Anda di halaman 1dari 7

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Partisipasi


Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu “participation“ yang dapat diartikan suatu
kegiatan untuk membangkitkan perasaan dan diikut sertakan atau ambil bagian dalam kegiatan
suatu organisasi. Partisipasi merupakan keterlibatan aktif masyarakat atau keterlibatan proses
penentuan arah dari strategi kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah.

Menurut Simatupang (dalam Yuwono, 2001:124) memberikan beberapa rincian tentang


partisipasi sebagai berikut :

a. Partisipasi berarti apa yang kita jalankan adalah bagian dari usaha bersama yang
dijalankan bahu-membahu dengan saudara kita sebangsa dan setanah air untuk
membangun masa depan bersama.
b. Partisipasi berarti pula sebagai kerja untuk mencapai tujuan bersama diantara semua
warga negara yang mempunyai latar belakang kepercayaan yang beraneka ragam dalam
negara pancasila kita, atau dasar hak dan kewajiban yang sama untuk memberikan
sumbangan demi terbinanya masa depan yang baru dari bangsa kita.
c. Partisipasi tidak hanya berarti mengambil bagian dalam pelaksanaan-pelaksanaan,
perencanaan pembangunan. Partisipasi berarti memberikan sumbangan agar dalam
pengertian kita mengenai pembangunan kita nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita
mengenai keadilan sosial tetap dijunjung tinggi.
d. Partisipasi dalam pembangunan berarti mendorong ke arah pembangunan yang serasi
dengan martabat manusia. Keadilan sosial dan keadilan Nasional dan yang memelihara
alam sebagai lingkungan hidup manusia juga untuk generasi yang akan datang.

Pendapat Suryono (2001:124) partisipasi merupakan ikut sertanya masyarakat dalam


pembangunan, ikut dalam kegiatan pembangunan dan ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-
hasil pembangunan.

2.2 Pengertian Partisipasi Dalam Pembangunan


Menurut Slamet (dalam Suryono 2001:124) partisipasi masyarakat dalam pembangunan
diartikan sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan
pembangunan dan ikut serta memanfaatkan dan ikut menikmati hasil-hasil pembangunan.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Supriady (2005:16 ) diartikan
sebagai ikut serta masyarakat yang efektif membutuhkan kesepian dari partisipasi masyarakat.

Menurut Isbandi (2007:27) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses


pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan
keputusan tentang alternative solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi
masalah, dan ketertiban masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.  Usaha
pemberdayaan masyarakat, dalam arti pengelolaan pembangunan desa harus dibangun dengan
berorientasi pada potensi viskal, perlibatan masyarakat serta adanya usaha yang mengarah pada
kemandirian masyarakat desa. Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan
secara aktif baik pada pembuatan rencana pelaksanaan maupun penilaian pembangunan menjadi
demikian penting sebagai tolak ukur kemampuan masyarakat untuk berinisiatif dan menikmati
hasil pembangunan yang telah dilakukan. Dalam meningkatkan dan mendorong munculnya sikap
partisipasi, maka yang perlu dipahami oleh pengembang masyarakat adalah kebutuhan-
kebutuhan nyata yang dirasakan oleh individu maupun masyarakat.

Teori Partisipasi : Konsep Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Menurut Para


Ahli

1. Hetifah (dalam Handayani 2006:39) berpendapat, “Partisipasi sebagai keterlibatan


orang secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari pemerintah kepentingan eksternal”. 
2. Histiraludin (dalam Handayani 2006:39-40) “Partisipasi lebih pada alat sehingga
dimaknai partisipasi sebagai keterlibatan masyarakat secara aktif dalam keseluruhan
proses kegiatan, sebagai media penumbuhan kohesifitas antar masyarakat, masyarakat
dengan pemerintah juga menggalang tumbuhnya rasa memiliki dan tanggung jawab pada
program yang dilakukan”. Istilah partisipasi sekarang ini menjadi kata kunci dalam setiap
program pemngembangan masyarakat, seolah-olah menjadi “model baru” yang harus
melekat pada setiap rumusan kebijakan dan proposal proyek. Dalam pengembangannya
seringkali diucapkan dan ditulis berulang-ulang teteapi kurang dipraktekkan, sehingga
cenderung kehilangan makna. Partisipasi sepadan dengan arti peran serta, ikut serta,
keterlibatan atau proses bersama saling memahami, merencanakan, menganalisis, dan
melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat.
3. Slamet ( 2003:8 ) menyatakan bahwa, partisipasi Valderama dalam Arsito mencatat ada
tiga tradisi konsep partisipasi terutama bila dikaitkan dengan pembangunan masyarakat
yang demokratis yaitu :
a. Partisipasi politik (political participation)
b. Partisipasi social (sosial participation)
c. Partisipasi warga (citizen participation/citizenship)

2.3 Unsur – unsur partisipasi


Partisipasi sebagai pemberdayaan, partisipasi merupakan latihan pemberdayaan bagi
masyarakat, meskipun sulit didefinisikan. Akan tetapi, pemberdayaan merupakan upaya untuk
mengembangkan keterampilan dan kemampuan. Menurut Keith Davis (Sastropoetro, 1988:14)
di dalam pengertian partisipasi ini terdapat tiga buah unsur yang penting sehingga memerlukan
perhatian yang khusus yaitu:

1. Bahwa partisipasi sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih
dari semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.
2. Kesediaan memberikan sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok.
3. unsur tanggung jawab.

Partisipasi tidak saja identik dengan keterlibatan secara fisik dalam pekejaan dan tugas
saja, akan tetapi menyangkut keterlibatan diri atau ego, sehingga akan timbul tanggung jawab
dan sumbangan yang besar dan penuh terhadap kelompok masyarakat untuk memutuskan, dan
ikut terlibat dalam pembangunan.

2.4 Bentuk Partisipasi Masyarakat


Keith Davis (Sastropoetro, 1988:55) mengemukakan pula tentang bentuk partisipasi,
yaitu:

1. Konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa.


2. Sumbangan spontan berupa uang dan barang.
3. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan honornya berasal dari sumbangan
individu atau instansi yang berada di luar lingkungan tertentu (dermawan atau pihak
ketiga), dan itu merupakan salah satu partisipasi dan langsung akan dirasakan oleh
masyarakat itu sendiri dalam pembangunan tersebut.
4. Aksi massa.
5. Mengadakan pembangunan dikalangan keluarga sendiri.
6. Membangun proyek komuniti yang sifatnya otonom.
7. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai sepenuhnya oleh komuniti
(biasanya diputuskan oleh komuniti dalam rapat desa yang menentukan anggarannya).

Ndraha (1982:82) juga mengemukakan tentang bentuk-bentuk partisipasi dalam pembangunan


desa yaitu sebagai berikut:

1. Partisipasi dalam bentuk swadaya murni dari masyarakat dalam hubungan dengan
pemerintah desa, seperti jasa/tenaga, barang maupun uang.
2. Partisipasi dalam penerimaan/pemberian informasi.
3. Partisipasi dalam bentuk pemberian gagasan.
4. Partisipasi dalam bentuk menilai pembangunan.
5. Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan operasional pembangunan.

2.5 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Partisipasi


Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat,
baik berupa faktor pendorong maupun faktor penghambatnya. Faktor pendorong yang dapat
mempengaruhi partisipasi masyarakat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Subrata dan Atmaja
dalam Sopino (1998:32) adalah sebagai berikut:

1.  Adanya interes dan partisipan.


2.  Hadiah dari suatu kegiatan.
3.  Adanya keuntungan dari kegiatan.
4.  Motivasi dari luar.

Menurut Sastropoetro (1988), ada lima unsur penting yang menentukan gagal dan
berhasilnya partisipasi, yaitu:
1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif atau berhasil.
2.  Perubahan sikap,pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian yang
menumbuhkan kesadaran.Kesadaran yang didasarkan pada perhitungan dan
pertimbangan.
3. Kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa dipaksa
orang lain.
4. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.

Hadi dalam Dwiyanti (2005), mengemukakan bahwa faktor penghambat untuk


meningkatkan partisipasi publik di Indonesia adalah:

1. Faktor sosial, seperti: tingkat pendidikan, pendapatan dan komunikasi


2. Faktor budaya, meliputi: sikap dan perilaku, pengetahuan dan adat istiadat.
3. Faktor politik
4. Faktor birokrasi para pengambil keputusan.

Menurut Mikkelsen (2003), rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan oleh beberapa


faktor yaitu:

1. Adanya penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat dan penolakan


eksternal terhadap pemerintah
2. Kurangnya dana.
3. Terbatasnya informasi, pengetahuan atau pendidikan masyarakat, dan
4. Kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Banyak program pembangunan yang kurang memperoleh antusias dan partisipasi


masyarakat, ini disebabkannya karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat
untuk berpartisipasi. Di lain pihak juga sering dirasakan kurangnya informasi yang disampaikan
kepada masyarakat mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat atau dituntut untuk
berpartisipasi. Pemberian kesempatan berpartisipasi pada masyarakat, harus dilandasi oleh
pemahaman bahwa masyarakat setempat layak diberi kesempatan karena mereka juga punya hak
untuk berpartisipasi dan memanfaatkan setiap kesempatan membangun bagi perbaikan mutu
hidupnya.
Menurut Margono dalam Mardikanto (2003), tumbuh kembangnnya partisipasi
masyarakat dalam pembangunan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi.


Adanya kesempatan yang diberikan, merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan
kemauan akan menentukan kemampuannya. Sebaliknya, adanya kemauan akan mendorong
seseoransg untuk meningkatkan kemampuan serta memanfaatkan setiap kesempatan.
2. Adanya kemauan untuk berpartisipasi
Kemauan untuk berpartisipasi merupakan kunci utama bagi tumbuh dan berkembangnya
partisipasi masyarakat. Kesempatan dan kemampuan yang cukup belum merupakan jaminan
bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki
kemauan untuk membangun.
3. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi
Kemampuan untuk berpartisipasi adalah :
a. Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-kesempatan untuk
membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun (memperbaiki mutu
hidupnya).
b. Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan keterampilan yang dimiliki.
c. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumber
daya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia secara optimal.

2.6 Proses Perencanaan Pembangunan


Perencanaan pembangunan terdiri dari empat (4) tahapan yakni:

1. Penyusunan Rencana
Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan
terukur. Masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja
dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.
Langkah berikutnya adalah melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan
rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui
musyawarah perencanaan pembangunan, dan terakhir adalah penyusunan rancangan
akhir rencana pembangunan.
2. Penetapan Rencana
Penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk
melaksanakannya. Menurut Undang-Undang, rencana pembangunan jangka panjang
Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Undang-Undang/Peraturan Daerah, rencana
pembangunan jangka menengah Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan
Presiden/Kepala Daerah, dan rencana pembangunan tahunan Nasional/Daerah ditetapkan
sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah.

3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana


Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui
kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana.

4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana.


Bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan
dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan
kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran
kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran
kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit) dan
dampak (impact).

Anda mungkin juga menyukai