Latar Belakang
Pembangunan Indonesia menjadi negara yang lebih maju, tidak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Masyarakat harus mau ikut terlibat
dalam segala bentuk kegiatan pembangunan yang diselenggarakan
pemerintah. Tujuan utama pembangunan ialah untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat Indonesia. Maka dari itu, pemerintah dan masyarakat harus
saling bekerja sama dan ikut berpartisipasi dalam melaksanakan
pembangunan.
Partisipasi sebagai suatu konsep dalam pengembangan keterlibatan
masyarakat pada dasarnya dapat digunakan secara umum dan luas. Di dalam
kamus besar bahasa Indonesia partisipasi adalah perihal turut berperan serta
dalam suatu kegiatan (keikutsertaan). Partisipasi adalah peran serta seseorang
atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk
pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan seperti
pikiran, tenaga, waktu, keahlian, dan modal. Konsep utama dan prinsip dasar
partisipasi adalah pengembangan masyarakat karena diantara banyak hal
partispasi terkait erat dengan gagasan keikutsertaan masyarakat dalam
berbagai aspek termasuk dalam pembangunan ekonomi yang ada di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Partisipasi Publik
2. Bagaimana Pembangunan Ekonomi Indonesia saat ini?
3. Apakah partisipasi publik dalam pembangunan ekonomi Indonesia?
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3. Indikator/Keberhasilan Partisipasi
Keberhasilan peningkatan partisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah dapat diukur dengan beberapa indikator berikut:
a. Kontribusi/dedikasi stakeholders meningkat dalam hal jasa
(pemikiran/keterampilan), finansial, moral dan material/barang.
b. Meningkatnya kepercayaan stakeholders kepada sekolah terutama
menyangkut kewibawaan dan kebersihan.
c. Meningkatnya tanggungjawab stakeholders terhadap penyelenggaraan
pendidikan di sekolah.
d. Meningkatnya kualitas dan kuantitas masukkan (kritik dan saran)
untuk peningkatan mutu pendidikan.
e. Meningkatnya kepedulian stakeholders terhadap setiap langkah yang
dilakukan sekolah untuk meningkatkan mutu.
f. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah benar-benar
mengekspresikan apresiasi dan pendapat stakeholders dan mampu
meningkatkan kualitas pendidikan.
4. Konsep Partisipasi
Partisipasi Valderama dalam Arsito mencatat ada tiga tradisi konsep
partisipasi terutama bila dikaitkan dengan pembangunan masyarakat yang
demokratis yaitu :
a. Partisipasi politik (political participation) lebih berorientasi pada
“mempengaruhi” dan “mendudukan wakil-wakil rakyat” dalam
lembaga pemerintah ketimbang partisipasi aktif dalam proses-proses
kepemerintahan itu sendiri.
b. Partisipasi social (social participation) partisipasi ditempatkan
sebagai beneficiary atau pihak diluar proses pembangunan dalam
konsultasi atau pengambilan keputusan dalam semua tahapan siklus
proyek pembangunan dari evaluasi kebutuhan sampai penilaian,
pemantauan, evaluasi dan implementasi. Partisipasi sosial sebenarnya
dilakukan untuk memperkuat proses pembelajaran dan mobilisasi
sosial. Dengan kata lain, tujuan utama dari proses sosial sebenarnya
bukanlah pada kebijakan publik itu sendiri tetapi keterlibatan
komunitas dalam dunia kebijakan publik lebih diarahkan sebagai
wahana pembelajaran dan mobilisasi sosial.
c. Partisipasi warga (citizen participation/citizenship) menekankan
pada partisipasi langsung warga dalam pengambilan keputusan pada
lembaga dan proses pemerintahan. Partisipasi warga telah mengalih
konsep partisipasi “dari sekedar kepedulian terhadap penerima derma
atau kaum tersisih menuju suatu keperdulian dengan berbagai bentuk
keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijakan dan pengambil
keputusan diberbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi
kehidupan mereka.
