. Adapun maksud pada proses persiapan sosial
dimaksudkan agar dimana paket dalam pembangunan dapat terkomunikasikan secara
efektif dan juga efisien. Perlu juga untuk diketahui bersama bahwa analisis pada proses
partisipasi atau kontribusi dalam hal keikutsertaan masyarakat ini menjadi penting
diakrenakan akan memperoleh suatu pembangunan ke dalam masyarakat yang
mendapatkan hasil maksimal. Adapun maksud dari analisis yang disebutkan adalah :

a. Tahapan pencarian dan pembentukan ide dimana untuk memberi suatu


perencanaan pembangunan dalam tahap yang harus dilihat dan diperhatikan
adalah pada suatu proses pelaksanaan program tersebut yang harus
didasarkan atas gagasan atau suatu ide yang lahir dari masyarakat itu sendiri.
Sehingga apabila suatu ide yang tumbuh langsung dari masyarakat maka
tingkat partisipasi tersebut akan semakin nyata dan baik karena ide tersebut
lahir dan tumbuh langsung dari masyarakat, sehingga partisipasi dapat berjalan
beriringan sejalan dengan gagasan yang dimunculkan. Sehingga apabila
masyarakat diberikan keikutsertaan dalam membangun daerahnya, maka
masyarakat akan merasa dihargai suatu partisipasinya maka jika sudah
demikian maka potensi-potensi yang ada dapat tersalurkan dengan baik.

b. Tahap pengambilan keputusan dengan melihat suatu landasan filosofi dimana


tahap ini adalah setiap orang yang akan merasa dihargai jika mereka diajak
untuk berkompromi, memberikan pikiranya dalam membuat suatu keputsan
untuk membangun diri, keluarga, daerah, bangsa dan negaranya.
Keikutsertaan anggota atau seseorang di dalam pengambilan keputusan

70
secara psikososial telah memaksa anggota masyarakat yang bersangkutan
untuk turut bertanggung jawab atas segala pelaksanaan dalam suatu
pengembangan paket program yang telah dikomunikasikan bersama. Dengan
demikian adanya suatu saling percaya dan menjaga serta memiliki rasa
tanggung jawab yang besar dikarenakan meras terlibat dalam hal yang
berkaitan pertisipasi pembangunan sosial.

c. Tahap pelaksanaan dan evaluasi dengan memberikan suatu landasan filosofi


maka masyarakat berdasarkan prinsip learning by doing diharapkan masyarkat
dapat belajar untuk mampu mandiri dengan menjalankan prinsip partispasi
yang baik dengan metode apapun yang menghasilka pemikiran positif,
sehingga tidak adanya suatu ketergantungan masyarakat yang terus menerus
kepada pihak luar atau komunikator atau penyuluh untuk melestarikan suatu
program pada jangka panjang. Setalah itu terkait evaluasi masyarakat dapat
menilai sendir apa yang sudah dikerjakan, karena segala sesuatu yang
bersumber dari masyarakat maka akan lebih mudah pula untuk dapat menilai
serta mengkoreksi apa saja yang menjadi kekurangan dalam penerapan dari
partisipasi masyarakat ini. Mereka memiliki kebebsan untuk menilai sesuatu
dengan apa yang ada di benaknya, kelebihan, kekurangan, pengalaman,
hambatan, manfaat, dan factor lainnya terhadap program tersebut.

d. Tahap pembagian pembagian keuntungan adalah menekankan kepada suatu


tahap dimana adanya pemanfaatan program pembangunan yang mana
memberikan secara merata kepada anggota masyarakat. Adapun suatu
pertimbangan pokok dalam penerapannya jika dilihat pada aspek keuntungan
ekonomis adalah program tersebut akan memberikan kesuksesan secara
ekonomis kepada seluruh anggota dan masyarakat.

Kendati demikian walaupun tahapan yang sudah dipaparkan cukup jelas dan
tersistematis akan tetapi karena adanya suatu keterbatasan pengetahuan serta
keterampilan masyarakat dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi serta penghitungan kemanfaatan secara ekonomis. Namun dengan itu semua
apabila diterapkannya sistem partisipasi bottom up planning yang berjalan seimbang
dengan top down planning akan menghasilkan suatu partisipasi yang baik. Dalam
partispasi yang telah dibahas ada beberapa cara yang efektif yang diterapkan oleh Asian
Development Bank dalam suatu unsur kegiatan yang mereka laksanakan dimana
diantaranya ialah :

a. Partisipasi dengan memberikan serta mengumpulkan informasi ujung pasif


pada setiap skala partisipasi dari bawah sampai keatas yang ialah
menyebarluaskan suatu informasi kepada para stakeholder.

71
b. Partisipasi dengan cara melalui konsultasi atau mendapatkan suatu umpan
balik konsultasi yang mana ini mencari salah atu cara bagi Asian Development
Bank dan instansi lain dalam pelaksanaan pemerinahan untuk
mengikutsertakan para stakeholder dalam prakarsa pada pembangunan..

c. Partisipasi dengan melalui suatu pemberdayaan dan kendali bersama atas


kedalaman partisipasi maksimal yang tercapai dengan melalui adanya
pembedayaan atau kendali bersama ini dimana diharapkan adanya suatu
pengembangan rencana yang dilakukan masyarakat untuk melaksanakan
suatu tindakan dan pengelolaan kegiatan mereka sendiri, sehingga para
lembaga donor dan professional pembangunan lebih bersifat memperlancar
dan mendukung, daripada mengarahkan pembangunan suatu daerah.
Kelompok masyarakat mengendalikan keputusan daerah yang meningkatkan
kepentingan mereka dalam suatu pertahanan bangunan dan praktek fisik
kelembagaan.

d. Partisipasi melalui suatu kolaborasi dan pembuatan keputusan bersama


dimana konsltasi yang akan digunakan sebagai suatu metode partisipasi
memperlihatkan bahwa para stakeholder di harapkan untuk dapat
menyaurakan gagasan dan pikiran mereka secara bersama-sama untuk
merekomendasikan solusia, kendati demikian suatu solusi terkait konsultasi
yang ada terbatas karena tidak memberikan kendali pembuatan keputusan
kepada para stakeholder. Untuk satu dan lain alasan, maka lembaga sponsor
memilih untuk mempertahankan suatu kekuatan yang akan diterima untuk
menolak segala saran stakeholder. Akan tetapi kolaborasi berbeda dengan
konsultasi diakrenakan para stakeholder diundang untuk dapat mempengaruhi
isi suatu proyek atau program.

Dengan mengikutsertakan suatu pendekatan dengan metode yang partisipatif


partisipasi berkisar dari yang bawah sampai pada pertukaran informasi yang pasif dimana
suatu komitmen akan tercapai sampai penuh. Stakeholder dapat diikutsertakan dalam
berbagai hal, misal seperti pembangunan yang sedang berlangsung sampai mengambil
bagian dalam suatu proyek-proyek yang dapat membantu mereka bertanggung jawab atas
pembangunan mereka sendiri. Segala informasi yang dikumpulkan melibatkan sangat
banyak penyebarluasan informasi terkait program yang akan direncanakan atau meminta
para stakeholder untuk dapat memberikan suatu informasi yang berguna dimana informasi
tersebut yang nantinya akan digunakan untuk merencakan atau mengevaluasi proyek
kegiatan lain yang nantinya akan juga digunakan oleh para pihak lain. Dengan pembuatan
suatu keputusan bersama dan pemberdayaan kendali dimana bersama sama mewakili
segala apa yang menjadi kebanyakan pelaku pembangunan partisipatif dianggap sebagai
suatu hal yang sejati. Perlu kita untuk ketahui bahwa pada tiap tahap setiap stakeholder
terlibat aktif dan menyelesaikan pencapaian hasil yang berkelanjutan. Sebagai contoh
dalam suatu kolaborasi orang dari luar diundang untuk memenuhi tujuan yang telah

72
ditentukan sebelumnya dimana para professional dan atau organisasi pembangunan
mengidentifikasikan suatu problem atau masalah yang akan dibahas dan menghimpun
suatu kelompok untuk berkolaborasi membahas topik tersebut. Akan tetapi stakeholder
mungkin tidak memprakarsai kolaborasi itu, namun demikian bahwa secara signifikan
mempengaruhi hasil. Suatu kelompok ataupun subkelompok dibuat agar pembangunan
jaringan serta meningkatnya mutu struktur tatanan praktek. Karena suatu pekerjaan yang
dilakukan akan berubah terkait interaksi yang telah dilakukan baik itu menjadi positif atau
negative, karena setiap gagasan para stakeholder mengubah desain proyek ataupun juga
bahkan rencana pelaksanaan serta menyumbang pada kebijakan atau strategi baru.
Dimana yang paling penting ialah professional agar segala sudut pandang akan sejalan
dan selaras demi pembangunan untuk kemakmuran dan kesejahteraan.

Kendali bersama ini harus memberi partispasi yang lebih dalam daripada
kolaborasi itu sendiri. Dengan demikian maka apabila peran serta diberikan peran lebih
maka akan semakin bertanggung jawab dengan apa yang menjadi perkembangan
pembangunan yang sedang dibangun terhadap sautu perspektif yang nyata dan tegas.
Fasilitator yang harus berperan adalah para profesional pembangunan terhadap suatu
proses yang sedang dibanung oleh suatu daerah. Pemegang kendali adalah juga para
stakeholder serta pemilikan atas komponen mereka pada suatu proyek dan juga
suatu program, dalam membuat suatu keputusan yang sesuai dengan hal tersebut.
Dimana pada tahap ini, suatu peran partisipasi daerah sangat amat berkelanjutan
dikarenakan masyarakat yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang ada di dalam
dimana pertahanan struktur atau praktek tercapai. Pemantauan partisipatif di mana
setiap orang-orang, kelompok atau organisasi mengevaluasi suatu tindakan mereka
sendiri dengan memakai suatu prosedur dan juga indikator kinerja yang mereka pilih saat
mereka menyelesaikan rencananya yang juga memperkuat pemberdayaan dan
keberlanjutan. Dengan demikian karena lebih bersifat kepada unsur pelengkap, daripada
pengganti untuk, pemantauan eksternal, pemantauan partisipatif telah disebut
“penyempurna” pembangunan partisipatif.

Dengan demikian maka apabila dulu tidak adanya suatu partispasi yang secara
signifikan, maka suatu proses pengumpulan informasi dan atau konsultasi dapat
dipandang sebagai suatu tonggak penting, karena disamping itu adanyan suatu tantangan
dan kendala serta peluang khusus yang akan diberikan oleh tiap masing-masing konteks
yang mengartikan bahwa hal-hal demikian ini terkadang dapat dinilai pada segala cara
partisipsi yang juga paling sesuai. Adapun kesempatan yang lain ialah dimana setiap hal
dapat melengkapi dan saling mendukung dalam bentuk partisipati yang lebih rumit.
Banyak suatu kasus yang dilihat adalah pada eksperimen atau kumpulan langkah pertama
yang dirancang untuk memperkenalkan stakeholder didalam dan diluar kepada suatu
teknik-teknik partisipasi. Adapun selainitu ialah banyak suatu kegiatan yang sulit dan rumit
dengan menggunakan beberapa suatu bentuk partisipasi, terkadang mulai dari tingkat
satu dan menjadi lebih dalam saat para professional pembangunan dan stakeholder
daerah belajar bersama. Sehingga segala aspek tertentu dari tiap-tiap kasus disoroti

73
dengan upaya suatu makalah atau proposal agar memperjelas segala bentuk partisipasi
tersebut.

3. Fungsi dan Tujuan Serta Pola Peran Serta Masyarakat

Pada perkembangannya dimana partisipasi terbagi menjadi dua pola yang pertama
ialah pola partisipasi secara individu dan yang kedua adalah pola partisipasi secara
kelompok. Seseoramg yang aktif dan juga inovatif dalam segala pembangunan akan
sangat memberikan sumbangsih yang nyata bagi dirinya, keluarga, daerah, bangsa dan
Negara dalam aspek peningkatan ekonomi dan spiritual. Kendati demikian manusia
merupakan makhluk sosial yang mana ini harus dikembangkan menjadi suatu kelompok
atau anggota lainnya sehingga dengan terjalinnya ini akan lahir lah suatu pola partisipasi
masyarakat atau kelompok dikarenakan setiap kelompok memiliki suatu unsur dan elemen
yang beraneka ragam dimana antara perbedaan tersebut memiliki suatu interaksi yang
kaya akan sebuah konsep-konsep. Pada pengembanganya dimana partisipasi anggota
secara kelompok perlu menggunakan pendekatan ‘Partisipation Action Model (PAM)’ yang
dikembangkan oleh Prof. S. Chamala untuk pengembangan Group Skill Management
Forland Care. Dimana metode ini dikembangkan atas dasar pertimbangan :

a. Tujuan dalam proses pembangunan ialah untuk dapat memberikan


peningkatan kemampuan setiap anggota dan juga masyarakat.

b. Setiap orang memiliki hak dan juga kewajiban yang sama untuk turut serta
dalam berpartisipasi pada suatu proses pembangunan nasional.

c. Dengan melalui pendekatan “Partisipation Action Model” diharapkan setiap


orang dapat mengembangkan potensi dirinya dan siap untuk ikut serta dalam
proses pembangunan.

d. “Partisipation Action Model” dibutuhkan karena :


1) Pembangunan dizaman sekarang yang semakin kompleks;
2) Pemerintah memiliki keterbatasan yang harus didukung segala pihak;
3) Dibutuhkan suatu partispasi masyarakat yang memiliki kemampuan inovasi
yang lebih baik sehingga dapat berkembang cepat dan tepat.

Metode “Partisipation Action Model” berasaskan pada suatu hal sebagai berikut :
“telling adults provokes reaction, showing them triggers the imagination, involving them
gives them understanding, empowering them leads to commitment and action “,
memberitahu orang dewasa dapat memprovokasi reaksi, sedangkan menunjukan kepada
mereka dapat memicu imajinasi, melibatkan mereka memberi mereka pemahaman,
memperdayakan mereka mengarah ke komitmen dan tindakan. Adapun factor yang
kiranya dapat untuk mempengaruhinya ada bebrapa factor dimana partisipasi masyarakat
dalam suatu program dan juga sifat dari faktor tersebut dapat mendukung suatu

74
keberhasilan program yang namun ada pula yang memiliki sifat dapat menghambat
keberhasilan program..

Sebagai contoh dari faktor terbatasnya harta benda, faktor usia, faktor pekerjaan,
faktor pendidikan dan faktor penghasilan. Angell mengatakan partisipasi yang tumbuh
dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu3:

a. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia
menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma
masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi
daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

b. Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan
bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa
dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah
mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan
tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan
perempuan yang semakin baik.

c. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan
dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap
lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan
seluruh masyarakat.

d. Pekerjaan dan penghasilan


Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan
menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan
penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong
seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.
Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus
didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

e. Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal didaerah tersebut dimana ini akan mempengruhi
tingkat persentase yang akan timbul dalam aspek partispasinya dengan

3
Ross, M. G., Community Organization: Theory, Principle, and, Practice, Harper and Row
Publisher,New York, 1967, hal 130

75
semakin lama ia tinggal di dalam lingkungan tertentu, maka akan memiliki rasa
yang lebih terkait keperdulian terhadap lingkungannya.

Setiap kebijakan yang dikeluarkan atas suatu partispasi masyarakat yang telah di
bahas sebelumnya terkait pola pola dan bentuk suatu partispasi atau ditetapkan oleh
pemerintah pasti memiliki tujuan. Sesuai dengan pendapat Chandler dan Plano ”Kebijakan
publik adalah Pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada
untuk memecahkan masalah-masalah public atau pemerintah”4. Partisipasi masyarakat
sangat dibutuhkan dalam perumusan kebijakan publik Karen beberapa alasan berikut:

a. Kebijakan publik yang mana pada dasarnya untuk demi kepentingan setiap
masyarakat, dengan demikian maka kebijakan publik haruslah bertumpu
kepada keinginan, tuntutan, harapan serta kebutuhan dari masyarakat.

b. Sebagai suatu subyek dari ketentuan kebijakan publik, dimana masayrakat


merupakan suatu unsur pelaksana dari kebijakan publik itu.

c. Dengan tanpa adanya dukungan dari setiap orang maka suatu kebijakan publik
tidak akan dapat terlaksana dengan baik atau bahkan lebih parah dar itu yaitu
memunculkan suatu protes dan pergejolakan.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah sebagai pelasana roda


pemerintahan di daerah sangat membutuhkan partisipasi masyarkat. Terutama dalam
membuat kebijakan untuk kepentingan masyarakat. Adapun partisipasi dari masyarakat
tersebut memiliki suatu tindakan yang dapat dilaksanakan dengan memberikan konsep
atau gagasan yang dapat di masukan menjadi suatu prodak kebijakan publik yang dari
rakyat itu sendiri hasil gagasannya. Adapun terkait usualn dan saran yang diberikan oleh
masyarakat terkait kebijakan publik daerah bisa untuk disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah DPRD melalui suatu diskusi dan wawancara dengan para
anggota dewan dan bisa juga dengan membuat surat tertulis yang akan di tujukan kepada
kantor DPRD dan atau menulis di media massa seperti koran dan sebagainya.

Dengan menjadikan suatu kebijakan public yang akan dirumuskan bersama-sama


dengan masyarakat akan mengahsilkan kebijakn yang baik. Sebab kebijakan tersebut
akan dapat diterima dan dilaksanakan secara konsekwen oleh masyarakat. Selain itu,
partisipasi masyarakat dalam merumuskan kebijakan public terutama di daerah akan
memberikan dampak positif dalam kehidupan masyarkat daerah. Dampak positifnya yaitu,
sebagai berikut.

a. Adanya perubahan tingkat kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban


dan peningkatan kapasitas kelembagaan masyarkat dalam proses perumusan
kebijakan public.

4
Tangkilisan, H.N.S., Kebijakan Publik Yang Membumi, Lukman Offset, Yogyakarta, 2003,
hal 1

76
b. Terbentuk dan berperannya Forum Stkaeholder (Pihak yang terkait dan
berkepentngan dengan kebijakan public) di darah dalam rangka penyampaian
aspirasi dan memperjuangkan kepentingan masyarakat.

c. Berkembangnya nuansa kehidupan demokrasi dalam pelaksanaan kegiatan


pemerintahan dan pembanguan.

d. Pengelolaan keuangan daerah lebih transfaran sejak awal pembahasan


Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)

e. Adanya perubahan pola piker dan prilaku dari aparat pemerintah dalam
mewujudkan kepernerintahan yang baik.

f. Terbukanya ruang bagi masyarakat dalam melakukan pengawasan sosial.

Menurut Thomas Dye menyebutkan bahwa kebijakan publik adalah pilihan


pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Definisi kebijakan publik dari
Thomas Dye tersebut mengandung makna bahwa5 :
a. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi
swasta;
b. Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan
oleh badan pemerintah

Winarno memberikan pendapat bahwa suatu keputusan kebijakan mencakup setiap


suatu tindakan yang oleh seorang pejabat ataupun lembaga resmi untuk mengubah,
menyetujui, atau menolak suatu alternatif kebijakan yang dipilih. Adapun tahapan pada
suatu perumusan kebijakan itu terlahir dari beberapa tahapan atau langkah-langkah
mekanisme pembuatan sebuah kebijakan, yaitu6:
a. Perumusan Masalah
Menggali serta merumuskan masalah merupakan langkah yang paling
fundamental dalam perumusan kebijakan. Untuk itu maka dapat merusukan
kebijakan dengan baik, maka masalah-masalah public harus dikenali dan
didefinisikan dengan baik pula. Kebijakan public pada dasarnya dibuat untuk
memecahkan segala permasalahan yang timbul di tengah masyarakat..
b. Agenda Kebijakan
Tidak semua masalah publik akan masuk ke dalam agenda kebijakan. Masalah-
masalah tersebut saling berkompetisi antara satu dengan yang lain. Hanya
masalah-masalah tertentu yang pada akhirnya akan masuk ke dalam agenda
kebijakan. Suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan harus
memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti masalah tersebut mempunyai dampak
yang besar bagi masyarakat dan membutuhkan penanganan yang harus segera
5
Subarsono,Ag., Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal 2
6
Winarno, Budi., Kebijakan Publik Teori & Proses, PT.Buku Kita, Jakarta, 2008, hal 119-
123

77
dilakukan.
c. Pemilihan Alternatif Kebijakan Untuk Memecahkan Masalah
Setelah masalah-masalah publik didefinisikan dengan baik dan para perumus
kebijakan sepakat untuk memasukkan masalah tersebut ke dalam agenda
kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah membuat pemecahan masalah.
Para perumus kebijakan akan berhadapan dengan alternatif-alternatif pilihan
kebijakan yang dapat diambil untuk memecahkan masalah
d. Tahap Penetapan Kebijakan
Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan diambil sebagai
cara untuk memecahkan masalah kebijakan, maka tahap paling akhir dalam
pembentukan kebijakan adalah menetapkan kebijakan yang dipilih tersebut
sehingga mmempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

Kesimpulan

Partisipasi merupakan suatu hal kegiatan dalam konteks keikutsertaan dan


masyarakat adalah warga Negara yang bertempat tinggal mendiami suatu wilayah,
sehingga partisipasi masyarakat merupakan suatu kegiatan hal keikutsertaan warga
Negara di suatu wilayah tempat berdiam untuk melakukan suatu pergerakan kenegaraan
dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Suatu bentuk-bentuk partisipasi
masyarakat bisa dalam konteks partisipasi kemasyarakatan, partisipasi uang, partisipasi
demokrasi, partisipasi politik dan masih banyak lagi contoh dari bentuk-bentuk partisipasi
masyarakat yang ada di setiap Negara. Fungsi dan Tujuan dari adanya sebuah peranan
Partisipasi Masyarakat ini lebih menghidupkan kehidupan bernegara yang berlandaskan
transparansi, independ, dan keadilan yang merata. Partisipasi Masyarakat tidak bisa
terlepas dari konteks corak kenegaraan yang bersifat Demokrasi karena secara etimologis
Demokrasi adalah dari dan untuk rakyat itu sendiri, sehingga peranan masyarakat di
dalam ketatanegaraan sangatlah penting peranannya dalam sebuah pergerakan roda
pemerintahan dan kehidupan berbangsa dan bernegara.

C. LATIHAN SOAL / TUGAS

78
Soal :

1. Apa yang dimaksud dengan Partisipasi Masyarakat ?

2. Sebutkan manfaat dari partisipasi masyarakat!

3. Sebutkan faktor –faktor yang mempengaruhi partisipasi!

4. Hal apa sajakah yang dilakukan masyarakat dalam partisipasi?

5. Sebutkan kelemahan kelemahan dari partisipasi !

D. DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto, Perencanaan Partisipasi berbasis Aset Komunitas dari Pemikiran
menuju Penerapan, FISIP UI Press, Depok, 2007.

Mikkelsen, Britha, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan,


Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1999.

Ross, M. G., Community Organization: Theory, Principle, and, Practice, Harper and Row
Publisher,New York, 1967.

Subarsono,Ag., Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005

Tangkilisan, H.N.S., Kebijakan Publik Yang Membumi, Lukman Offset, Yogyakarta, 2003

Winarno, Budi., Kebijakan Publik Teori & Proses, PT.Buku Kita, Jakarta, 2008

79

Anda mungkin juga menyukai