Anda di halaman 1dari 5

Nama : Falenia Dwi Khairunnisa

Nim : 049345802
Mata Kuliah : ISIP4212
Kode kelas : 07
UPBJJ : Serang
Program studi : Pengantar Ilmu Politik

TUGAS 2

1. Bila merujuk pada kategori budaya politik Almond dan Powell, selama tahun 1999
sampai dengan sekarang, Indonesia berada pada kategori budaya politik yang mana?
Uraikan tentang budaya politik tersebut!

Jawaban:
Almond dan Powell mendefinisikan budaya politik sebagai suatu konsep yang terdiri
dari sikap, keyakinan, nilai-nilai, dan keterampilan yang sedang berlaku bagi seluruh
anggota masyarakat.
Termasuk di dalamnya pola kecenderungan khusus serta pola kebiasaan yang terdapat
pada kelompok-kelompok masyarakat. Almond juga menjelaskan bahwa istilah
budaya politik mengacu pada orientasi politik, sikap dan peranan masyarakat dalam
sebuah sistem politik.

Almond dan Powell menjelaskan bahwa budaya politik mengacu pada beberapa
orientasi, yaitu:
A. Orientasi Kognitif: Menyangkut pengetahuan dan kepercayaan pada politik,
pernanan dan segala kewajibannya, serta input dan outputnya.
B. Orientasi Afektif: Berkaitan dengan masalah perasaan terhadap sistem politik,
peran yang bersangkutan, dan penampilan para aktor politik.
C. Orientasi evaluatif: Menyangkut masalah keputusan dan pendapat tentang obyek-
obyek politik yang melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria informasi serta
perasaan.
Budaya politik mengutamakan dimensi psikologis dari suatu sistem politik, yaitu
sikap-sikap, sistem kepercayaan, simbol-simbol yang dimiliki oleh individu, harapan-
harapan dan beroperasi dalam seluruh masyarakat. Bentuk budaya politik dalam
sebuah masyarakat dipengaruhi oleh sejarah perkembangan dari sistem, agama yang
ada dalam masyarakat tersebut, kesukuan, status sosial, konsep kekuasaan, dan
kepemimpinan. Almond dan Powell mengklasifikasikan budaya politik ke dalam tiga
hal, yakni:
A. Budaya Politik Parokial: Budaya politik yang level partisipasinya sangat rendah.
B. Budaya Politik Kaula: suatu komunitas atau masyarakat yang cukup maju baik
sosial maupun ekonomi, tetapi sikapnya pasif terhadap politik.
C. Budaya politik partisipan: budaya politik di mana kesadaran masyarakatnya sangat
tinggi untuk aktif dalam aktivitas politik.

Sosial kemasyarakatan di Indonesia terbagi ke dalam kelompok atau kategori yang


berbeda-beda dan sangat beragam. Sehingga, keberagaman ini sangat mempengaruhi
budaya politik di Indonesia.
Bertolak dari pola orientasi kognitif, afektif, dan evaluatif, Almond memunculkan
tipe-tipe kebudayaan politik.

A. Budaya Politik Parokial


Budaya politik parokial adalah budaya politik yang level partisipasi masyarakatnya
masih sangat rendah. Dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah atau buta
huruf.
Ciri-ciri budaya politik parokial adalah:
 Orientasi politik individunya terbatas pada satu wilayah atau lingkup yang kecil
dan sempit.
 Tingkat kesadaran individu terhadap adanya kekuasaan pusat dalam negara
sangat rendah.
 Individu tidak mengharapkan apapun dari sistem politik.
 Tidak ada peranan politik yang bersifat khas dan beridri sendiri.
 Biasanya terjadi dalam masyarakat tradisional atau masyarakat pedesaan.
Dalam pemilu baik legislatif maupun eksekutif, untuk di daerah pedalaman
masyarakatnya cenderung melakukan sikap apatis. Hal ini jika ditinjau dari budaya
politik yang berkembang di masyarakat indonesia sekarang menunjukkan adanya
budaya politik parokial.

B. Budaya Politik Kaula atau Subjek


Budaya politik kaula atau subjek adalah budaya politik dalam komunitas atau
masyarakat yang cukup maju baik dari sisi sosial maupun ekonomi, tetapi sikapnya
pasif terhadap politik. Akan tetapi, masyaraktnya sudah mengerti tentang sistem
politik dan patuh terhadap undang-undang.
Ciri-ciri budaya politik Kaula adalah:
 Mulai adanya minat dan perhatian terhadap sistem politik.
 Adanya kesadaran penuh terhadap kewenangan pemerintahan.
 Peran politiknya terbatas pada pelaksanaan kebijakan pemerintah dan menerima
kebijakan tersebut dengan pasrah.
 Tidak ada keinginan untuk menilai, menelaah, dan bahkan mengkritisi.
Contohnya adalah ketika ada kebijakan pemerintah terkait jaminan hari tua atau JHT,
ia lebih memilih untuk meyakini dan menerima bahwa kebijakan tersebut adalah yang
diguratkan para pemangku kebijakan untuk masyarakatnya. Meskipun ada
ketidaksukaan terhadap aturan kebijakan tersebut, ia memilih diam dan
menyimpannya sendiri karena ia juga merasa tidak mampu menangani sendiri tanpa
keputusan pemerintah.

C. Budaya Politik Partisipan


Budaya politik partisipan adalah budaya politik di mana kesadaran masyarakatnya
sangat tinggi untuk aktif dalam aktivitas politik. Budaya politik partisipan adalah
budaya politik paling ideal. Budaya politik partisipan biasanya ada di masyarakat
dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi atau masyarakat di kota-kota besar.
Ciri-ciri budaya politik partisipan adalah:
 Individu atau masyarakatnya memiliki perhatian dan minat yang tinggi terhadap
sistem politik.
 Adanya kesadaran tinggi akan hak dan kewajiban dalam kehidupan politik.
 Masyarakatnya terlibat langsung dalam proses input berupa dukungan atau
tuntutan terhadap sistem politik.
 Adanya peran yang sangat besar dalam proses ouput dengan melaksanakan,
menilai, dan mengkritik kebijakan pemerintah.
 Adanya sarana transaksi politik di tengah masyarakatnya.
 Salah satu contohnya adalah ketika melihat tingginya kasus pelecehan dan
kekerasan seksual, masyarakat dalam budaya politik partisipan akan bergerak.

Demikian dapat saya simpulkan bahwa budaya politik di Indonesia termasuk kategori
budaya politik campuran atau mixed political culture antara budaya politik partisipan
dan budaya politik kaula-parokial.

Soal nomor 2
Terkait contoh kasus diatas, kemukakan alasan Anda pada pilihan kategori budaya
politik dari Almond dan Powell tersebut! Lakukan analisis terhadap pilihan Anda
tersebut.

Jawaban:
Budaya politik partisipan dan parokial di Indonesia sudah sangat terlihat. Budaya ini
terjadi karena beberapa faktor, namun yang paling dominan adalah lingkungan.
Sedikit penjelasan mengenai dua budaya tersebut.

1. Parokial
Ciri dari parokial yaitu masyarakat apatis, ruang lingkup sempit dan kecil,
pengetahuan warga mengenai aspek ini termasuk kategori sangat rendah, masyarakat
tidak memperdulikan bahkan menarik diri dari kawasan politik.

Ciri lainnya yaitu masyarakat jarang sekali berhadapan dengan sistem ini, kesadaran
warga mengenai kewenangan serta kekuasaan negara sangat rendah. Jadi, intinya
budaya politik di Indonesia satu ini membuat rakyatnya kurang aktif berpartisipasi.

2. Partisipan
Ciri-ciri dari partisipan yaitu masyarakat mempunyai kesadaran tinggi untuk aktif
berperan terkait bidang ini dan sadar bahwa warga memiliki hak serta tanggung jawab
terhadap kehidupan politik.
Ciri lainnya adalah rakyat tidak begitu saja menerima situasi yang ada, tapi secara
sadar memberikan penilaian terhadap masalah terkait politik. Budaya politik di
Indonesia jenis partisipan ini merupakan yang paling ideal bagi negara demokrasi.
Ada beberapa contoh budaya ini di masyarakat Indonesia, yaitu berpartisipasi dalam
pemilu bagi yang memenuhi persyaratan ketentuan, ikut serta dalam forum untuk
menyampaikan aspirasi serta melakukan unjuk rasa dengan tertib dan damai.
Aktifnya masyarakat dalam kegiatan bidang ini akan memberikan dampak positif
terhadap perkembangan negara, apalagi Indonesia menganut sistem demokrasi. Jadi,
budaya politik di Indonesia diharapkan tetap mampu membuat rakyatnya aktif
berperan

Sumber referensi:
http://repository.ut.ac.id/4306/1/ISIP4213-M1.pdf
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/17/00000071/budaya-politik-menurut-
almond-dan-powell
.

Anda mungkin juga menyukai