2. Tujuan Pembangunan
Tujuan utama pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah adalah
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, untuk mencapainya
perusahaan-perusahaan di berbagai bidang lebih berkembang. Namun,
seringkali aspirasi dan niat baik tersebut tidak menjangkau seluruh
masyarakat, terutama masyarakat pedesaan. Selain itu, banyak kerusakan
lingkungan disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan untuk mencapai
tujuan pembangunan tertentu dan juga dengan melanggar standar hidup
masyarakat perkotaan.
Keberhasilan pembangunan memerlukan dukungan, perhatian dan
partisipasi masyarakat dalam segala hal, dalam hal ini masyarakat
pedesaan tidak terkecuali. Secara tidak langsung mempengaruhi
pembangunan seperti pembangunan masjid dan pengadaan tenaga kerja
untuk madrasah dapat dilihat secara tidak langsung, ketika masjid
dibangun, masyarakat dapat shalat berjamaah dan anak-anak dapat
mengaji di masjid, kemudian akuisisi. penggunaan komputer
meningkatkan kesejahteraan penduduk desa dan siswa, karena efeknya
dapat dilihat saat mereka tumbuh dan dewasa. Anak desa yang
berpendidikan lebih kaya daripada anak desa yang tidak berpendidikan
(Samudra Wibawa: 2009). Visi pembangunan secara umum adalah
terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera, dan adil, yang
beriman kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
3. Teori Pembangunan
a. Teori Pembangunan Sebelum Kemerdekaan
Teori pembangunan dalam ilmu-ilmu sosial dapat dibagi menjadi
dua paradigma penting, modernisasi dan Paradigma modernisasi
meliputi teori makro pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial dan
teori mikro nilai individu yang mendukung proses perubahan.
Paradigma ketergantungan mencakup teori keterbelakangan
(underdevelopment), ketergantungan (dependen development) dan
teori sistem dunia (world system theory) menurut klasifikasi Larrain
(1994). Sekaligus Tikson (2005) membagi teori ini. Pembangunan
menjadi tiga klasifikasi, yaitu modernisasi, keterbelakangan dan
ketergantungan.
Dalam perkembangan sejarahnya, terlihat bahwa kapitalisme
lahir sekitar tiga abad sebelum lahirnya teori pembangunan. Dengan
demikian, berbagai diskusi tentang teori dan praktik pembangunan
sudah termasuk dalam kerangka kapitalisme. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika kapitalisme sangat mewarnai teori-teori evolusi.
Gerakan teori modernisasi untuk mengubah cara produksi di
masyarakat berkembang sebenarnya merupakan upaya untuk
mengubah cara produksi dari pra-kapitalis menjadi kapitalis, seperti
yang digunakan negara-negara maju untuk menirunya. Selain itu,
Teori Ketergantungan berdasarkan analisis Marxis dapat dikatakan
memunculkan kritik terhadap kapitalisme dari skala pabrik (majikan
dan pekerja) ke tingkat transnasional (pusat dan pinggiran), selama
analisis inti, yaitu eksploitasi. Demikian pula teori sistem dunia
berdasarkan teori ketergantungan menganalisis masalah kapitalisme
dengan unit analisis dari dunia sebagai satu-satunya sistem, yaitu
sistem ekonomi kapitalis.
b. Perkembangan Teori Pembangunan Setelah Kemerdekaan
Pada tanggal 20 Januari 1949 Presiden Amerika Serikat saat itu
Harry S. Truman pertama kali menyebut istilah “kapasitas
pembangunan”. Kemudian, ia menyebarkan konsep keterbelakangan
ke negara-negara bekas jajahan ke untuk mengurangi pengaruh
komunisme-sosialisme sebagai ideologi pembangunan, (Stephen Gill,
1993:28).
Teori modernisasi muncul sekitar tahun 1950-an di Amerika
Serikat. Amerika sebagai semacam respon intelektual terhadap Perang
Dunia Kedua, yang menyebabkan lahirnya negara-negara dunia
ketiga. Sekelompok negara miskin dunia Ketiga, itu adalah bekas
jajahan militer, dimana menjadi subyek sengketa antara pelaku Perang
Dunia Kedua. Sebagai negara yang selama beberapa waktu
memperoleh pengalaman sebagai negara jajahan, kelompok Dunia
Ketiga berusaha melaksanakan pembangunan untuk memenuhi tugas-
tugas domestiknya, yaitu kemiskinan, pengangguran, masalah
kesehatan, rendahnya pendidikan, kerusakan lingkungan, kebodohan,
dan berbagai lainnya masalah.
Teori modernisasi adalah teori pembangunan, yang menurutnya
pembangunan dapat dicapai dengan mengikuti proses pembangunan
yang digunakan di negara-negara berkembang saat ini. Teori aktivitas
Talcott Parsons mengidentifikasi karakteristik yang membedakan
masyarakat “modern” dan “tradisional”. Pendidikan dipandang sebagai
kunci untuk menciptakan individu modern. Teknologi memainkan
peran sentral dalam teori pembangunan karena teknologi yang
dikembangkan dan diadopsi di negara-negara kurang berkembang
diyakini dapat merangsang pertumbuhan ekonomi. Salah satu elemen
kunci dari teori modernisasi adalah keyakinan bahwa pembangunan
membutuhkan bantuan negara maju untuk membantu negara
berkembang belajar dari pembangunan mereka sendiri. Jadi untuk
teori ini didasarkan pada teori bahwa antara negara maju dan negara
berkembang, ada peluang untuk mencapai pembangunan yang sama.
4. Konsep Pembangunan
Sebagaimana dikemukakan para ahli diatas, pembangunan adalah
suatu proses perubahan umum yang dilaksanakan melalui kerja sadar dan
terencana. Padahal pembangunan merupakan proses perubahan yang
terjadi secara alamiah sebagai akibat dari pembangunan.
Sejak kehidupan manusia menjadi lebih kompleks dari berbagai
perspektif, pemikiran modernisasi tidak lagi hanya mencakup ekonomi
dan industri, tetapi telah melalui semua aspek yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia. Oleh karena itu, modernisasi diartikan sebagai suatu
proses perubahan dan transformasi masyarakat, yang meliputi segala
aspeknya, termasuk ekonomi, industri, sosial, budaya, dan lain-lain.
Karena proses modernisasi merupakan proses perubahan yang
mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen pembangunan
menganggapnya sebagai proses pembangunan, di mana terdapat proses
transformasi dari cara hidup tradisional ke cara hidup modern, yang pada
mulanya bercirikan modern. cara -alat modern, ganti alat tradisional.
Partisipasi Publik
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Partisipasi Publik
Dalam kegiatan pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan
perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung-jawab masyarakat
terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu
hidup mereka. Melalui partisipasi yang diberikan masyarakat, disadari bahwa
kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan
pemerintah, namun juga menuntut keterlibatan masyarakat yang ingin
memperbaiki mutu hidupnya.
Pengertian partisipasi/peran-serta pada dasarnya merupakan suatu
bentuk keterlibatan dan keikut-sertaan secara aktif dan sukarela, baik karena
alasan intrinsik maupun ekstrinsik dalam keseluruhan proses kegiatan
pembangunan, yang mencakup: pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian (pemantauan, evaluasi, pengawasan), serta
pemanfaatan hasil kegiatan yang dicapai (Mardikanto dan Soebiato, 2012).
Beragam bentuk kegiatan partisipasi masyarakat yang berhasil
diidentifikasi oleh Dusseldorp (1981), yaitu: 1) Menjadi anggota kelompok
masyarakat; 2) Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok; 3)
Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakkan
partisipasi masyarakat yang lain; 4) Menggerakkan sumber daya masyarakat;
5) Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan; 6) Memanfaatkan
hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.
4.2 Partisipasi
4.3 Partisipasi Publik dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia