Anda di halaman 1dari 7

PENGERTIAN PERENCANAAN PARTISIPATIF

MK PERENCANAAN PARTISIPATIF
NAMA : BRENDA SIGAR
NRI : 120215050
DOSEN :
MICHAEL MOLDY RENGKUNG ,ST.,Msi

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016

PENGERTIAN PERENCANAAN PARTISIATIF

1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan menurut Abe (2001) dalam Ovalhanif (2009) adalah
susunan (rumusan) sistematik mengenai langkah-langkah mengenai langkah
(tindakan-tindakan) yang akan dilakukan di masa depan, dengan didasarkan
pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama atas potensi, faktor-faktor
eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka mencapai
suatu tujuan tertentu.
2. Pengertian Partisipatif
Istilah Partisipasi menurut Mikkelsen biasanya digunakan di masyarakat
dalam berbagai makna umum, diantaranya: (2005, 53-54)

Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat dalam suatu


proyek (pembangunan), tetapi tanpa mereka ikut terlibat dalam proses
pengambilan keputusan.

Partisipasi adalah proses membuat masyarakat menjadi lebih peka


dalam

rangka

menerima

dan

merespons

berbagai

proyek

pembangunan.

Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang


ataupun kelompok yang sedang ditanyakan mengambil inisiatif dan
mempunyai otonomi untuk melakukan hal itu.

Partisipasi adalah proses menjembatani dialog antara komunitas lokal


dan

pihak

penyelenggara

proyek

dalam

rangka

persiapan,

pengimplenetasian, pemantauan dan pengevaluasian staf agar dapat


memperoleh informasi tentang konteks sosial maupun dampak sosial
proyek terhadap masyarakat
3. Pengertian Perencanaan Partisipatif
Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto

(1996)

adalah

proses

perencanaan yang diwujudkan dalam musyawarah ini, dimana sebuah


rancangan rencana dibahas dan dikembangkan bersama semua
pelaku pembangunan (stakeholders). Pelaku pembangunan berasal

dari semua aparat penyelenggara negara (eksekutif,legislatif, dan


yudikatif), masyarakat, rohaniwan, dunia usaha, kelompok profesional,

organisasi-organisasi non-pemerintah.
Menurut Sumarsono (2010), perencanaan partisipatif adalah metode
perencanaan

pembangunan

dengan

cara

melibatkan

warga

masyarakat yang diposisikan sebagai subyek pembangunan.


Perencanaan partisipatif mulai dikenal secara luas sejak munculnya metode
partisipatif yang biasa disebut Participatory Rural Appraisal. Metode ini menekankan
adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam merencanakan pembangunan
(penyelesaian masalah) mulai dari pengenalan wilayah, pengidentifkasian masalah
sampai pada penentuan skala prioritas. Perencanaan partisipatif saat ini mulai
merambah ke tingkat makro atau lebih pada pengembangan kebijakan, biasanya
kegiatan ini lebih banyak dilakukan oleh Lembaga Non Pemerintah (NGOs). Selain
itu perencanaan partisipatif banyak dilakukan di tingkat mikro seperti pada tingkat
masyarakat maupun di tingkat individu.
Tiga alasan utama mengapa perencanaan partisipatif dibutuhkan, yaitu (Conyers,
1991, 154-155) :
1) Alasan pertama partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna
memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhandan sikap masyarakat
setempat yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyekproyek akan gagal.
2) Alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai kegiatan
atau proram pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan
dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk
program tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program
tersebut.
3) Alasan ketiga adalah karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak
demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan.
Alasan lainnya dikemukakan oleh Amartya Sen dimana Ia mengemukana ada 3
alasan mengapa harus ada demokasi dan Perencanaan Partisipatif (Amartya Sen,
1999:148)

1) Demokrasi dan partisipasi sangat penting peranannya dalam pengembangan


kemampuan dasar.
2) Instrumental role untuk memastikan bahwa rakyat bisa mengungkapkan dan
mendukung klaim atas hak-hak mereka, di bidang politik maupun ekonomi
3) Constructive role dalam merumuskan kebutuhan rakyat dalam konteks
sosial.
Prinsip-prinsip perencanaan partisipatif:

Ada identifikasi stakeholders yang relevan untuk dilibatkan dalam proses


perumusan visi, misi, dan agenda SKPD serta dalam proses pengambilan

keputusan penyusunan renstra SKPD;


Ada kesetaraan antara government dan non government stakeholders dalam

pengambilan keputusan;
Ada transparansi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan;
Ada keterwakilan yang memadai dari seluruh segmen masyarakat, terutama

kaum perempuan dan kelompok marjinal;


Ada sense of ownership masyarakat terhadap renstra SKPD
Ada pelibatan media;
Ada konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting pengambilan
keputusan seperti perumusan prioritas isu dan permasalahan, perumusan
tujuan, strategi, dan kebijakan, dan prioritas program.

Tujuan Perencanaan Pembangunan Partisipatif


Tujuan utama proses Perencanaan Partisipatif adalah agar menghasilkan suaru
perencanaan baik. Pada dasarnya Perencanaan Partisipatif bertujuan sebagai
berikut:

Menyusun rencana pembangunan yang lebih bermutu sesuai dengan


kebutuhan masyarakat dan keadaan setempat.

Agar masyarakat merasa memiliki program/ kegiatan pembangunan sehingga


lebih bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
pembangunan serta pemeliharaan/ pengembangan hasil-hasil pembangunan
desanya.

Menumbuhkan dan mendorong peran serta masyarakat dalam pengelolaan


pembangunan yang telah disepakati bersama.

Ciri Khusus Perencanaan Partisipatif


Ciri khusus perencanaan partisipatif dapat dilihat dari adanya peran serta
masyarakat dalam proses pembangunan desa.

Adapun ciri-ciri perencanaan

partisipatif antara lain sebagai berikut:

Adanya hubungan yang erat antara masyarakat dengan kelembagaan secara

terus-menerus.
Masyarakat atau kelompok masyarakat diberi kesempatan untuk menyatakan
permasalahan yang dihadapi dan gagasan-gagasan sebagai masukan

berharga.
Proses berlangsungnya berdasarkan kemampuan warga masyarakat itu

sendiri.
Warga masyarakat berperan penting dalam setiap keputusan.
Warga masyarakat mendapat manfaat dari hasil pelaksanaan perencanaan.

Tipologi Partisipasi Masyarakat atau Individu

Passive

Participation,

masyarakat

berpartisipasi

karena

memang

diharuskan untuk ikut serta dalam proses pembangunan, tanpa ada


kemampuan untuk merubah.

Participation in information giving, partisipasi masyarakat hanya sebatas


memberikan informasi yang dibutuhkan oleh perencana pembangunan
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Namun masyarakat
tidak punya kemampuan untuk mempengaruhi mempengaruhi dalam
pembuatan pertanyaan, dan tidak ada kesempatan untuk mencek ketepatan
dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Participation by consultation, partisipasi masyarakat dilakukan dalam


bentuk konsultasi, ada pihak luar sebagai pendengar yang berusaha
mendefinisikan permasalahan yang dihadapi masyarakat dan merumuskan
solusinya. Dalam proses konsultasi ini tidak ada pembagian dalam penentuan
keputusan, semua dikerjakan oleh pihak luar yang diberi mandat untuk
mngerjakan ini.

Participation for material incentives, partisipasi ini lebih pada masyarakat


memberikan sumber daya yang mereka punya seperti tenaga dan tanah,
kemudian akan diganti dalam bentuk makanan, uang, atau penggantian
dalam bentuk materi lainnya.

Functional participation, partisipasi masyarakat terjadi dengan membentuk


kelompok-kelompok atau kepanitiaan yang diprakarsai/ didorong oleh pihak
luar.

Interactive participation, masyarakat dilibatkan dalam menganalisis dan


perencanaan pembangunan. Dalam tipe partisipasi ini, kelompok mungkin
saja dapat dibentuk bersama-sama dengan lembaga donor dan mempunyai
tugas untuk mengendalikan dan memutuskan semua permasalahan yang
terjadi di tingkat lokal.

Self-mobilization, masyarakat secara mandiri berinisiatif untuk melakukan


pembangunan tanpa ada campur tangan dari pihak luar, kalau pun ada, peran
pihak luar hanya sebatas membantu dalam penyusunan kerangka kerja.
Mereka mempunyai fungsi kontrol penuh terhadap sumber daya yang akan
digunakan untuk mencapai kesejahteraan masyarakatnya.

Catalysing change, Partisipasi dengan membentuk agen perubah dalam


masyarakat

yang

nantinya

dapat

mengajak

atau

mempengaruhi

masyarakatnya untuk melakukan perubahan.

Optimum Participation, lebih memfokuskan pada konteks dan tujuan dari


pembangunan dan itu akan turut menetukan bentuk dari partisipasi yang akan
dipergunakan. Partisipasi akan optimal jika turut memperhatikan secara detail
pada siapa yang akan berpartisipasi karena tidak semua orang dapat
berpartisipasi, dan dengan metode ini pula dapat membantu menentukan
strategi yang optimal dalam pembangunan.

Manipulation, ada sejumlah partisipasi namun tidak memiliki kekuasaan


yang nyata, masyarakat membentuk suatu kelompok atau kepanitiaan namun
tidak memiliki kekuasaan untuk menentukan arah pembangunan.

4. Pengertian Perencanaan Partisipatif Menurut Pemahaman Pribadi


Suatu kegiatan perencanaan yang di dalamnya masayarakat sebagai
subyek pembangunan dilibatkan secara langsung dalam proses perencanaan
tersebut

sehingga

kebutuhan

masyarakat

yang

disampaikan

melalui

musrenbang dapat dimasukkan dalam program pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA

https://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2010/05/03/perencanaan-partisipatif/
http://studyandlearningnow.blogspot.co.id/2013/01/dasar-dasar-perencanaan-

partisipatif.html
http://catatankuliahs2ku.blogspot.co.id/2010/11/pengertian-perencanaantujuan.html

Anda mungkin juga menyukai