Anda di halaman 1dari 31

Bab 9

Mencermati Potret Budaya Politik


Masyarakat Indonesia
Kelompok 6 [ XI MIPA 2 ]
• Cahya Novenita Azzahra (10)
• Eko Prasetyo (14)
• Iganusa Pita Buwana (19)
• Muchammad Nouval Shidqi (26)
• Nurul Aini Istiqomah (33)
• Zaki Fuad Abdillah (41)
• Zukha Illyunida (42)
PENGERTIAN BUDAYA POLITIK
Menurut para ahli :
 Austin Ranney:
Menurut Austin Ranney, pengertian budaya politik adalah
seperangkat pandangan-pandangan tentang politik dan
pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama; sebuah pola
oreintasi-orientasi terhadap objek-objek politik.
 Gabriel A. Almond dan G.Bingham Powell, Jr. :
Menurutnya, pengertian budaya politik adalah sikap, keyakinan, nilai
dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga
kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-
bagian tertentu dari populasi.
 Sidney Verba:
Menurut Sidney Verba, budaya politik adalah suatu sistem
kepercayaan empirik, simbol-simbol ekskpresif dan nilai-nilai yang
menegaskan suatu situasi dimana tindakan politik dilakukan.
 Moctar Massoed :
Menurut Moctar Massoed, pengertian budaya politik adalah sikap
dan orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan
negara dan politiknya.
 Miriam Budiardjo :
Menurut Mirriam Budiardji, budaya politik adalah keseluruhan dari
pandangan-pandangan politik, seperti norma-norma, pola-pola
orientasi terhadap politik dan pandangan hidup pada umumnya
Pengertian budaya politik secara umum :

Budaya Politik :
merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan
bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik
pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma
kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap
harinya.
Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai
bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan
kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.
KLASIFIKASI BUDAYA POLITIK
Realitas yang ditemukan dalam budaya politik , ternyata memiliki
beberapa variasi. Berdasarkan orientasi budaya politik yang dicirikan
dan karakter-karakter dalam budaya politik, maka setiap sistem politik
memiliki budaya politik yang berbeda.
Gabriel Almond (Setiawan, 2012 : 124) mengajukan pengklasifikasian
budaya politik sebagai berikut :
1. Budaya politik Parokhial (Parochial Political Culture) yaitu tingkat
parsipasi politik sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif.
2. Budaya Politik Kaula/Subjek (Subjek Political Culture) yaitu
masyarakat sudah relatif Maju (baik sosial maupun ekonomi) tetapi
masih bersifat pasif.
3. Budaya Politik Partipan (Participant Political Culture) yaitu budaya
politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi.
Dalam kehidupan masyarakat, tidak menutup kemungkinan bahwa
terbentuknya budaya politik masyarakat merupakan gabungan dari
ketiga klafikasi tersebut diatas.
Tentang klasifikasi budaya politik di dalam masyarakat lebih lanjut
oleh Almond (Halking, 2010 : 76-79), adalah sebagai berikut :

1. Budaya Politik Parokhial (Parochial Political Culture) yang secara


singkat, dapat diartikan sebagai individu atau kelompok masyarakat
yang tidak atau kurang mengetahui apa yang terjadi di luar
lingkunganya termasuk sistem politik dan mempengaruhi sistem
politik. Budaya politik parokial terbatas pada wilayah yang kecil,
sempit dan terpencil dan bersifat lokalitas. Dalam masyarakat yang
masih tradisional yang spesialisnya demikian kecil, maka pelaku
politik sering juga sebagai pameran pelaku dalam bidang
keagamaan, ekonomi, adat istiadat dan sebagainya.
2. Budaya Politik Kaula/Subjek (Subjek Political Culture) yang secara
singkat, berarti individu atau kelompok masyarakat yang mempunyai
pengetahuan dan mengenal sistem politik dan lingkunganya akan
tetapi merasa tidak mampu atau tidak berhak untuk mempengaruhi
sistem politik, sehingga mereka hanya berorientasi pada output,
mereka hanya menjadi objek saja. Selanjutnya perhatian terhadap
proses input serta kesadaranya sebagai aktor politik yang
mempunyai hak dan kewajiban untuk ambil bagian dalam sistem
politik dapat dikatakan rendah. Masyarakatnya mengetahui dan
mengenal sistem politik, mengenal dunia sekelilingnya akan tetapi
merasa tidak mampu atau tidak berhak untuk mengambil bagian
secara aktif dalam sistem politik.
3. Budaya Politik Partisipan (Participant Political Culture) yang secara
singkat berarti individu atau kelompok masyarakat yang mengetahui
dan mengenal secara baik sistem politiknya dalam sekala besar
disebut dengan budaya politik Indonesia dan berusaha ikut serta
berjalannya sistem politik. Budaya politik partisipan ditandai oleh
adanya pengetahuan dan kesadaran akan sistem politik dan dan
juga mempunyai kesadaran sebagai aktor politik yang memiliki hak
dan kewajiban untuk mengubah dan memperbaiki sistem politik,
individu atau kelompok masyarakat proses sistem politik input yakni
pengajuan tuntutan dan dukungan maupun dalam
proses output yakni dalam proses penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan berusaha mempengaruhi dan kritis dalam sistem politik.
Di atas sudah dijelaskan klasifikasi budaya politik dibedakan atas
tiga bagian, dan penulis dapat memahami bahwa :
1. Budaya politik parokial, menunjuk pada orang-orang yang sama
sekali tidak menyadari atau mengabaikan adanya pemerintahan dan
politik. Dalam masyarakat seperti ini para pelaku politik sangat
terbatas karena anggota masyarakatnya kurang menaruh perhatian.
2. Budaya politik kaula/ subjek, orang-orang secara pasif patuh pada
pejabat-pejabat pemerintahan dan undang-undang, tetapi tidak
melibatkan diri dalam politik ataupun memberi suara dalam
pemilihan. Anggota masyarakatnya menganggap diri tidak berdaya
untuk mempengaruhi dan mengubah sistem sehingga hanya
menyerah saja kepada segala keputusan dan kebijakan itu sehingga
hanya mengikuti segala anjuran pemimpinya.
3. Budaya politik partisipan, menunjuk pada orang-orang yang
melibatkan diri dalam kegiata politik, paling tidak dalam pemberian
suara dan memperoleh informasi yang cukup banyak tentang
kehidupan politik. Anggota masyarakatnya menyadari hak dan
kewajiban dan tidak akan diam apabila ada kesalahan dalam
perpolitikan karena masyarakat menganggap bahwa ia mampu
berbuat untuk melakukannya. Budaya politik partisipan ini sangat
cocok untuk perilaku masyarakat yang demokratis karena akan
menyadari pentingnya partisipasi sebagai penggerak demokrasi
dalam masyarakat.
Contoh Budaya Politik Partisipan
KARAKTERISTIK BUDAYA POLITIK
MASYARAKAT INDONESIA
Budaya politik Indonesia sampai saat ini belum mengalami
perubahan. Hal ini dapat dimengerti, karena menurut hukum-hukum
perkembangan masyarakat, perubahan yang menyangkut
kebudayaan cenderung berjalan lambat.
Sedangkan di sisi lain, sistem politik Indonesia sudah beberapa
kali berubah, yaitu dari sistem politik demokrasi liberal ke sistem
politik terpimpin dan terakhir beralih ke sistem politik demokrasi
Pancasila
Budaya politik yang berlaku dalam ketiga sistem politik ini
cenderung tetap. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dipaparkan
kesimpulan sementara tentang budaya politik Indonesia
1. Masih bersifat parokialkaula, dan budaya politik partisipan di lain
pihak

Di satu sisi rakyat Indonesia masih ketinggalan dalam


menggunakan hak dan menjalankan tanggung jawabnya, hal ini
mungkin disebabkan oleh ketertutupan dari kebudayaan luar,
pengaruh penjajahan, pengaruh feodalisme, bapakisme, dan
primordialisme.
Sedangkan di sisi lain, para elit politik menunjukkan partisipasi
aktifnya dalam kegiatan politik. Dengan demikian jelas terlihat
bahwa budaya politik Indonesia merupakan budaya politik
campuran yang diwarnai oleh besarnya pengaruh budaya politik
parokial-kaula
2. Sifat ikatan primordial masih berakar kuat dalam masyarakat

Hal ini dapat dilihat melalui indikatornya berupa sikap


mementingkan kepentingan daerah, suku, dan agamanya.
Misalnya, pada proses pemilihan kepala daerah, masyarakat
cenderung memilih calon kepala daerah yang berasal dari
daerahnya (putra asli daerah) daripada calon yang berasal dari luar
daerahnya, tanpa melihat kualitas atau kemampuan yang
dimilikinya.
3. Kecenderungan budaya politik Indonesia masih memegang kuat
paternalisme

Salah satu indikatornya adalah munculnya sifat bapakisme atau


sikap asal bapak senang dalam segala hal. Budaya tersebut saat
ini sudah mulai berkurang untuk birokrasi tingkat pusat, akan tetapi
di tingkatan lebih bawah budaya tersebut masih berkembang.
Misalnya, sebagian masyarakat cenderung memilih partai politik
yang sesuai dengan pilihan atasanya dengan pertimbangan supaya
mendapat perhatian lebih.
Uraian tadi merupakan gambaran nyata budaya politik
masyarakat Indonesia saat ini. Meskipun tingkat partisipasi politik
sudah mulai meningkat, tidak berarti budaya partisipan secara
murni telah terwujud, melainkan budaya tersebut merupakan
campuran budaya politik partisipan dengan parokian kaula.
C. Hakikat kesadaran politik
1. Maka kesadaran politik
Merupakan proses batin yang menampakan keinsyafan dari setiap
warga negara akan pentingnya urusan kenegaraan dalam kehidupan
kenegaraan. Kesadaran politik masyarakat tidak hanya diukur dari
tingkat partisipasi mereka dalam kegiatan pemilihan umum. Akan tetapi
diukur juga dari peran serta mereka dalam mengawasi atau mengoreksi
kebijakan dan perilaku pemerintah selama memegang kekuasaan
pemerintahan.
Setiap masyarakat mempunyai kesadaran politik yang berbeda-
beda. Kesadaran politik masyarakat sangat tergantung pada latar
belakang pendidikannya. Masyarakat yang mempunyai tingkat
pendidikan tinggi cenderung mempunyai kesadaran politik yang relatif
tinggi. Sebaliknya, kelompok masyarakat yang tingkat pendidikannya
rendah, maka kesadaran politiknya pun relatif rendah sehingga
memerlukan pembinaan.
2. Mekanisme Sosialisasi Budaya Politik
Robert Le Vine sebagaimana dikutip oleh Michael Rush dan
Phillip Althoff (dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sosiologi
Politik, 2003:38) mengatakan terdapat tiga mekanisme sosialisasi
pengembangan budaya politik, yaitu imitasi, instruksi dan motivasi.
> Imitasi, yaitu proses sosialisasi melalui peniruan terhadap perilaku yang
ditampilkan individu-individu lain, dan merupakan hal yang amat
penting dalam sosialisasi pada masa kanak-kanak.
> Instruksi mengacu pada proses sosialisasi melalui proses
pembelajaran baik secara formal (di sekolah), informal (pendidikan di
keluarga) maupun dalam bentuk nonformal (diskusi-diskusi
kelompok, organisasi dan sebagainya).
> Motivasi, merupakan mekanisme proses sosialisasi yang dikaitkan
dengan pengalaman individu pada umumnya yang secara langsung
mendorong dirinya untuk belajar dari pengalaman-pengalamannya
mengenai tindakan-tindakan yang sesuai dengan sikap-sikap dan
pendapatnya sendiri.
Ketiga mekanisme di atas tidak bisa berjalan tanpa dibantu oleh agen-
agen atau lembaga-lembaga yang bertugas menjalankan sosialisasi
politik. Apa saja agen-agen sosialisasi politik itu? Berikut ini dipaparkan
beberapa agen sosialisasi politik, yaitu:
a. Keluarga merupakan agen pertama yang sangat menentukan pola
pembentukan nilai-nilai politik bagi seorang individu. Di dalam
keluarga ditanamkan bagaimana menghargai kewenangan ayah dan
ibu serta orang yang lebih tua.
b. Ketika waktunya masuk sekolah, disadari atau tidak, anak pun belajar
tentang nilai-nilai, norma dan atribut negaranya. Proses pengetahuan
politik siswa mulai terbentuk semenjak Taman Kanak-Kanak.
c. Partai Politik Konsep partai politik tentunya sudah sering kalian
dengar. Di setiap negara demokratis, tentu saja terdapat partai politik.
Di Indonesia juga ada partai politik
Contoh di Keluarga
Contoh di Sekolah
Dasar-dasar Ilmu Politik (2008:405 - 409) menyatakan bahwa
secara umum partai politik mempunyai fungsi sebagai sarana:
1) Komunikasi politik. Dengan fungsi ini partai politik berperan
sebagai penyalur aspirasi rakyat, menggabungkan berbagai
kepentingan dan merumuskan kepentingan yang menjadi dasar
kebijaksanaannya. Selanjutnya partai politik akan
memperjuangkan agar aspirasi rakyat tersebut dapat dijadikan
kebijakan umum oleh pemerintah.
2) Sosialisasi politik. Dengan fungsi ini partai politik berperan sebagai
sarana untuk memberikan penanaman nilai-nilai, norma dan sikap
serta orientasi terhadap persoalan politik tertentu. Partai politik
mendidik anggota- anggotanya untuk menjadi manusia yang sadar
akan tanggungjawabnya sebagai warga negara dan menempatkan
kepentingan pribadi dibawah kepentingan nasional. Sosialisasi
politik yang dilakukan partai politik bisanya dalam bentuk ceramah-
ceramah penerangan, kursus kader dan sebagainya.
3) Rekruitmen politik. Dengan fungsi ini partai politik mencari dan
mengajak orang-orang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan
politik sebagai anggota anggota dari partai.
4) Pengatur konflik. Dengan fungsi ini partai politik berfungsi untuk
mengatasi berbagai macam konflik yang muncul sebagai
konsekuensi dari negara demokrasi yang di dalamnya terdapat
persaingan dan perbedaan pendapat Sementara itu dalam Pasal 11
ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2008
D. Contoh Budaya Politik Partisipan
1. Bentuk-bentuk Budaya Politik Partisipan
Budaya politik partisipan mempunyai pengaruh yang teramat
penting dalam pembangunan politik suatu negara. Budaya politik
partisipan merupakan tipe budaya politik ideal, di mana dalam
budaya politik ini orientasi politik rakyat tidak hanya bersifat kognitif
atau afektif saja, tetapi sudah merupakan orientasi politik yang
bersifat evaluatif yang ditandai dengan dimilikinya kemampuan
rakyat dalam menilai dan mengontrol semua kebijakan dari para
pemegang kekuasaan
Joan M. Nelson dalam bukunya yang berjudul Partisipasi Politik; Tak
Ada Pilihan Mudah (1984) berhasil mengidentifikasi empat bentuk
partisipasi politik, yaitu:
1) Kegiatan pemilihan, yang mencakup memberikan suara, sumbangan-
sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari
dukungan bagi seorang calon, atau melakukan tindakan yang
bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan.
2) Lobbying, yaitu upaya-upaya perorangan atau kelompok untuk
menghubungi pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin
politik dengan maksud untuk mempengaruhi keputusan-keputusan
mereka mengenai persoalan- persoalan yang menyangkut sejumlah
besar orang. Misalnya, lobbying yang dilakukan oleh anggota DPR,
atau yang dilakukan tokoh masyarakat kepada pemerintah untuk
mempercepat proses pembangunan di daerahnya.
Contoh Kegiatan Pemilih
3) Kegiatan organisasi, yang menyangkut partisipasi sebagai anggota
atau pejabat dalam suatu organisasi dengan tujuan utamanya
untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh
pemerintah
4) Mencari koneksi, yaitu tindakan perorangan yang ditujukan terhadap
pejabat - pejabat pemerintah dan biasanya dengan maksud
memperoleh manfaat yang hanya dirasakan oleh satu orang atau
beberapa orang saja.
5) Tindakan kekerasan, yaitu upaya untuk mempengaruhi proses
pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah dengan jalan
menimbulkan kerugian fisik terhadap pejabat pemerintahan atau
harta benda. Kekerasan dapat ditujukan untuk mengubah pimpinan
politik (dalam bentuk kudeta dan pembunuhan), mempengaruhi
kebijaksanaan pemerintah (dalam bentuk huruhara dan
pemberontakan, atau mengubah seluruh sistem politik (dalam bentuk
revolusi). Kekerasan hanya dilakukan setelah tertutupnya
kesempatan berpartisipasi politik secara damai.
2. Penerapan Prinsip Partisipasi Warga
Negara dalam Kehidupan Politik
Setiap warga negara mempunyai peran dan kedudukan
penting dalam kehidupan politik di negaranya. Kalian tentunya
mempunyai peranan yang sangat besar dalam mendorong
kemajuan negara kita tercinta. Hal itu salah satunya dapat
diwujudkan dengan menampilkan peran aktif dalam kehidupan
politik yang dapat kalian tampilkan mulai dari lingkungan sekolah,
masyarakat serta lingkungan bangsa dan negara baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Kendala dalam Penerapan Prinsip Partisipasi Warga Negara
dalam Kehidupan Politik di DEMAK yaitu terletak pada saat
pemilihan bupati dan wakil bupati 2015 kemari. Mayoritas warga
demak kalangan menengah ke bawah yang akan memberikan suara
mereka kepada calon yang memberikan uang yang nilainya lebih
banyak. Memang secara harfiah mereka ikut berpartisipasi namun
kesadaran politik belum tertanam di hati warga Demak. Mereka lebih
memilih uang daripada memikirkan politik.
TERIMAKASIH ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai