Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian Budaya Politik

Budaya politik adalah orientasi masyarakat terhadap suatu sistem politik.


Dalam setiap masyarakat, terdapat budaya politik yang menggambarkan pandangan mereka
mengenai proses politik yang berlangsung di lingkungannya sendiri. Tingkat kesadaran dan
partisipasi mereka biasanya menjadi hal penting untuk mengukur kemajuan budaya politik
yangberkembang.
Perbedaan pandangan masyarakat dalam menyikapi masalah politik dalam hubungannya
dengan pemerintah merupakan bagian kajian tentang budaya politik suatu masyarakat.
Gejala budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia sebagai contoh adalah
sejak reformasi tahun 1998. kesadaran politik masyarakat Indonesia meningkat cukup tajam.
Berbagai hal yang sebelumnya dianggap tabu atau aneh kini menjadi hal yang sangat biasa.
Contohnya adalah demonstrasi mahasiswa, buruh, atau masyarakat sipil. Pada masa
kepemimpinan Soeharto atau era Orde Baru, demonstrasi tidak diperbolehkan karena
dianggap mengganggu stabilitas keamanan. Tetapi saat ini, demonstrasi tidak dilarang karena
merupakan hak rakyat untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemimpin.

Menurut Almond dan Verba, budaya politik yang sering disebut pula kebudayaan politik
merupakan dimensi psikologis (bukan lagi sebuah sistem normatif yang ada di luar
masyarakat) dari sistem politik. “Budaya politik merupakan kultur politik yang berkembang
dan dipraktikan oleh suatu masyarakat tertentu.”

Pengertian budaya politik

1. Samuel Beer, budaya politik adalah nilai-nilai keyakinan dan sikap-sikap emosi tentang
bagaiman pemerintahan seharusnya dilaksanakan dan tentang apa yang harus dilakukan oleh
pemerintah.
2. Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, budaya politik adalah suatu sikap orientasi yang
khas dari warga negara terhadap sistem politik dengan aneka ragam bagiannya dan sikap
terhadap peranan warga negara yang ada dalam sistem itu.
3. Rusdi Sumintapura, budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya
terhadap kehidupan plitik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik.
4. Mochtar Masud dan Colin McAndrews, budaya politik adalah sikap dan orientasi warga
suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya.
5. Larry Diamond, budaya politik adalah keyakinan, sikap, nilai, ide-ide, sentimen, dan
evaluasi suatu masyarakat tentang sistem politik negara mereka dan peran masing-masing
individu dalam sistem itu.

Perbedaan budaya politik (tingkat kesadaran dan partisipasi politik) masyarakat


pedesaan dan masyarakat perkotaan:
- Masyarakat pedesaan : Tergantung pada pilihan politik pemimpinnya, baik pemimpin adat,
suku, maupun agama.
- Masyarakat perkotaan : Tidak bergantung pada pilihan orang lain.

Budaya politik diartikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang
memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan
penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.
Secara umum, budaya politik terbagi atas:
1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, pasif);
2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi); dan
3. Budaya politik partisipatif (aktif).

Faktor-faktor yang mempengaruhi model kebudayaan politik yang berkembang dalam


masyarakat:
1. Tingkat pendidikan warga negara (faktor kunci)
2. Tingkat ekonomi (semakin sejahtera rakyat maka semakin tinggi partisipasi politiknya).
3. Reformasi politik/political will (semangat merevisi dan mengadopsi sistem politik sistem
politik yang lebih baik).
4. Supremasi hukum (adanya penegakan hukum yang adil, independen, dan bebas).
5. Media komunikasi yang independen (berfungsi sebagai kontrol sosial, bebas, dan mandiri).

Budaya politik lebih merupakan sifat atau karakter berpolitik yang berkembang dalam
masyarakat dengan seperangkat objek dan proses sosial yang bersifat khusus.

Almond dan Verba membagi orientasi politik menjadi 3 bagian:


1. Orientasi kognitif, merupakan pengetahuan masyarakat tentang sistem politik, peran, dan
segala kewajibannya. Termasuk di dalamnya adalah pengetahuan mengenai kebijakan-
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
2. Orientasi afektif, merupakan perasaan masyarakat terhadap sistem politik dan perannya,
serta para aktor dan penampilannya. Perasaan masyarakat ini bisa saja merupakan perasaan
untuk menolak atau menerima sistem politik atau kebijakan yang dibuat.
3. Orientasi evaluatif, merupakan keputusan dan pendapat masyarakat tentang objek-objek
politik yang secara tipikal melibatkan nilai moral yang ada dalam masyarakat dengan kriteria
informasi dan perasaan yang mereka miliki.

Almond dan Verba mengidentifikasi tiga objek yang dituju dalam orientasi politik.
1. Peran atau struktur dari sebuah institusi politik.
2. Para pemegang jabatan atau aktor dari sebuah institusi negara seperti pemimpin monarki,
legislator dan administrator. (Aktor/orangnya)
3. Kebijakan, keputusan, dan penguatan keputusan yang dibuat oleh para aktor di dalam
negara. (Produk)

B. Tipe-Tipe Budaya Politik

AS dan Inggris adalah negara yang paling mendekati model kebudayaan kewarganegaraan.
AS cenderung peserta aktif dan khawatir terhadap pemerintahan yang kuat. Sedangkan di
Inggris cenderung pada penghargaan terhadap subjek dan mendorong perkembangan yang
kuat dan efektif serta struktur administrasi yang efektif dan bebas akibat mapannya orientasi
penghargaan dan orientasi subjek.

Dimensi-dimensi yang menjadi ukuran dalam menentukan budaya politik suatu masyarakat.
1. Tingkat pengetahuan umum masyarakat mengenai sistem politik negaranya, seperti
pengetahuan tentang sejarah, letak geografis, dan konstitusi negara.
2. Pemahaman masyarakat mengenai struktur dan peran pemerintah dalam membuat
kebijakan.
3. Pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang meliputi masukan opini dari masyarakat
dan media massa kepada pemerintah.
4. Sejauh mana pertisipasi masyarakat dalam berpolitik dan bernegara, serta sejauh mana
pemahamannya mengenai hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Tiga tipe kebudayaan menurut Almond dan Verba:

1. Budaya politik parokial. Memiliki ciri:


- Frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol
atau tidak memiliki perhatian sama sekali.
- Tidak ada peran-peran politik yang bersifat khusus.
- Peran-peran pemimpin masyarakatnya sangat berperan baik dalam bidang politik, ekonomi,
dan religius.
- Partisipasi masyarakat sangat bergantung pada pemimpinnya
- Dianut oleh masyarakat suku Afrika atau masyarakat pedalaman Indonesia.

2. Budaya politik subjek. Memiliki ciri:


- Frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek
output atau pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
- Pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan.
- Masyarakat sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang sistem politik.

3. Budaya politik partisipan. Memiliki cirri:


- Anggota masyarakat sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi
penentu budaya politik.
- Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum tentang
peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan.
- Berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung.
- Masyarakat sudah ikut terlibat dalam sistem politik pemerintahan.

C. Tipe-Tipe Budaya Politik Yang Berkembang di Indonesia

Berikut adalah pembagian tipe-tipe politik yang lebih didasarkan pada gaya berplitik yang
berkembang di Indonesia.

1. Budaya politik tradisional


Budaya politik tradisional merupakan budaya politik yang memprioritaskan satu budaya dari
etnis tertentu. Sebagai contoh, ketika Soeharto memimpin negeri kita selama lebih dari 3
dekade, masyarakat etnis Jawa cukup mendominasi pusat-pusat kekuasaan penting, seperti
kekuasaan yang ada dalam tubuh ABRI (TNI).

2. Budaya politik Islam


Budaya politik Islam adalah budaya politik yang lebih mendasarkan idenya pada keyakinan
dan nilai agama Islam. Biasanya kelompok santri mempelopori budaya politik ini.

3. Budaya politik modern


Budaya politik modern adalah budaya politik yang lebih bersifat netral tanpa mendasarkan
pada budaya atau agama tertentu. Budaya politik ini dikembangkan pada masa pemerintahan
Orde Baru yang bertujuan untuk stabilitas keamanan dan kemajuan.

Harold Laswell mengemukakan beberapa hal yang dapat dijadikan ciri-ciri masyarakat yang
demokratis.
1. Open ego (sifat keakuan yang terbuka). Artinya, tingkah laku yang terbuka terhadap
keberadaan orang lain.
2. Kapasitas untuk membentuk sejumlah nilai dengan orang lain.
3. Lebih berprientasi pada nilai-nilai yang beragam.
4. Percaya dan yakin terhadap lingkungan sosialnya.
5. Relatif lebih memiliki kebebasan daripada rasa cemas.

D. Pembagian Tipe Budaya Politik Menurut Geertz

Tiga budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia menurut Geertz:

1. Budaya politik abangan

Budaya politik masyarakat yang menekankan aspek-aspek animisme atau kepercayaan


terhadap adanya roh halus yang mempengaruhi hidup manusia.
Ciri khasnya adalah diadakan upacara selamatan untuk mengusir roh halus.

2. Budaya politik santri

Budaya politik masyarakat yang menekankan pada aspek-aspek keagamaan, khususnya


Islam.

3. Budaya politik priyayi

Budaya politik masyarakat yang menekankan keluhuran tradisi.


Priayi adalah masyarakat kelas atas atau kelompok masyarakat aristokrat dan bekerja sebagai
birokrat (pegawai pemerintah). Yang dulunya berafiliasi (berhubungan, berpautan) dengan
partai PNI, kini berinfiliasi pada partai golkar.

Afan Gaffar, budaya politik indonesia memiliki 3 ciri dominan :

1. Hirarki yang tegar/ketat : adanya pemilahan tegas antar penguasa (wong Gedhe) dengan

Rakyat kebanyakan ( wong cilik).

2. Kecendrungan Patronage ( hubungan antara orang berkuasa dan rakyat biasa) seperti
Majikan majikan dengan buruh.

3. Kecendrungan Neo Patrimonialistik, yaitu perilaku negara masih memperlihatkan tradisi


dan budaya politik yang berkarakter patrimonial.

E. Perkembangan Tipe Budaya Politik Sejalan Dengan Perkembangan Sistem Politik


yang Berlaku

Pada negara-negara demokratis umumnya, partisipasi politik warga negaranya dapat


mempengaruhi pembuatan suatu kebijakan.

Menurut Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, “Partisipasi politik adalah kegiatan warga
negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual dan atau kolektif,
terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal
atau ilegal, efektif atau tidak efektif.”

Menurut Herbert McClosky, partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga
masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan
secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum.

Peran dan political will elit yang berkuasa sangat mempengaruhi perluasan dan pembatasan,
sedangkan elit politik yang tidak berkuasa cenderung meluaskan partisipasi politik dan
mengubah serta mengembangkannya ke bentuk partisipasi yang baru.

Setiap insan politik harus dapat menunjukan partisipannya dalam kegiatan yang berkaitan
dengan hak warga negara, yang bertujuan untuk ikut mempengaruhi pengambilan keputusan
oleh pemerintah.

Berikut adalah kegiatan-kegiatan waraga negara dalam bentuk partisipasi politik.


1. Terbentuknya organisasi-organisasi politik dan organisasi masyarakat.
2. Lahirnya kelompok-kelompok kepentingan, kelompok-kelompok penekan, dan LSM.
3. Pelaksanaan pemilu berupa berkampanye, menjadi pemilih aktif atau menjadi anggota
parlemen.
4. Munculnya kelompok-kelompok kontemporer yang memberi warna pada sistem input dan
output kepada pemerintah.

F. Pentingnya Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik

Menurut Almond dan Verba, budaya politik demokratis merupakan gabungan dari budaya
politik partisipan, subjek, dan paroikal.

Menurut Samuel P. Huntington, modernisasi budaya politik ditandai oleh tiga hal yaitu
sebagai berikut.
1. Sikap politik yang rasional dan otonom di dalam masyarakat. (Tidak memilih satu pilihan
politik berdasarkan pemimpinnya)
2. Diferensiasi struktur. (Sudah ada spesifikasi atau tugas yang harus dilakukan)
3. Perluasan peran serta politik di dalam masyarakat.

G. Peran Serta Politik Partisipan

Budaya politik demokratis adalah budaya politik yang menempatkan rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi.

Dalam peran serta politik partisipan, masyarakat diarahkan untuk berperan aktif dalam proses
politik yang berlangsung di lingkungannya.

Tipe-tipe partisipan adalah sebagai berikut.


1. Partisipan terbuka : para responden yang tidak acuh terhadap perkawinan antarpartai dan
menjelaskan dirinya sendiri secara emosional dalam pemilihan.
2. Partisipan apatis : para responden yang memilih salah satu partai besar dan menyatakan
ketidakacuhannya terhadap perkawinan antarpartai serta mengingkari perasaan pemilihan.
3. Partisipan bersemangat : para responden yang prihatin terhadap perkawinan antarpartai
dan secara emosional terlibat dalam pemilihan.

H. Sosialisasi Politik
1. Pengertian sosialisasi politik :
a. Kenneth P. Langton, Sosialisasi politik adalah cara bagaimana masyarakat
meneruskan kebudayaan politiknya.

b. Gabriel A. Almond, Sosialisasi politik adalah proses dimana sikap-sikap politik dan pola
– pola tingkah laku diperoleh atau dibentuk, dan merupakan sarana bagi generasi muda
untuk menyampaikan patokan politik dan keyakinan politik.

c. Richard E. Dawson, sosialisasi politik adalah pewarisan pengetahuan , nilai dan


pandangan politik darimorang tua, guru dan sarana sosialisasi lainnya bagi warga baru dan
yang beranjak dewasa.

d. Dennis Kavanagh, sosialisasi politik adalah istilah untuk mengganbarkan proses dimana
seseorang mempelajari dan menumbuhkan pandangannya tentang politik.

e. Ramlan Surbakti, sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik
anggota masyarakatnya.

f. Alfian, sosialisasi Politik adalah usaha sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik
masyarakat, sehingga mereka mengalami dan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam

suatu sistem politik yang ideal yang hendak dibangun.


Sosialisasi politik dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya:

1). Dalam Lingkungan Keluarga, orang tua bisa mengajarkan kepada anak-anak beberapa
cara tingkah laku politik tertentu. Melalui obrolan politik ringan sehingga tak disadarai telah
menanamkan nilai-nilai politik kepada anak-anaknya.

2). Di Lingkungan Sekolah,dengan memasukkan pendidikan kewarganegaraan. Siswa dan


guru bertukar informasdi dan berinteraksi dalam membahas topik tentang politik.

3). Di lIngkungan Negara, secara hati-hati bisa menyebarkan dan menanamkan ideologi-
ideologi resminya.

4). Di Lingkungan Partai politik, Salah satu fungsi partai politik adalah dapat memainkan
perannya sebagai sosioalisasi politik. Artinya parpol itu telah merekrut anggota atau kader
danpartisipannya secara periodik. Partai politik harus mampu menciptakan kesan atau image
memperjuangkan kepentingan umum.
Menurut Ramlan Surbakti ada dua macam sosialisasi politik dilihat dari metode
penyampaian pesan :

a. Pendidikan Politik Yaitu proses dialogis diantara pemberi dan penerima pesan. Dari sini
anggota masyarakat mempelajari simbol politik negaranya, norma maupun nilai politik.
b. Indoktrinasi Politik, yaitu proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan
memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai , norma dan simbol yang dianggap
pihak berkuasa sebagai ideal dan baik.
Dalam upaya pengembangan budaya politik, sosialisasi politik sangant penting karena
dapat membentuk dan mentransmisikan kebudayaan politik suatu bangsa, serta dapat
memelihara kebudayaan politik suatu bangsa, penyampaian dari generasi tua ke generasi
muda, dapat pula sosialisasi politik dapat mengubah kebudayaan politik.

Menurut Gabriel A. Almond, sosialisasi politik dapat membentuk dan mentransmisikan


kebudayaan politik suatu bangsa dan mememlihara kebudayaan politik suatu bangsa dengan
bentuk penyampaian dari generasi tua kepada generasi muda. Terdapat 6 sarana atau agen
sosialisasi politik menurut Mochtar Masoed dan Colin MacAndrews, adalah :
a. Keluarga yaitu lembaga pertama yang dijumpai sesorang individu saat lahir. Dalam
keluarga anak ditanamkan sikap patuh dan hormat yang mungkin dapat mempengaruhi sikap
seseorang dalam sistem politik setelah dewasa.

b. Sekolah yaitu sekolah sebagai agen sosialisasi politik memberi pengetahuan bagi kaum
muda tentang dunia politik dan peranan mereka di dalamnya. Disekolah memberi kesadaran
pada anak tentang pentingnya kehidupan berbangsa dan bernegara, cinta tanah air.

c. Kelompk bermain yaitu kelompok bermain masa anak-anak yang dapat membentuk
sikap politik seseorang, kelompok bermain saling memiliki ikatan erat antar anggota bermain.
Seseorang dapat melakukan tindakan tertentu karena temannya melakukan hal itu.

d. Tempat kerja yaitu organisasi formal maupun nonformal yang dibentuk atas dasar
pekerjaan seperti serikat kerja, sderikat buruh. Organisasi seperti ini dapat berfungsi sebagai
penyuluh di bidang politik.

e. Media massa yaitu informasi tentang peristiwa yang terjadi dimana saja dengan cepat
diketahui masyarakat sehingga dapat memberi pengetahuan dan informasi tentang politik.

f. Kontak-kontak politik langsung yaitu pengalaman nyata yang dirasakan oleh seseorang
dapat berpengaruh terhadap sikap dan keputusan politik seseorang. Seperti diabaikan
partainya, ditipu, rasa tidak aman,dll.

I.Partai Politik

1. Prof. Dr. Miriam Budiardjo, partai plitik adalah organisasi atau golongan yang berusaha
untuk memperoleh dan menggunakan kekuasaan.

2. Sigmund Neuman, partai politik adalah organisasi tempat kegiatan politik yang berusaha
untuk menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan
melawan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang tidak sepaham.
3. Carl J. Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil
dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pimpinan
partainya sehingga penguasaan itu memberikan mamfaat kepada anggota partainya baik
bersifat ideal maupun material.

J. Fungsi Partai Politik


1. Sarana komunikasi politik, yaitu penyalur aspirasi pendapat rakyat, menggabungkan
berbagai macam kepentingan dan merumuskan kepentingan yang menjadi dasar
kebijaksanaannya. Upaya Partai politik dalah mencapai fungsi ini adalah :

· Memperjuangkan aspirasi rakyat agar menjadi kebijaksanaan umum oleh pemerintah

· Menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijaksanaan pemerintah

· Perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide

· Bagi pemerintah bertindak sebagai alat pendengar, sedangkan bagi warga masyarakat
sebagai pengeras suara.

2. Sarana Sosialisasi Politik, yaitusarana untuk memmberikan penanaman nilai-nilai, norma,


dan sikap serta orientasi terhadap fenomena politik tertentu. Upaya yang dilakukan untuk
mencapai fungsi ini adalah :

· Penguasaan pemerintah dengan memenangkan setiap pemilu

· Menciptakan image bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum

· Menanamkan solidaritas dan tanggung jawab terhadap para anggotanya maupun


anggota lain

3. Sarana Rekrutmen Politik, yaitu mencari dan mengajakorang berbakat untuk turut aktif
dalam kegiatan plitik. Dengan demikian memperluas partisipasi politik. Upaya yang
dilakukan parpol adalah :

· Melalui kontak pribadi maupun persuasi

· Menarik golongan muda untuk didddik menjadi kader di masa depan

4. Sarana Pengatur Konplik, yaitu mengatasi berbagai macam konplik yang muncul sebagai
konsekuensi dari negara demokrasi yang di dalamnya terdapat ersaingan dan perbedaan
pendapat. Biasanya masalah tersebut cukup mengganggu stabilitas nasional. Hal ini
mungkin saja dimunculkan oleh kelompok tertentu untukkepentingan ppularitasnya. Upaya
yang dilakukan partai politik adalah :

· Bilaanggta partai plitikyang memberikan informasi justru menimbulkan kegelisahan


dan perpecahan masyarakat,pimpinan partai politik harus segera klarifikasi atau diselesaikan
dengan baik.
· Adanya kemungkinsn anggota partai plitik lebih mengejar kepentingan
pribadi/golongannya, sehingga berakibat terjadi pengkotakan politik atau konplik
yangbharus segera diselesaikan dengan tuntas.

Anda mungkin juga menyukai