Anda di halaman 1dari 8

Budaya Politik di Indonesia dan di Filipina

Oleh : Fhisilmi Kaffah


NIM : 1701110316
No. Presensi : 06

A. Pengantar
Budaya politik dalam perkembangannya sudah diteliti oleh para ahli
sejah tahun 1969. Peneliti Amerika Serikat yaitu Gabriel A. Almond dan
Sidney Verba, dalam penelitiannya yang dituangkan dalam buku mereka
“Budaya Politik”, yang merupakan hasil kajian antara tahun 1969 sampai
dengan 1970 atas 5.000 responden yang tersebar di lima negara: Amerika
Serikat, Inggris, Italia, Meksiko, dan Jerman Barat1.
Budaya politik berkaitan erat dengan kehidupan politik dalam suatu
negara. Para peneliti menyatakan bahwa setiap proses politik senantiasa
terjadi dalam lingkup budaya2. Artinya dalam jangka waktu tertentu akan
selalu terjadi proses dialektika antara kehidupan politik di satu pihak dengan
sistem nilai budaya masyarakat di pihak lain. Istilah budaya politik meliputi
masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan
pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku aparat negara, partisipasi
masyarakat dalam pemilu, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang
memerintah3.
Budaya politik dimaknai secara berbeda-beda oleh setiap orang menurut
sudut pandang masing-masing. Pye (1995) dalam Hague dan Harrop,
mengemukakan budaya politik adalah sekumpulan nilai fundamental,
perasaan, dan pengetahuan yang di tampilkan dan secara substansial kedalam
proses4. Gabriel Almond dalam Ismi Hadad (1981) dalam Beddy (2015)
mengatakan bahwa budaya politik adalah suatu pola orientasi yang khusus
dari tindakan politik yang sudah tertanam dalam setiap sistem politik5.

1 Iriawan Maksudi, Beddy. 2015. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. 60
2 Ibid. 63
3 Ibid. 63
4 Rod Hague & Martin Harrop. Comparative Government & Politics: An Introductions: 5. Ed.
(Hampshire: Palgrave, 2001). 89
5Iriawan Maksudi, Beddy Op.Cit. 68

1
B. Teori

Realitas yang ditemukan dalam budaya politik memiliki beberapa


variasi. Almond dan verba dalam Beddy (2015) mengatakan budaya politik
memiliki klasifikasi tipe-tipe orientasi dan budaya politik mengandung tiga
kompenen objek politik sebagai berikut6:

a. Orientasi kognitif, yaitu berupa pengetahuan tentang kepercayaan pada


politik, peranan dan segala kewajibannya serta input dan output-nya
b. Orientasi afektif, yaitu yaitu perasaan terhadap sistem politik, perannya,
para aktor (politisi), dan penampilannya.
c. Orientasi evaluative, yaitu keputusan dan pendapat tentang objek-objek
politik

Budaya politik memiliki tipe-tipe tersendiri. Melalu penelitian mereka


di lima negara, keduanya menyimpulkan bahwa terdapat tiga budaya politik
yang dominan terdapat ditengah individu. Argumen Almond dan Verba
membedakan tiga jenis budaya politik murni: parokial, subjek dan partisipan7.

a. Budaya politik parokial (parochial politik culture)

Orang-orang yang mengabaikan sama sekali masalah politik dan


pemerintahan. Dalam budaya politik parokial, warga hanya tidak sadar
akan keberadaan pemerintah pusat, seperti suku-suku terpencil yang
keberadaannya tampaknya tidak terpengaruh oleh keputusan nasional yang
dibuat oleh pemerintah pusat.
b. Budaya politik subjek/kaula (subject political culture)
Orang-orang yang secara pasif patuh pada pejabat pemerintahan dan
undang-undang tetapi tidak melibatkan diri dalam pemberian suara. Dalam
budaya politik subjek, warga negara melihat diri mereka bukan sebagai
peserta dalam proses politik tetapi sebagai subyek pemerintah, seperti
halnya orang yang hidup di bawah kediktatoran.
c. Budaya politik patisipan (participant political culture)
Seseorang menganggap dirinya ataupun orang lain sebagai anggota aktif
dalam kehidupan politik. Di sini, warga percaya baik bahwa mereka dapat
berkontribusi pada sistem dan bahwa mereka terpengaruh olehnya. Akan

6Ibid. 70
7Rod Hague & Martin Harrop Op.Cit. 89

2
wajar untuk berasumsi bahwa orang-orang dengan sikap partisipan adalah
model warga dari demokrasi yang stabil.

Namun ada yang namanya budaya elit politik. Di negara-negara dengan


budaya politik parokial atau subjek, budaya politik elit adalah yang utama.
Bahkan ketika sikap massa terhadap politik berkembang dengan baik, seperti
dalam demokrasi yang terkonsolidasi, masih pandangan elit yang
menggunakan efek paling langsung pada keputusan politik. Seperti yang
Verba (1987, p.7) tulis, nilai-nilai pemimpin politik dapat diharapkan memiliki
'koherensi dan konsekuensi'8.

Definisi Kebudayaan politik elit terdiri dari keyakinan, sikap dan ide
tentang politik yang dipegang oleh mereka yang paling dekat dengan pusat
kekuasaan politik. Nilai-nilai elit lebih eksplisit, sistematis dan konsekuensial
daripada orang-orang dari populasi pada umumnya9.

C. Perbandingan Budaya Politik di Indonesia an Di Filipina

Analisis budaya politik disuatu negara dapat menggunakan sudut


pandang yang banyak, salah satunya yaitu dapat dilihat dari bentuk demokrasi
dinegara itu. Indeks Tingkat Demokrasi 2017 dari Economist Intelligence Unit
menetapkan lima kategori: Proses elektoral dan pluralisme, kebebasan sipil,
fungsi pemerintahan, partisipasi politik dan budaya politik10.

Dalam indeks tingkat demokrasi di negara di Asia Tenggara kemudian


mengklasifikasikan negara sebagai demokrasi penuh,demokrasi cacat, rezim
hibrida, atau rezim otoriter. Tidak satu pun negara di Asia Tenggara yang
dinilai sebagai demokrasi penuh yang dapat dilihat ditabel berikut:

1. Budaya politik di Indonesia

Budaya politik Indonesia bersifat parokial-kaula di satu pihak dan


budaya partisipan dilain pihak. Di satu sisi masyarakat masih ketinggalan

8Rod Hague & Martin Harrop Op.Cit. 98


9 Ibid.,
10 Matamatapolitik. Analisis: Kondisi Menggenaskan Demokrasi Di Asia Tenggara Menjelang
Pemilu. 8 mei 2018. Akses6 November 2018. https://www.matamatapolitik.com/analisis-kondisi-
mengenaskan-demokrasi-di-asia-tenggara-menjelang-pemilu/

3
dalam menggunakan hak dan dalam memikul tanggung jawab politiknya yang
mungkin disebabkan oleh isolasi pengaruh penjajahan, feodalisme, bapakisme,
ikatan primordial. Sikap ikatan primodalisme masih sangat mengakar dalam
masyarakat Indonesia dan juga masih kuatnya paternalisme dalam budaya
politik Indonesia11.

Sedangkan dilain pihak kaum elitlah yang aktif, yang kira-kiranya


disebabkan oleh pengaruh pendidikan modern (barat), kadang-kadang bersifat
sekuler dalam arti relatif dapat membedakan faktor-faktor penyebab
disintegrasi seperti: agama, kesukuan, dan lain-lain. Masyarakat Indonesia
terfragmentasikan ke dalam budaya politik yang berbeda-beda. Kombinasi
ketiganya menggambarkan fenomena budaya politik indonesia yang
berkembang saat ini.

Partisipasi warga dalam pemilihan bisa menjadi acuan budaya politik


di Indonesia. Partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 berdasarkan data yang
dilansir KPU sebesar 69,58 persen. Sementara pada pemilu legislatif 2014

11 Suryo, Hening. 2015. Budaya Politik Negara Maju Dan Negara Berkembang: Suatu
Perbandingan. Transformasi No. 27 Tahun 2015. Volume I Halaman 1 – 47 . akses 09 desember
2018. Hlm 38

4
partisipasi 75,11 persen, dan Pilpres 2009 partisipasi sebesar 71,17 persen12.
Angka golput meningkat dari pilpres 2009.

Berdasarkan perilaku politik masyarakat Indonesia dalam


berpartisipasi menujukkan kecenderungan Indonesia masuk pada tipe budaya
campuran. Banyaknya perbedaan suku, daerah, agama, dan sifat-sifat
tradisional membuat Indonesia masuk pada tipe budaya politik Subyek-
Parokial dan sebagian kecil lainnya masuk dalam tipe partisipan. Kekuasaan
masih menjadi power dari sebuah partai elit, dan kekuasaan ini hanya semata-
mata untuk kepentingan golongan13.
Budaya politik yang berkembang di Indonesia adalah budaya politik
campuran, artinya gabungan dari ketiga tipe budaya politik yang dijelakan
pada pembahasan teori . Hal ini disebabkan karena adanya beberapa ciri dari
masyarakat Indonesia seperti adanya sub-budaya yang beraneka ragam, dan
karena Indonesia memiliki budaya sendiri sendiri14. Selain itu kecenderungan
masyarakat Indonesia yang masih kuat ikatan primordial yang dikenali
melalui indikator berupa sentimen kedaerahan, kesukuan, dan keagamaan.
Peran elite politik sebagai pemegang otoritas dalam menentukan arah
kehidupan demokrasi sungguh sangat menentukan15. Perdebatan panas antar-
elite yang terjadi di pusat maupun di daerah, kerap terjadi dan menjadi
tontonan bagi masyarakat16. Hal inilah yang kemudian menetapkan indonesia
kedalam kelompok cacat demokrasi, masyarakat belum keseluruhan aktif
dalam pemerintahan.
Budaya politik indonesia yang bersifat majemuk sehingga tidak dapat
diidentikkan hanya pada satu hal. Sesuai dengan semboyan bhineka tunggal
ika yang mengakibatkan budaya politik bersipat campurab parokial-kaula.

2. Budaya politik di filipina

12 Detik.com. Partisipasi Pemilih Di Pilpres 2014 Menurun, Ini Penjelasan KPU. 23 juli 2014.
Akses 05 November 2018. https://news.detik.com/berita/2646389/partisipasi-pemilih-di-pilpres-
2014-menurun-ini-penjelasan-kpu
13 UMY. Partai di Indonesia Masih Bersifat Elit. 24 oktober 2015. Akses 6 November 2018.
http://www.umy.ac.id/partai-di-indonesia-masih-bersifat-elit.html
14 Suryo, Hening. Ibid., hlm 38
15 Pikiran rakyat. Elite Politik Dan Kualitas Pilkada. 31 oktober 2017. Akses 6 November 2018.
http://www.pikiran-rakyat.com/opini/2017/10/31/elite-politik-kualitas-pilkada-412625
16 Serambinews.com .Kisruh Elite, Rakyat Menjeri., 23 mei 2018. Akses 6 November
2018http://aceh.tribunnews.com/2018/05/23/kisruh-elite-rakyat-menjerit?page=1

5
Filipina merupakan salat satu negara yang termasuk kedalam kawasan
asia tenggara. Sama halnya dengan indonesia, filipina juga merupakan negara
kepulauan dengan beberapa pulau-pulau terbesarnya.
Budaya politik di Filipina sangat dipengaruhi oleh penjajah Spanyol
dan Amerika, serta oleh peristiwa besar yang terjadi sejak kemerdekaannya.
Sebagian besar budaya politik yang ada di era pra-kolonial sekarang sudah
usang dan tidak relevan, karena semua atau hampir semuanya tidak lagi
terlihat dalam budaya politik Filipina saat ini17.
Dari keseluruhan budaya politik tersebut tidak lebih jelas dari budaya
politik Filipina pada saat ini. Contoh yang sangat ekstrim dengan membagi
lembaga pemerintahan dan kehadiran masyarakat dengan kelas sosial yang
menunjukkan katidaksama rataan antara masyarakat kota barangay dengan
negara yang menamakan dengan Tumao, Timiwa, Alipin, Magino, Maharlika.
Faktanya budaya politik di Filipina adalah budaya politik tradisional.
Yaitu: Keunggulan hubungan kekeluargaan, Persekutuan, Indulgensi
(penghapusan hukuman), Politik personalistik. Mengingat bahwa elit-elit ini
adalah satu-satunya yang memiliki kapasitas untuk menjalankan karir politik
karena kekayaan baru mereka selama masa awal demokrasi di Filipina, para
elit ini mampu membangun karir mereka dalam politik nasional.
Dan karena nama mereka telah menjadi mapan, orang-orang memiliki
kecenderungan untuk memilih hanya orang-orang yang mereka kenal, dengan
demikian, memperkuat dasar-dasar karier politik mereka18. Filipina memiliki
budaya politik yang hampir sama dengan Indonesia dengan dapat dilihat dari
data Indeks Tingkat Demokrasi 2017 dari Economist Intelligence Unit filipina
masuk dalam kategori cacat demokrasi.
Hal ini berkaitan dengan budaya politik yang ada masyarakat memilih
pemimpin tetapi tidak aktif dalam pemerintahan secara keseluruhan. Dalam
pemilihan umum 2016 partisipasi masyarakat Filipina dengan angka 80
persen.
D. Kesimpulan
17 Prezi. Ecka Franco. Understanding Philippine Political Culture. 7 September 2015.akses 5
November 2018. https://prezi.com/ijicbw5w1_ky/understanding-philippine-political-culture/
18 Academia edu. Ryan Ralph Nicolas. Philippine Political Culture. Akses 5 november 2018.
https://www.academia.edu/6853602/PHILIPPINE_POLITICAL_CULTURE

6
Budaya politik indonesia adalah budaya politik campuran yaitu subjek-
parokial. Hal ini dikarenakan keragaman yang ada di indonesia. Kemudian di
filipina budaya politik yang ada yaitu budaya politik tradisional yang bisa
dikategorikan kedalam budaya politik subjek/kaula. Budaya politik ini
diperkuat dengan hasil analisis Indeks Tingkat Demokrasi 2017 dari
Economist Intelligence Unit.

E. Daftar Pustaka
Iriawan Maksudi, Beddy. 2015. Sistem Politik Indonesia. Jakarta:
Rajawali Pers
Rod Hague & Martin Harrop. Comparative Government & Politics: An
Introductions: 5. Ed. (Hampshire: Palgrave, 2001)

Suryo, Hening. 2015. Budaya Politik Negara Maju Dan Negara


Berkembang: Suatu Perbandingan. Transformasi No. 27 Tahun 2015.
Volume I Halaman 1 – 47 . akses 09 desember 2018.
Ecka Franco. Understanding Philippine Political Culture. 7 September
2015.akses 5 November 2018.
https://prezi.com/ijicbw5w1_ky/understanding-philippine-political-culture/
Ryan Ralph Nicolas. Philippine Political Culture. Akses 5 november
2018.
https://www.academia.edu/6853602/PHILIPPINE_POLITICAL_CULTURE
Analisis: Kondisi Menggenaskan Demokrasi Di Asia Tenggara
Menjelang Pemilu.8 mei 2018. Akses 6 November 2018.
https://www.matamatapolitik.com/analisis-kondisi-mengenaskandemokrasi-
di-asia-tenggara-menjelang-pemilu/
Elite Politik Dan Kualitas Pilkada. 31 oktober 2017. Akses 6 November
2018. http://www.pikiran-rakyat.com/opini/2017/10/31/elite-politik-kualitas-
pilkada-412625

Kisruh Elite, Rakyat Menjeri., 23 mei 2018. Akses 6 November


2018http://aceh.tribunnews.com/2018/05/23/kisruh-elite-rakyat-menjerit?
page=1
Partai di Indonesia Masih Bersifat Elit. 24 oktober 2015. Akses 6
November 2018. http://www.umy.ac.id/partai-di-indonesia-masih-bersifat-
elit.html

7
Partisipasi Pemilih Di Pilpres 2014 Menurun, Ini Penjelasan KPU. 23
juli 2014. Akses 05 November 2018.
https://news.detik.com/berita/2646389/partisipasi-pemilih-di-pilpres-2014-
menurun-ini-penjelasan-kpu

Anda mungkin juga menyukai