12345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123
12345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123
12345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123
12345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345678901234567890123
KATA KUNCI
budaya politik budaya politik subjek
budaya politik parokial objek politik
budaya politik partisipan orientasi politik
Sumber: www.swaberita.com
Gambar 1.1 Budaya politik adalah kebiasaan berpolitik. Negara kita menganut paham demokratis. Dalam praktiknya,
semua hal harus dibicarakan bersama dan mencapai kesepakatan yang mufakat, contohnya pemilu yang merupakan
budaya politik di Indonesia.
Budaya Politik
di Indonesia
2. Kecenderungan patronage
Kecenderungan patronage, adalah kecenderungan pembentukan pola
hubungan patronage, baik di kalangan penguasa dan masyarakat maupun pola
hubungan patron-client. Pola hubungan ini bersifat individual. Antara dua
individu, yaitu patron dan client, terjadi interaksi timbal balik dengan
mempertukarkan sumber daya yang dimiliki masing-masing. Patron memiliki
sumber daya berupa kekuasaan, kedudukan atau jabatan, perlindungan, perhatian
dan kasih sayang, bahkan materi. Kemudian, client memiliki sumber daya berupa
dukungan, tenaga, dan kesetiaan.
Menurut Yahya Muhaimin, dalam sistem bapakisme (hubungan bapak-anak),
bapak (patron) dipandang sebagai tumpuan dan sumber pemenuhan kebutuhan
material dan bahkan spiritual serta pelepasan kebutuhan emosional anak (client).
Sebaliknya, para anak buah dijadikan tulang punggung bapak.
3. Kecenderungan Neo-patrimonialistik
Dikatakan neo-patrimonalistik karena negara memiliki atribut atau
kelengkapan yang sudah modern dan rasional, tetapi juga masih memperhatikan
atribut yang patrimonial. Negara masih dianggap milik pribadi atau kelompok
pribadi sehingga diperlakukan layaknya sebuah keluarga.
Menurut Max Weber, dalam negara yang patrimonalistik penyelenggaraan
pemerintah berada di bawah kontrol langsung pimpinan negara. Adapun menurut
Affan Gaffar, negara patrimonalistik memiliki sejumlah karakteristik sebagai
berikut.
a. Penguasa politik seringkali mengaburkan antara kepentingan umum dan
kepentingan publik.
b. Rule of law lebih bersifat sekunder apabila dibandingkan dengan kekuasaan
penguasa.
c. Kebijakan seringkali bersifat partikularistik daripada bersifat universalistik.
d. Kecenderungan untuk mempertukarkan sumber daya yang dimiliki seorang
penguasa kepada teman-temannya lebih besar.
Kegiatan 2
MARI BERDISKUSI
Bentuklah kelompok diskusi yang beranggotakan 56 orang. Selanjutnya, diskusikan
masalah-masalah berikut.
1. Carilah contoh-contoh budaya politik Indonesia mempunyai hierarki yang tegas,
kecenderungan patronage, dan kecenderungan neo-patrimonialistik.
2. Jelaskan pendapat kelompokmu bagaimana budaya politik yang berkembang pada
masa orde baru dan masa reformasi.
Kegiatan 3
BERPIKIR KRITIS
Setelah kamu mempelajari dan memahami materi tipe-tipe budaya politik, coba berikan
gambaran tentang tipe budaya politik yang lebih efektif diterapkan di Indonesia. Tuliskan
pada buku tugasmu, kemudian serahkan kepada guru.
b. Kelompok Pergaulan
Kelompok pergaulan mampu menjadi sarana sosialisasi politik yang efektif
setelah anak keluar dari lingkungan keluarga. Dalam kelompok pergaulan,
seseorang akan melakukan tindakan tertentu karena teman-temannya di dalam
kelompoknya melakukan tindakan tersebut.
Kegiatan 4
BERPIKIR KRITIS
Kamu mempelajari dan memahami materi sosialisasi politik, coba kamu berikan gambaran
tentang kegiatan sosialisasi politik di sekolahmu.
Sumber: www.kabarindonesia.com
Gambar 1.3 Peran serta masyarakat dalam kegiatan politik
merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidikan politik.
Kegiatan 5
Apa yang dapat kamu teladani dari K.H. Abdurrahman Wahid? Ungkapkanlah penilaianmu
terhadap tokoh ini.
TEROPONG
Kegiatan 6
Setelah kamu membaca artikel di atas, ungkapkan pendapatmu secara sistematis. Tuliskan
pendapatmu itu dalam buku tugas.
Kegiatan 7
BERPIKIR KRITIS
Setelah kamu mempelajari dan memahami materi pesan serta budaya politik partisipatif,
coba berikan gambaran tentang partisipasi warga negara dalam budaya politik. Tuliskan
gambaranmu itu pada buku tugasmu, kemudian serahkan kepada guru.
REFLEKSI
Sudahkah kamu memahami konsep budaya politik di Indonesia? Pelajarilah
dengan saksama pembahasan dalam bab ini. Jangan ragu untuk bertanya
kepada guru jika ada hal-hal yang belum kamu ketahui.
1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890
1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890
1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890
1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890
Pembiasaan 1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890
1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890
1234567890123456789012345678901212345678901234567890123456789012123456789012345678901234567890
Partisipasi politik merupakan bentuk nyata dari konsep kedaulatan rakyat. Untuk
itu, menjadi kewajiban kita bersama untuk memberikan kesadaran kepada
masyarakat perlunya meningkatkan partisipasi politik masyarakat.
1. Budaya politik adalah orientasi dari tingkah laku individu atau masyarakat
terhadap sistem politik.
2. Budaya politik terdiri atas budaya politik parokial, subjek, dan partisipan.
3. Affan Gaffar menyebut tiga ciri budaya politik Indonesia yang dominan,
yaitu hierarki yang tegas, kecenderungan patronage, dan kecenderungan
neo-patrimonialistik.
4. Kematangan budaya politik bergantung pada tingkat keserasian antara
budaya politik dan sistem atau struktur politik negara yang bersangkutan.
5. Budaya politik dibentuk dan dikembangkan melalui apa yang dinamakan
sosialisasi politik. Sosialisasi politik adalah suatu proses untuk mema-
syarakatkan nilai-nilai atau budaya politik ke dalam suatu masyarakat.
Dari segi metode penyampaian pesan, sosialisasi politik terbagi dua, yaitu
pendidikan politik dan indoktrinasi politik.
6. Budaya politik partisipatif disebut juga budaya politik demokrasi, yaitu
suatu kumpulan sistem keyakinan, sikap, norma, persepsi, dan sejenisnya,
yang menopang terwujudnya partisipasi.
7. Budaya politik partisipatif disebut juga budaya politik unggul karena
didasarkan pada asas kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat berarti rakyat
berdaulat atas dirinya sendiri.
8. Untuk berpartisipasi dalam bidang politik, orang perlu mempunyai
keterampilan dan seni berpolitik, serta mempunyai keberanian untuk
mengemukakan pendapat, mengemukakan kritik, dan memperjuangkan
kepentingan rakyat banyak.
Uji Kompetensi