Anda di halaman 1dari 20

12

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Partisipasi
Pelaksanaan suatu kegiatan tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan yang akan dicapai harus ada dukungan serta keikutsertaan dari
setiap anggotanya baik secara mental,maupun secara emosional. Keterlibatan atau
keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan merupakan partisipasi seseorang
yang patut dihargai, serta diharapkan ada manfaat serta tujuan atas keikutsertaan
tersebut. Partisipasi ditandai dengan keterlibatan seseorang dalam suatu kelompok
baik moril maupun materi, serta adanya rasa tanggung jawab.

1. Pengertian Partisipasi
Dilihat dari segi etimologi, kata partisipasi berasal dari bahasa Belanda
Participare. Dalam bahasa Inggris kata partisipasi adalah participations
berasal dari bahasa latin yaitu participatio. Perkataan participare terdiri dari
dua suku kata, yaitu part dan cipare. Kata part artinya bagian dan kata cipare
artinya ambil. Jika dua suku kata tersebut disatukan berarti ambil bagian, turut
serta.
Dalam hal ini turut serta atau bagian siswa yang memiliki hobi atau
kesenangan bermain sepakbola di sekolah. Melalui berbagi aktivitas gerak yang
memiliki tujuan kearah yang lebih baik. yaitu dengan ditandainya ada perubahan
dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

12

13

Pengertian partisipasi menurut Moelyarto Tjokrowinoto (1974:37)


didefinisikan sebagai berikut:

Partisipasi adalah penyetaraan mental dan emosi dalam situasi kelompok


yang mendorong mereka untuk mengembangkandaya pikir dan perasaan
mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab
terhadap tujuan tersebut.

Menurut Kafler yang dikutif oleh Mulyono (1999:23) mengenai partisipasi


adalah sebagai berikut:

Partisipasi adalah keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan


yang mencurahkan baik secara fisik maupun mental dan emosional....
partisipasi fisik merupakan partisipasi yang langsung ikut serta dalam
kegiatan tersebut, sedangkan partisipasi secara mental dan emosional
merupakan partisipasi dengan memberikan saran, pemikiran, gagasan, dan
aspek mental lainnya yang menunjang tujuan yang diharapkan.

Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokratis dimana orang


dilibatkan dan diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut
memikul tanggung jawab sesuai tingkat kematangan dan tingkat kewajiban.
Partisipasi itu menjadi lebih baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang
mental serta penentuan kebijaksanaan. (Poerbawakatja RS, 1982-:251).
Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota
dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
suatu organisasi serta mendukung mencapai tujuan bertanggung jawab atas
keterlibatannya.

14

Dari pengertian partisipasi di atas dapat diambil suatu kegiatan tertentu.


Bukan saja hanya ikut serta tetapi keterlibatan emosional, mental serta fisik
anggota dalam memberikan saran ide, kritik, serta inisiatif terhadap kegiatankegitan yang dilaksanakan. Serta mendukung pencapaian tujuan serta bertanggung
jawab atas keterlibatannya. Dalam hal kajian ini partisipasi yang dimaksud adalah
partisipasi siswa terhadap tingkat partisipasi bermain sepakbola.
Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan yang
berkaitan dengan keadaan lahiriahnya sebagaimana dijelaskan oleh (Sastropoetro:
1995).

Participation becomes, then, people's involvement in reflection and


action, a process of empowerment and active involvement in decision
making throughout a programme, and access and control over resources
and institutions (Cristvo, 1990).

Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif


dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap
sosialisasi,

perencanaan,

pelaksanaan,

dan

pelestarian

kegiatan

dengan

memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill (PTO PNPM
PPK, 2007).
Hoofsteede (1971) menyatakan bahwa: patisipasi adalah the taking part
in one ore more phases of the process.

Sedangkan Keith Davis (1967) menyatakan bahwa patisipasi as mental


and emotional involment of persons of person in a group situation which
encourages him to contribute to group goals and share responsibility in
them.

15

Verhangen (1979) dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa,


partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang
berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat.
Theodorson dalam Mardikanto (1994) mengemukakan bahwa dalam pengertian
sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang
(individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan
atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif
ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat
diartikan sebagi keikutsertaan seseorang di dalam suatu kelompok sosial untuk
mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau
profesinya sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya
partisipasi dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Menurut
konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau responses
atas rangsangan-rangsangan yang diberikan yang dalam hal ini, tanggapan
merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan (Berlo, 1961).
Partisipasi masyarakat merutut Hetifah Sj. Soemarto (2003) adalah :

proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan


organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan kebijakan yang langsung
mempengaruhi kehiduapan mereka.

Edited by Foxit Reader


Copyright(C) by Foxit Software Company,2005-2008
For Evaluation Only.
16

Conyers (1991) menyebutkan :

tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat


penting. Pertama partispasi masyarakat merupakan suatu alat guna
memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap
masyarakat, tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyekproyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih
mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan
dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan
mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa
memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya
partisiapsi umum di banyak negara karena timbul anggapan bahwa
merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat mereka sendiri. Hal ini selaras dengan konsep
man-cetered development yaitu pembangunan yang diarahkan demi
perbaiakan nasib manusia.

2. Tipologi Partisipasi
Penumbuhan dan pengembangan partisipasi seringkali terhambat oleh
persepsi yang kurang tepat, yang menilai masyarakat sulit diajak maju oleh
sebab itu kesulitan penumbuhan dan pengembangan partisipasi juga disebabkan
karena sudah adanya campur tangan dari pihak penguasa. Berikut adalah macam
tipologi partisipasi.
a. Partisipasi Pasif / manipulatif dengan karakteristik diberitahu apa yang sedang
atau telah terjadi, pengumuman sepihak oleh pelaksanaan proyek tanpa
memperhatikan tanggapan masyarakat dan informasi yang diperlukan terbatas
pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran.
b. Partisipasi

Informatif

memiliki

karakteristik

dimana

kita

menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian, masyarakat tidak diberi kesempatan untuk


terlibat dan mempengaruhi proses penelitian.

17

c. Partisipasi konsultatif dengan karateristik siswa berpartisipasi dengan cara


berkonsultasi, tidak ada peluang pembatasan keputusan bersama.
d. Partisipasi intensif memiliki karakteristik yang memberikan korbanan atau
jasanya untuk memperoleh imbalan berupa intensif/upah. siswa tidak
dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen-eksperimen yang
dilakukan dan siswa tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan
setelah intensif dihentikan.
e. Partisipasi Fungsional memiliki karakteristik yang membentuk kelompok
untuk mencapai tujuan proyek, pembentukan kelompok biasanya setelah ada
keputusan-keputusan utama yang disepakati, pada tahap awal tergantung
terhadap pihak luar namun secara bertahap menunjukkan kemandiriannya.
f. Partisipasi interaktif memiliki ciri dimana kita berperan dalam analisis untuk
perencanaan kegiatan dan pembentukan penguatan kelembagaan dan
cenderung melibatkan metoda interdisipliner yang mencari keragaman
prespektik dalam proses belajar mengajar yang terstuktur dan sisteatis.
Kitapun memiliki peran untuk mengontrol atas (pelaksanaan) keputusankeputusan merek, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegitan.
g. Self mobilization (mandiri) memiliki karakter yang mengambil inisiatif sendiri
secara bebas (tidak dipengaruhi oleh pihak luar) untuk mengubah sistem atau
nilai-nilai yang mereka miliki. Maka kita mengambangkan kontak dengan
lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan
sumberdaya yang diperlukan.

18

3. Tahap-Tahap Partisipasi
Uraian dari masing-masing tahapan partisipasi adalah sebagai berikut :
a. Tahap partisipasi dalam pengambilan keputusan
Pada umumnya, setiap program pembangunan masyarakat (termasuk
pemanfaatan sumber daya lokal dan alokasi anggarannya) selalu ditetapkan
sendiri oleh pemerintah pusat, yang dalam hal ini lebih mencerminkan sifat
kebutuhan kelompok-kelompok elit yang berkuasa dan kurang mencerminkan
keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak. Karena itu, partisipasi dalam
pembangunan

perlu

ditumbuhkan

melalui

dibukanya

forum

yang

memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses


pengambilan keputusan tentang program-program pembangunan di wilayah
setempat atau di tingkat lokal (Mardikanto, 2001).
b. Tahap partisipasi dalam perencanaan kegiatan
Slamet (1993) membedakan ada tingkatan partisipasi yaitu : partisipasi dalam
tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap pelaksanaan, partisipasi dalam
tahap pemanfaatan. Partisipasi dalam tahap perencanaan merupakan tahapan
yang paling tinggi tingkatannya diukur dari derajat keterlibatannya. Dalam
tahap perencanaan, orang sekaligus diajak turut membuat keputusan yang
mencakup merumusan tujuan, maksud dan target.
Salah satu metodologi perencanaan pembangunan yang baru adalah mengakui
adanya kemampuan yang berbeda dari setiap kelompok masyarakat dalam
mengontrol dan ketergantungan mereka terhadap sumber-sumber yang dapat
diraih di dalam sistem lingkungannya. Pengetahuan para perencana teknis

19

yang berasal dari atas umumnya amat mendalam. Oleh karena keadaan ini,
peranan masyarakat sendirilah akhirnya yang mau membuat pilihan akhir
sebab mereka yang akan menanggung kehidupan mereka. Oleh sebab itu,
sistem perencanaan harus didesain sesuai dengan respon masyarakat, bukan
hanya karena keterlibatan mereka yang begitu esensial dalam meraih
komitmen, tetapi karena masyarakatlah yang mempunyai informasi yang
relevan yang tidak dapat dijangkau perencanaan teknis atasan (Slamet, 1993).
c. Tahap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, seringkali diartikan sebagai
partisipasi masyarakat banyak (yang umumnya lebih miskin) untuk secara
sukarela menyumbangkan tenaganya di dalam kegiatan pembangunan. Di lain
pihak, lapisan yang ada di atasnya (yang umumnya terdiri atas orang kaya)
yang lebih banyak memperoleh manfaat dari hasil pembangunan, tidak
dituntut sumbangannya secara proposional. Karena itu, partisipasi masyarakat
dalam tahap pelaksanaan pembangunan harus diartikan sebagai pemerataan
sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai, dan atau
beragam bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan
diterima oleh warga yang bersangkutan (Mardikanto, 2001).
d. Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan
Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembangunan sangat
diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapat dicapai seperti yang diharapkan,
tetapi juga diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang masalahmasalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang

20

bersangkutan. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat mengumpulkan informasi


yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat
pembangunan sangat diperlukan (Mardikanto,2001).
e. Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan
Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur
terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan adalah untuk
memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil
pembangunan merupakan tujuan utama. Di samping itu, pemanfaaatan hasil
pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk
selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang
(Mardikanto, 2001).

4. Tingkat Kesukarelaan Partisipasi


Dusseldorp (1981) membedakan adanya beberapa jenjang kesukarelaan
sebagai berikut:
a. Partisipasi spontan, yaitu peranserta yang tumbuh karena motivasi intrinsik
berupa pemahaman, penghayatan, dan keyakinannya sendiri.
b. Partisipasi terinduksi, yaitu peranserta yang tumbuh karena terinduksi oleh
adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar;
meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk
berpartisipasi.
c. Partisipasi tertekan oleh kebiasaan, yaitu peranserta yang tumbuh karena
adanya tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat pada

21

umumnya, atau peranserta yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan, nilainilai, atau norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Jika tidak
berperanserta, khawatir akan tersisih atau dikucilkan masyarakatnya.
d. Partisipasi tertekan oleh alasan sosial-ekonomi, yaitu peranserta yang
dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita
kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.
e. Partisipasi tertekan oleh peraturan, yaitu peranserta yang dilakukan karena
takut menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah
diberlakukan.

5. Syarat tumbuh partisipasi


Margono Slamet (1985) menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya
partisipasi, sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:
a. Adanya kemauan yang diberikan kepada kita, untuk berpartisipasi
b. Adanya kesempatan kita untuk berpartisipasi
c. Adanya kemampuan kita untuk berpartisipasi
Lebih rinci Slamet menjelaskan tiga persyaratan yang menyangkut
kemauan, kemampuan dan kesempatan untuk berpartisipasi adalah sebagai
berikut:
a. Kemauan
Secara psikologis kemauan berpartisipasi muncul oleh adanya motif intrinsik
(dari dalam sendiri) maupun ekstrinsik (karena rangsangan, dorongan atau
tekanan dari pihak luar). Tumbuh dan berkembangnya kemauan berpartisipasi
sedikitnya diperlukan sikap-sikap yang:

22

1) Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat pembangunan.


2) Sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya.
3) Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas
sendiri.
4) Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah, dan tercapainya
tujuan pembangunan.
5) Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk
memperbaiki mutu hidupnya.
b. Kemampuan
Beberapa kemampuan yang dituntut untuk dapat berpartisipasi dengan baik itu
antara lain adalah:
1) Kemampuan untuk mengidentifikasi masalah.
2) Kemampuan untuk memahami kesempatan-kesempatan yang dapat
dilakukan

untuk

memecahkan

masalah

yang

dihadapi

dengan

sesuai

dengan

memanfaatkan sumber daya yang tersedia.


3) Kemampuan

untuk

melaksanakan

pembangunan

pengetahuan dan keterampilan serta sumber daya lain yang dimiliki


Robbins (1998) kemampuan adalah kapasitas individu melaksanakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbins (1998)
menyatakan pada hakikatnya kemampuan individu tersuusun dari dua
perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
c. Kesempatan
Berbagai kesempatan untuk berpartisipasi ini sangat dipengaruhi oleh:

23

1) Kemauan politik dari penguasa/pemerintah untuk melibatkan masyarakat


dalam pembangunan.
2) Kesempatan untuk memperoleh informasi.
3) Kesempatan untuk memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya.
4) Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi tepat guna.
5) Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan
mempergunakan peraturan, perizinan dan prosedur kegiatan yang harus
dilaksanakan.
6) Kesempatan

untuk

mengembangkan

kepemimpinan

yang

mampu

menumbuhkan, menggerakkan dan mengembangkan serta memelihara


partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Sementara Mardikanto (1994) menyatakan bahwa pembangunan yang
partisipatoris tidak sekedar dimaksudkan untuk mencapai perbaikan kesejahteraan
masyarakat (secara material), akan tetapi harus mampu menjadikan warga
masyarakatnya menjadi lebih kreatif. Karena itu setiap hubungan atau interaksi
antara orang luar dengan masyarakat sasaran yang sifatnya asimetris (seperti:
menggurui, hak yang tidak sama dalam berbicara, serta mekanisme yang
menindas) tidak boleh terjadi. Dengan dimikian, setiap pelaksanaan aksi tidak
hanya dilakukan dengan mengirimkan orang dari luar ke dalam masyarakat
sasaran, akan tetapi secara bertahap harus semakin memanfaatkan orang-orang
dalam untuk merumuskan perencanaan yang sebaik-baiknya dalam masyarakatnya
sendiri.

24

Mardikanto (2003) menjelaskan adanya kesempatan yang diberikan, sering


merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan sangat
menentukan kemampuannya
1.

Ciri-ciri partisipasi
Seseorang yang ikut serta berpartisipasi dalam suatu kegiatan memiliki

ciri-ciri yang dijadikan barometer atau tolak ukur keikutsertaanya itu.


Beberapa yang ikut serta seseorang dalam kegiatan dijelaskan oleh Nitisemo
(1998:263), bahwa seseorang berpartisipasi terhadap suatu kegiatan memilki
beberapa ciri antara lain:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Secara langsung ikut dalm proses kegiatan


Memiliki keputusan untuk mncapai tujuan yang telah ditentukan
Memberikan tanggapan dan saran dalam proses kegiatan
Memberikan informasi tentang segala sesuatu dalam usaha membuat
Keputusan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Terdapat kesempatan untuk ikut memiliki kegiatan tersebut
Memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan
Merasakan manfaat dari hasil kegiatan

Selanjutnya Siswanto (1987:34) menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang


berpartisipasi khususnya dalam suatu organisasi memiliki ciri-ciri antara lain:

1.
2.
3.
4.
5.

Jarang tidak hadir dalam suatu kegiatan organisasi


Memiliki tujuan jelas
Bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya
Memberikan info tentang tugasnya,
Melaksanakan sesuai dengan aturan yang digariskan dalam organisasi.

25

2. Manfaat Partisipasi
Keith Davis (1985:186) ,engemukakan manfaat prinsipil partisipasi, yaitu:

1. Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar.


2. Dapat digunakan kemampuan berfikir kreatif dari para anggotanya.
3. dapat mengendalikan dnilai-nilai martabat manusia, motivasi serta
membangun kepentingan bersama/
4. Lebih mendorong seseorang untuk lebih bertanggung jawab,
5. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan.

3. Mengukur Tingkat Partisipasi


Untuk mengukur partisipasi seseorang atau sekolah terhadap suatu
kegiatan yaitu melalui tes.
Mengenai tes di jelaskan oleh Rusli Lutan (1989:3) sebagai berikut:
Sebuah tes adalah sebuah instrumen yang dipakai untuk memperoleh tentang
seseorang atau objek.
Selanjutnya Muchis Yahya (1985:31) mengemukakan bahwa untuk
mengukur partisipasi anggota antara lain:

a.
b.
c.
d.

Kerajinan dan ketepatan membayar simpanan


Seringnya menghadiri kegiatan
Seringnya menghadiri rapat
Motivasi anggota

Dari laporan lapangan Majalah Prisma no.6 tahun X Juni 1981 dapat
disimpulkan bahwa untuk mengukur partisipasi ditentukan oleh beberapa hal
sebagai berikut ini:

26

a.
b.
c.
d.

Kritik, usul, saran, dan pendapat dari anggota yang terbuka


Ketepatan melaksanakan tugas dan kewajiban
Kehadiran dalam rapat
Kesediaan anggota untuk berkorban

Kaitannya dengan pernyataan di atas mengenai cara mengukur partisipasi,


dalam hal ini mengukur partisipasi siswa terhadap bermain sepak bola di SMA Se
kecamatan se Tawang Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut:
1. Kehadiran siswa dalam melaksanakan bermain sepak bola
2. Kesungguhan atau keseriusan siswa dalam bermain sepak bola
3. Keterlibatan siswa dalam mengikuti olahraga tersebut.

B. Sejarah Sepakbola
1. Pengertian Sepakbola
Sepakbola adalah olahraga permainan beregu paling populer di dunia yang
masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain di lapangan dan satu diantaranya
bertindak sebagai penjaga gawang, yang sebagian besar menggunakan tungkai
kecuali penjaga gawang diperkenankan menggunakan lengan pada daerah
hukuman (Eman 2003:1).
Olahraga sepakbola permainan yang dilakukan oleh dua tim, setiap tim
berjumlah 11 orang salah satu orang menjadi penjaga gawang. Olahraga ini
merupakan alat permainan berupa bola, tujuan permainan sepakbola yaitu
bagaimana cara tiap tim bekerjasama untuk memasukan bola kegawang lawan
sebanyak-banyaknya, dengan berbagai bentuk teknik dan penempatan strategi
yang jitu agar bisa memasukan bola kegawang lawan, selain kita memasukan bola

27

kegawang lawan kita juga harus menjaga gawang kita supaya tidak kemasukan
bola oleh pemain lawan, oleh sebab itu yang terpenting dalam olahraga sepakbola
yaitu berusaha ada kerjasama antara tiap pemain.
Dalam permainan sepakbola seorang pemain dituntut untuk menguasai
teknik permainan sepakbola diantaranya: Passing, dribbling, shooting dan
headding. Salah satu teknik yang sering digunakan setiap pemain dalam proses
mencetak gol kegawang lawan adalah passing dan stopping yang baik dan
kerjasama antara pemain dalam memberikan dan menghentikan bola secara baik
akan memudahkan upaya mencetak gol.
Dalam permaiana sepakbola selain dituntut penguasaan teknik dasar secara
perorangan, diperlukan juga penguasaan bola yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih melalui teknik passing dan stopping, baik ditempat maupun dalam keadaan
bergerak, hal ini diperlukan karena seorang pemain tidak mungkin menguasai bola
sendirian dari daerah pertahanan sendiri sampai kepertahanan lawan. Banyak
kualitas yang menunjang dalam menggiring bola diantaranya irama, langkah,
kekuatan, stamina dan determinasi, tetapi yang paling penting adalah
keseimbanagan badan seorang pemain.

2. Peraturan Sepakbola
a. Ukuran lapangan standar
1. Ukuran: panjang 100-110 m x lebar 64-75 m
2. Garis batas: yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-ujung,
dan garis melintang tengah lapangan; tak ada tembok penghalang atau
papan

28

3. Gawang: lebar 7 m x tinggi 2,5 m


4. Permukaan daerah pelemparan: halus, rata, dan tak abrasif
b. Bola
1. Ukuran: 68-70 cm
2. Keliling:10 cm
3. Berat: 410-450 gram
4. Lambungan: 1000 cm pada pantulan pertama
5. Bahan: karet atau karet sintetis (buatan)
c. Tim
1. Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan: 11, salah
satunya penjaga gawang
2. Jumlah pemain maksimal keluar lapangan(tidak termasuk cedera): 4
3. Jumlah pemain cadangan maksimal: 12
4. Jumlah wasit: 1
5. Jumlah hakim garis: 2-4
6. Batas jumlah pergantian pemain: paling banyak sesuai jumlah pemain
cadangan.
d. Perlengkapan permainan
1. Kaos bernomor (sejak tahun 1954)
2. Celana pendek
3. Kaos kaki
4. Pelindung tulang kering
5. Alas kaki bersolkan karet

29

e. Lama permainan
1. Lama normal: 2x45 menit
2. Lama istiharat: 15 menit
3. Lama perpanjangan waktu: 2x15 menit
4. Ada adu penalti jika jumlah gol kedua tim seri saat perpanjangan
waktu selesai
5. Time-out: 1 per tim per babak; tak ada dalam waktu tambahan
6. Waktu pergantian babak: maksimal 15 menit
f. Wasit sebagai pengukur waktu resmi
Wasit yang memimpin pertandingan sejumlah 1 orang dan dibantu 2 orang
sebagai hakim garis. Kemudian dibantu wasit cadangan yang membantu
apabila terjadi pergantian pemain dan mengumumkan tambahan waktu.
Pada Piala Dunia 2006, digunakan ofisial ke-lima. Penggunaan 2 wasit
sempat dicoba pada copa italia. Penggunaan 4 hakim garis kabarnya juga
dicoba di piala dunia 2010, dimana 2 diantaranya berada di belakang
gawang.

3. Tujuan Permainan
Dua tim yang masing-masing terdiri dari 11 orang bertarung untuk
memasukkan sebuah bola bundar ke gawang lawan ("mencetak gol"). Tim yang
mencetak lebih banyak gol adalah sang pemenang (biasanya dalam jangka waktu
90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri).
akan diadakan pertambahan waktu 2x 15 menit dan apabila dalam pertambahan
waktu hasilnya masih seri akan diadakan adu penalti yang setiap timnya akan

30

diberikan lima kali kesempatan untuk menendang bola ke arah gawang dari titik
penalti yang berada di dalam daerah penjaga gawang hingga hasilnya bisa
ditentukan. Peraturan terpenting dalam mencapai tujuan ini adalah para pemain
(kecuali penjaga gawang) tidak boleh menyentuh bola dengan tangan mereka
selama masih dalam permainan.

4. Karakteristik Olahraga Permainan Sepakbola


Sepakbola merupakan permainan yang saat ini paling populer dan
berkembang pesat dikalangan masyarakat karena permainan ini dapat dengan
mudah dimainakan oleh laki-laki dan perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang
tua. Terbukti dengan minat masyarakan yang cukup tinggi untuk mempelajari
sepakbola baik melalui lembaga formal misalnya dalam mata pelajaran penjas
disekolah dengan bahasan olahraga permainan sepakbola maupun pada lembaga
non-formal misalnya sekolah sepakbola yang menyelenggarakan pelatihan
sepakbola.
Sepakbola merupakan olahraga permainan yang dapat membangkitkan
luapan keinginan dan emosi yang tidak sama dengan olahraga lainnya.
Permaianan ini adalah sesuatu yang umum diantara orang-orang dengan latar
belakang keturunan yang berbeda-beda, sebuah jembatan yang menghubungkan
jenjang ekonomi, politik, kebudayaan,dan agama. Dikenali sebagai bola kaki
hampir diseluruh dunia, sepakbola merupakan olahraga nasional hampir seluruh
negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Selatan.
Sejalan dengan perkembangan permainana sepakbola, prestasi terbaik
merupakan dambaan atlet maupun pelatih. Akan tetapi untuk mencapai prestasi

31

yang optimal tidaklah mudah dan mewujudkannya. Prestasi dalam olahraga


dipengaruhi oleh dua faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen yang
berhubungan dengan keadaan diri siswa yang meliputi kemampuan fisik,
kemampuan teknik, taktik, dan psikis. Sedangkan faktor eksogen berhubungan
dengan keadaan diluar diri siswa seperti situasi dan kondisi pada saat latihan
taupun pertandingan.
Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap perkembangan kemajuan
pesepakbolaan di Indonesia khususnya, namun hambatan tersebut nampaknya
lebih banyak berakar pada proses pembelajaran dan pelatihan sejak awal mulai
belajar. Model-model pembelajaran tradisional yang memilah-milah penguasaan
teknik dan taktik masih diterapkan dilapangan. Padahal dalam kenyataan,
persoalan paling pokok adalah bagaimana menerapkan penguasaan teknik ke
dalam situasi permainan sehingga para siswa tertarik dan termotivasi untuk
melakukan permainan sepakbola.
Permainan sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga beregu yang
menyuguhkan keterampilan-keterampilan gerak yang kompleks dan kerjasama tim
yang baik. Permainan sepakbola juga sebagian besar dimainkan oleh berbagai
kalangan masyarakat dan golongan usia baik itu anak-anak, remaja, orang dewasa,
orang tua, bahkan kaum wanita, Setiap pemain sepakbola dituntut untuk memiliki
teknik dasar, taktik, dan strategi permainan sepakbola yang baik.

Anda mungkin juga menyukai