Anda di halaman 1dari 7

Home Pendidikan Kewarganegaraan /

Tipe-tipe Budaya Politik (Parokial, Kaula, &


Partisipan)
Ahmad Fathoni 15.16
Tipe-tipe Budaya Politik ~ Budaya politik menunjuk pada orientasi dari tingkah laku individu/
masyarakat terhadap sistem politik. Budaya politik dapat digolongkan ke dalam tiga tipe. Nah
pada kesempatan kali ini, Zona Siswa akan membahas ketiga tipe dalam budaya politik tersebut
di sini. Semoga bermanfaat. Check this out!!!

Budaya politik dalam kehidupan politik dan negara memerlukan sikap yang menunjukkan
dukungan serta kesetiaan warganya kepada sistem politik dan kepada negara yang ada. Sikap ini
harus dilandasi oleh nilai-nilai yang telah berkembang dalam diri warga masyarakat itu, baik
secara individual maupun kelompok. Berdasarkan sikap, nilai, informasi, dan kecakapan politik
yang dimiliki, Almond dan Verba menyatakan bahwa orientasi masyarakat terhadap budaya
politik dapat digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu budaya politik parokial, kaula, dan partisipan
(1963: 22).

1. Budaya Politik Parokial

Budaya politik parokial biasanya terdapat pada sistem politik tradisional dan sederhana dengan
ciri khas spesialisasi masih sangat kecil. Dengan demikian, pelaku-pelaku politik belum
memiliki pengkhususan tugas. Masyarakat dengan budaya parokial tidak mengharapkan apa pun
dari sistem politik termasuk melakukan perubahan-perubahan.

Selain itu, di Indonesia, unsur-unsur budaya lokal masih sangat melekat pada masyarakat
tradisional atau masyarakat pedalaman. Pranata, tata nilai, dan unsur-unsur adat lebih banyak
dipegang teguh daripada persoalan pembagian peran politik. Pemimpin adat atau kepala suku
yang nota bene adalah pemimpin politik, dapat berfungsi pula sebagai pemimpin agama atau
pemimpin sosial masyarakat bagi kepentingan-kepentingan ekonomi.

Ciri-ciri budaya politik parokial adalah sebagai berikut.

 Budaya politik ini berlangsung dalam masyarakat yang masih tradisional dan sederhana.
 Belum terlihat peran-peran politik yang khusus; peran politik dilakukan serempak
bersamaan dengan peran ekonomi, keagamaan, dan lain-lain.
 Kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan atau kekuasaan dalam
masyarakatnya cenderung rendah.
 Warga cenderung tidak menaruh minat terhadap objek-objek politik yang luas, kecuali
yang ada di sekitarnya.
 Warga tidak banyak berharap atau tidak memiliki harapan-harapan tertentu dari sistem
politik tempat ia berada.
2. Budaya Politik Kaula

Menurut Mochtar Masoed dan Colin Mac Andrews (2000), budaya politik kaula/subjek
menunjuk pada orang-orang yang secara pasif patuh pada pejabat-pejabat pemerintahan dan
undang-undang, tetapi tidak melibatkan diri dalam politik atau pun memberikan suara dalam
pemilihan.
Budaya politik kaula/subjek memiliki frekuensi yang tinggi terhadap sistem politiknya. Namun,
perhatian dan intensitas orientasi mereka terhadap aspek masukan dan partisipasinya dalam
aspek keluaran sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa telah adanya otoritas dari pemerintah.
Posisi kaula/subjek tidak ikut menentukan apa-apa terhadap perubahan politik. Masyarakat
beranggapan bahwa dirinya adalah subjek yang tidak berdaya untuk memengaruhi atau
mengubah sistem.

Dengan demikian, secara umum mereka menerima segala keputusan dan kebijaksanaan yang
diambil oleh pejabat yang berwenang dalam masyarakat. Bahkan, rakyat memiliki keyakinan
bahwa apa pun keputusan/ kebijakan pejabat adalah mutlak, tidak dapat diubah-ubah atau
dikoreksi, apalagi ditentang. Prinsip yang dipegang adalah mematuhi perintah, menerima, loyal,
dan setia terhadap anjuran, perintah, serta kebijakan penguasa.

Ciri-ciri budaya politik subjek adalah sebagai berikut.

 Warga menyadari sepenuhnya akan otoritasi pemerintah.


 Tidak banyak warga yang memberi masukan dan tuntutan kepada pemerintah, tetapi
mereka cukup puas untuk menerima apa yang berasal dari pemerintah.
 Warga bersikap menerima saja putusan yang dianggapnya sebagai sesuatu yang tidak
boleh dikoreksi, apalagi ditentang.
 Sikap warga sebagai aktor politik adalah pasif; artinya warga tidak mampu berbuat
banyak untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik.
 Warga menaruh kesadaran, minat, dan perhatian terhadap sistem politik pada umumnya
dan terutama terhadap objek politik output, sedangkan kesadarannya terhadap input dan
kesadarannya sebagai aktor politik masih rendah.

3. Budaya Politik Partisipan

Menurut pendapat Almond dan Verba (1966), budaya politik partisipan adalah suatu bentuk
budaya yang berprinsip bahwa anggota masyarakat diorientasikan secara eksplisit terhadap
sistem sebagai keseluruhan dan terhadap struktur dan proses politik serta administratif.

Dalam budaya politik partisipan, orientasi politik warga terhadap keseluruhan objek politik, baik
umum, input dan output, maupun pribadinya dapat dikatakan tinggi. Ciri-ciri dari budaya politik
partisipan adalah sebagai berikut.

 Warga menyadari akan hak dan tanggung jawabnya dan mampu mempergunakan hak itu
serta menanggung kewajibannya.
 Warga tidak menerima begitu saja keadaan, tunduk pada keadaan, berdisiplin tetapi dapat
menilai dengan penuh kesadaran semua objek politik, baik keseluruhan, input, output
maupun posisi dirinya sendiri.
 Anggota masyarakat sangat partisipatif terhadap semua objek politik, baik menerima
maupun menolak suatu objek politik.
 Masyarakat menyadari bahwa ia adalah warga negara yang aktif dan berperan sebagai
aktivis.
 Kehidupan politik dianggap sebagai sarana transaksi, seperti halnya penjual dan pembeli.
Warga dapat menerima berdasarkan kesadaran, tetapi juga mampu menolak berdasarkan
penilaiannya sendiri.
Pengertian Budaya Politik, Ciri-Ciri, Macam-Macam & Definisi Para Ahli| Secara umum,
Pengertian Budaya Politik adalah pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara,
penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma
kebiasaan yang dihayati terhadap seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik
diartikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat secara sadar untuk berpartisipasi
dalam mengambil kepetusan kolektif dan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya. Secara
sederhana, Pengertian Budaya politik adalah nilai-nilai yang berkembang dan dipratikan suatu
masyarakat tertentu dalam bidang politik 

Pengertian Budaya Politik Menurut Definisi Para Ahli - Banyak sarjana ilmu politik yang
mengkaji mengenai budaya politik sehingga terdapat beragam konsep budaya politik. Namun
dari konsep tersebut memiliki derajat perbedaan yang tidak begitu besar, sehingga dapat tetap
dalam satu pemahaman dan rambu-rambut yang sama. Hal ini tersebut terjadi pada pengertian
budaya politik yang dimana banyak para ahli ilmu politik yang mendefinisikan budaya politik
antara lain sebagai berikut... 

 Austin Ranney: Menurut Austin Ranney, pengertian budaya politik adalah seperangkat


pandangan-pandangan tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara bersama-
sama; sebuah pola oreintasi-orientasi terhadap objek-objek politik. 
 Gabriel A. Almond dan G.Bingham Powell, Jr. : Menurutnya, pengertian budaya
politik adalah sikap, keyakinan, nilai dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh
populasi, juga kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-bagian
tertentu dari populasi. 
 Sidney Verba: Menurut Sidney Verba, budaya politik adalah suatu sistem kepercayaan
empirik, simbol-simbol ekskpresif dan nilai-nilai yang menegaskansuatu situasi dimana
tindakan politik dilakukan. 
 Moctar Massoed: Menurut Moctar Massoed, pengertian budaya politik adalah sikap dan
orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya.  
 Miriam Budiardjo: Menurut Mirriam Budiardji, budaya politik adalah keseluruhan dari
pandangan-pandangan politik, seperti norma-norma, pola-pola orientasi terhadap politik
dan pandangan hidup pada umumnya. 

Ciri-Ciri Budaya Politik 

 Terdapat pengaturan kekuasaan 


 Perilaku dari aparat-aparat negara 
 Proses pembuatan kebijakan pemerintah 
 Adanya kegiatan partai-partai politik 
 Adanya gejolak masyarkat terhadap kekuasaan yang memerintah 
 Mengenai pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat
 Adanya budaya politik mengenai masalah legitimasi. 

Bagian-Bagian Budaya Politik - Secara umum, budaya politik terbagi dalam tiga jenis antara
lain sebagai berikut
1. Budaya politik apatis (masa bodoh, pasif, dan acuh)
2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja di mobilisasi) 
3. Budaya politik partisipasif (aktif)

Macam-Macam Budaya Politik - Budaya politik dibagi dalam beberapa tipe berdasarkan dari
oritentasi politiknya. Macam-macam budaya politik atau tipe-tipe budaya politik adalah sebagai
berikut...
a. Budaya Politik Parokial 
Pengertian Budaya Politik - Budaya Politik Parokial adalah budaya politik dengan tingkat
partisipasi politik yang sangat rendah. Budaya politik parokial umumnya terdapat dalam
masyarakat tradisional dan lebih bersifat sederhana. Berdasarkan pendapat Moctar Masoed dan
Colin Mc. Andrew, yang mengatakan budaya politik parokial adalah orang-orang yang tidak
mengetahui sama sekali adanya pemerintahan dan politik.
Ciri-Ciri Budaya Politik Parokial 

 Apatis 
 Lingkupnya sempit dan kecil 
 Pengetahuan politik rendah 
 Masyarakatnya yang sederhana dan tradisional
 Adanya ke tidak peduli dan juga menarik diri dari kehidupan politik 
 Anggota masyarakat condong tidak berminat terhadap objek politik yang luas 
 Kesadaran anggota masyarakat mengenai adanya pusat kewenangan dan kekuasaan
dalam masyarakatnya rendah
 Tidak ada peranan politik bersifat khusus 
 Warga negara tidak sering berhadap dalam sistem politik 

b. Budaya Politik Kaula/Subjek 


Pengertian Budaya Politik Kaula - Budaya politik kaula adalah budaya politik dengan
masyarakat yang suda relatif maju baik sosial maupun ekonominya, namun masih relatif pasif.
Budaya politik kaula atau subjek berada pada orang secara pasif patuf pada pejabat-pejabat
pemerintahan dan undang-undang, akan tetapi tidak melibatkan diri dalam politik ataupun
memberikan suara dalam pemilihan. Budaya politik kaula memiliki tingkat perhatian pada sistem
politik sangat rendah.
Ciri-Ciri Budaya Politik Kaula/Subjek

 Masyarajat menyadari sepenuhnya otoritasi pemerintah 


 Sedikit warga memberi masukan dan tuntutan kepada pemerintah, namun dapat menerima apa
yang berasal dari pemerintah 
 Menerima putusan yang dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dikoreksi, terlebih lagi
ditentang. 
 Sikap warga sebagai aktor politik adalah pasif, artinya warga tidak dapat berbuat banyak untuk
berpartisipasi dalam kehidupan politik. 
 Warga menaruh keadaran, minat, dan perhatian pada sistem politik secara umum dan khusus
terhadap objek output, sedangkan untuk kesadarannya terhadap input dan kesadarannya
sebagai aktor polirik masih rendah. 

c. Budaya Politik Partisipan 


Pengertian Budaya Politik Partisipan - Budaya politk partisipan adalah budaya politik yang ditandai
adanya kesadaran politik yang sangat tinggi. Budaya politik partisipan dapat dikatakan suatu bentuk
budaya yang anggota masyarakatnya condong diorientasikan secara eksplisit terhadap sistem sebagai
keseluruhan dan terhadap struktur dan proses politik serta administratif. Budaya politik yang ditandai
dengan adanya kesadaran dirinya atau orang lain sebagai anggota aktif dalam kehidupan politik.
Umumnya masyarakat budaya politik partisipan sadar bahwa betapapun kecil partisipasi dalam sistem
politik, tetap saja merasa berarti dan berperan dalam berlangsungnya sistem politik. Begitu pun dengan
budaya politik partisipan, masyarakat tidak menerima langsung keputusan politik, karena merasa
sebagai anggota aktif dalam kehidupan politik yang memiliki hak dan tanggung jawab.
Ciri-Ciri Budaya Politik Partisipan 

 Warga menyadari hak dan tanggung jawabnya dan dapat mempergunakan hak serta
menanggung kewajibannya 
 Tidak begitu saja menerima keadaan, tunduk pada keadaan, berdisiplin tetapi dapat menilai
dengan penuh kesadaran semua objek politik, baik secara keseluruhan, input, output, maupun
posisi dirinya sendiri. 
 Kehidupan politik sebagai sarana transaksi, misalnya penjual dan pembeli. Warga menerima
menurut kesadarannya tetapi dapat menolak menurut penilainnya sendiri. 
 Menyadari sebagai warga negara yang aktif dan berperan sebagai aktivis. 

Budaya Politik Indonesia 


Budaya politik di Indonesia merupakan perwujudan dari nilai-nilai dianut oleh bangsa Indonesia sebagai
pedoman kegiatan-kegiatan politik kenegaraan. Setelah era reformasi orang menyebut Indonesia telah
menggunakan budaya Politik partisipan karena telah bebasnya Demokrasi, partisipatifnya masyarakat
dan tidak tunduk dari keputusan atau kinerja pemerintah baru etika. Ketika era orde baru demokrasi
dikekang, baik segala bentuk media dikontrol dan diawassi oleh pemerintah melalui departemen
penerangan agar tidak mempublikasikan kebobrokan pemerintah.

Budaya politik Indonesia terus mengalami perubahan mengikut perkembangan zaman. Tetapi
berubahnya terjadi di daerah perkotaan dan pedesaan yang telah maju tetapi di daerah-daerah terpencil
tidak terjadi perubahan karena kurangnya pendidikan dan informasi.

Saat ini budaya politik Indonesia adalah campuran dari parokial, kaula dan partisipan karena di Indonesia
terdapat ciri-ciri parokial dan ciri-ciri budaya politik partisipan.

Baca Juga: 
Pengertian Politik, Apa itu ?..

Pengertian Otonomi Daerah, Tujuan, Prinsip, Asas, & Definisi Para Ahli

Pengertian Negara, Sifat Negara, Fungsi Negara, & Unsur-Unsur Negara

Macam-Macam Sistem Politik di Berbagi Negara

Pengertian, Ciri-Ciri, Unsur dan Macam-Macam Hukum

Pengertian Politik Luar Negeri dan Tujuannya

Pengertian Sistem Politik dan Ciri-Ciri Sistem Politik


Demikianlah informasi mengenai Pengertian Budaya Politik, Ciri-Ciri, Macam-Macam & Definisi Para
Ahli. Pengertian budaya politik, ciri-ciri budaya politik, macam-macam budaya politik, pengertian budaya
politik menurut definisi para ahli, bagian-bagian budaya politik. pengertian budaya politik parokial,
pengertian budaya politk kaula/subjek, pengertian budaya politik partisipan, ciri-ciri budaya politik
parokial, ciri-ciri budaya politik kaula/subjek, ciri-ciri budaya politik partisipan. Sekian dan terima
kasih. Salam Berbagi Teman-Teman... 

Referensi: Budaya Politik (Pengertian, Ciri-Ciri, Macam-Macam & Definisi Para Ahli) 

 Muhaimin, Yahya. Collin Mc Andrew. 1995. Masalah-masalah Pembangunan politik. Yogyakarta:


Gajah mada Universiyy Press.
 Hartono mardjono, SH.1997. Politik Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press.
 Lubis, M. Solly. 1993. Ketatanegaraan Republik Indonesia. Bandung: mandar maju.
 Magnis-suzeno, Frans. 2001. Etika Politik. Jakarta:Gramedia.
 Syarbaini, Syahrial. 2009. Pendidikan Pancasila. Bogor: Ghaliia indonesia
 Setiadi, Elly m. 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: kencana.
 Taliziduhu Ndraha, 2003. Kybernologi : Ilmu Pemerintahan Baru. Penerbit PT Rineka Cipta :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai