Anda di halaman 1dari 14

11 Pengertian Partisipasi Menurut Para

Ahli Beserta Bentuk Partisipasi


Nov 3 2015 - 3:37am jelajahinternet
PREVIOUS
|
NEXT

Pengertian Partisipasi
Pengertian Partisipasi Menurut Para Ahli Beserta Bentuk Partisipasi Partisipasi adalah
keterlibatan mental dan emosional. Partisipasi aktual adalah gejala demokrasi di mana orang
berpartisipasi dalam perencanaan dan dalam pelaksanaan dan juga memikul tanggung jawab
sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik di
bidang baik fisik dan mental sebagai penentuan kebijaksanaan.

Pengertian Partisipasi Menurut Para Ahli

Menurut Keith Davis, Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional


seseorang untuk pencapaian tujuan dan mengambil tanggung jawab di dalamnya.

Menurut Newstrom (2004: ), Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional


dari orang dalam situasi kelompok. Dan mendorong mereka untuk berkontribusi pada
tujuan kelompok, dan juga berbagai tanggung jawab dalam mencapai tujuan.

Menurut Sajogyo (artikel :2002), Partisipasi adalah proses dimana sejumlah pelaku
telah bermitra pengaruh dan kontrol berbagi dalam inisiatif pembangunan, termasuk
membuat keputusan tentang sumber daya.

Menurut Rauf, Nasution dalam Sri Yuliyati, Partisipasi koperasi adalah manifestasi
dari perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam sikap pertunjukan dan
mengakui peran koperasi dalam rangka meningkatkan keamanan ekonomi.

Menurut (Sastropoetro:1995,11), Partisipasi adalah keterlibatan, partisipasi atau


keterlibatan yang berkaitan dengan keadaan eksternal.

Jadi dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan
peserta secara mental dan emosional dan fisik dalam menanggapi melaksanakan kegiatan
dalam proses pembelajaran dan untuk mendukung pencapaian tujuan dan mengambil
tanggung jawab atas keterlibatannya.
Bentuk partisipasi yang nyata:
1. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi
pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan

2. Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda,
biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas
3. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk
pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program
4. Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang
dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya
Partisipasi pikiran lebih merupakan partisipasi dalam bentuk ide donasi, pendapat atau
pikiran yang konstruktif, baik untuk mengembangkan program dan untuk memfasilitasi
pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan
pengetahuan dalam rangka untuk mengembangkan kegiatan yang ikuti.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dilihat bahwa partisipasi elemen adalah sebagai berikut:
1. Keterlibatan siswa dalam semua kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran.
2. Kesediaan siswa untuk merespon dan menjadi kreatif dalam kegiatan yang dilakukan
dalam proses pembelajaran.
3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran
aktif, kreatif, dan menyenangkan. Sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan
dapat dicapai sebanyak mungkin.
Tidak ada pembelajaran tanpa partisipasi aktif dari belajar siswa. Setiap siswa tentu aktif
dalam penelitian, hanya perbedaan adalah konsentrasi / berat siswa aktif dalam pembelajaran.
Ada keaktifan kategori rendah, sedang dan tinggi.
Berikut membutuhkan kreativitas guru dalam mengajar sehingga siswa aktif berpartisipasi
dalam pembelajaran. Penggunaan strategi dan metode yang tepat yang akan menentukan
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran partisipatif bahwa guru akan
mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif untuk lebih siswa untuk
berpartisipasi lebih terbuka dan sensitif dalam kegiatan belajar.

Bentuk Bentuk Partisipasi

Menurut Effendy, ada dua bentuk partisipasi, bahwa partisipasi partisipasi vertikal dan
horizontal.

1. Partisipasi vertikal adalah bentuk kondisi tertentu vertikal di masyarakat yang


terlibat di dalamnya atau mengambil bagian dalam program pihak lain, sehubungan
dengan yang masyarakat ada sebagai posisi bawahan.
2. Partisipasi horizontal di mana orang tidak mungkin memiliki inisiatif di mana setiap
kelompok anggota / masyarakat berpartisipasi secara horizontal antara satu sama lain,
baik dalam melakukan bisnis bersama-sama, dan melakukan kegiatan dengan pihak
lain. menurut Effendi sendiri, tentu saja, partisipasi merupakan tanda awal dari
komunitas yang berkembang yang mampu berkembang secara mandiri.
11 Pengertian Partisipasi Menurut Para Ahli Beserta Bentuk Partisipasi

Prinsip-prinsip partisipasi
Seperti yang tercantum dalam Panduan Penerapan pendekatan partisipatif disusun oleh
Departemen Pembangunan Internasional (DFID) (di Monique Sumampouw, 2004: 106-107)
adalah:
1. Cakupan: Semua orang atau perwakilan dari semua kelompok yang terkena dampak
proyek pembangunan keputusan atau proses.
2. Kesetaraan dan kemitraan (Partnership Equal): Pada dasarnya setiap orang
memiliki keterampilan, kemampuan dan inisiatif serta hak untuk menggunakan
inisiatif dalam terlibat dalam setiap proses dialog dalam rangka membangun terlepas
dari tingkat dan struktur masing-masing pihak.
3. Transparansi: Semua pihak harus dapat mengembangkan komunikasi dan
komunikasi adalah iklim terbuka dan kondusif, dialog dihasilkan.

4. Pihak berwenang kesetaraan.(Power Sharing / Equal Powership): Berbagai pihak


yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan
untuk menghindari dominasi.
5. Tanggung Jawab kesetaraan (Responsibility): Berbagai pihak memiliki tanggung
jawab yang jelas dalam setiap proses karena kesetaraan otoritas (pembagian
kekuasaan) dan keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan dan langkahlangkah pemberdayaan berikutnya
6. Pemberdayaan: Keterlibatan berbagai pihak tidak dapat dipisahkan dari semua
kekuatan dan kelemahan masing-masing pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif
dalam kegiatan proses, ada proses saling belajar dan saling kerjasama untuk
memberdayakan satu sama lain.
7. Dibutuhkan kerjasama dari semua pihak yang terlibat untuk berbagi kelebihan untuk
meminimalkan mereka, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya
manusia.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program, sifat
faktor-faktor ini bisa mendukung program yang sukses, tetapi ada juga sifat dapat
menghambat keberhasilan program. Misalnya, faktor usia, yang terbatas properti, pendidikan,
pekerjaan dan pendapatan.
Angell (Ross, 1967: 130) mengatakan bahwa partisipasi berkembang dalam masyarakat
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang
untuk berpartisipasi, yaitu:

Usia

Faktor usia adalah faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan masyarakat
yang ada. Orang dari kelompok usia menengah dengan lampiran moral terhadap nilai-nilai
dan norma-norma masyarakat yang lebih stabil, cenderung lebih mungkin untuk
berpartisipasi dibandingkan kelompok usia lainnya.

Jenis kelamin

Nilai panjang dominan dalam budaya berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya
seorang wanita [adalah di dapur yang berarti bahwa di banyak masyarakat peran
perempuan, terutama mengurus rumah tangga, tetapi nilai lagi peran perempuan telah
bergeser oleh gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan, semakin baik.

Pendidikan

Dikatakan salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap mempengaruhi
sikap seseorang terhadap lingkungan, sikap yang diperlukan untuk meningkatkan
kesejahteraan seluruh masyarakat.

Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan
berapa banyak pendapatan yang akan diperoleh. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan
memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakat. Memahami bahwa untuk berpartisipasi dalam kegiatan, harus didukung oleh
suasana ekonomi yang stabil. Dikutip dari: https://id.wikipedia.org/

Lamanya tinggal

Lamanya seseorang yang hidup dalam lingkungan tertentu dan pengalaman berinteraksi
dengan lingkungan akan mempengaruhi partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal di
lingkungan tertentu, rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam
partisipasi besar dalam aktivitas apapun yang lingkungan.

Pengertian Partisipasi Masyarakat


di 10:41 PM
Advertisement

Pengertian Partisipasi Masyarakat | Menurut Keith Davis, pengertian


partisipasi adalah keterlibatan mental/pikiran atau moral/perasaan di dalam
situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada
kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggungjawab terhadap
usaha yang bersangkutan. Masyarakat merupakan salah salah bagian penting
yang akan berpengaruh terhadap tegaknya negara dan tercapainya tujuan
nasional. Oleh karena itu, dalam diri masyarakat harus tumbuh suatu kesadaran
akan keberadaannya sehingga timbul hasrat untuk turut serta bersama
pemerintah dalam membangun negara. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan oleh seorang warga masyarakat adalah dengan berpartisipasi secara
aktif dalam berbagai kegiatan pembangunan di wilayahnya. Partisipasi selalu
dikaitkan dengan peran serta.

Ilustrasi
Berdasarkan pendapat tersebut, partisipasi tidak hanya berupa keterlibatan
secara fisik dalam pekerjaan, tetapi menyangkut keterlibatan diri seseorang
sehingga timbul tanggungjawab dan sumbangn yang besar terbadap kelompok
Dengan kata lain, partisipasi berarti kesediaan untuk membantu berhasilnya
setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan
kepentingan diri sendiri. Partisipasi berfungsi sebagal suatu kemitraan
(partnership) dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat dapat tercipta apabila
saling percaya dan saling pengertian antara perangkat pemerintah dan lembagalembaga atau anggota masyarakat dapat dihidupkan. Kondisi yang saling
percaya dan saling pengertian tidak tumbuh begitu saja, tetapi harus terdapat
pandangan saling menolong, saling percaya, dan jujur antara aparat dengan
masyarakat. Masyarakat adalah kelompok manusia yang dapat bekerja sama
sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya
sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas tertentu.

Masyarakat yang telah mengalami kemajuan atau tersentuh oleh pengaruh


modernisasi harus mewaspadai arus globalisasi yang dapat mempengaruhi
secara positif dan negatif keadaan mental fisik, bahkan spiritual masyarakat.
Partisipasi masyarakat dapat tumbuh, balk dengan sendirinya maupun
disebabkan oleh faktor lain. Partisipasi dapat tumbuh dcngan sendirinya apabila
segala kegiatan yang akan dilaksanakan membcrikan manfaat bagi
kelangsungan hidup. Faktor lainnya, partisipasi dapat tumbuh karena adanya
kebutuhan yang sama, kepentingan yang sama, kebiasaan yang dilakukan,
maupun karena pergaulan hidup dalam bermasyarakat.

Memposting tentang partisipasi masyarakat lagi. Maklum, beberapa minggu ini,


saya lagi dipaksa belajar tentang partisipasi masyarakat untuk penyusunan
sebuah karya ilmiah, jadi banyak mengumpulkan bahan-bahan bacaan yang
berkaitan dengan partisipasi masyarakat. Berikut hasil mengumpulkan bahan

belajar tentang partisipasi masyarakat :


Konsep partisipasi dalam perkembangannya memiliki pengertian yang beragam
walaupun dalam beberapa hal memiliki persamaan. Dalam pembangunan yang
demokratis, terdapat tiga tradisi partisipasi yaitu partisipasi politik, partisipasi
sosial dan partisipasi warga (Gaventa dan Valderama, 1999). Partisipasi dalam
proses politik yang demokratis melibatkan interaksi individu atau organisasi
politik dengan negara yang diungkapkan melalui tindakan terorganisir melalui
pemungutan suara, kampaye, protes, dengan tujuan mempengaruhi wakil-wakil
pemerintah.
Partisipasi sosial dalam konteks pembangunan diartikan sebagai keterlibatan
masyarakat terutama yang dipandang sebagai pewaris pembangunan dalam
kunsultasi atau pengambilan keputusan di semua tahapan siklus pembangunan
(Stiefel dan Wolfe,1994). Dalam hal ini partisipasi social ditempatkan diluar
lembaga formal pemerintahan. Sedangkan partisipasi warga diartikan sebagai
suatu kepedulian dengan perbagai bentuk keikutsertaan warga dalam
pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan di berbagai gelanggang kunci
yang mempengaruhi kehidupan mereka (Gaventa dan Valderama, 1999).
Dalam konsep pembangunan, pendekatan partisipasi dimaknai; pertama,
sebagai kontribusi masyarakat untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pembangunan dalam mempromosikan proses-proses demokratisasi dan
pemberdayaan (Cleaver 2002, dalam Cooke dan Kothari, 2002:36). Kedua,
pendekatan ini juga dikenal sebagai partisipasi dalam dikotomi instrumen
(means) dan tujuan (ends). Konsep ketiga, partisipasi adalah elite capture yang
dimaknai sebagai sebuah situasi dimana pejabat lokal, tokoh masyarakat, LSM,
birokrasi dan aktor-aktor lain yang terlibat langsung dengan program-program
partisipatif, melakukan praktik-praktik yang jauh dari prinsip partisipasi.
Dalam argumen effisiensi, Cleaver mengatakan bahwa partisipasi adalah sebuah
instrumen atau alat untuk mencapai hasil dan dampak program/kebijakan yang
lebih baik, sedangkan dalam argumen demokratisasi dan pemberdayaan,
partisipasi adalah sebuah proses untuk meningkatkan kapasitas individuindividu, sehingga menghasilkan sebuah perubahan yang positif bagi kehidupan
mereka (dalam Cooke dan Kothari, 2002:37).
Perbedaan cara pandang atas partisipasi dalam konteks pembangunan seperti di
atas, akan memberikan implikasi yang berbeda dalam melakukan analisis
terhadap hubungan kekuasaan dalam sebuah proses yang partisipatif dan cara
bagaimana komunitas sasaran mendapatkan manfaat dari proses pembangunan.
Dalam perspektif instrumental, hubungan antara masyarakat sebagai sasaran
program dan pengambil kebijakan atau lembaga pemberi bantuan relatif tidak
terjadi. Dengan kata lain tidak ada interaksi antara kedua pihak, sehingga desain
program dan kebijakan pembangunan yang dibuat lebih banyak atau bahkan
sepenuhnya berada di tangan para elite (community leader). Sementara
masyarakat penerima manfaat hanyalah terlibat seputar implementasi program

bahkan hanya sebagai tukang. Sebaliknya, pendekatan tujuan memandang


hubungan kekuasaan dalam sebuah proses yang partisipatif mengarah pada
upaya-upaya perubahan dan pemberdayaan dari masyarakat itu sendiri,
sehingga harus ada kesamaan hubungan kekuasaan dalam perencanaan
maupun pelaksanaan program/kebijakan pembangunan. Masyarakat sasaran
harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara langsung, sehingga
mereka tahu apa yang diputuskan dan manfaat yang akan diambil pada saat
program diimplementasikan dan selesai dijalankan (Parfitt, 2004:539).
Dari berbagai pengertian partisipasi tersebut, paling tidak ada dua pengertian
partisipasi, (1) partisipasi masyarakat dalam pembangunan diartikan sebagai
dukungan rakyat dengan ukuran kemauan masyarakat untuk ikut menanggung
biaya pembangunan baik berupa uang maupun tenaga; (2) partisipasi
masyarakat dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat antara
perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan
mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Tinggi rendahnya
partisipasi masyarakat dalam pembangunan dari pengertian kedua ini tidak
hanya diukur dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya pembangunan,
tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan
tujuan proyek yang akan dibangun serta ada tidaknya kemauan rakyat untuk
melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu secara mandiri.
Dari sudut pandang sosiologis, pengertian pertama tidak dapat dikatakan
sebagai partisipasi masyarakat, melainkan mobilisasi masyarakat dalam
pembangunan. Partisipasi berarti mendorong proses belajar bersama,
berkomonikasi yang seimbang dalam membahas persoalan publik, menjadikan
kesepakatan warga sebagai sumber utama dalam pengambilan keputusan
ditingkat politik formal dan memberi ruang bagi masyarakat untuk mengontrol
keputusan publik agar dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Dengan demikian pengertian partisipasi adalah keterlibatan seseorang dalam
suatu kegiatan mulai dari menentukan tujuan, perencanaan, pelaksanaan dan
monitoring dengan dilandasi oleh kesadaran akan tujuan itu.
Pengertian partisipasi mana yang akan dipakai, sangat tergantung pada system
pemerintahan yang dianut negara yang bersangkutan. Menurut Peters (1996),
partisipasi dapat tumbuh subur pada tata pemerintahan yang lebih menekankan
keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan dibanding hirarki
dan teknokrasi. Kebijakan bukan persoalan teknis yang dapat diselesaikan secara
teknokrasi oleh sekelompok orang yang dipercaya untuk merumuskannya, tetapi
kebijakan merupakan ruang bagi teknokrat dan masyarakat untuk melakukan
kerjasama dan menggabungkan pengetahuan. Oleh karena itu dalam
menetapkan kebijakan harus melibatkan pihak yang luas dan menjamin
kepentingan stakeholders.
Mengapa pelibatan masyarakat dalam perencanaan kebijakan pembangunan
penting dilakukan, karena pelibatan masyarakat dalam membuat kebijakan
merupakan faktor utama dalam good governance yang memberikan manfaat

besar terhadap kepentingan public, diantaranya meningkatkan kualitas kebijakan


yang dibuat dan sebagai sumber bahan masukan terhadap pemerintah sebelum
memutuskan kebijakan. Bagi pendukung partisipasi, keunggulan partisipasi
adalah menjamin ketercapaian tujuan, menjamin keberlanjutan, menjamin
terakomodasinya suara kelompok marjinal terutama kelompok miskin dan
perempuan. Bagi pengkritik model partisipasi berpendapat bahwa partisipasi
dapat menyebabkan pembengkakan biaya dan waktu untuk formulasi kebijakan.

Partisipasi masyarakat
1. 1. PARTISIPASI MASYARAKAT H. Abu Hanafie, M.Kes
2. 2. PENGERTIAN PARTISIPASI (1) Willie Wijaya (2004) Partisipasi berasal dari
bahasa Inggris participate yang artinya mengikutsertakan, ikut mengambil
bagian Berlo (1961) Partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau respon
atas rangsangan-rangsangan yang diberikan; yang dalam hal ini,
tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat
diharapkan Sutarto (1980) Partisipasi merupakan turut sertanya seseorang
baik secara langsung maupun emosional untuk memberikan sumbangansumbangan kepada proses pembuatan keputusan terutama mengenai
persoalan- persoalan dimana keterlibatan pribadi seseorang yang
bersangkutan melaksanakan akan tanggung jawab untuk melaksanakan
hal tersebut

3. 3. PENGERTIAN PARTISIPASI (2) Sastropoetro (1995) Partisipasi adalah


keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkitan dengan
keadaaan lahiriahnya Jennifer-Mc Cracken-Deepa (1998) Partisipasi
merupakan proses dimana pihak-pihak yang terlibat mempengaruhi dan
mengendalikan inisiatif pembangunan, keputusan dan sumber- sumber
yang mempengaruhi mereka A. Wazir Ws., et al. (1999) Partisipasi bisa
diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi
sosial dalam situasi tertentu
4. 4. PENGERTIAN PARTISIPASI (3) Mardikanto (2003) Mikkelsen (2003)
Partisipasi merupakan sesuatu yang harus ditumbuh kembangkan dalam
proses pembangunan. Partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari
Interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian: kewenangan,
tanggung jawab, dan manfaat.
5. 5. KESIMPULAN PARTISIPASI (1) Partisipasi merupakan pengambilan bagian
atau keterlibatan anggota masyarakat dengan cara memberikan
dukungan (tenaga, pikiran maupun materi) dan tanggung jawabnya
terhadap setiap keputusan yang telah diambil demi tercapainya tujuan
yang telah ditentukan bersama
6. 6. KESIMPULAN PARTISIPASI (2) Partisipasi adalah suatu wujud dari peran
serta masyarakat dalam aktivitas berupa perencanaan dan pelaksanaan
untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat.
7. 7. PENGERTIAN PARTISIPASI MASYARAKAT (1) Tjokroamidjojo (1983) Conyer
dalam Soetomo (2006) Partisipasi masyarakat adalah keikut-sertaaan
masyarakat secara sukarela yang didasari oleh determinan dan kesadaran
diri masyarakat itu sendiri dalam program pembangunan. Partisipasi
masyarakat adalah keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi
dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Hetifah Sj.
Soemarto (2003) Partisipasi masyarakat adalah adalah proses ketika
warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi,
mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan Kebijakan-kebijakan yang langsung
mempengaruhi kehiduapan mereka.
8. 8. PENGERTIAN PARTISIPASI MASYARAKAT (2) Notoatmodjo (2007) Isbandi
(2007) Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam
proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat,
pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan
keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang
terjadi. Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota
masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat
tersebut
9. 9. KESIMPULAN PARTISIPASI MASYARAKAT Partisipasi masyarakat dapat
diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan anggota
masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik secara langsung maupun
tidak langsung. Keterlibatan tersebut dimulai dari gagasan, perumusan
kebijaksanaan, hingga pelaksanaan program.

10.10. BENTUK PARTISIPASI Effendi 1. Partisipasi vertikal adalah suatu bentuk


kondisi tertentu dalam masyarakat yang terlibat didalamnya atau
mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan
mana masyarakat berada sebagai posisi bawahan. 2. Partisipasi horizontal
adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil untuk mempunyai prakarsa
dimana setiap anggota / kelompok masyarakat berpartisipasi secara
horizontal antara satu dengan yang lainnya, baik dalam melakukan usaha
bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain.
11.11. BENTUK PARTISIPASI Talizuduhu Ndraha 1. Partisipasi dalam/melalui
kontak dengan pihak lain sebagai salah satu titik awal perubahan sosial 2.
Partisipasi dalam memperhatikan/menyerap dan memberi tanggapan
terhadap informasi; baik dalam arti mengiyakan, menerima (mentaati,
memenuhi, melaksanakan), mengiyakan dengan syarat maupun
menolaknya 3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk
dalam pengambilan keputusan. Perasaan terlibat dalam perencanaan
perlu ditumbuhkan sedini mungkin di dalam masyarakat
12.12. 4.Partisipasi dalam operasional pembangunan 5.Partisipasi dalam
menerima kembali hasil pembangunan 6.Partisipasi dalam menilai
pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai sejauh mana
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauh mana
hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
13.13. BENTUK PARTISIPASI Notoatmodjo 4 M, yakni manpower (tenaga),
money (uang), material (benda-benda lain seperti kayu, bambu, beras,
batu, dan sebagainya), dan mind ideas(ide atau gagasan)
14.14. BENTUK PARTISIPASI Kokon Subrata dalam (Widi Astuti 2008) 1. Turut
serta memberikan sumbangan finansial. 2. Turut serta memberikan
sumbangan kekuatan fisik. 3. Turut serta memberikan sumbangan
material. 4. Turut serta memberikan sumbangan moril (dukungan, saran,
anjuran, nasehat, petuah, amanat, dan lain sebagainya).
15.15. BENTUK PARTISIPASI SKN (Depkes, 2007) 1. Partisipasi perorangan dan
keluarga 2. Partisipasi masyarakat umum 3. Partisipasi masyarakat
penyelenggara 4. Partisipasi masyarakat profesi kesehatan.
16.16. MOTIVASI PARTISIPASI Goldsmith & Blustain (Ndraha ,1990) 1.
Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang
sudah ada di tengah-tengah masyarakat. 2. Partisipasi itu memberikan
manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan. 3. Manfaat
yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan
masyarakat setempat. 4. Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya
kontrol yang dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata
berkurang jika mereka tidak atau kurang berperanan dalam pengambilan
keputusan.
17.17. MOTIVASI PARTISIPASI 1. Tingkat partisipasi masyarakat karena
perintah atau karena paksaan 2. Tingkat partisipasi masyarakat karena
imbalan atau karena insentif 3. Tingkat partisipasi masyarakat karena
identifikasi atau karena ingin meniru 4. Tingkat partisipasi masyarakat

karena kesadaran 5. Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan


hak azasi dan tanggung jawab
18.18. MOTIVASI PARTISIPASI 1. Faktor pendorong di masyarakat Konsep
partisipasi masyarakat sebenarnya bukan hal yang baru bagi kita di
Indonesia. Dari sejak nenek moyang kita, telah dikenal adanya semangat
gotong- royong dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di masyarakat.
Semangat gotong-royong ini bertolak dari nilai-nilai budaya yang
menyangkut hubungan antar manusia. Semangat ini mendorong
timbulnya partisipasi masyarakat
19.19. 2. Faktor pendorong di pihak provider Faktor pendorong terpenting
yang ada di pihak provider adalah adanya kesadaran di lingkungan
provider, bahwa perilaku merupakan faktor penting dan besar
pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Kesadaran ini melandasi
pemikiran pentingnya partisipasi masyarakat. Selain itu keterbatasan
sumber daya dipihak provider juga merupakan faktor yang sangat
mendorong pihak provider untuk mengembangkan dan membina
partisipasi masyarakat.
20.20. MODEL PARTISIPASI Hobley (Awang, 1999) 1. Manipulatif Participation
Karakteristik dari model ini adalah keanggotaan yang bersifat keterwakilan
pada suatu komisi kerja, organisasi kerja atau kelompok-kelompok dan
bukannya pada individu 2. Passive Participation Partisipasi rakyat dilihat
dari apa yang telah diputuskan atau apa yang telah terjadi, informasi
datang dari administrator tanpa mau mendengar respon dari masyarakat
tentang keputusan atau informasi tersebut 3. Participation by Consultation
Partisipasi rakyat dengan berkonsultasi atau menjawab pertanyaan. Orang
dari luar mendefinisikan maslah-maslah dan proses pengumpulan
informasi, dan mengawasi analisis. Proses konsultasi tersebut tidak ada
pembagian dalam pengambilan keputusan, dan pandangan- pandangan
rakyat tidak dipertimabangkan oleh orang luar.
21.21. 4. Participation for Material Insentive Partisipasi rakyat melalui
dukungan berupa sumber daya, misalnya tenaga kerja, dukungan pangan,
pendapatan atau insentif material lainnya. Mungkin saja petani
menyediakan lahan dan tenaga kerja, tetapi mereka tidak dilibatkan
dalam proses percobaan- percobaan dan pembelajaran. Kelemahan dari
model ini adalah apabila insentif habis, maka tekonologi yang digunakan
dalam program juga tidak akan berlanjut. 5. Functional Participation
Partisipasi rakyat dilihat oleh lembaga eksternal sebagai tujuan akhir
untuk mencapai target proyek, khususnya mengurangi biaya. Rakyat
mungkin berpartisipasi melalui pembentukan kelompok untuk penentuan
tujuan yang terkait dengan proyek. Keterlibatan seperti ini mungkin cukup
menarik, karena mereka dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Tetapi
hal ini terjadi setelah keputusan utmanya telah ditetapkan oleh orang dari
luar desa tersebut. Pendeknya, masyarakat desa dikooptasi untuk
melindungi target dari orang luar desa tersebut.
22.22. 6. Interactive Participation Partisipasi rakyat dalam analisis bersama
mengenai pengemabangan perencanaan aksi dan pembentukan atau
penekanan lembaga lokal. Partisipasi lokal dilihat sebgai hak dan tidak
hanya merupakan suatu cara untuk mencapai suatu target proyek saja.
Proses melibatkan multi disiplin metodologi, ada proses belajar yang

terstruktur. Pengambilan keputusan bersifat lokal oleh kelompok dan


kelompok menentukan bagaimana ketersediaan sumber daya digunakan,
sehingga kelompok tersebut memiliki kekuasaan untuk menjaga potensi
yang ada. 7. Self-Mobilisation Partisipasi rakyat melalui pengambilan
inisiatif secara independen dari lembaga luar untuk perubahan sistem.
Masyarakat mengembangkan hubungan dengan lembaga eksternal untuk
advis mengenai sumber daya dan teknik yang mereka perlukan, tetapi
juga tetap mengawasi bagaimana sumber daya tersebut digunakan.
23.23. MODEL PARTISIPASI Club du Sahel (Mikkelsen, 2003) 1. Pendekatan
pasif, pelatihan dan informasi; yakni pendekatan yang beranggapan
bahwa pihak eksternal lebih menguasai pengetahuan, teknologi,
keterampilan dan sumber daya. Dengan demikian partisipasi tersebut
memberikan komunikasi satu arah, dari atas ke bawah dan hubungan
pihak eksternal dan masyarakat bersifat vertikal. 2. Pendekatan partisipasi
aktif; yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
berinteraksi secara lebih intensif dengan para petugas eksternal,
contohnya pelatihan dan kunjungan.
24.24. 3. Pendekatan partisipasi dengan keterikatan; masyarakat atau
individu diberikan kesempatan untuk melakukan pembangunan, dan
diberikan pilihan untuk terikat pada sesuatu kegiatan dan bertanggung
jawab atas kegiatan tersebut. 4. Pendekatan dengan partisipasi setempat;
yaitu pendekatan dengan mencerminkan kegiatan pembangunan atas
dasar keputusan yang diambil oleh masyarakat setempat.
25.25. MODEL PARTISIPASI Notoatmodjo (2005) 1. Pendekatan masyarakat,
diperlukan untuk memperoleh simpati masyarakat. Pendekatan ini
terutama ditujukan kepada pimpinan masyarakat, baik yang formal
maupun informal. 2. Pengorganisasian masyarakat, dan pembentukan
panitia /tim. Dikoordinasi oleh lurah atau kepala desa, Tim kerja, yang
dibentuk ditiap RT. Anggota tim ini adalah pemuka-pemuka masyarakat RT
yang bersangkutan, dan dipimpin oleh ketua RT. 3. Survei diri (Community
self survey) Tiap tim kerja di RT, melakukan survei di masyarakatnya
masing- masing dan diolah serta dipresentasikan kepada warganya.
26.26. 4. Perencanaan program, Perencanaan dilakukan oleh masyarakat
sendiri setelah mendengarkan presentasi survei diri dari tim kerja, serta
telah menentukan bersama tentang prioritas masalah yang akan
dipecahkan. Dalam merencanakan program ini, perlu diarahkan
terbentuknya dana sehat dan kader kesehatan. Kedua hal ini sangat
penting dalam rangka pengembangan partisipasi masyarakat. 5. Training,
Training untuk para kader kesehatan sukarela harus dipimpin oleh dokter
puskesmas. Di samping di bidang teknis medis, training juga meliputi
manajemen kecil-kecilan dalam mengolah program-program kesehatan
tingkat desa serta sistem pencatatan, pelaporan, dan rujukan. 6. Rencana
evaluasi, Dalam menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteriakriteria keberhasilan suatu program, secara sederhana dan mudah
dilakukan oleh masyarakat atau kader kesehatan sendiri.
27.27. PARTISIPASI MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN Notoatmodjo (2007)
Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh
anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka
sendiri. Di dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan,

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasikan program-program


kesehatan masyarakatnya. Institusi kesehatan hanya sekadar memotivasi
dan membimbingnya
28.28. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Manusia (UKBM) adalah salah satu
wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
Kondisi ini ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM
lainya seperti Polindes, POD (pos obat desa), Pos UKK (pos upaya
kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana sehat, dll.
29.29. BENTUK-BENTUK UKBM 1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 2. Pondok
Bersalin Desa (Polindes) 3. Pos Obat Desa (POD) 4. Dana Sehat 5.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 6. Upaya Kesehatan Tradisional 7.
Upaya Kesehatan Kerja 8. Upaya Kesehatan Dasar Swasta 9. Kemintraan
LSM dan Dunia Usaha 10.Kader Kesehatan
30.30. UKBM dalam Pemeliharaan Kesehatan : 1. Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) 2. Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK) 3. Pos Kesehatan
Pesantren (Poskestren) 4. Dana Desa 5. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin) 6.
Ambulan Desa, Suami Siaga 7. Kelompok Donor Darah 8. Kader 9. Dokter
Kecil UKBM di bidang Kesehatan Ibu & Anak: 1. Pondok Bersalin Desa
(Polindes) 2. Bina Kesehatan Balita (BKB) 3. Kelompok Peminat Kesehatan
Ibu & Anak (KP-KIA ) 4. Pembinaan AnakUsia Dini (PAUD) 5. Gerakan
Sayang Ibu (GSI)
31.31. UKBM di Bidang Pengendalian Penyakit & Kesling : 1. Kelompok
Pemakai Air (Pokmair) 2. Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
3. Juru Pemantau Jentik (Jumantik) 4. Kader Kesehatan Lingkungan 5.
Kelompok Siaga Bencana 6. Kelompok Pengelola Sampah dan Limbah 7.
Kelompok Pengamat (surveilan) dan Pelaporan dll UKBM di Bidang Gizi dan
Farmasi : 1. Posyandu 2. Posyandu Lansia 3. Warung sekolah 4. POD/WOD
5. Taman Obat Keluarga (TOGA) 6. Kader : Posyandu, Usila, POD
32.32. 1. Saka Bhakti Hasuda (SBH) 2. Upaya Kesehatan Gizi Masyarakat
Desa (UKGMD) 3. Pemberantasan Penyakit Menular melalui Pendekatan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (P2M- PKMD) 4. Karang Werda
UKBM lainnya

Anda mungkin juga menyukai