Anda di halaman 1dari 13

BUDAYA

POLITIK DI
INDONESIA
KELOMPOK 3
Anto Sugiarto Heranisa Pebriani

Indika Aprilia

Dea Widya Lestari Agil Ramdan


A. PENGERTIAN DAN KOMPONEN BUDAYA
POLITIK
1. Pengertian Budaya Politik
Secara harfiah kata budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Buddhayah yang
berarti akal.
Sementara itu kata politik berasal dari bahasa Yunani yaitu Polis yang berarti
negara/kota.
Berikut merupakan keberagaman definisi budaya politik menurut para ahli.
a. G. A Almond dan S. Verba
Budaya politik merupakan orientasi dari sikap individu terhadap sistem politik
dan peranannya sendiri dalam sistem politik tersebut.
b. B. N Marbun (2005)
Budaya politik adalah pandangan politik yg memengaruhi sikap, orientasi, dan
c. Larry Diamond
Budaya politik adalah keyakinan, sikap, nilai, ide-ide, sentimen, dan evaluasi
suatu masyarakat tentang sistem politik nasionalnya dan peran masing-masing
individu dlm sistem itu.
d. Prof. Dr. H. Rusadi Kantaprawira, SH.
Budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap
kehidupan politik yg dihayati oleh anggota sistem politik
e. Austin Ranney
Mengartikan budaya politik sbg seperangkat pandangan tentang politik dan
pemerintahan yg dipegang secara bersama-sama.
~ Merujuk pada definisi yg dikemukakan tadi, ada dua manfaat yg diperoleh yaitu:
1) Sikap thdp sistem politik akan memengaruhi tuntutan, tanggapan, dukungan, serta
orientasi warga negara thdp sistem politik.
2) Hubungan antara budaya politik dan sistem politik atau faktor-faktor apa yg
menyebabkan terjadinya pergeseran politik dapat dimengerti.
~ Budaya Politik yg dianut oleh Indonesia adalah :
3) Dualisme antara kebudayaan yg berfokus pd perspektif dinamis dan perspektif
harmonis.
4) Dualisme antara budaya yg mengizinkan keleluasaan dan yang mengutamakan
keterbatasan.
5) Dualisme sbg konsekuensi dari adanya infiltrasi nilai-nilai budaya barat ke masyarakat
Indonesia.
2. KOMPONEN BUDAYA POLITIK
a. Orientasi Warga Negara terhadap Sistem Politik
Almond dan Verba (1990) mengklasifikasikan komponen budaya politik ke dalam tiga
bentuk orientasi.
1) Orientasi yg bersifat kognitif, yaitu komponen yg meliputi pengetahuan dan keyakinan
individu tentang sistem politik dan atributnya.
2) Orientasi yg bersifat afektif, yaitu komponen yg berkenaan dgn perasaan atau ikatan
emosional yg dimiliki oleh individu terhadap sistem politik.
3) Orientasi yg bersifat evaluatif, yaitu komponen yg berkaitan dgn kapasitas individu dlm
rangka memberikan penilaian terhadap sistem politik yg sedang berjalan dan
bagaimana peran individu di dalamnya.
Makna dari Orientasi merujuk pada melihat, mengenal, pandangan, pendapat, sikap, penilaian, pengetahuan, keyakinan, dsb.
Tentunya orientasi antara warga negara yg satu dan yg lain berbeda. Perbedaan orientasi tsb diklasifikasikan menjadi tiga
yaitu :

1) Orientasi yang loyal terhadap sistem politik, misalnya sikap mendukung pemilihan presiden secara langsung.
2) Orientasi yg terasing atau tersisihkan dari sistem politik, misalnya sikap menolak dan berpendapat buruk tentang
pemilihan presiden secara langsung.
3) Orientasi yg apatis, misalnya sikap masa bodoh dan tidak mau menilai tentang pemilihan presiden secara langsung

b. Objek Politik
Yang dimaksud objek politik adalah hal yg dijadikan sasaran orientasi warga negara. Berikut jenis- jenis nya :
4) Objek Politik umum, berkaitan dengan unsur politik secara menyeluruh. Contohnya sejarah bangsa, negara, simbol
negara, kosntitusi dll.
5) Objek Politik input, berperan dalam memberikan masukan terhadap proses politik. Yang termasuk proses input adalah
lembaga atau pranata politik.
6) Objek Politik output, merupakan hasil dari proses politik. Yang termasuk dalam objek politik output adalah undang-
undang, peraturan, kebijakan, dll.
Tipe-Tipe Budaya Politik menurut Almond dan Verba
a) Budaya Politik Parokial
Merupakan budaya politik saat partisipasi warga masyarakat dalam politik masih
sangat rendah atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap politik.
Adapun ciri-cirinya :
1. Rendahnya dukungan kepada pemerintah
2. Adanya kedekatan warga dengan suku-suku, daerah, agama, atau kelompok
etnisnya sendiri.
3. Memandang keberhasilan dengan pesimistis sehingga dukungan kepada
pemerintah rendah.
Mochtar Masoed dan Colin MacAndrews (1986) mengatakan bahwa budaya
politik parokial merujuk pd warga yg sama sekali tidak menyadari atau
mengabaikan adanya pemerintahan dan politik.
b. Budaya Politik Subjek
Budaya politik subjek adalah budaya politik yg terjadi ketika warga negara telah memiliki
pengetahuan mengenai pemerintah serta kebijakannya namun belum memiliki orientasi
untuk terlibat atau berpastisipasi secara aktif dalam proses politik.
Ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Ada dukungan yg tinggi kepada pemerintah
2. Terdapat lebih banyak kepercayaan terhadap grup-grup lain dalam masyarakat,
dibandingkan pada budaya politik parokial.
3. Warga tetap tidak melihat diri mereka sendiri sebagai peserta aktif yg akan
memengaruhi politik. Mereka beranggapan bahwa politik itu dibuat oleh para elite
bukan warga biasa.
Mochtar Masoed dan Colin MacAndrews mengatakan bahwa budaya politik subjek merujuk
pada orang-orang yg secara pasif patuh pd pejabat-pejabat pemerintahan dan undang-
undang, tetapi tidak melibatkan diri dalam politik ataupun memberikan suara dalam
pemilihan.
c. Budaya Politik Partisipan
Merupakan budaya politik saat warga negara telah memiliki orientasi terhadap ketiga objek politik.
Ciri budaya politik partisipan antara lain sebagai berikut :
1. Serupa dgn budaya politik subjek dalam hal pengakuan dan penerimaan legitimasi pemerintah. Bedanya
warga negara dalam keyakinan besar berperan dalam memengaruhi pemerintah.
2. Kebanyakan orang dalam masyarakat menerima aturan yg sama untuk mendapatkan dan memindahkan
kekuasaan (misalnya melalui pemilu). Selain itu kesetiaan mereka terhadap negara lebih penting daripada
loyalitas kepada kelompok tertentu lainnya.
3. Warga memiliki keyakinan yg sangat tinggi bahwa tindakan mereka berpengaruh dalam kebijakan politik.
Dalam kenyataannya, menurut Almond dan Verba, tidak ada satu negara pun yg memiliki budaya politik murni
partisipan, pariokal, atau subjek. Ada variasi diantara ketiga tipe tersebut. Ketiga variasi tersebut adalah :

• Budaya politik subjek-pariokal


• Budaya politik subjek-partisipan
• Budaya politik parokial-partisipan
Model Kebudayaan Politik
Mochtar Masoed dann Colin mengemukakan tiga model kebudayaan politik.
1. Masyarakat Demokratis Industrial
Dalam model ini, sebagian besar masyarakatnya terutama aktivis politik dan
kritikus politik berbudaya politik partisipan. Mereka terdiri dari para aktivis dan
peminat politik yg kritis mendiskusikan masalah kemasyarakatan dan
pemerintahan.
2. Masyarakat dengan Sistem Politik Otoriter
Sebagian besar berbudaya subjek yang pasif, tunduk terhadap aturan, tetapi
tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik.
3. Masyarakat Demokratis Praindustrial
Sebagian besar menganut budaya politik parokial. Mereka hidup di pedesaan
dan tuna aksara. Pengetahuan politik mereke sangat kecil.
APAKAH ADA
YANG INGIN
DITANYAKAN?
M A L U B E R TA N YA S E S AT D I J A L A N
INI KELAS BUKAN JALAN, JADI JANGAN
B E R TA N YA
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai