Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2 PENGANTAR ILMU POLITIK

NAMA : NATHALIA STIFANI

NIM : 044065449

SOAL :

Pasca Reformasi tahun 1998, untuk pertama kalinya setelah 30 tahun rezim Orde Baru,
Indonesia memasuki babak baru dalam kehidupan berdemokrasi. Partai politik mulai banyak
bermunculan, dan tidak ada lagi partai yang setiap pemilu selalu menjadi pemenang mutlak
atau dikenal dengan istilah “mayoritas tunggal”.

Pertanyaan:

1. Bila merujuk pada kategori budaya politik Almond dan Powell, selama tahun 1999 sampai
dengan sekarang, Indonesia berada pada kategori budaya politik yang mana? Uraikan
tentang budaya politik tersebut!

2. Terkait contoh kasus diatas, kemukakan alasan Anda pada pilihan kategori budaya politik
dari Almond dan Powell tersebut! Lakukan analisis terhadap pilihan Anda tersebut.

JAWAB :

1. Dalam sebuah masyarakat yang maju di mana demokrasi modern berlaku, ditemukan
sikap yang baik terhadap lembaga-lembaga dalam sistem politik. Di negara maju,
masyarakatnya berharap akan diperlakukan secara adil oleh pelayanan publik. Sebaliknya,
dalam masyarakat tradisional, harapan akan keadilan frekuensinya lebih sedikit. Budaya
menjadi salah satu faktor penting dalam negara yang memiliki keragaman etnis, ras, dan
suku bangsa. Keragaman budaya bertalian erat dengan sistem politik. Dua Ilmuwan Politik
Gabriel Abraham Almond dan Bingham Powell Jr menjabarkan tentang budaya politik.

Almond dan Powell mendefinisikan budaya politik sebagai suatu konsep yang terdiri
dari sikap, keyakinan, nilai-nilai, dan keterampilan yang sedang berlaku bagi seluruh
anggota masyarakat.

Termasuk di dalamnya pola kecenderungan khusus serta pola kebiasaan yang terdapat
pada kelompok-kelompok masyarakat.

Almond lebih lanjut menjelaskan bahwa istilah budaya politik mengacu pada orientasi
politik, sikap dan peranan masyarakat dalam sebuah sistem politik. Almond dan Powell
menjelaskan bahwa budaya politik mengacu pada beberapa orientasi, yaitu:

 Orientasi Kognitif: Menyangkut pengetahuan dan kepercayaan pada politik,


pernanan dan segala kewajibannya, serta input dan outputnya.
 Orientasi Afektif: Berkaitan dengan masalah perasaan terhadap sistem politik, peran
yang bersangkutan, dan penampilan para aktor politik.
 Orientasi evaluatif: Menyangkut masalah keputusan dan pendapat tentang obyek-
obyek politik yang melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria informasi serta
perasaan.

Indonesia menggunakan budaya politik berorientasi dan evaluatif kognitif karena peran
politikus di Indonesia, baik yang berada di pemerintahan maupun sudah purna, memiliki
tingkat pengetahuan perpolitikan yang luas. Sedangkan evaluatif karena di Indonesia pasti
ada pihak – pihak independent yang selalu mengevaluasi sistem politik dan kebijakan poltik
pemerintah.

2. Menurut Gabriel a almond dan Powell, pengertian budaya politik adalah sikap, keyakinan,
nilai dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga cenderung dan pola-pola
khusus yang terdapat bagian-bagian tertentu dari populasi.

Macam-macam budaya politik :

Budaya politik dibagi dalam beberapa tipe berdasarkan dari orientasi politik macam- macam
budaya politik atau tipe-tipe budaya politik adalah sebagai berikut :

a) Budaya politik parokial


Dalam buku Sistem Politik Indonesia (2013) karya Sahya Anggara, budaya politik
parokial merupakan tipe budaya politik yang jangkauannya terbatas pada suatu
wilayah yang sempit atau terbatas.
Maka tidak mengherankan jika budaya politik parokial bersifat kedaerahan. Selain itu,
anggota masyarakatnya juga cenderung tidak tertarik dengan hal politik yang lebih
luas.

Menurut Amiruddin Setiawan dalam jurnal yang berjudul Budaya Politik dalam
Komunikasi Politik di Indonesia, tipe budaya politik parokial biasanya terdapat di
Afrika atau masyarakat pedalaman di berbagai negara.

Dalam masyarakatnya, tidak ada peran politik secara khusus. Sehingga tingkat
partisipasi politiknya sangat rendah, jika dibandingkan dengan tipe budaya politik
lainnya.

Tipe budaya politik parokial memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:

1) Tingkat partisipasi politiknya cenderung rendah. Jika ada masyarakat yang


aktif dalam politik, sifatnya minoritas atau jumlahnya hanya beberapa
saja.
2) Masyarakatnya tidak memiliki peran politik yang khusus. Contohnya peran
kepala desa bisa merangkap sebagai tokoh agama juga.
3) Anggota masyarakatnya tidak menaruh minat yang besar pada sistem politik.
4) Ranah politik biasanya hanya dianggap sebagai bagian dari hal yang
bersifat normatif.
5) Pengetahuan tentang politik biasanya tergolong rendah.
6) Mudah ditemukan pada masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai
tradisional.
b) Budaya politik kaula (subyek)
Budaya politik kaula adalah budaya politik yang berada ditengah-tengah antara
budaya politik parokial dan budaya politik partisipan.

Dilansir dari Open Scholar Princeton, pada budaya politik subyek masyarakat
memiliki orientasi kognitif yang tinggi, afektif, dan evaluative yang tinggi terhadap
sistem politik dan keluaran kebijakan oleh pemerintah.

Budaya politik kaula diterapkan oleh negara Jerman dan Italia. Sehingga masyarakat
dalam budaya politik kaula cenderung lebih maju secara politik, ekonomi, dan sosial.

Meskipun memiliki kesadaran politik yang tinggi, partisipasi masyarakat dalam


politik sebagai partisipan aktif sangatlah minimal.

Masyarakat budaya politik kaula cenderung pasif sehingga demokrasi sulit terbentuk
dan otoritas masih berada di tangan pemerintah.

Mereka mengerti tentang sistem politik dan hukum namun beranggapan bahwa
hukum adalah sesuatu yang harus ditaati bukanlah sesuatu yang harus dibantu untuk
dibentuk.

Ciri-ciri budaya politik kaula (subyek)

Beberapa ciri-ciri budaya politik kaula, sebagai berikut:

1) Demokrasi yang sulit berkembang.


2) Masyarakat lebih maju secara pendidikan, ekonomi, dan sosial.
3) Pemerintah memiliki kewenangan tertinggi dan cenderung bersifat otoriter.
4) Masyarakat memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi pada sistem
politik, pemerintahan, dan pengambilan kebijakan.
5) Masyarakat patuh terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
6) Masyarakat berpartisipasi secara pasif dalam pengambilan kebijakan
oleh pemerintah.
7) Partisipasi masyarakat dalam politik dan pemerintahan sangatlah minimal.
8) Masyarakat cenderung diam saat tidak setuju dengan keputusan yang diambil
pemerintah.
9) Masyarakat menyedari pentingnya demokrasi, namun tetap memilih untuk
diam.
c) Budaya Politik Partisipan Budaya politik partisipan adalah budaya politik
di mana kesadaran masyarakatnya sangat tinggi untuk aktif dalam aktivitas
politik.

Budaya politik partisipan adalah budaya politik paling ideal. Budaya politik
partisipan biasanya ada di masyarakat dengan tingkat pendidikan yang relatif
tinggi atau masyarakat di kota-kota besar.

Ciri-ciri budaya politik partisipan adalah:

1) Individu atau masyarakatnya memiliki perhatian dan minat yang tinggi


terhadap sistem politik.

2) Adanya kesadaran tinggi akan hak dan kewajiban dalam kehidupan


politik.

3) Masyarakatnya terlibat langsung dalam proses input berupa dukungan


atau tuntutan terhadap sistem politik.

4) Adanya peran yang sangat besar dalam proses ouput dengan


melaksanakan, menilai, dan mengkritik kebijakan pemerintah.

5) Adanya sarana transaksi politik di tengah masyarakatnya.

Salah satu contohnya adalah ketika melihat tingginya kasus pelecehan dan
kekerasan seksual, masyarakat dalam budaya politik partisipan akan bergerak.

Sumber referensi :

https://nasional.kompas.com/read/2022/02/17/00000071/budaya-politik-menurut-almond-
dan-powell

https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/11/154603869/budaya-politik-parokial-
pengertian-dan-cirinya

https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/06/184542969/budaya-politik-kaula-subyek

Anda mungkin juga menyukai