Anda di halaman 1dari 7

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

A. Pengertian Partisipasi Masyarakat


Menurut Tim penyusun KBBI (1996), Partisipasi menurut tata bahasanya berasal dari kata
“participate”, participation yang artinya ikut serta, pengambilan bagian, peran serta. Menurut Dr. Made
Pidarta (1990: 53), Partisipasi adalah “pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan”.
Adapun partisipasi merupakan keterlibatan atau peran serta seseorang baik dilakukan secara individu
maupun kelompok dalam suatu kegiatan tertentu. Menurut Santoso Sastropoetrodi (1988: 13) kutip dari
Ilmuwan Keith Davis mendefinisikan:
“Participation can be defined as mental and emotional involvement of a person in a group
situation wich incourages him to contribute to group goals and share responsibility in them”

Selanjutnya ia mengemukakan pula bahwa “There are three ideas in this wich are important to
manager who will practice the art of participation...”

Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di


dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam
usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Namun demikian dari pikiran-pikiran ahli tentang definisi partisipasi keterlibatan dapat berupa
keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kegiatan yang dilaksanakan serta
mendukung pencapaian tujuan dan tanggung jawab atas segala keterlibatan.
Adapun pengertian masyarakat, secara etimologis masyarakat artinya pergaulan. Dalam bahasa latin
socius dan berubah menjadi kata sosial yang berarti “segala sesuatu yang berhubungan dengan pergaulan
hidup” (Daud Ali dan Habibah Daud, 1999: 77). Dan secara terminologi, sosial dalam pandangan
sosiologi berarti wadah pergaulan hidup bersama manusia yang juga berfungsi sebagai tempat persemaian
dan pertumbuhan budaya manusia sebagai mahluk sosial (Syafari Imam As’ari, 1993: 32)
Dalam masyarakat terdapat simbol-simbol, nilai- nilai dan norma-norma, aturan-aturan dan tingkah
laku yang bersifat normatif yang harus dipertahankan dan ditaati bahkan diciptakan manusia sebagai
anggota masyarakat. Adapun maksud penulis, masyarakat dalam penelitian ini adalah pejabat pemerintah,
tokoh agama, tokoh masyarakat, pengurus yayasan, guru, tenaga administrasi, komite sekolah dan
anggota masyarakat lainnya yang terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan di lembaga pendidikan
tersebut.
Partisipasi masyarakat mengacu kepada adanya keikutsertaan masyarakat secara nyata dalam suatu
kegiatan. Partisipasi itu bisa berupa gagasan,kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan pendidikan.
Dalam sistem pemerintahan yang kebijakannya bersifat top-down, partisipasi masyarakat dalam
kebijakan- kebijakan yang di buat dan diimplementasikan tidak begitu dipermasalahkan, namun pada
sistem pemerintahan yang bottom-up, tingginya partisipasi masyarakat dapat dijadikan tolak ukur
keberhasilan kebijakan tersebut (E. Mulyasa, 2004: 170)
B. Tahapan Partisipasi Masyarakat
Mulyadi (2009:26-49) menyebutkan bahwa didalam partisipasi masyarakat terdapat
beberapa tahapan partisipasi yang lebih nyata terjadi dimasyarakat diantaranya yaitu:
1. Partisipasi di dalam pengambilan keputusan.
Merupakan keterlibatan masyarakat dalam pembentukan keputusan melalui rencana
pembangunan. Seperti keikutsertaan dalam menghadiri rapat pembangunan desa,
memberikan pendapatnya dalam kegiatan rapat desa, memberikan informasi pada rapat
pembangunan desa, dan juga ikut serta dalam proses pembuatan keputusan.
2. Partisipasi di dalam pelaksanaan.
Merupakan keterlibatan masyarakat didalam kegiatan pelaksanaan pembangunan desa
bukan hanya pada tahap perencanaan. Pada tahap pelaksanaan ini masyarakat bisa
memberikan kontribusi yang lebih konkrit seperti kontribusi dengan tenaga, kontribusi
dengan uang, kontribusi dengan bahan.
3. Partisipasi di dalam kemanfaatan.
Merupakan wujud dari peran masyarakat dalam keikutsertaan berpartisipasi di desanya.
Apakah keikutsertaannya tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih positif bagi
perkembangan pemerintah dan masyarakat desa. Bentuk keikutsertaan masyarakat
tersebut dapat berupa mengikuti kegiatan dalam memelihara kebersihan rumah dan
lingkungan sekitar tempat tinggal, ikut serta dalam kegiatan keagamaan, mengikuti
kegiatan memelihara keamanan lingkungan secara suka rela, dan juga mengikuti
kegiatan yang diadakan desa seperti kelompok usaha dibidang ekonomi,
4. Partisipasi pada keikutsertaan dalam melakukan evaluasi.
Merupakan keterlibatan masyarakat dalam pengawasan dan memberikan penilaian pada
pelaksanaan hasil dari mulai tahap perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan.
Keikutsertaan masyarakat dalam bentuk kritik terhadap jalannya pembangunan,
memberikan argumen maupun saran terhadap jalannya pembangunan, dan yang
terpenting adalah memberikan penilaian yang kemudian disampaikan kepada pemerintah
desa sebagai bahan untuk evaluasi.
Menurut Pretty, J., ada tujuh karakteristik tipologi partisipasi yang berturut-turut semakin
dekat kepada bentuk ideal (tingkat partisipasi), yaitu (Karianga 2011 :223):
1. partisipasi pasif dan manipulatif, ini merupakan bentuk partisipasi yang paling lemah.
Karakteristiknya adalah masyarakat menerima pemberian apa yang sedang dan telah
terjadi. Pengumuman sepihak oleh pelaksana proyek tidak memperhatikan tanggarpan
masyarakat sebagai suatu sasaran program. Informasi yang diperlukan terbatas pada
kalangan profesional di luar kelompok sasaran belaka.
2. partisipasi informatif, disini masyarakat hanya menjawab pertanyaan- pertanyaan untuk
proyek, namun tidak berkesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses keputusan.
Akurasi hasil studi, tidak dibahas bersama masyarakat.
3. partisipasi komunikatif, masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi, sedangkan
orang luar mendengarkan, serta menganalisis masalah dan pemecahannya. Dalam pola
ini belum ada peluang untuk mengajukan pandangan masyarakat sebagai masukan untuk
ditindaklanjuti.
4. partisipasi insentif, masyarakat memberikan pengorbanan dan jasa untuk memperoleh
imbalan insentif berupa upah, walau tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau
eksperiman-eksperiman yang dilakukan. Masyarakat tidak memiliki andil untuk
melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah insentif dihentikan.
5. partisipasi fungsional, masyarakat memberntuk kelompok sebagai bagian proyek, setelah
ada keputusan-keputusan utama yang disepakati. Pada tahap awal, masyarakat
bergantung kepada pihak luar tetapi secara bertahap kemudian menunjukkkan
kemandiriannya.
6. partisipasi interaktif, masyarakat berperan dalam proses analisis untuk perencanaan
kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan, pola ini cenderung melibatkan
metode interdisipliner yang mencari keragaman perpektif dalam proses belajar yang
berstruktur dan sistematis. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas
pelaksanaan keputusan-keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan
proses kegiatan.
7. partisipasi mandiri (self mobilization), masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara
bebas (tidak dipengaruhi pihak luar) untuk mengubah sistem atau nilai- nilai yang
mereka junjung. Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga- lembaga lain untuk
mendapatkan bantuan dan dukungan teknis serta sumberdaya diperlukan, yang
terpenting masyarakat juga memegang kendali atas pemanfaatan sumber daya yang ada
dan atau digunakan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tahapan partisipasi masyarakat
terdiri dari partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi dalam kegiatan pelaksanaan
pembangunan desa, partisipasi dalam kemanfaatan bagi pemerintah desa, dan juga partisipasi
dalam keikutsertaan pada pengawasan dan memberikan penilaian pada tahap perencanaan
sampai pada tahap pelaksanaan.
C. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat
Partisipasi dapat dibagi kedalam beberapa bentuk. Menurut Basrowi (Dwiningrum, 2015:
58-59) menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat ditinjau dari bentuknya dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu:
1. Partisipasi secara fisik. Dimana partisipasi ini merupakan partisipasi yang dilakukan
dalam bentuk menyelenggarakan sebuah pendidikan maupun usaha-usaha. Seperti usaha
sekolah, membuat beasiswa, dan juga membantu pemerintah dengan cara membangun
gedung untuk masyarakat atau dapat juga bentuk bantuan yang lain.
2. Partisipasi secara non fisik. Merupakan partisipasi yang melibatkan masyarakat dalam
menentukan tujuannya. Seperti dimana harus menempuh pendidikan nasional dan juga
meratanya wawasan maupun keinginan masyarakat untuk menuntut ilmu dengan cara
melalui pendidikan. Sehingga pemerintah tidak kesulitan dalam memberikan arahan
kepada masyarakat untuk bersekolah.
Mubyanto dalam ndraha (1990:102-104) bahwa dalam suatu partisipasi masyarakat tentunya
ada berbagai bentuk partisipasi masyarakat didalamnya. Diantaranya yaitu.
1. Partisipasi dilakukan dengan cara berkontak langsung antar individu sebagai bentuk awal
dari kegiatan sosial dimasyarakat.
2. Partisipasi mampu untuk menyerap maupun menerima informasi baik menerima maupun
menolak informasi yang diterima.
3. Partisipasi bertujuan dalam ikut serta andil dalam sebuah pengambilan keputusan
perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan.
4. Partisipasi bergerak dengan menggunakan konsep pelaksanaan pembangunan.
Sedangkan Davis dalam jurnal yang ditulis oleh Anthonius Ibori (2013:4) berpendapat
bahwa partisipasi masyarakat dibagi kedalam beberapa bentuk, yaitu : a. partisipasi dalam bentuk
pikiran, ide atau gagasan.
1. Partisipasi dalam bentuk tenaga
2. Partisipasi dalam bentuk pikiran dan juga tenaga.
3. Partisipasi dalam bentuk keahlian.
4. Partisipasi dalam bentuk barang.
5. Partisipasi dalam bentuk uang
Basrowi dalam Dwiningrum (2011:58-59) menyebutkan bahwa bentuk partisipasi
masyarakat dibedakan kedalam dua bagian yaitu partisipasi fisik dan juga partisipasi non fisik.
Yang mana partisipasi fisik adalah usaha kelompok masyarakat atau orangtua dalam bentuk
pendidikan seperti menyelenggarakan dan mendirikan sekolah. Sedangkan partisipasi non fisik
merupakan keterlibatan masyarakat dalam mementukan tujuan pendidikan guna untuk
memperoleh ilmu pengetahuan melalui lembaga pendidikan.
Menurut Huraerah (2011:116) meyebutkan ada beberapa bentuk partisipasi massyarakat
yaitu: partisipasi dalam bentuk pikiran, dalam bentuk tenaga, dalam bentuk harta maupun benda,
dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, dalam bentuk sosial.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dibagi
menjadi beberapa bentuk diantaranya adalah : partisipasi dalam bentuk pikiran, partisipasi dalam
bentuk tenaga, partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga, partisipasi dalam bentuk keahlian,
partisipasi dalam bentuk barang dan partisipasi dalam bentuk uang.
D. Alasan Utama Partisipasi Masyarakat
White mengemukan 10 (sepuluh) buah alasan tentang pentingnya partisipasi sebegai berikut
(Sastropoetro, 1988:33) :
1. Dengan partisipasi lebih banyak hasil kerja yang dapat dicapai
2. Dengan partisipasi pelayanan atau service dapat diberikan dengan biaya murah
3. Partisipasi memiliki nilai dasar yang sangat berarti untuk peserta, karena menyangkut
kepada harga dirinya
4. Partisipasi merupakan katalisator untuk pembangunan selanjutnya
5. Partisipasi mendorong timbulnya rasa tanggungjawab
6. Partisipasi menjamin, bahwa suatu kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat telah
dilibatkan
7. Partisipasi menjamin, bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan arah yang benar.
8. Partisipasi menghimpun dan memanfaatkan berbagai pengetahuan yang terdapat di dalam
masyarakat, sehingga terjadi perpaduan berbagai keahlian
9. Partisipasi membebaskan orang dari kebergantungan kepada keahlian orang lain.
10. Partisipasi lebih menyadarkan manusia terhadap penyebab dari kemiskinan sehingga
menimbulkan kesadaran terhadap usaha untuk mengatasinya.
Sastropoetra mengatakan sehubungan dengan partisipasi agar efektif, masyarakat akan dapat
bergerak untuk lebih berpartisipasi apabila 1) partisipasi itu dilakukan melalui organisasi-
organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat yang
bersangkutan, 2) partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang
bersangkutan, 3) manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu memebuhi keinginan masyarakat
setempat, 4) dalam proses partisipasi masyarakat menjamin adanya kontrol yang dilakukan
masyarakat (Karinga, 2011 :244).
Partisipasi yang ditawarkan oleh Sastropoetra akan menjadi partisipasi yang lebih efektif
apabila ada akses untuk berpartisipasi atau terbukanya kesempatan seluas-luasnya pada langkah
awal, masyarakat yang akan berpartisipasi memiliki kemampuan untuk terlibat, kalaupun belum
memiliki kemampuan terdapatnya kemauan yang nantinya kemampuan akan dilatih secara
perlahan-lahan. Partisipasi juga harus difasilitasi sehingga ada kemauan atau keinginan
masyarakat untuk terlibat. Namun karena tidak semua pemerintah, lenmbaga swadaya belum
memiliki kemampuan yang sama untuk menyelenggarakan partisipasi yang efektif maka
muncullah adanya ketidaksanaan respon warga terhadap partisipasi.
E. Keberhasilan Partisipasi Masyarakat
Keberhasilan upaya pembangunan sangat tergantung kepada partisipasi masyarakat
sekitarnya. Partisipasi masyarakat dapat diartikan juga keterlibatan secara aktif, baik secara
perorangan, kelompok ataupun dalam kesatuan masyarakat. Adapun ciri-ciri partisipasi
masyarakat itu tumbuh dan berkembang dengan baik dalam suatu aktivitas masyarakat dapat
diukur dengan kriteria sebagai berikut : (Sudriamunawar 2006: 61)
1. Adanya tujuan hidup dan kebutuhan yang sama dimana hal ini merupakan kekuatan dan
modal yang besar untuk melakukan kegiatan bersama dalam kehidupan masyarakat
2. Adanya kemampuan masyarakat itu sendiri dalam menyesuaikan dirinya dengan alam
dan lingkungan sekitar.
3. Adanya iklim yang memungkinkan timbulnya partisipasi masyarakat.
Partisipasi masyarakat mempunyai arti bahwa masyarakat terlibat secara langsung melalui
aktivitas-aktivitas bersama dalam program pembangunan, yang tujuannya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Hal ini sejalan dengan kebijakan pembangunan itu sendiri.
Secara umum konsep partisipasi masyarakat lebih dipahami sebagai keterlibatan masyarakat
dalam pembangunan, khususnya dalam perencanan pembangunan. Disisi lain, konsep mengenai
perencanaan sering dijelaskan sebagai suatu proses analitis dalam pengambilan keputusan
(decision making) yang berakhir apabila suatu rencana tersebut dilaksanakan dan
dimanifestasikan. Penggunaan partisipasi dalam pengambilan keputusan akan menjadikan suatu
organisasi lebih efektif, sebab partisipasi masyarakat akan sangat membantu dalam proses
penentuan alternatif dalam pemecahan masalah (problem solving)
Agar kegiatan partisipasi masyarakat berjalan dengan efektif dapat dilakukan berbagai cara,
diantaranya menurut Sudriamunawar (2006:58) adalah :
1. Melalui aspek kelembagaan, yaitu bahwa pembangunan desa menjadi tanggungjawab
pemerintah dan masyarakat. Ini berarti bahwa sebagai pelaksana dalam kegiatan
pembangunan adalah pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Dalam kegiatan
pembangunan, peranan masyarakat itu sendiri sangat besar, tetapi agar perannya efektif
maka potensi yang ada perlu ditumbuhkembangkan.
2. Melalui aspek program yaitu apabila sebuah program pemerintah atau masyarakat tidak
diatur dengan baik maka masyarakat menjadi kelebihan beban, apabila program
diperbaiki, maka beban masyarakat dapat lebih diringankan, karena terbantu dengan
keberadaan program tersebut
Banyak bukti di lapangan yang menunjukan bahwa telah terjadi kegagalan dalam
pelaksanaan pembangunan atau tidak tercapainya sasaran-sasaran pembangunan sebagai akibat
dari kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan bahkan kadangkala terjadi penolakan
terhadap usaha pembangunan. Menurut Sudriamunawar (2006:56) hal itu terjadi disebabkan oleh
pembangunan hanya menguntungkan segelintir orang tertentu, maksud dan tujuan program
pembangunan tidak dimengerti oleh masyarakat banyak, pembangunan dimaksudkan untuk
memberikan manfaat kepada masyarakat dan masyarakat memahaminya, tetapi cara
pelaksanaannya tidak sesuai dengan pemahaman masyarakat, dan pembangunan dipahami akan
menguntungkan masyarakat, tetapi sejak awal masyarakat tidak diikutsertakan.
Dari uraian diatas, maka suatu pembangunan yang dilaksanakan di masyarakat, harus
diciptakan agar pembangunan tersebut menguntungkan masyarakat, harus dipahami maksudnya
oleh masyarakat, diaksanakan sesuai maksudnya secara jujur, terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan, dan harus melibatkan masyarakat. Partisipasi masyarakat secara terpadu
(mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pemeliharaan) dalam pembangunan akan
membuat masyarakat merasa bertanggung jawab atas hasil pembangunan dan dampaknya akan
terjadi pelestarian dan pengembangan hasil pembangunan tanpa ada keberatan dari pihak
masyarakat.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dapat dijelaskan sebagai berikut :
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri yang dapat
mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan.Menurut slamet
(dalam sunarti, 2003:79), secara teoritis tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan
oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, lamanya
menjadi anggota masyarakat.
Menurut Mohtar dan Chollin (2011:41), di samping pendidikan, perbedaan jenis kelamin
dan status sosial-ekonomis juga mempengaruhi keaktifan seseorang dalam berpartisipasi.
Menurut Rush dan Althoff (2005:167), karakteristik sosial seseorangseperti penghasilan,
pendidikan, kelompok ras atau etnis, usia, jenis kelamin, lamanya tinggal dan agamanya, baik ia
hidup di daerah perdesaan atau di kota, maupun ia termasuk dalam organisasi sukarela tertentu
dan sebagainya, semua mempengaruhi partisipasi politiknya.
Selain itu,sejumlah faktor lingkungan juga mempengaruhi hasil tingkat partisipasi seperti
apakah pemilihan itu berlangsung pada satu saat krisis, sejauh mana kebijakan pemerintah itu
relevan bagi individu, luasnya kesempatan individu dapat mempergunakan informasi yang
relevan, sejauh mana individu tunduk pada kelompok penekan (golongan berpengaruh) dalam
pemberian suara, dan sejauh mana individu mengalami tekanan yang berlawanan.
Menurut Plumer (dalam Yulianti,2012:10), beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat
untuk mengikuti proses partisipasi adalah:
a. Pengetahuan dan keahlian. Dasar pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi
seluruh lingkungan dari masyarakat tersebut. Hal ini membuat masyarakat memahami
ataupun tidak terhadap tahap-tahap dan bentuk dari partisipasi yang ada;
b. Pekerjaan masyarakat. Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan tertentu akan dapat
lebih meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun waktunya untuk
berpartisipasi pada suatu proyek tertentu. Seringkali alasan yang mendasar pada
masyarakat adalah adanya pertentangan antara komitmen terhadap pekerjaan dengan
keinginan untuk berpartisipasi;
c. Tingkat pendidikan dan buta huruf. Faktor ini sangat berpengaruh bagi keinginan dan
kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi serta untuk memahami dan melaksanakan
tingkatan dan bentuk partisipasi yang ada.
d. Jenis kelamin. Sudah sangat diketahui bahwa sebagian masyarakat masih menganggap
faktor inilah yang dapat mempengaruhi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk
berpartisipasi beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan akan mempunyai persepsi
dan pandangan berbeda terhadap suatu pokok permasalahan;
e. Kepercayaan terhadap budaya tertentu. Masyarakat dengan tingkat heterogenitas yang
tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan menentukan strategi partisipasi yang
digunakan serta metodologi yang digunakan. Seringkali kepercayaan yang dianut dapat
bertentangan dengan konsep-konsep yang ada.
Menurut Sunarti (dalam Jurnal Tata Loka, 2003:9), faktor eksternal yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat ini dapat dikatakan petaruh (stakeholder), yaitu semua pihak yang
berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program ini.Petaruh kunci adalah siapa yang
mempunyai pengaruh signifikan, atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program.

Anda mungkin juga menyukai