Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Partisipasi Masyarakat

2.1.1. Pengertian Partisipasi

Kata partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Participation”, take a part,

artinya peran serta atau ambil bagian atau kegiatan bersama-sama dengan orang lain.

Partisipasi merupakan keterlibatan mental atau pikiran dan emosi perasaan sumbangan

dalam usaha mencapai tujuan serta turut tanggung jawab terhadap usaha yang

bersangkutan.

Partisipasi dalam urusan publik belakangan ini menjadi sorotan. Banyak kalangan

yang menggunakan kata partisipasi sehingga tanpa kata partisipasi rasanya diskusi,

seminar, musyawarah ataupun kebijakan yang diluncurkan kurang mendapatkan tempat

di masyarakat. Kata ini dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa

pembangunan, kebijakan dan pelayanan pemerintah. Sementara akhiran “tif”

menunjukkan kata sifat yaitu untuk menerangkan kata dasarnya, sehingga partisipatif

lebih bermakna sebagai kata sifat yang menjelaskan proses (Jakti, 1987).

Partisipasi sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan kapital yang

dimiliki seseorang tersebut. Partisipasi hanya mungkin dilakukan seseorang bila ada

kapital sosial, yaitu jaringan kerja, aturan-aturan yang jelas dan kepercayaan. Jaringan

merupakan lintasan bagi proses berlangsungnya pertukaran, sementara kepercayaan

menjadi stimulus agar proses pertukaran tersebut berjalan lancar sementara aturan

merupakan jaminan bahwa proses pertukaran itu berlangsung adil atau tidak (Saragi,

2004).

Universitas Sumatera Utara


2.1.2. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat menjadi mengemuka dan penting dalam pelaksanaan

pembangunan termasuk didalamnya penataan ruang diantaranyakarena beberapa hal

positif yang dikandungnya : (Alastaire White dalam RA. Santoso Sastropoetro, 1998)

a. Dengan partisipasi lebih banyak hasil kerja yang dapat dicapai.

b. Dengan partisipasi pelayanan atau service dapat diberikan dengan biaya

yang rendah.

c. Partisipasi memiliki nilai dasar yang sangat berarti untuk peserta, karena

menyangkut kepada harga dirinya.

d. Merupakan katalisator untuk pembangunan selanjutnya.

e. Mendorong timbulnya rasa tanggungjawab.

f. Menjamin bahwa suatu kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat telah

dilibatkan

g. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan arah yang benar.

h. Menghimpun dan memanfaatkan berbagai pengetahuan yang terdapat

didalam masyarakat, sehingga terjadi perpaduan berbagai keahlian.

i. Membebaskan orang dari kebergantungan kepada keahlian orang lain.

j. Lebih menyadarkan manusia terhadap penyebab dari kemiskinan, sehingga

menimbulkan kesadaran terhadap usaha untuk mengatasinya.

Arnstein (dalam Saragi, 2004) menetapkan tipologi yang dikenal dengan delapan

anak tangga partisipasi masyarakat, yang menjelaskan peran serta masyarakat di

dasarkan pada kekuatan masyarakat, yaitu :

a. Manipulation dapat diartikan relatif tidak ada komunikasi apalagi dialog.

b. Therapy, berarti telah ada komunikasi tetapi masih bersifat terbatas, inisiatif

datang dari pemerintah dan hanya satu arah.

Universitas Sumatera Utara


c. Information menyiratkan bahwa komunikasi sudah mulai banyak terjadi

tetapi masih bersifat satu arah.

d. Consulation, berarti komunikasi telah terjadi dua arah.

e. Placation, berarti bahwa komunikasi telah berjalan dengan baik dan sudah

ada kesepakatan antara masyarakat dengan pemerintah.

f. Partnership, adalah kondisi dimana pemerintah dan masyarakat mitra

sejajar.

g. Delegated power, bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada

masyarakat untuk mengurus sendiri keperluannya.

h. Citizen Control bermakna bahwa masyarakat menguasai kebijakan publik

dan perumusan, implementasi hingga evaluasi dan kontrol.

Ada tiga bentuk partisipasi, yaitu :

1. Partisipasi sebagai bentuk kontribusi, yaitu interpretasi dominan dari

partisipasi dalam pembangunan di dunia ketiga adalah melihatnya sebagai

suatu keterlibatan secara sukarela atau bentuk kontribusi lainnya dari

masyarakat desa menetapkan sebelumnya program dan proyek pembangunan.

2. Partisipasi sebagai organisasi, meskipun diwarnai dengan perdebatan yang

panjang antara praktisi dan teoritisi mengenai organisasi sebagai instument

yang fundamental bagi partisipasi, namun dapat dikemukakan bahwa

perbedaan organisasi dan partisipasi terletak pada hakekat bentuk

organisasional yang biasa dibentuk atau organisasi yang muncul dan dibentuk

sebagai hasil dari adanya partisipasi. Selanjutnya dalam melaksanakan

partisipasi dapat dilakukan melalui beberapa dimensi, yaitu:

1. Sumbangan pikiran (ide atau gagasan)

2. Sumbangan materi (dana, barang dan alat)

Universitas Sumatera Utara


3. Sumbangan tenaga (bekerja atau memberi kerja)

4. Memanfaatkan atau melaksanakan pelayanan pembangunan

3. Partisipasi sebagai pemberdayaan, yaitu partisipasi merupakan latihan

pemberdayaan bagi masyarakat desa meskipun sulit untuk mendefenisikan

akan tetapi pemberdayaan merupakan upaya untuk mengembangkan

keterampilan dan kemampuan masyarakat desa untuk ikut terlibat dalam

pembangunan.

Menurut Adi Isbandi Rukminto (2003:252), partisipasi masyarakat atau

keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dalam beberapa tahapan,

yaitu :

1. Tahap Assesment

Dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang dimiliki.

Untuk ini masyarakat dilibatkan secara aktif merasakan permasalahan yang

sedang terjadi yang benar-benar keluar dari pandangan mereka sendiri.

2. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang

mereka hadapi dan cara mengatasinya dengan memikirkan beberapa cara

alternatif program.

3. Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program atau Kegiatan

Dilakukan dengan melaksanakan program yang sudah direncanakan dengan

baik agar tidak melenceng dalam pelaksanaannya di lapangan sehingga

tahapan ini dianggap sebagai tahapan yang paling krusial.

4. Tahap Evaluasi (termasuk evaluasi Input, Proses dan Hasil)

Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan pemerintah

terhadap program yang sedang berjalan.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Keith Davis (Reksopoetranto, 1992), kata partisipasi secara etimologis

berasal dari bahasa inggris “participation” yang berarti mengambil bagian, participator

dimaknai sebagai yang mengambil bagian atau sering disebut dalam bahasa umum

sebagai keikutsertaan. Karenanya partisipasi sering dikatakan sebagai peran serta atau

keikutsertaan mengambil bagian dalam kegiatan tertentu. Karenanya terdapat

keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang

mendorong partisipan untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha

mencapai tujuan serta tanggungjawab terhadap usaha mencapai tujuan yang

bersangkutan. Hal yang terakhir senada dengan batasan yang diberikan dalam batang

tubuh UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pasal 2 ayat 4

huruf d bahwa partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasi

kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Selain kedua

pendapat tersebut, terdapat beberapa pendapat lain tentang definisi pastisipasi :

a. Keterlibatan orang secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari pemerintah

atau kepentingan eksternal (Sumarto, 2003).

b. Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam keseluruhan proses kegiatan,

sebagai media penumbuhan kohesifitas antar masyarakat, masyarakat

dengan pemerintahjuga menggalang tumbuhnya rasa memiliki dan

tanggungjawab pada program yang dilakukan (Handayani, 2006).

c. Keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk pernyataan ataupun kegiatan

(Wardoyo, 1992).

d. Keikutsertaan masyarakat dalam program-program pembangunan (Rahardjo,

1985).

Universitas Sumatera Utara


e. Aksi dari kepercayaan akan pembangunan. Karena pastisipasi mempunyai

nilai intrinsik kebaikan dan berfokus pada pencarian cara untuk

menyelesaikan masalah (Cooke and Kothari, 2002).

f. Seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya

atau egonya yang sifatnya lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau

tugas saja (Alport dalam Reksopoetranto, 1992).

Karenanya dalam beberapa definisi tersebut terdapat beberapa kata kunci

tentang definisi pastisipasi :

a. Keikutsertaan

b. Secara sukarela

c. Keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasan

d. Berbentuk pernyataan ataupun kegiatan nyata

e. Media penumbuhan kohesifitas

f. Akomodasi kepentingan bersama

2.1.3. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat

Sebagai bentuk keikutsertaan masyarakat/kelompok terdapat beberapa wujud

dari partisipasi :

1. Menurut Vaneklasen dan Miller membagi pastisipasi atas (Handayani,

2006):

a. Partisipasi Simbolis

Masyarakat duduk dalam lembaga resmi tanpa melalui proses pemilihan

dan tidak mempunyai kekuasaan yang sesungguhnya.

Universitas Sumatera Utara


b. Partisipasi Pasif

Masyarakat diberi informasi atas apa yang sudah diputuskan dan apa

yang sudah terjadi. Pengambil keputusan menyampaikan informasi tetapi

tidak mendengarkan tanggapan dari masyarakat sehingga informasi

hanya berjalan satu arah.

c. Partisipasi Konsultatif

Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab beberapa pertanyaan.

Hasil jawaban dianalisis pihak luar untuk identifikasi masalah dan cara

pengatasan masalah tanpa memasukkan pandangan masyarakat.

d. Partisipasi dengan Insentif Material

Masyarakat menyumbangkan tenaganya untuk mendapatkan makanan,

uang, atau imbalan lainnya. Masyarakat menyediakan sumber daya,

namun tidak terlibat dalam pengambilan keputusan sehingga mereka

tidak memiliki keterikatan untuk meneruskan partisipasinya ketika masa

pemberian insentif selesai.

e. Partisipasi Fungsional

Masyarakat berpartisipasi karena adanya permintaan dari lembaga

eksternal untuk memenuhi tujuan. Mungkin ada keputusan bersama

tetapi biasanya terjadi setelah keputusan besar diambil.

f. Partisipasi Interaktif

Masyarakat berpatisipasi dalam mengembangkan dan menganalisa

rencana kerja. Partisipasi dilihat sebagai hak, bukan hanya sebagai alat

mencapai tujuan, prosesnya melibatkan metodologi dalam mencari

perspektif yang berbeda dan serta menggunakan proses belajar yang

terstruktur. Karena masyarakat terlibat dalam pengambilan keputusan

Universitas Sumatera Utara


maka mereka akan mempunyai keterikatan untuk mempertahankan

tujuan dan institusi lokal yang ada di masyarakat juga menjadi kuat.

g. Pengorganisasian Diri

Masyarakat berpartisipasi dengan merencanakan aksi secara mandiri.

Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga eksternal untuk

sumber daya dan saran-saran teknis yang dibutuhkan, tetapi kontrol

bagaimana sumber daya tersebut digunakan berada di tangan masyarakat

sepenuhnya.

Secara ideal partisipasi semestinya berwujud partisipasi interaktif ataupun

pengorganisasian diri, tetapi tentunya hal tersebut menuntut kapabilitas sumber daya

manusia yang optimal. Di negara dunia ketiga yang umumnya berpemerintahan totaliter

menggunakan model partisipasi simbolis, pasif ataupun konsultatif.

Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengungkan

dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat ikut serta

dengan pemerintah memberi bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat,

dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat

diartikan sebagian “pengikutsertaan” atau pengambil bagian dalam kegiatan bersama.

2. Menurut Soetrisno (1995:221), secara umum ada 2 (dua) jenis definisi

partisipasi yang beredar di masyarakat, yaitu:

1. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan masyarakat

terhadap rencana/proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuan

oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam defenisi

ini pun diukur dengan kemauan masyarakat ikut menanggung biaya

pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan

pembangunan.

Universitas Sumatera Utara


2. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan kerja sama erat antara

perencana dan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan

dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi dan

rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak hanya diukur

dengan kemauan masyarakat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi

juga dengan ada tidaknya hak masyarakat untuk ikut menentukan arah dan

tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka. Ukuran lain yang dapat

digunakan adalah ada tidaknya kemauan masyarakat untuk secara mandiri

melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu.

2.2 Pengertian Pembangunan

Pembangunan adalah kata yang digunakan secara meluas dalam semua media massa

di seluruh dunia dan merupakan konsep yang kerap kali disebut dan diperbincangkan oleh

semua lapisan masyarakat, terutama di kalangan ahli politik, wartawan, orang

pemerintahan, dll. Pembangunan itu sendiri berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi

dimana pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat menjadi syarat utama

pembangunan.l

Beberapa pengertian Pembangunan menurut para ahli antara lain sebagai

berikut:

Menurut Johan Galtung Pembangunan merupakan “upaya untuk memenuhan

kebutuhan dasar manusia, baik secara individual maupun kelompok, dengan cara-cara

yang tidak menimbulkan kerusakan, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan

alam”.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan menurut Benny H. Hoed, pembangunan adalah “Pembangunan adalah

upaya sistematis melepaskan diri dari keterbelakangan dan upaya untuk memperbaiki

kesejahteraan masyarakat”.

Ahli lain, Drs. Djoko Oentoro mendefinisikan Pembangunan sebagai “pertumbuhan

ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur ekonomi dan corak kegiatan ekonomi

atau usaha meningkatkan pendapatan per kapita”.

Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai “transformasi ekonomi,

sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk

memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat”.

Sementara Slamet Triyono secara sederhana mendefenisikan Pembangunan

sebagai semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan

terencana.

2.3. Pembangunan Berkelanjutan (Suistainable Development)

Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable

development. Istilah pembangunan berkelanjutan diperkenalkan dalam World

Conservation Strategy (Strategi Konservasi Dunia) yang diterbitkan oleh United

Nations Environment Programme (UNEP), International Union for Conservation of

Nature and Natural Resources (IUCN), dan World Wide Fund for Nature (WWF) pada

1980. Pada 1982, UNEP menyelenggarakan sidang istimewa memperingati 10 tahun

gerakan lingkungan dunia (1972-1982) di Nairobi, Kenya, sebagai reaksi ketidakpuasan

atas penanganan lingkungan selama ini. Dalam sidang istimewa tersebut disepakati

pembentukan Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World Commission

on Environment and Development - WCED). PBB memilih PM Norwegia Nyonya

Harlem Brundtland dan mantan Menlu Sudan Mansyur Khaled, masing-masing menjadi

Universitas Sumatera Utara


Ketua dan Wakil Ketua WCED. Menurut Brundtland Report dari PBB (1987),

pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis,

masyarakat, dsb) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan

pemenuhan kebutuhan generasi masa depan.”

Pengertian umum pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah

pembangunan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa

perlu merusak atau menurunkan kemampuan generasi yang akan datang dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pada dasarnya konsep ini merupakan strategi pembangunan yang memberikan

batasan pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah dan sumberdaya yang ada

didalamnya. Ambang batas ini tidak absolut (mutlak) tetapi merupakan batas yang

luwes (flexible) yang bergantung pada teknologi dan sosial ekonomi tentang

pemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan biosfer dalam menerima akibat yang

ditimbulkan dari kegiatan manusia. Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan

adalah semacam strategi dalam pemanfaatan ekosistem alamiah dengan cara tertentu

sehingga kapasitas fungsionalnya tidak rusak untuk memberikan manfaat bagi

kehidupan umat manusia. Hal ini bukan saja untuk kesejahteraan masyarakat secara

keseluruhan, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat generasi mendatang. Dengan

demikian diharapkan bahwa kita tidak saja mampu melaksanakan pengelolaan

pembangunan yang ditugaskan (to do the thing right), tetapi juga dituntut untuk mampu

mengelolanya dengan suatu lingkup yang lebih menyeluruh (to do the right thing).

Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan

berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa

mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Budimanta

(2005) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang

Universitas Sumatera Utara


mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka

peningkatan kesejahteraan, kualitas kehidupan dan lingkungan umat manusia tanpa

mengurangi akses dan kesempatan kepada generasi yang akan datang untuk menikmati

dan memanfaatkannya. Dalam proses pembangunan berkelanjutan terdapat proses

perubahan yang terencana, yang didalamnya terdapat eksploitasi sumberdaya, arah

investasi orientasi pengembangan teknologi, dan perubahan kelembagaan yang

kesemuanya ini dalam keadaan yang selaras, serta meningkatkan potensi masa kini dan

masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Pembangunan

berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas dari itu,

pembangunan\ berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi,

pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan (selanjutnya disebut 3 Pilar

Pembangunan berkelanjutan).

Dokumen-dokumen PBB, terutama dokumen hasil World Summit 2005

menyebut ketiga pilar tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi

pembangunan berkelanjutan. Idealnya, ketiga hal tersebut dapat berjalan bersama-sama

dan menjadi focus pendorong dalam pembangunan berkelanjutan. Dalam buku “Bunga

Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam Abad 21” (Buku 1) Sarosa menyampaikan

bahwa pada era sebelum pembangunan berkelanjutan digaungkan, pertumbuhan

ekonomi merupakan satusatunya tujuan bagi dilaksanakannya suatu pembangunan

tanpa mempertimbangkan aspek lainnya. Selanjutnya pada era pembangunan

berkelanjutan saat ini ada 3 tahapan yang dilalui oleh setiap Negara. Pada setiap tahap,

tujuan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi namun dengan dasar pertimbangan

aspek-aspek yang semakin komprehensif dalam tiap tahapannya.

Tahap pertama dasar pertimbangannya hanya pada keseimbangan ekologi.

Tahap kedua dasar pertimbangannya harus telah memasukkan pula aspek keadilan

Universitas Sumatera Utara


sosial. Tahap ketiga, semestinya dasar pertimbangan dalam pembangunan mencakup

pula aspek aspirasi politis dan sosial budaya dari masyarakat setempat. Tahapan-

tahapan ini digambarkan sebagai evolusi konsep pembangunan berkelanjutan

Robert Malthus mengatakan bahwa untuk menyeimbangkan antara pertumbuhan

penduduk (kelahiran) dengan pertumbuhan pangan (produksi), mau tidak mau

produktivitas pangan harus ditingkatkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara

mengoptimalkan sumber daya alam yang dapat dikelola dalam bentuk barang dan jasa.

Karena tingkat kepuasan manusia terhadap barang dan jasa bersifat tidak terbatas, maka

optimalisasi pengurasan sumber daya alam dilakukan tanpa pernah memperdulikan

sumber daya alam bersifat terbatas. Akibat yang timbul kemudian adalah proses

degradasi lingkungan berupa kerusakan dan pencemaran lingkungan semakin menjadi-

jadi dan bertambah parah.

Kerusakan dan pencemaran lingkungan, menurut J. Barros dan J.M. Johnston

erat kaitannya dengan aktivitas pembangunan yang dilakukan manusia, antara lain

disebabkan:

1. Kegiatan-kegiatan industri, dalam bentuk limbah, zat-zat buangan yang

berbahaya seperti logam berat, zat radio aktif dan lain-lain.

2. Kegiatan pertambangan, berupa terjadinya perusakan instlasi, kebocoran,

pencemaran buangan penambangan, pencemaran udara dan rusaknya lahan

bekas pertambangan.

3. Kegiatan transportasi, berupa kepulan asap, naiknya suhu udara kota, kebisingan

kendaraan bermotor, tumpahan bahan bakar, berupa minyak bumi dari kapal

tanker.

Universitas Sumatera Utara


4. Kegiatan pertanian, terutama akibat dari residu pemakaian zat-zat kimia untuk

memberantas serangga / tumbuhan pengganggu, seperti insektisida, pestisida,

herbisida, fungisida dan juga pemakaian pupuk anorganik.

Dampak dari pencemaran dan perusakan lingkungan yang amat mencemaskan

dan menakutkan akibat aktivitas pembangunan yang dilakukan manusia secara lebih

luas dapat berupa :

1. Pemanasan global, telah menjadi isu internasional yang merupakan topik hangat

di berbagai negara. Dampak dari pemanasan global adalah terjadinya perubahan

iklim secara global dan kenaikan permukaan laut.

2. Hujan asam, disebabkan karena sektor industri dan transportasi dalam

aktivitasnya menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara yang dapat

menghasilkan gas buang ke udara. Gas buang tersebut menyebabkan terjadinya

pencemaran udara.Pencemaran udara yang berasal dari pembakaran bahan

bakar, terutama bahan bakar fosil mengakibatkan terbentuknya asam sulfat dan

asam nitrat. Asam tersebut dapat diendapkan oleh hutan, tanaman pertanian,

danau dan gedung sehingga dapat mengakibatkan kerusakan dan kematian

organisme hidup.

3. Lubang ozon,ditemukan sejak tahun 1985 di berbagai tempat di belahan bumi,

seperti diAmerika Serikat dan Antartika. Penyebab terjadinya lubang ozon

adalah zat kimia semacam kloraflurkarbon (CFC), yang merupakan zat buatan

manusia yang sangat berguna dalam kehidupan manusia sehari-hari, seperti

untuk lemari es dan AC.

Sebagai reaksi dari akibat pembangunan dan industrialisasi yang telah

menyebabkan berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan, di seluruh dunia sedang

Universitas Sumatera Utara


terjadi gerakan yang disebut gerakan ekologi dalam (deep ecology) yang

dikumandangkan dan dilakukan oleh banyak aktivis organisasi lingkungan yang

berjuang berdasarkan visi untuk menyelamatkan lingkungan agar dapat berkelanjutan.

Gerakan ini merupakan antitesa dari gerakan lingkungan dangkal (shallow ecology)

yang berperilaku eksplotatif terhadap lingkungan dan mengkambinghitamkan agama

sebagai penyebab terjadinya kerusakan alam lingkungan. Gerakan ini beranggapan

bahwa bumi dengan sumber daya alam adanya untuk kesejahteraan manusia. Karena

itu, kalau manusia ingin sukses dalam membangun peradaban melalui industrialsiasi,

bumi harus ditundukkan untuk diambil kekayaannya.

Pembangunan berkelanjutan harus diletakkan sebagai kebutuhan dan aspirasi

manusia kini dan masa depan. Karena itu hak-hak asasi manusia seperti hak-hak

ekonomi, sosial, budaya, dan hak atas pembangunan dapat membantu memperjelas arah

dan orientasi perumusan konsep pembangunan yang berkelanjutan.

Secara lebih kongkrit tidak bisa disangkal bahwa hak manusia atas lingkungan

hidup yang sehat dan baik menjadi kebutuhan mendesak sebagai bagian dari hak asasi

manusia. Hak atas pembangunan tidak lepas dari ketentuan bahwa proses pembangunan

haruslah memajukan martabat manusia, dan tujuan pembangunan adalah demi

kemajuan yang terus menerus secara berkelanjutan untuk kesejahteraan manusia secara

adil merata.

Prinsip dasar pembangunan berkelanjutan meliputi,

1. Pemerataan dan keadilan sosial. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan

harus menjamin adanya pemerataan untuk generasi sekarang dan yang akan

datang, berupa pemerataan distribusi sumber lahan, faktor produksi dan

ekonomi yang berkeseimbangan (adil), berupa kesejahteran semua lapisan

masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


2. Menghargai keaneragaman (diversity). Perlu dijaga berupa keanegaragaman

hayati dan keanegaraman budaya. Keaneragaman hayati adalah prasyarat untuk

memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk

masa kini dan yang akan datang. Pemeliharaan keaneragaman budaya akan

mendorong perlakuan merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan

terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti oleh masyarakat.

3. Menggunakan pendekatan integratif. Pembangunan berkelanjutan

mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam. Manusia

mempengaruhi alam dengan cara bermanfaat dan merusak Karena itu,

pemanfaatan harus didasarkan pada pemahaman akan kompleknya keterkaitan

antara sistem alam dan sistem sosial dengan cara-cara yang lebih integratif

dalam pelaksanaan pembangunan.

4. Perspektif jangka panjang, dalam hal ini pembangunan berkelanjutan seringkali

diabaikan, karena masyarakat cenderung menilai masa kini lebih utama dari

masa akan datang. Karena itu persepsi semacam itu perlu dirubah.

Menurut Surya T. Djajadiningrat, agar proses pembangunan dapat berkelanjutan

harus bertumpu pada beberapa factor :

1. Kondisi sumber daya alam, agar dapat menopang proses pembangunan secara

berkelanjutan perlu memiliki kemampuan agar dapat berfungsi secara

berkesinambungan. Sumber daya alam tersebut perlu diolah dalam batas

kemampuan pulihnya. Bila batas tersebut terlampaui, maka sumber daya alam

tidak dapat memperbaharuhi dirinya, Karena itu pemanfaatanya perlu dilakukan

secara efesien dan perlu dikembangkan teknologi yang mampu mensubsitusi

bahan substansinya.

Universitas Sumatera Utara


2. Kualitas lingkungan, semakin tinggi kualitas lingkungan maka akan semakin

tinggi pula kualitas sumber daya alam yang mampu menopang pembangunan

yang berkualitas.

3. Faktor kependudukan, merupakan unsur yang dapat menjadi beban sekaligus

dapat menjadi unsur yang menimbulkan dinamika dalam proses pembangunan.

Karena itu faktor kependudukan perlu dirubah dari faktor yang menambah

beban menjadi faktor yang dapat menjadi modal pembangunan.

2.4. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau

rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Pada dasarnya perencanaan sebagai fungsi

manajemen adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan untuk

mencapai tujuan yang dikehendaki (Ginanjar Kartasasmita, 1994).

Dari pengertian sederhana tersebut dapat diuraikan beberapa komponen

penting, yakni tujuan; apa yang hendak dicapai, kegiatan; kegiatan untuk

merealisasikan tujuan, dan waktu; kapan bilamana kegiatan tersebut

hendak dilakukan. Apa yang direncanakan tentu saja merupakan tindakan-tindakan

di masa depan untuk masa depan.

Secara sederhana pembangunan sering diartikan suatu upaya untuk

melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud

adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang

mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan

perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan

yang dapat menolak asumsi tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus

memisahkan secara tegas maka pembangunan dapat diartikan suatu perubahan.

Mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih

baik dari kondisi sekarang. Sedangkan pembangunan sebagai suatu

pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus

berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu

yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan (Siagian, 1991).

Dengan demikian perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu

proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang

didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk

melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/ aktivitas kemasyarakatan. Baik yang

bersifat fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spritual) dalam rangka

mencapai tujuan yang lebih baik.

Dari kajian literatur tentang partisipasi masyarakat di negara-negara

berkembang menunjukkan bahwa konsep partisipasi di interpretasikan secara luas,

seperti yang disampaikan Cohen dan Uphoff (1997), bahwa:

“Partisipasi dapat dilihat dari berbagai pandangan (perspective). Keterlibatan

masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan dalam

mengimplementasikan program, serta menikmati keuntungan-keuntungan dari

program terseut. Keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi program, suatu

proses aktif, dimana rakyat dari suatu komuniti mengambil inisiatif dan

menyatakan dengan tegas otonomi mereka”.

Menurut FAO seperti yang dikutip Mikkelsen (1999 : 64), berbagai

penafsiran yang berbeda dan sangat beragam mengenai arti kata tentang partisipasi

yaitu:

Universitas Sumatera Utara


1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek

tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, mengandung arti bahwa

orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan

menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

3. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat

dengan staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring

proyek, agar supaya memperoleh imformasi mengenai konteks lokal

dan dampak sosial.

4. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam

perubahan yang ditentukannya sendiri.

5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam

pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

Menurut Oakley (1991 : 14), berpendapat bahwa “partisipasi merupakan hal

yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tanpa adanya partisipasi aktif

dari masyarakat pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada perwujudan

kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud, karena masyarakatlah yang lebih tahu akan

kebutuhannya dan cara mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi dalam

masyarakat”

2.5. Paradigma Center Development

Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu

pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan istilah

tersebut menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.

Universitas Sumatera Utara


Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi

pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. paradigma sebagai alat bantu para

illmuwan dalam merumuskan apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab,

bagaimana seharusnya dalam menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus

dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut.

Paradigma yang dianut oleh pemerintah Indonesia yaitu paradigma

pembangunan yang berdasar kepada Pancasila sebagai dasar negara. Oleh karena itu

tujuan dari pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah haruslah sejalan dengan

pancasila sehingga tujuan yang diinginkan tadi dapat tercapai dengan baik. Paradigma

pembangunan nasional yang berdasarkan kepada Pancasila tentunya meliputi beberapa

aspek pembangunan yaitu, aspek hukum, aspek sosial, aspek budaya maupun aspek

politik. Setiap proses pembangunan harusnya diiringi oleh pertumbuhan aspek – aspek

tersebut sehingga dapat tercipta keselarasan dalam proses pembangunan itu sendiri.

2.6. Partisipasi Masyarakat Menurut UU No 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional.

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara

perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam

jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah

Dapat dikatakan bahwa partisipasi masyarakat menutu UU no 25 tahun 2004

ialah masyarakat bersama pemerintah merupakan stakeholder dalam proses

pembangunan. Artinya masyarakat merupakan elemen penting yang sangat menunjang

keberhasilan dari pembangunan tadi, masyarakat diberikan peran yang cukup sentral

Universitas Sumatera Utara


didalam pembangunan agar kiranya masyarakat tadi dapat berpastisipasi aktif dalam

setiap tahapan ataupun proses pembangunan yang telah direncanakan oleh pemerintah.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai