Anda di halaman 1dari 4

Nama : Samsudin Agung Putra Harita

Nim : 1773150010
Prodi : Ilmu Politik
Mata Kuliah : Perbandingan Politik

Kebudayaan Politik
Critical Review
(Referensi dari Mohtar Mas’oed, Colin Mac Andrews)
Budaya politik merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang
lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses
pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku aparat negara, serta
gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah. Berdasarkan sikap, nilai-nilai,
informasi dan kecakapan politik yang dimiliki sesorang dapat menggolongkan orientasi-
orientasi warganegara terhadap kehidupan politik dan pemerintahan negaranya; dengan kata
lain, dapat kita menggolongkan Kebudayaan Politik. Jadi kebudayaan politik adalah pola
perilaku individu dan orientasinya dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi
Negara, Politik Pemerintahan, Hukum, Adat Istiadat, dan Norma Kebiasaan yang dihayati oleh
seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga dapat diartikan sebagai suatu
sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.

Gabriel A. Almond dan Sidney Verba mengaitkan budaya politik dengan orientasi dan
sikap politik seseorang terhadap sistem politik dan bagian-bagiannya yang lain serta sikap
terhadap peranan kita sendiri dalam sistem politik. Gabriel A. Almond dan Sidney Verba
melihat bahwa dalam pandangan tentang objek politik, terdapat tiga komponen yaitu:
Komponen Kognitif, yaitu kemampuan yang menyangkut tingkat pengetahuan dan pemahaman
serta kepercayaan dan keyakinan seorang santri terhadap jalannya sistem politik dan atributnya,
seperti tokoh-tokoh pemerintahan, kebijaksanaan yang mereka ambil, atau mengenai simbol-
simbol yang dimiliki oleh sistem politiknya, seperti ibukota negara, lambang negara, kepala
negara, batas-batas negara, mata uang yang dipakai, dan lain sebagainya.1 Komponen Afektif,
yaitu menyangkut perasaan seorang warga negara terhadap sistem politik dan peranan yang
dapat membuatnya menerima atau menolak sistem politik itu. Komponen Evaluatif, yaitu

1
Gabriel A. Almon and Bingham Powell, Comprative Politic A Developmental Approach dikutip Rusadi
Kantrapawira, Budaya Politik, hlm 25.

1
menyangkut keputusan dan praduga tentang obyek-obyek politik yang secara tipikal
melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan.

Gabriel A, mengajukan ukuran-ukuran kebudayaan politik ialah:

1. Identitas Nasional adalah suatu sikap yang sangat penting bagi kesatuan dan stabilitas
nasional dalam suatu negara.
2. Kesadaran Kelas merupakan sekumpulan sikap-sikap yang sangat mempengaruhi
struktur dari sistem kepartaian dan stabilitas kepemerintahan.
3. Motivasi Berprestasi atau sikap-sikapyang berkaitan dengan kehendak untuk “maju
terus” untuk memperoleh kecakapan, dan untuk mengumpulkan kekayaan material
adalah sangat penting dalam modernisasi ekonomi dan politik.
4. Sejauh mana kebudayaan demokratik berakar dalam negara-negara ini dapat diatur
berdasarkan sikap-sikap seperti: Keyakinan terhadap kebebasan, Keyakinan \terhadap
persamaan, dan efektivitas politik. Sikap terakhir ini, diartikan sebagai keyakinan
seseorang pada kemampuannya sendiri untuk merealisasikan kebutuhannya dan
menyatakan tuntutannya secara efetif dalam kehidupan politik.

Menurut Moctar Massoed, pengertian budaya politik adalah sikap dan orientasi masyarakat di
suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya. Menurut Miriam Budiardjo
menyatakan bahwa salah satu aspek penting dalam sistem politik adalah budaya politik yang
mencerminkan faktor subyektif. Budaya politik adalah keseluruhan dari pandangan-pandangan politik,
seperti norma-norma, pola-pola orientasi terhadap politik dan pandangan hidup pada umumnya. Budaya
politik mengutamakan dimensi psikologis dari suatu sistem politik, yaitu sikap-sikap, sistem-sistem
kepercayaan, simbol-simbol yang dimiliki oleh individu-individu dan beroperasi di dalam seluruh
masyarakat, serta harapan-harapannya2

Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa budaya politik adalah suatu
persepsi warga negara yang diaktualisasikan dalam pola sikap terhadap masalah politik dan
peristiwa politik yang terjadi sehingga berdampak terhadap pembentukan struktur dan proses
kegiatan politik masyarakat maupun pemerintahan karena sistem politik merupakan hubungan
antara manusia yang menyangkut soal kekuasaan, aturan, dan wewenang.

2
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm 49

2
Gabriel A. Almond dan Sidney Verba membagi budaya politik dalam tiga jenis, yakni:

a. Budaya politik partisipan merupakan ebuah pemikiran yang sangat partisipatif ketika
berbicara tentang keikutsertaan rakyat dalam perpolitikan. Budaya politik partisipan
dianotomikan sebagai rakyat yang paham akan politik dan mereka ikut berperan aktif
dalam perpolitikan tersebut.
b. Budaya politik Kaula (Subyek) memperlihatkan sikap mengerti tentang politik,
namun rakyat tidak mau terlibat langsung terhadap perpolitikan atau tidak mau
berpartisipasi atau berperan aktif dalam mempengaruhi pemerintah. Hal tersebut
menjadikan kapasitas mereka terbatas dalam berpartisipasi.
c. Pengertian yang tepat pada budaya politik parokial adalah ketidaktahuan rakyat
terhadap perpolitikkan dan tidak mau terlibat dalam keberlangsungan partisipasi
aktif dalam perpolitikan. Dalam hal ini, kita dapat kategorikan mereka yang buta huruf,
tinggal di desa yang terpencil, atau mungkin nenek-nenek tua yang tidak ditanggap
terhadap hak-pilih dan mengungkung diri dalam kesibukan keluarga.3

Budaya politik dalam masyarakat telah menjadi realitas politik yang patut dicermati.
Dalam aktivitas politik yang membutuhkan partisipasi masyarakat seakan mengalami benturan
pada masyarakat yang bersifat pragmatis. Dimana pola perilaku masyarakat saat ini yang serba
instan dapat mempengaruhi perilaku (tindakan) dan sikap politik baik di tingkat elit maupun
masyarakat pada umumnya. Dukungan yang berasal dari masyarakat sangat penting dalam
mewujudakan budaya politik, serta budaya politik menjadi pendorong yang utama dalam
menumbuhakan akan partisipasi politik masyarakat dan memiliki kesadaran untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang kolektif (bersama) dan penentuan kebijakan
publik untuk masyarakat seluruhnya.

3
Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik, Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara-
terj, Sahat Simamora, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hlm, 27.

3
4

Anda mungkin juga menyukai